Selasa, 28 Februari 2017

MATERI PEMBERITAAN MINGGU VII PRAPASKAH - 5 Maret 2017 => Oleh A. R. Ihalauw

RANCANGAN 
PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH
MINGGU VII - PRAPASKAH
Minggu, 05 Maret 2017

ALLAH, POKOK ENGHARAPAN KITA

Ayub 6 : 1 - 13

disusun oleh 
Pdt. Arie Arnold R Ihalauw

A, PENDAHULUAN

1. Penderitaan adalah fenomena sosial yang sering kita temukan dalam masyarakat. Penderitaan itu terlihat dalam 2 (dua) bentuk konkrit, yakni : lahir dan bathin, pisik dan psikis, spiritual dan material, dll. 

2. Penderitaan merupakan suatu keadaan yang dapat terjadi dalam kurun waktu lama maupun sebentar saja. Hal itu tergantung cepat lambatnya bantuan diberikan. Jika bantuan terlamba disuplai, maka keadaan semakin parah, di mana manusia merasa ditinggalkan bergumul seorang diri. Dalam kondisi seperti itu si penderita akan kehilangan pengharapan.

B. KONTEKS SOSIO - KULTRAL

Kemajuan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berlangsung baik saat ini, Akan tetapi hasilnya dinikmati penduduk pekotaan, khususnya lapisan elite yang dekat dengan sumbu kekuasaan semata. Sementara masyarakat pedesaan dijadikan sapi perah saja. Mereka kehilangan kesematan untuk memperoleh kesejahteraan, lahan pekerjaan; malahan laan persawahannya dijual untuk dijadikan pembangunan Supermall, daerah hunian mewah, dsbnya. Status mereka berubah dari pemilik tanah menjadi penyewa di lahan miliknya dahulu.

Jurang perbedaan kaya miskin terentang panjang dri Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan Nusantara. Sistem perekonomian masih saja menguntungka pemilk modal dibanding rakyat kecil. Solidaritas bangsa ini mengerucut ke puncak-puncak kekuatan sosio-politik, di mana praktek monopoli terpelihara serta berjalan tanpa meninggalkan jejak dan bekasnya. Meski pemerintah berusaha menjalankan amanah rakyat, namun tengkulak politik dan ekonomi merasa nyaman dan aman mengeruk keuntungan.

Munculnya kantong kantong wilayah gembel dan pengemis di lampu-lampu merah menunjukan, bahwa keiskinan merupaka penyakit, bagaikan kanker gsnas yang mengetogoti kehidupan manusia dalam masyarakat. Malahan bibit penyakit itu menciptakan jenis jenis penyakit masyarakat yang lebih kompleks serta sulit disembuhkan, seperti kantong pelacuran, homoseksualitas / lesbianitas, perampokan dengan kekerasan, pencurian, maling dan sebagainya. 

Keadaan seperti ini menjadi tantangan bagi Gereja secara nasional maypyn regional smpai ke tingkat parokial (Jemaat / kongregasi) untuk mendengar seruah Tuhan, seperti yang diceritakan penulis Injil Matius (25 : 31 - 45), di mana Sang Raja berkata : "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi aku makan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian.... " Orang-orang itu berkata : "Kapankah kami melihat Tuhan lapar, telanjang, haus.... ?" Lalu Raja itu menjawab mereka : " Jikalau kamu melakukan segala sesuatu yang baik bagi saudara-saudaraKu yang hina itu, kamu telah melakukannya untuk Aku."

Gambran yng terkandung pada cerita itu menjelaskan seruan Allah yang menderita melalui orang-orang tertundas orang-orang sengsara, kaum dhuafa faqir miskin, dll. Seruan itu wajar ditafsirkan ecara tologis sebagai tantangan bagi panggilan pelayanan - kesaksian Gereja di tengah masyarakat.


C. NASKAH AYUB 6 : 1 - 13

1. Lalu Ayub menjawab: 2. "Ah, hendaklah kiranya kekesalan hatiku ditimbang, dan kemalanganku ditaruh bersama-sama di atas neraca ! 3.  Maka  beratnya akan melebihi pasir di laut; oleh sebab itu tergesa-gesalah perkataanku. 4. Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku. 5. Meringkikkah keledai liar di tempat rumput muda, atau melenguhkah lembu dekat makanannya ?  6. Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau apakah putih telur ada rasanya ? 7. Aku tidak sudi menjamahnya, semuanya itu makanan yang memualkan bagiku. 8. Ah, kiranya terkabul permintaanku dan Allah memberi apa yang kuharapkan. 9. Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku ! 10. Itulah yang masih merupakan hiburan bagiku, bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan di waktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan, sebab aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus. 11. Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar ? 12. Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga ? 13. Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku ?

D. PENJELASAN TEOLOGIS

a). Penulis Kitab Ayub secara sengaja menonjolkan percakapan Ayub dan sahabat-sahabatnya tentang pokok teologis, PENDERITAAN MANUSIA. Mengapa manusia menderita > Apakah tujuan penderitaan ? Bagaimanakah manusia menghadapi dan menuntaskan penderitaannya ?  Masalah penderitaan  / kesengsaraan / kesusahann / penyakit / ancaman bahaya sampai pada kematian merupakan fenomena sosial yang diangkat dan didebatkan teolog sekaliber Ayub, Elihu, Elifas dll, Teman-temannya berpendapat, penderitaan berasal dari Allah. Inilah pandangan tradisional keagamaan. Seakan segala sesuatu yang baik dan yang tidak aik ersumber dari Allah.

b). Ayub tidak berpikir demikian. Pandangannya  berbeda dengan sahabat-sahabatnya. Gambarn dalam pasal 7, menjelaskan Ayub mencari Allah untuk menanyakan, apakah Allah yang mencobainya; akan tetapi Ayub sendiri menjawab persoalannya. Melalui penderitaan itu ia bertanya, tetapi tidak ada jawaban dari Allah. Allah hanya berdiam diri. Ayublah yang harus menuntaskan pergumulannya. Di tengah keputus asaannnya, ia berseru : "... aku tahu, Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu,  
Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.(Ayb 25:22 -25). Menurut keyakinan Atub, ada harapan di dalam pergumulan. Dan harapan itu ada pada Allah; oleh sebab itu, ia berkata kepada sahabatnya "Hati sanubariku merana karena rindu !" Seakan Ayub ingin memastikan, bahwa tidak ada seorangpun dapat menyelesaikan penderitaannya, kecuali Allah : Dialah sumber kerinduan bagi orang-orang sengsara yang berharap kepadaNya. Inilah sumber enghiburan dan kekuatan spiritual, sehingga sekalipun ia mengalami kepahitan, ia tetap bersuka cita dengan mengingat akan kebaikan Allah. 

