Kamis, 28 Oktober 2010

PENGAJARAN MINGGU 31 OKTOBER 2010 - YZAKARIA 1 : 1 - 6

Sahabat-sahabatku, khususnya untuk adikku : Pdt. Lina Matatula - Leba, STh

Beta memposting rancangan pengajaran ini tuk kalian, sekedar untuk membantu saja. Jika berkenan, kalian perlu menyesuaikannya dengan konteks jemaat yang sedang dilayani.

Khususnya untuk Lina, rancangan ini disusun terkait TATA IBADAH SYUKUR yang Bung sudah kirimkan kemarin. Lina boleh memilih memakai atau tidak memakainya.
Selamat melayani

Noke Ihalauw

ZAKHARIA 1 : 1 – 6

RANCANGAN PENGAJARAN
IBADAH MINGGU, 31 OKTOBER 2010

BERTOBATLAH KAMU !

Kembalilah kepada-Ku,
maka Akupun mau kembali kepadamu”.
beginilah firman TUHAN semesta alam.

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

MEDAN, Kamis : 28 OKTOBER 2010


PENDAHULUAN

I.      KONTEKS MISI ZAKHARIA

Firman yang diucapkan Nabi Zakharia tidak terlepas dari konteks masyarakat se-zamannya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari lebih dahulu konteks internasional, sebagaimana yang dituliskan redaksi kitab ini :

Dalam bulan yang kedelapan pada tahun kedua zaman Darius, datanglah firman TUHAN kepada nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido
Zakhaia 1:1
I.A. Tentang RAJA DARIUS

Raja Darius memerintah atas Kerajaan Persia (336 – 330 sb.M). Akan tetapi para ahli mempersoalkan nama Darius, sebab dalam silsilah dinasti ini terdapat 2 (dua) raja yang memakai nama yang sama. 1). Darius I, disebut juga raja Darius Agung, lahir tahun 550 sb.M – wafat tahun 486 sb.M; dan 2). Raja Darius III, lahir tahun 380 sb.M – wafat tahun 330 sb.M (memerintah atas Kerajaan Persia sekitar 336 – 330 sb.M). 

Oleh karena itu, seorang penafsir perlu menetapkan lebih dahulu, siapakah tokoh internasional yang bernama Darius, yang disebutkan dalam Zakharia 1:1, sebelum menjelaskan isi Kitab Nabi Zakharia. Jika hal itu diacuhkan, maka akan timbul kesalah pahaman terhadap nubuat-nubuat dalam kitab ini. Mengapa seorang penafsir dituntut melakukan analisa seperti itu ? Karena nama Darius, raja Persia, disebut juga dalam Kitab Ezra (5 : 1 – 6 : 12 -> “Kehadapan raja Darius. Salam sejahtera” Surat ini dituliskan oleh Tatnai, bupati sebelah barat sungai Efrat).  Masalah nama raja Darius tersebut bisa menimbulkan masalah baru : apakah raja Darius yang diceritakan Ezra dan Zakharia itu sama ? Jikalau identitas sang raja sama, hal itu berarti masa kerja Ezra dan Nabi Zakharia bin Berekhya bin Ido juga sama waktunya. Ternyata, hal itu benar. Informasi yang ditulis dalam Kitab Ezra menyebutkan nama Nabi Zakharia (5:1 -> “Tetapi Hagai dan Zakharia bin Ido, kedua nabi itu bernubuat terhadap orang-orang Yahudi yang tinggal di Yehuda dan di Yerusalem…”bd. Ez. 6:14.  Dan isi nubuat yang dimaksudkan Ezra --- kemungkinan besar --- tertulis dalam Kitab Nabi Zakharia psl 1 – 8). Jikalau informasi tertulis dalam Kitab Ezra itu benar, maka Raja Darius yang memerintahi Kerajaan Persia (sekitar tahun 336 – 330 sb.M) adalah sama orangnya. Dia adalah keturunan dari Darius Agung yang lahir tahun 550 sb.M – wafat tahun 486 sb.M.

I.B.  FUNGSI DAN PERAN DARIUS III DALAM SEJARAH PENYELAMATAN

Sejarah menurut tradisi agama Israel, tidak hanya menyoroti rentetan peristiwa dan pelakunya. Menurut tradisi Israel, sejarah adalah rentetan peristiwa – peristiwa yang memperlihatkan tindakan – tindakan Yang Mahakuasa, TUHAN, Allah Israel. Dialah Allah yang menciptakan dan TUHAN yang memimpin sejarah Israel dan bangsa-bangsa. Untuk mewujudnyatakan maksud dan tujuan yang telah direncanakan-Nya. TUHAN, Allah Israel, memanggil dan mengutus orang-orang yang berkenan bagi-Nya. Orang pilihan-Nya bukan saja berasal dari keturunan Abraham, melainkan berasal juga dari bangsa-bangsa non-Israel (bd. Yes. 45:1 -> “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang …”; bd. Ez. 1:1 - 4). Dengan kata lain, TUHAN, Allah Israel, berkenan memakai siapapun untuk melaksanakan pembebasan / penyelamatan atas umat-Nya. Sama seperti Koresh, demikian pula Darius III dipakai TUHAN untuk membebaskan Israel dari pembuangan di Babilonia (bd. Ezr. 4:5 -> “Selama zaman Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia, …”).
Naiknya Darius III ke atas tahta kerajaan Persia tidak dijelaskan secara rinci oleh para penulis Alkitab. Akan tetapi, jika kita menyimak secara seksama Kitab Ezra, maka kita akan menemukan data tentang pergantian pucuk pempinan pemerintahan Kerajaan Media-Persia. 