E. PENERAPAN KE DALAM KONTEKS UMAT

1. PENDERITAAN ADALAH FENOMENA SOSIAL 

Tidak seorangpun, entahkan yang beragama Islam, Kristen, Hindhu - Budha maupun penganut aliran kepercayaan, yang tidak pernah mengalami kesengsaraan. Semua manusia yang diciprakan dari debu tanah, so pasti, pernah merasakan kepedihan hati; oleh karena, penyakit dan kematian mengancam kehidupan pribadi dan keluarga. 



2. APAKAH PENDERITAAN ITU KEHENDAK ALLAH ?

Pertama tama kita perlu memahami 2 (dua) kata Bahasa Indonesia, yakni : MUSIBAH dan BENCANA. 

MUSIBAH itu terjadi oleh kesalahan manusia semata-mata; misalnya, salah satu  alasan terjadinya banjir adalah ulah manusia merusak ekosistem alam. Manusia menebang pohon untuk memenuhi kebutuhan, tanpa menanam kembali (reboisasi) alam. Dengan demikian jika curah hujan lebat, maka air tidak dapat tertahan, lalu terjadi banjir dari hulu gunung menuju pemukiman penduduk. 

Di sisi lain, BENCANA terjadi diluar kendali atau bukan karena ulah manusia; misalnya, curah hujan lebat tanpa batas waktu berhenti bukanlah akibat ulah manusia, melainkan fenomena alam semata. Kita dapat berkata, bahwa salah satu penyebab banjir disebabkan ulah manusia; akan tetapi curah hujan tanpa batas waktu berhenti di luar kendali manusia

Jadi  dalam satu kasus (terhubung banjir), kita harus berpikir terkait 2 (dua) hal, yakni : tergangunya eksistem  ( hasil ulah manusia ) serta lama waktu dan banyaknya curah hujan ( di luar kendali manusia). Cara berpikir seperti ini amat memungkinkan untuk ersikap ositif dalam mengatasi persoalan sosial.

Sehubungan dengan kasus BANJIR, kita tidak boleh mengatakan, bahwa hal itu adalah kehendak Allah. Hal ini dikarenakan Allah telah membuat perjanjian dengan manusia, setelah masa Air Bah di zaman Nuh. Hati hati mengambil ksimpulan dengan menghubungkan malapetaka banjir dengan hukuman Allah. Tidak teologis !

Kedua, kasus penyakit (epilepsy, leprosy, demam berdarah)... Dalam tradisi keagamaan Israel kuno, penyakit dihubungkan dengan kutukan / hukuman Allah; katakanlah, epilepsi ( sakit ayan ) dihubungkan dengan kuasa kegelapan, juga kusta ( Yun. leprosy ) dihubungkn dengan  kutukan Allah ( penyakit yang diderita Miryam, kakak perempuan Musa ). Dahulu kita dapat berpikir demikian, namun sejalan kemajan pengetahuan kesehatan, kita tak dapat mengatakan, bahwa enyakit itu berasal dari Allah; melainkan penyakit itu ada karena gaya hidup manusia. Jika manusia tidak menjaga lingkungan hidup, maka ia akan tertimpa penyakit epidemis, seerti types, kolera, disentri, dll. Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan obat-obat penangkal, supaya membebaskan diri dari serangan penyakit.

Contoh lain lagi, yakni kematian anak sulun di Mesir....  Kita perlu menganalisa cerita tersebut menurut pengetahuan kesehatan masyarakat. Apakah penyebabnya ? Sungai Nil membelah Kota Mesir. Sungai itupun menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Bukan tidak mungkin, anak-anak dan orang tua menggunakan sungai untuk mandi. Bisa jadi di sanalah anak-anak kejangkitan virus malaria demam berdarah yang mematikan. Peristiwa itu diceritakan oleh Penulis Kitab Keluaran sebagai tulah ke 10 : keatian anak sulung. Begitulah orang-orang zaman dahulu membaca fenomena tersebut. Namun dalam perkembangan pengetahuan kesehatan saat ini, pemahaman tradisional itu ditanggapi serta dijawab seara logis.

Ketiga, hubungan psikologis antara penyakit dan kemiskinan....  Menurut saya, orang selalu mendoakan kesembuhan si penderita sakit dan penyakitnya. Sikap iman itu baik, tetapi belum menjawab persoalan yang dihadapi si penderita. Persoalannya seperti ini..., katakanlah contohnya, seorang kepala keluarga menderita kanker ganas. Ia dianjurkan menjalano chemoterapi sebanyak dua belas kali. So pasti, keutusan dokter amat memberatkan kondisi ekonomi keluarga, sebab penghilan rumahtangga ditanggun sepenuhnya oleh apak tersebut. Akibatnya, seluruh keluarga merasakan pahitnya pergumulan. Hanya ada 2 (dua) kemungkinan sembuh. Pertama, melalui pengobatan, tetapi menelan biaya besar serta menggenjot harapan keluarga. Itupun masih ada kemungkinan si ayah menghadapi kematian. Ujung-ujungnya juga Rugkan...., mengapa  !? Karena sejumlah uang telah dikeluarkan, malahan harta benda ludes untuk mencari penyembuhan; tetapi hasil akhir hanyalah kematian belaka.

Kedua, hidup dari doa semata-mata. Sikap kesaleh salehan ini lahir dari rasa pesimis terhadap tubdaan medis, Akhirnya manusia akan mati. Pengobatan hanyalah usaha manusia untuk mencegah percepatan perkebangan bibit penyakit, atau memperlambat perkembangan penyakit..., syukur syukur sembuh total. Akan tetapi sikap ekstrim melalui doa dapat disembuhkan, akhirnya berujung pada kegagalan total yang mematikan. Kita lupa, bahwa Allah dapat menggunkan terapi medis untuk menyembuhkan penyakit. Tetap jika uaya kedokteran dilakukan tanpa iman yang benar..., so pasti, tidak akan berbuah baik. 

Oleh karena itu, kita perlu menyadari, bahwa debat teologis tentang penanggulangan bahaya penyakit, bukan hanya dilakukan dunia kedokteran berdasarkan temuan bioteknologi saja; akan tetapi semua ilmuan kesehatan wajib mengakui keahakuasaan Allah; bahwa Dia memakai para dokter untuk menjalankan rencan keselamatan (pemulihan kesehatan) atas manusia. Dengan demikian, sikap ekstrim yang tidak mempedulikan hasil kemajuan teknologi kedokteran adalah keliru; dan sebaliknya pemahaman bahwa kemajua bioteknologi mampu menuntaskan penyakit manusia adalah salah. Yang benar adalah MUJIZAT ALLAH TERJADI BAGI SIAPAPUN, seperti pada Ayub, APABILA MANUSIA MENGEMBANGKAN TEKNOLOGI KESEHATAN / KEDOKTERAN UNTUK TUJUAN PENYELAMATAN SAMBIL BERDOA MEMOHONKAN PERTOLONGAN ALLAH. Itulah yang saya katakan : TIADA YANG MUSTAHIL BAGI ALLAH YANG MENYATAKAN KEBAIKAYA DI DALAM NAMA YESUS KRISTUS.

Selamat Menyusun Pemberitaan


Bogor - Selasa, 28 Pebruari 2017

SALAM HORMAT DAN DOAKU

Pdt Arnold R Ihalauw

Selasa, 21 Februari 2017

PERSIAPAN HATI MENJADI PENATUA - DIAKEN 2017 - 2022 :


MENCARI PELAYAN JEMAAT 

MELALUI SOSOK KEPEMIMPINAN KRISTUS 

( KRISTOKRASI )

PENGANTAR  ( awal dari serentetan tuisan - tulisan )

Belakangan ini Gereja / Jemaat - Jemaat diracuni pikiran - pikiran sekuler terkait pola / model kehidupan bergereja (sistem dan fungsi organisasi Gereja) Hal ini terlihat dari upaya mengambilalih gagasan manajemen sekuler untuk mengubah dan mengembangkan gagasan penatalayanan gereja menurut tradisi kristen. Keadaan ini, sesungguhnya, tidak banyak mempengaruhi, sekiranya Gereja / Jemaat melakukan studi khusus untuk megembangkan Pemahaman Iman terkat pemerintahan Allah ( Teokrasi ) => pemerintahan Kristus ( Kristokrasi ) kedalam sistem pemerintahan Gereja / Jemaat. Olh karena itu, kita didesak untuk memikirkan kembali dasar dasar teologis sesuai tradisi Gereja tentang penatalayanan (manajemen) Gereja.

DARIMANAKAH GEREJA MEMULAI PEMAHAMAN IMANNYA ?

1.Tradisi Gereja sesuai kesaksian Alkitab

a). Landasan alkitabiah yng kita pakai berumber dari kesaksian Alktab  tentang pemahaan persekutuan umat Allah mengenai penciptaan alam semesta dan manusia, secara khusus panggilan dan pengutusan Umat Allah dalam APL (Alkitab Perjanjn Lama). Menurut kesaksian APL, TUHAN, Allah Israel, menciptakan langit bumi dengan segala isi kemudian menyerahkan kepada manusia untuk menatalayaninya (Kej.1:28 > Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi; 2:15 => TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. ).Dalam panggilan dan pengutusan ---- yang terkandung pada gagasan penciptaan ----, Allah memberikan mandat kepda manusia untuk menatalayani seluruh ciptaan atas namaNya. Allah memberi kebebasan penuh, agar manusia melakukan tugas pemeliharaan. Manusia menjadi representasi ( perwakilan, juga wakil ) yang melakukan di bawah pengawasan Allah. Secara tersirat perwjudan pemerintahan Allah tampak dalam kepemimpinan manusia. 

b). Panggilan dan pengutusan manusia secara universal itu dihubungkan para penulis APL dengan penciptaan : pilihan dan panggilanNya kepada Abraham keturunannya. Tidak mengherankan, jika status keanakan Israel (Kel. 4 : 22 - 23 =>  ..  engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anakKu itu pergi, supaya ia beribadah kepadaKu; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung") Dengan demikian pengangkatan Israel sebagai anak, sesungguhnya, dihayati dalam kerangka pemahaman iman Israel tentang tugas dan panggilan pengutusannya untuk melaksanakan pemerintahan Allah di bumi. Dengan kata lain, Israel sebagai anak yang dikasihi Allah (individual korporatif)  berkewajiban menghadirkan tanda-tanda Pemerintahan Allah (Yun. Basilea tou Theou) di dalam alam semesta berdasarkan pemahaman iman umat tentang Kerajaan Sorga (Yun. basilea tou Uranou). Oleh karena itu, ibadah Israel baik di bidang rituai maupun sosial, sesungguhnya, bertujuan menghadirkan pemerintahan Allah atas seluruh alam ciptaanNya.

2. Kegagalan Manusia.

Dalam sejarah kemanusiaan kita menyaksikan, bahwa kejatuhan manusia dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi :

a). Penyalahgunaan status / kedudukan fungsional / peran. Acapkali kita melihat dan membaca seseorang menyalahunakan status / kedudukan fungsional menurut tafsiran (exsgese) dan taksiran ( eisegese ) sendiri, tanpa melakukan perbandingan dengan tradisi. 

b). Alkitab mencatat berbagai penyalahgunaan kekuasaan oleh manusia, bukan saja pada bidang sosial tetapi juga dalam bidang keagamaan. Kondisi itu dijelaskan eulis Kitab Kejadian "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata" (Kej. 6:5). Karakter ini  yang melekat erat pada citra manusia, setelah kejatuhan dalam dosa (Kej. 3). Dengan demikian status keanakan .dan kedudukan fungsional menjadi batu sandungan untk membuktikan kepatuhan dan kesetiaan manusia kepada Penciptnya. hal tersebut dapay dibuktikan dalam kehidupan sosio reliius, di mana manusia menyelenggarakan penatalayanan (manajemen). 

3. Tujuan Penghukuman Allah

Ada yang berkembang dalam pemahaman teologi orang kristen terkait penghukuman Allah. Orang kristen selalu memusatkan perhatiannya kepada hukuman yang dipikul, karena kesalahan yang dilakukan. Pemahaman seperti itu, so pasti, tidak akan membuahkan pertobatan; padahal tujuan penghakiman dan penghukumn Allah bersifat positif. Allah bermaksud : melalui keadaan sulit yang dialami akibat kesalahan sendiri, manusia segera mengintrospeksi diri, menyesal dan bertobat kembali kepadaNya. Apabila manusia bersikap (berpikiran) positif seperti ini, so pasti, Allah kan memulihkan keadaannya, serta memberi keercayaan untuk melaksanakan missioNya. Sesungguhnya, penghukuman itu bertujuan menyadarkan manusia untuk berbalik dari pikirannya yang sesat, lalu berjalan menurut kehendak Allah.

4. Allah Menghadirkan Diri Untuk Membebaskn dan Menyeamatkan

Semenjak manusia memberontak kepada Allah, maka hubungan dialogis terputus. manusia kehilangan arah jalan. Ia bergerak menurut perasaan dan pikirannya. Semamakin lama semakin jauh dari Penciptanya. Semakin dalam semakin tenggelam, dan mati tidak berdaya. 

Narasi dosa Adam - Hawa,  pembunuhan Habel oleh Kain, kesombongan manusia membangun Menara Babel menunjuk pada risiko yang dipikul manusia oleh karena pikiran dan perasaannya yang memberontak kepada TUHAN. Akan tetapi. Allah tidak pernah berdiam diri melihat  ciptaanNya. Dia merencanakan mega proyek: penyelamatan.

a). Prototipe Penyelamatan. 

Pertama, konteks Kejadian 11 : Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu (Kej. 11 : 7 - 8). Konteks yang bergerak dalam kisah Menara Babel, sesungguhnya, beraroma politik kerajaan-kerajaan yang berserikat pada saat itu; akan tetapi berlatarbelakangkan keragaman budaya dan politik masing-masing suku yang berkonfederasi, maka terjadilah kekacauan. Pada saat bersamaan pemerintahan pusat tidak mamu menjalankan kebijakan, sehingga kerajaan - kerajaan kecil yang ditaklukkan melakukan pemberontakan terhadap kepemimpinan Babel, Kekacauan sosio-politik dan sosio-kultursituasi kal dipahami penulis Kejadian sebagai kehendak Allah yang mengacaukan kerajaan Babel. 

Kedua, dari situasi kacau itu, menurut kesaksian penulis Kejadian, Allah bekerja mengeluarkan keturunan Terah, ayah Abraham, dari pusat kerusuhan menuju Kota Haran. Di sana dimulai narasi "panggilan dan pengutusan Abraham". (Kej. 12:1-3  => Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanaksaudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.") Abraham yang tiddak mengenal Allah patuh mengikuti firmanNya. Abraham, yang bukan orang Israel, taat dan setia menjalani hidupnya sesuai panggilan Allah. 

PENERAPAN BAGI PROSES PEMILIHAN PENATUA - DIAKEN 2017 - 2022 

1).Panggilan dan pengutusan Manusia. 

Narasi pnggilan dan pengutusan Abraham tidak jauh berbeda dengan narasi Kitab Kejadian 1 : 1 - 2 : 25. Abraham dipanggil dan diutus Allah untuk keluar dari kekacauan (Yun. chaos; Ibr. tohu wawohu; Arb. jahiliah). So pasti, ajakan itu memiliki tujuan yang jauh lebih besar, yaitu : menyelamatkan ciptaan Allah. Gambaran ini direfleksikan oleh penulis Kitab Kejadian dengan penciptaan semesta, yang diakhiri dalam peristiwa Allah menjadikan manusia. So pasti juga, tujuan penjadian manusia tu berhubungan dengan tugas penyelamatan alam semesta dan isinya dari pengaruh kuasa-kuasa jahat. Dengan kata lain, di setiap penciptaan, so asti, ada rencana Allah yang indah

2). Predestinasi dan Panggilan Allah.

Kita selalu melakukan kesalahan, jika berbicara tentang predestinasi. Kita mengaitkan gagasan itu kepada nasib. Padahal pandangan (ajaran) kristen tidak memahm presdestinasi sesempit agama lain. Pertanyaan utama untuk membahas predestinasi dalam ajaran Kristen, menurut kesaksian Alkitab, adalah : mengapa saya lahir melalui rahim seorang perempuan Kristen ? Bukankah ada banyak perempuan yang bisa melahirkan ? Ujung-ujungnya kita bertanya :  Mengapa  Allah mengeluarkan diriku melalui mulut rahim seorang perempuan Kristen

Itulah kalimat resiprok *Kalimat tanya tidak bertanya), dan jawabannya hanya ada satu : Pencipta memiliki tujuan yang sudah direncanakan atas ciptaanNya. Yeremia, sang nabi dari dusun Anatot menuliskan pemahaman imannya tentang panggilan hidupnya : : 
Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (Yer. 1:5). Melalui kalimat itu setiap manusia yang lahir dari rahim perempuan wajib mengakui, bahwa Allah mempunyai rencana bagi setiap kelahiran. 

Pengalaan nabi Yeremiaa mengantarkan kit --- warga jemaat --- mempersiapkan diri dlaam proses pemilihan pelayan Allah : PENATUA - DIAKEN. Sebelum memasuki roses pemilihan, kita wajib merenungkan pertanyaan yang telah dikemukakan di atas
  1. Mengapa saya lahir melalui rahim seorang perempuan Kristen 
  2. Bukankah ada banyak perempuan lain yang bisa melahirkan ? 
  3. Mengapa  Allah mengeluarkan diriku melalui mulut rahim seorang perempuan Kristen ?

Memasuki persiapan hati untuk menjawab pertanyaan tersebut, aca dan renungkan sedalam dalamnya ucapan Yesus Kristus :Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. ( Yoh. 15 : 16 )

BERSAMBUNG



Bogor, 22 Pebruari 2017



SELAMAT SORE



Arnold R Ihalauw





















































Rancangan Pemberitaan Minggu VIII sesudah Epiphania, 25 Pebruari 2017

MATERI PEMBERITAAN FIRMAN
MINGGU EPIPHANIA VIII 
Minggu, 25 Pebruari 2017

MAKNA PEMULIAAN YESUS 
SELAKU KRISTUS ( MESSIACH )

PENDAHULUAN

Di dalam narasi manapun di sekitar karya pelayanan dan kehidupan Yesus, kita akan menjumpai lapisan-lapisan tradisi Alkitab Perjanjian Lama (APL) yang dipakai tiap penullis Injil Sinoptis (Markus, Matius dan Lukas) menurut visi, katakter dan tujuan penulisan si penulis. Oleh karena itu, meskipun ketiga Injil Sinoptis menyoroti sebuah peristiwa tertentu; akan tetapi masing-masing penulis memiliki kekhasan sendiri; sebab audiens (pembaca) - nyapun berbeda latar belakangnya. 

NASKAH INJIL MARKUS 9 : 2 - 6

2. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
3. dan pakaianNya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
4. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
5, Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
7. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
8. Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.

PENJELASAN PERIKOPAL

Narasi tentang Yesus dimuliakan terdapat pada ketiga Injil Sinptis (Markus - Matius - Lukas -> lihat catatan kaki pada terjemahan LAI ) akan tetapi perlu diperhatikan secara cermat, narasi ketiga injil itu memiliki kerangka (alur) cerita yan sama persis. 

1. Yesus membawa ketiga murid : Simon Petrus, Yakobus dan Yhanes ke "gunung yang tinggi".

2. Ketiga murid iitu menyaksikan perubahan rupa / wajah ( trasfigurasi ) Yesus berkilauan. 

3. Yesus didatangi 2 ( dua ) tokoh Perjanjian Lama yang sangat dihormati orang Yahudi, yakni : MUSA yang mewakili tradisi Hukum Taurat, dan ELIA yang mewakili tradisi / aliran kenabian (propetis). Sesungguhnya, kedua nama tokoh itu berhubungan erat dengan jati diri dan kehadiran Yesus. Sama seperti MUSA, demikianlah YESUS DIANGKAT menjadi UTUSAN dan sama seperti ELIAHU (TUHAN itu Allah kami) demikian pula  makna yang terkandung  di dalam paduan nama YESUS KRISTUS => Mesiah (Raja) ydang datang untuk menyelamatkan / membebaskan (bd. Mati. 1  20 - 21). Dia adalah Allah sendiri yang datang untuk menyelamatkan umatNya. Pemahaman itu sangat jelas, ketika Injil Sinoptis mengutip APL dan mengenalkannya pada Yesus dalam pembaptisan :"Inilah AnakKu, AnakKu Yang Kukasihi (Maz. 2:7; bd. Kel. 4:21-22) kepadaNya Aku berkenan (Nynyian Ebed YHWH -> Yes. 42 : 1b).

4. Menyaksikan peristiwa pemuliaan Yesus, Simon Petrus menyatakan pendapatnya, bahwa alangkah baik dan indahnya, jika Yesus mengijinkan murid-murid membangun tiga pondok di atas bukit tersebut.

Pemahaman Simon Petrus, ada benarnya. Tidak boleh disalahkan/ sebab qiblat ibadah Perjanjian Lama adalah Bukit / Gunung Zion, di mana Baith Allah bersemayam. Sementara Baith Allah itu telah dihancurkan, Israel mengharapkan datangnya Hari TUHAN (Ibr. Yom YHWH) di mana pondok Daud didirikan kembli oleh Mesiach (RAJA TUHAN). Bisa dimengerti, bahwa penampakan MUSA & ELIA dapat juga dipakai untuk meneguhkan SOSOK MESIACH yang hadr dalam tokoh Yesus, Anak Maria dari ketrunan Raja Daud.  Dengan demikian, kta memahami akan kesalahpahaman konsep Mesiach yang dimengerti orang Yahudi serti bergema dalam permintn Petrus da Murid - murid pada saat Yesus dimuliakan ke sorga (bd. Kis. 1). Yesus tidak menanggapi permintaan Petrus.

5. Tiba-tiba murid-murid mendengar pernyataan terbuka : Inilah AnakKu yang Kukasihi"(Maz. 2:7). Sesungguhnya, ucapan ini merupakan kesimpulan terkhir dari seluruh kesaksian Alkitab Perjanjan Lama tentang ANAK - MESIAH yang adalah EBED YHWH. Di dalam APL selalu muncul UTUSAN Allah untuk menyelamatkan Israel dari berbagai kesusahan. Utusan itu bisa koletif, tetapi bisa juga individual. Namun dalam masa menjeang berakhirnya pembuangan di Babel, banyak penulis menunjuk pada sosok HAMBA TUHAN yang individual, tunggal. Dia dihubungkan dengan Allah, dia diberikan nama Immanuel, Raja Damai, Allah yang Perkasa, Bapa Yang Kekal.... MESIACH. 

Oleh karena itu, sesuai dengan nubuatan "AnakKu, AnakKu yang Kukasihi..." Sebutan itu bersifat tunggal, bukan jamak, Dengan demikian UTUSAN Allah yang diharapkan adalah PRIBADI (tunggal) yang lahir dalam suku-suku Israel..., lalu orang Kristen mula mula mnyatakan, bajwa DIA dalah KRISTOS (Ibr. MESSIACH' Arb. AL MASIH). Tradisi keroung ituhanin inilah yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, bahwa YESUS KRISTUS yang dimuliakan di atas gunung itu adalah Tuhan Allah yang disembah Gereja segala abad dan segala tempat....

MAKNA SPIRITUAL 

Meskipun peristiwa pemuliaan Yesus di bukit telah lama terjadi; akan tetapi Gereja perlu menghangatkan peristiwa tersebut dalam perjalanan pekabaran injil (missio ecclesianum) ke depan. Apakah maknanya ?

a). Setiap waktu Gereja memberitakan dan mengajarkan peristiwa pemuliaan Yesus, ia (baik secara kolektif maupun individual) perlu meyakini akan kekuatan kuasa Allah yang terus menerus memimpin Gereja / Jemaat kemasa depan. Meskipun hambatan, ancaman dan kendala menghadang, Allah selalu membebaskan Gereja dari segala ketakutas dan tipu muslihat. 

b). Hanya KRISTUSlah yang menjadi qiblat (arah, tujuan dan pusat) penyembahan dan keurgma (inti) pemberitaan Gereja. Tidak seorangpun yan dapat dijadikan pokok pujian, keccuali Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja. 

c). Gereja bukan hanya hadir dan terkurung dalam tembok tembok gedungnya, melainkan seluruh warga jemaat disuruh Tuhan untuk mempertemukan Yesus Kristus kepada manusia di dalam dunia baik melalui kesaksian (pemberitan dan pengajaran) maupun melalui pelayanan kasih. 

IMPLEMENTASI BAGI PEMILIHAN CALON PENATUA DIAKEN 2017 - 2022

1. Yesus Kristus tidak hanya menginginkn  para pelayan seperti Simon Petrus, yng hanya memikirkan pembangunan 'kemah pertemuan; atau gedung gereja semata mata. Pembangunan Gedung Gereja itu penting, sebab gedung itu memaknai persekutuan umat yang selalu aktif dan produktif. Yang selalu bekerja dalam persekutuan untuk mnghadirkan pemerntahan Kristus di atas bumi ini. Jadi pengadaan Penatua Diaken 2017 - 2022ini bertujuan mengkaryakan segala sesuatu yang telah dikerjakan Allah di dalam dan melalui pekerjaan Yesus Kristus.

2. Pelayan : Penatua dan Diaken dipilih Allah (bd. Yoh. 15:16)  bukan untuk berpikir eksklusif seperti Simon Petrus; melainkan menyumbangkan saran positif untuk mengerjakan pekerjaan Allah yang dilakukan oleh Gereja. Penatua Diaken 2017 - 2022 perlu memikirkan pertumbuhan dan perkembangan pekerjaan Gereja yang bermanfaat bagi dunia dan manusia. Penatua Diaken tidak dipanggil untuk beradu argumentasi memenangkan pendapat pribadi maupun kelompok, melainkan saling mendukung dalam memajukan Missio Ecclesanum (pekerjaan gereja), supaya Yesus Kristus dimuliakan.

Bogor, Selasa - 21 Pebruary 2017

Salam Hormat,

Arnold R Ihalauw



Jumat, 17 Februari 2017

BERBUAH DALAM KEHIDUPAN BERSAMA BAGI KEMULIAAN ALLAH

RANCANGAN PENGAJARAN
DALM IBADAH KELUARGA JEMAAT
RABU - 22 PEBRUARI 2017

BERBUAH DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
BAGI KEMULIAAN ALLAH

A. PENDAHULUAN

Acapkali orang hanya mengikuti ibadah, karena kebiasaan rutin semata. Malahan ada di antara pendengar firman  yang ingin mendengarkan dan menonton pengkhotbahnya mellawak. Celakanya, khotbah lawakan / badutan sering dipandang sebagai uraian berkualitas. Rupanya pemahaman warga gereja dewasa ini semakin merosot, dan khorbah para pelayan firman hanya melayani selera manusia, agar pengkhotbah menerima  amplop yang tebal isinya.  Padahal ---- seharusnya ---- pemberiaan firman dalam tiap ibadah merupakan pengajaran yang membuka wawasan berpikir serta menambah penghayatan umat terhadap kehendak Allah. Khtbah dewasa ini mirip penjual dan laris manis.

B. KONTEKS SOSIAL YANG MELATAR BELAKANGI MATIUS 13 : 18 - 22

Ucapan Yesus ini disampaikan di tengah kerumunan Orang Yahudi yang ingin mendengar pengajarannya. Yesus tahu persis karakter dan kepribadian kaum sebangsanya terhubung pada peribadahan. Menurut tradisi (adat kebiasaan) Yahudi, setiap orang wajib mengikuti Ibadah baik di Baith Allah maupun di sinagoge (rumah sembahyang). Tradisi itu tercipta dan dipertahankan, karena setiap rang Yahudi wajib menjalankan Hukum Taurat. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mengikuti ibadah di Baith Allah / sinagoge dianggap berdosa. Tidaklah mengherankan, jika orang Yahudi yang beribadah itu mendengarkan uraian tentang Taurat (khotbah) sebagai sebuah kebiasaan belaka. Khothbah bukan menjadi sebuah uraian yang menuntun kehidupan ke arah keselamatan, sebagai terang Allah, sebagai landasan pmbangunan mental spiritual, karakter dan kepribadian; melainkan sebagai sebuah kupasan akal budi manusia belaka. Pemahaman demikian akan mempengaruhi penilaian tentang pertumbuhan spiritualitas umat Yahudi : tiap orang bertanggungjawab tas perkataan dan tingkahakunya. Berkembang atau mati, ya semuanya urusan pribadi. Bertolak dari latar belakang demikian, Yesus mengajarkan kehendak Allah tentang bagaimana seorang percaya mendengar firman TUHAN

C. NASKAH INJIL MATIUS 13 : 15 - 22

13 : 18    Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13 ;19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13 : 20   Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13 :21 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13 : 22  Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

D. PEMAKNAAN PERIKOP

Menurut Matius, Yesus memakai perumpamaan tentang PENABUR sehubungan TUGAS YANG DIKERJAKAN PARA NABI PERJANJIAN LAMA yang memberitakan dan mengajarkan Hukum dan Firman Allah, bagaikan BENIH yang ditaburkan. Sementara LADANG PERTANIAN itu adalah UMAT ISRAEL. Sejak dahulu (masa Perjanjian Lama) TUHAN Allah telah memanggil dan mengutus hamba - hambaNya (Hakim-Hakim, Nbi-Nabi, Imam-Imam, Raja-Raja) ke tengah umat Israel untuk memberitakan dan mengajarkan kehendakNya, yang kita sebut FIRMAN. Akan tetapi umat Israel, sejak masa Musa dan Harun, selalu membangkang. Mereka berpikir dan bertindak, bertutur dan berbuat menurut kemauannya sendiri. Akhirnya Allah menghukum. Mereka dibuang ke Babel, Diharapkan umat Israel dapat mengubah tutur kata dan tindakan, lalu bertobat dan melakukan perbuatan sesuai kehendak Allah. Namun keadaan mereka tidak berubah sampai masa kerja Yesus. 

Melihat tanggapan orang Israel, Yesus mengelompokkaan mereka ke dalam 3 (tiga) bagian besar sebagaiana sifat tanah pertanian di Palestina :

Pertama, TANAH PERTANIAN. Tantangan yang selalu datang adalah perubahan musim. Kadang musim penghujan dan kemudian musim kemarau. Ada bahaya mengancam kehidupan, tetapi mereka selalu kuat menghadapi ancaman, sebab hati dan pikirannya tenang oleh janji Allah. Iman orang orang ini menghidupkan dirinya di sepanjangg perubahan keadaan masyarakat. Imannya terus berbuah, ucapan dan tindakannya terus berhasil, sebab mereka mengandalkan  Firman Allah. Orang ini mendengarkan penjelasan Firman Allah, lalu menghayati -> memahami -> memberlakukan inti pemberitaan melalui cara berpikir yang melahirkan ucapan dan tindakan baik dan bermanfaat bagi semua orang. Mereka berhasil dalam seluruh jalan yang ditempuh.

Kedua, TANAH YANG BERBATU-BATU. Orang ini mendengarkan Firman Allah secara baik. Dengan bersemangat mereka meresponsnya. Mereka pun memberlakukan kehendak Allah; akan tetapi hanya sebentar saja. Mengapa demikian ? Lihatlah tanaman yang bertumbuh di atas tanah berbatu karang. Sebentar saja ia bertumbuh, ketika terik mentari menimpnya; tumbuhan itu menjadi layu dan kering. Ia tidak berbuah. Begitulah tiap orang yang berapi-api secara emosional menerima firman Allah. seketika saja ia bertumbuh segar; akan tetapi seketika kesusahan / penderitaan / kesengsaraan menerpa kehidupan, tumbuhan itu perlahan mati tak berbuah. Gambaran ini menceritakan sifat orang Kristen yang mengikuti Yesus Kristus, karena ingin menikmati kehidupan yang sejahtera, kesenangan duniawi, dll. Namun ketika terjadi perubahan dalam kehidupan rumahtangga, suami di-PHK, anak menderita sakit, orang yan dicintai meninggal dunia, dn sejenisnya. Mulailah mereka meragukan pemeliharaan TUHAN. Imanna menciut, bagaikan pohon yang mulai mengering, tidak berbuah lalu mati. Mereka gagal menuju masa depan.

Ketiga TANAH YANG TERLETAK DIPINGGIR JALAN. Gambaran ini menunjuk pada orang-orang kristen yang hati dan pikirannya terikat oleh keadaan duniawi, gaya hidup komsumtif, gaya hidup hura-hura, gaya hidup sekuler. Mereka hanya mengikuti ibadah, supaya dilihat banyak orang. Mereka suka tersenyum dan mengatakan : "Amin !" seakan mengerti firman TUHAN. Sngguh kasihan orang ini. Mereka mengikuti Yesus, kalau menerima mujizat saja, kalau hidupnya senang saja, jika datang badai dan angin topan melanda rumahnya, maka fondasi dan badann rumahnya rubuh menimpa penghuninya. Orag kristen seperi ini diandaikan bagai mie instan. Imannya bagaiman mie rebus, semakin banyak dimakan mie instan, semakin hati mereka membengkak, dan perutpun menjadi sakit lemas. Akhirnya layu sebelum berkembang, dan gugur bunga sebelum berbuah.

E. MAKNA PEMBERITAAN DALAM PEMBANGUNAN IMAN JEMAAT

Orang Kristen masih hidup di dalam dunia. Kita belum berada di sorga. Dunia tidak bisa menjadi sorga; sebaliknya, sorga bukanlah dunia. Akan tetapi Yesus mengajarkan kita untuk menghadirkan Kerajaan Sorga di atas bumi ini. Bagaimanakah kita menghadirkan Kerajaan Sorga ke dalam dunia tempat tinggal dan bekerja ? 

Menimba makna dari penulisan Injil Matius 13 : 18 - 23, kita diperhadapkan kpada 3 (tiga) masalah utama :

a). KETELADANAN PELAYAN ADALAH LAHAN BAGI PERTUMBUHAN IMAN WARGA JEMAAT

Kualitas pelayan firman yang diutus ke dalam jemaat - jemaat. Kualitas itu bukan hanya berhubugan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki saja; akan tetapi kualitas itu juga perlu ditampakan dalam keteladanan. Katakanlah, bagaimanakah mungkin seorang pelayan mengajar dari mimbar, agar warga jemaat memberikan persepuluhanatau persembahan syukur, sementara ia sendiri menonton dari atas mimbar, tidak turun memberi persembahan ? Jemaat Kristen saat ini membutuhkan keteladanan, bukan banyak khotbah. Jika seorang pelayan firman tidak mau mengubah diri, tidak memberikan teladan perihal memberi secara kristen, sebaiknya ia jangan sering-sering meminta kenaikan tunjangan / gaji atau sejenisnya. JEMAAT TIDAK HANYA MEMBUTUHKAN KHOTBAH, TETAPI MEREKA AKAN MELAKUKAN YANG BAIK MENURUT CONTOH YANG LANGSUNG DILIHATNYA PADA SETIAP IBADAH MINGGU. Jemaat saat ini jauh lebih kristis dibandingkan dekade 1990-an 

b). IMAN ADALAH DASAR PENGHARAPAN DAN BUKTI YANG TIDAK TERLIHAT.

Rasul Paulus menuliskan : "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Kristus..." (Rom. 10:17). Berbeda dengan tulisan Paulus tersebut, acapkali iman seseorang tidak bertumbuh dalam kehidupan jemaat, dikarenakan kecenderungan bergosip ria di kalangan PKP Gereja. Iman seseoran akan mati, dan bisa jadi iidak mau menggikuti ibadah, di karenakan mulut lancang (kenes) yang mengumbar gosip --- memfitnah sesama ---, dalam ibadah-ibadah kaum perempuan. Ini realitas, dan bukan isapan jempol. Perlu dijelaskan kepada semua pihak, bahwa acapkali persekutuan Gereja / Jemaat tidak menjadi lahan pertanian yang subur bagi pertumbuhan iman warganya, melainkan menjadi hama wereng yang mematikan. Jadi perumpaan penabur dan lahan pertanian itu ditujukan Yesus, agar tiap pemimpin dalam Jemaat-Jemaat mmemperhatikan suasana persekutuan, supaya firman Allah yang diberitakan menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang yang ingin melakukan kebaikan Allah.

c). METODE PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH

Akhir akhir ini Gereja / Jemaat-Jemaat mengalami kemunduran terkait kunjungan peserta ibadah. Mengapa ? Dikarenakan metode pemberitaan / pengajaran bersifat monoton. Para pelayan firman kurang memperhatikan keluhan pengunjung ibadah, agar ia mengubah metode khotbah yang monoton, datar, kurang ilustrasi, tidak bersemangat, hanya membaca SGD tana kontak mata dengan pendengar, dan lain-lain. Keadaan seperti itu membuat Iblis menggoda pendengar. Iblis itu bernama NGANTUK, PERMEN dan NGOCEH. Oleh krena itu, Gereja / Jemaat tidak hanya memahai pemberitaan firman sebagai aktifitas rutin saja, melainkan memikirkan kualitas pelayan yang akan melayani secara optimal, supaya warga jemaat memahami tujuan pemberitaan serta tugas mereka dalam kehidupan keluarga serta pekerjaan. 

F. PENUTUP

Bibit (Firman Allah) yang ditaburkan akan berbuah baik, jika Peimpin Gereja / Jemaat ikut memikirkan dan melaksanakan ketiga hal yang disebutkan di atas.

Bogor - 17Pebruari 2017

Salam Hormat dan Doa

Arnold R. Ihalauw







Minggu, 12 Februari 2017

TATA IBADANG MINGGU VII ses EPIPHANIA - 19 Pebruari 2017

RANCNGAN TATA IBADAH
MINGGU – 19 PEBRUARI 2017

TATA IBADAH GPIB
Hari Minggu Ke – 7 ses. Epiphania
Minggu – 19 Pebruari 2017

·      Seluruh Presbiter (Pendeta – Diaken – Penatua)  selambat-lambatny berkumpul di Konsistori tepat  15 menit sebelum jam ibadah : 06.00. 09.00 dan 18.00.
·      Pemimpin Pelayan (Penatua I) membagikan tugas pelayanan kepada Penatua – Diaken.
·      Doa Pelayanan Minggu dipanjatkan tepat 3 menit sebelum waktu ibadah yang ditetapkan.
·      Seluruh perangkat pelayanan, yakni : Presbiter, Cantoria / Procantor, Organis, kolektan wajib mengikuti doa bersama di Konsistori.

PROSESI IBADAH

A.   PEMBUKAAN
Diaken 1   :  Majelis GPIB Jemaat  “PETRA Ciluar di Bogor menyambut saudara – saudari pada jam ibadah ini untuk berjumpa dengan Allah dan mendnegarkan sabdaNya. Kiranya Roh TUHAN memenuhi hati dan pikiran kita, sehingga penyembahan kita menyenangkn hait TUHAN, lalu Dia merachmati kita oleh kebajikanNya.

                         Saudara – saudari yang dikasihi Allah !
                         Marilah kita mempersiapkan hati dan pikiran kita melalui doa pribadi sejenak (waktu Doa sekitar 2–3 menit) ... Marilah kita BERDIRI memuliakan Allah, sambil menyambut Firman Allah yang dibawa masuk oleh para pelayan – pelayanNya.

NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai THEMA IBADAH

----- Iring – iringan pelayan memasuki ruang ibadah,
sesudah Jemaat menyanyikan 2 ayat dari kidung yang dipilih ----

VOTUM
Pel. Fir      :  Marilah kita mentahbiskan Ibadah Minggu Ke – 7 sesudah Epiphania  ini :
                         “DALAM NAMA ALLAH, BAPA – PUTERA – ROHKUDUS, IBADAH INI DITAHBISKAN BAGI KEMULIAAN ALLAH PENCIPTA LANGIT DAN BUMI, SEJAK SEKARANG INI SAMPAI KEKAL SELAMA LAMANYA”
Jemaat     :  1  .  7 / 1 ...
                         A – min

NATS PEMBIMBING
Pel. Fir      :  Nats Pembimbing yang mengarahkan seluruh prosesi ibadah ini dikutip dari KITAB INJIL MARKUS 1 : 15, yng berguni : “Jesus berkata : "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”

SALAM RASULI
Pel. Fir.     :  “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan salam di dalam nama Jesus Kristus, kiranya menyertai saudara  sekalian”
Jemaat     : DAN MENYERTAIMU JUGA, AGAR ENGKAU MENYATAKAN KEBENARAN FIRMANNYA.
NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai THEMA IBADAH
JEMAAT DUDUK

DOA PENGAKUAN DOSA
Penatua 1   :               Sudara – saudara yang dikasihi Allah !
                         Marilah kita merendahan diri dan berdoa mengakui dosa dan segala kejahatan kita kepada Allah :
                         “Ya Allah Mahakudus....
                         Pada hari yang Kausucikan ini kami berhimpun bersama, seraya mengakui doa dan kejahatan, yang kami lakukan bertentangan dengan kehendakMu. Kami meragukan pemeliharaanMu dan menggantungkan harapan pada kekuatan sendiri. Akhirnya kami gagal, putus asa dan tidak menemukan jalan keluar atas masalah keluarga dan pekerjaan.

                         Kami saling mencurigai, saling memfitnah, saling menyakiti hati sesama di dalam rumahtangga maupun Gereja. Hal itu menghambat kemajuan pekerjaanMu, pelayanan dan kesaksian terbengkalai, ya TUHAN, ampunilah kami. Sayangilah kami kembali dan bawalah ke dekatMu, agar kami menerima racchmat kebajikanMu, ya Bapa Mahakudus. Pulihkan keadaan kami, umatMu ini serta pakailah kami untuk memberitakan kemurahanMu yan telah Kaunyatakan di dalam karya Yesus Kristus, Tuhan dan Mukhalis kami....
Jemaat     :  A M I N
NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai DOA PENGAKUAN DOSA
JEMAAT DUDUK

BERITA ANUGERAH
Pel. Fir.     :  Kepada setiap orang yang datang kepada Allah dengan tulus hati mengakui dosa dan bertobat, Pemazmur mengatakan : “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. (MAZ. 32 : 5).... Berdasarkan tulisan itu, selaku pelayan Kristus, kami memberitakan bahwa pengampunan dosa telah berlaku di dalam nama BAPA – ANAK – ROHKUDUS.
Jemaat     : SYUKIUR KEPADA DIA YAN TELAH MENGAMPUNI KITA, DAN TERPUJILAN YESUS KRISTUS JURUSELAMAT DUNIA...
NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai DOA PENGAKUAN DOSA
JEMAAT DUDUK

PEMBACAAN AMANAT HIDUP BARU
Pel. Fir.     :  Saudara – saudari yan dikasihi Allah !
                         Marilah kita BERDIRI dan mendengarkan Petunjuk Hidup Baru, yang diambil dari Kitab Injil Matius 22 : 37 – 40, demikianlah bunyinya : “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.Pada kedua hukum inilah terkandung seluruh hukum Taurat dan kitab pada nabi”

                         Kiranya Rohkristus memimpin hati dan pikiranmu, agar kamu menjalankan kehidupanmu sambil mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang memuliakan Allah.

NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai  AMANAT HIDUP BARU
JEMAAT DUDUK

PADUAN SUARA / VOC. GROUP

B.   PEMBERITAAN SABDA ALLAH
·      Doa Mohon Rohkudus
Pel. Fir.  :  Ya Allah Mahakuasa !
                      Hanya oleh Firman dan RohMu saja segala sesuatu dalam alam semesta ini Dikau ciptakan. Oleh karena itu, pimpinlah hati dan pikiran kami oeh kuasa Rohkudus, agar mata hati kami terbuka dan pikiran kami mengenal jalan-jalan kehidupan yang Dikau nyatakan melalui pemberitaan hambaMu, di dalam nama Tuhan Yesus, Firman Hidup, Amin !
                     
                      Marilah BERDIRI untuk mendengarkan pembacaan Alkitab yang berintikan Firman Allah, terpujilah TUHAN, HALELUYAH !
Jemaat  :  HALELUYAH – HALELUYAH – HALELUYAH ( dinyanyikan )

Pel. Fir.  :  Hendaklah Sabda Kristus dengan segala kebenaranNya menetap di antara kamu; dan biarkanlah hati dan pikiranmu dipimpin oleh Rohkristus, agar kamu dalam satu suara memuliakan nama Allah :
Jemaat  :  KEPADAMU PUJI PUJIAN, MADAH SYUKUR DAN SEGALA KEMULIAAN, YA BAPA, PUT’RA, ROHKUDUS SAMPAI KEKAL ABADI” (KJ 474)
·      Pemberitaan / Pengajaran akan Firman

C.   JAWABAN UMAT ALLAH
NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai  PEMBERITAAN FIRMAN
JEMAAT DUDUK
·      Pengakuan Iman Rasuli
·      Doa Syafaat
·      Paduan Suara / Vocal Group
·      Pelayanan Persembahan Syukur Umat

AJAKAN PERSEMBAHAN :
Diaken   :  Marilah kita memberikan persembahan, sambil mengingat akan persan Alitab yang berbunyi : “Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan” (II Kor. 9 : 8). Sambil persembahan dikumpulkan, kita menyanyikan kidung pujian ...

NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai  sifat MINGGU EPIPHANIA
JEMAAT DUDUK

·      Doa Persembahan
Diaken   :  Matilah BERDIRI dan kita mengucap syukur serta menyerahkan pemberian ini dalam doa kepada Allah (khusus bagi presbiter GPIB PETRA Ciluar di Bogor, mohon memakai DOA PERSEMBAHAN, khususnya. formula MINGGU SESUDAH EPIPHANIA)
JEMAAT DUDUK

D.   PENGUTUSAN DAN PEMBERKATAN
·      Warta Jemaat
Diaken   :  Majelis GPIB Jemaat PETRA Ciluar di Bogor memohonkan kesabaran saudara – saudari untuk mengikuti penjelasan yang berhubungan dengan aktifitas pelayanan sepanjang minggu depan (... membaca warta ...)
                      ........
                      TUHAN Allah mengundang saudara – saudari untuk berkumpul kembali di dalam Gedung Gereja GPIB PETRA Ciluar di Bogor, agar kita bersama sama memuliakan Allah yang memberkati kita setiap hari, SELAMAT HARI MINGGU !

·      Pengutusan
Pel.Fir.   :  Kembaliah ke dalam rumahtanggamu dan lakukannlah firman yang telah engkau dengarkan. Saudara dipersilahkan saling menyalami tentangga  duduk, sambil menyatakan DAMAI SEJAHTERA. Marilah ita berdiri serta memuliakan TUHAN, Allah kita !
NYANYIAN JEMAAT
Dipilih sesuai  sifat MINGGU EPIPHANIA

·      Pemberkatan
Pel. Fir.  : Atas nama Allah yag telah memangil, mengurapi dan memberikan otoritas Kristus, kami diutusNya untuk menyampaikan berkat ke atas kamu. Arahkan hati dan pikiranmu, serta terimalah berkat TUHAN :
                      TUHAN memberkati dan menyertai engkau !
                      TUHAN menyunaru engkau dengan wajahNya dan memberi kasih karunia
                      TUHAN menghadpkan ajahNya dan memberi engkau damai sejahtera.

Jemaat  :  AMIN – AMIN – AMIN !