1.   Ezra 1          ->    hikayat tentang Koresh Agung dan orang buangan.
2.   Ezra 4 : 7     ->    hikayat raja Artahsasta dan pembangunan Yerusalem.
3.   Ezra 4 : 24   ->    hikayat raja Darius (masa kerja Nabi Hagai dan Nabi Zakharia); simak Ezra 6:14 “Para tua-tua Yahudi meanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja negeri Persia”.

Kesimpulan 

Mengalir dari penjelasan Ezra, kita dapat menyimpulkan situasi yang dihadapi nabi Zakharia, ketika ia menjalankan tugas kenabiannya :

A.   Situasi Internasional

1.   Pergantian penguasa kerajaan Persia, di mana orang Israel yang dibuang tinggal di sana.
2.   Pergantian itu sangat menentukan masa pengakhiran status Israel sebagai orang tawanan di Babilonia.
3.   Penggantian itu pula berhubungan erat dengan sikap Koresh yang sangat toleransi terhadap pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dari setiap suku bangsa yang ada di bawah jajahannya. Sikap ini telah membuahkan keputusan untuk menyuruh orang Israel kembali ke tanah airnya membangun Yerusalem dan Baith Allah (bd. Ez. 1:1-4).

B.   Situasi yang dihadapi dalam konteks masyarakat Israel dan sekitarnya

Keputusan Koresh mengijinkan orang buangan kembali ke tanah airnya untuk membangun Yerusalem dan Baith Allah mendapat tantangan dari suku-sukus bangsa sekitarnya. Pembangunan Yerusalem dan Bait Allah mengalami hambatan (Ezra 6:14 “Para tua-tua Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja negeri Persia”). Pada masa itulah Zakharia dan Hagai menjalankan tugas kenabian mereka. 

II. MAKNA TEOLOGI KITAB NABI ZAKHARIA 1 : 1 – 6 

II.1. Dosa Israel 

        Biasanya tradisi kenabian selalu memelihara dan mengembangkan fragmen khusus, seperti formulasi : “Janganlah kamu seperti nenek moyangmu … tingkah laku yang buruk dan yang jahat perbuatan” (Zakh. 1:4).  Umumnya, para nabi menghubungkannya dengan kejahatan yang dilakukan Yakub (Kej. 27 -> menipu Israel untuk memperoleh berkat) serta perilaku nene moyang mereka selama perjalanan di padang gurun. Dosa (= kejahatan dalam Ibr. hatat berarti pelanggaran atas hukum Taurat). 

        Yang dimaksudkan … tingkah laku yang buruk dan yang jahat perbuatan… adalah :

a.   Dosa bidang upacara ritual keagamaan

Israel mengkhianati Allah. Mereka menyelenggarakan kultus-ritual yang meriah, seakan-akan, mereka adalah orang yang setia mengasihi dan taat melakukan kehendak-Nya, padahal hatinya menjauh dari TUHAN (bd. Yes. 29:13a). 

Penyelenggaraan ibadah liturgis yang meriah itu bertujuan memperlihatkan kepada dunia, bahwa Israel menyembah TUHAN, Allah Mahakuasa, Yang Adil dan Benar; akan tetapi sesungguhnya hati dan pikiran mereka melahirkan perbuatan dan perkataan berdosa.

b. Dosa bidang pelayanan sosial

Nabi Yesaya mengatakan : “Ibadah-Nya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yes. 29:13b). Memang peraturan-peraturan keagamaan yang ditafsirkan berdasarkan Hukum Taurat diharuskan untuk dihafalkan (bd. Ul. 6:6-9).

Israel melakukan ketidak adilan dan ketidak benaran, menindas orang miskin dan menginjak hak-hak orang lemah (Amos. 3:4-16), mereka tidak melakukan yang baik, padahal pengajaran itu telah diberitahukan sejak zaman dahulu kala (bd. Mik. 8:6), dan sebagainya. 

II.2. Penghakiman dan Penghukuman Allah

        Para nabi selalu muncul untuk menyampaikan firman TUHAN tepat pada saat-saat Israel sedang berbuat dosa. Nabi-nabi mengerti dan menyadari fungsi – perannya sebagai mulut TUHAN (Amos 3:1-8; Yer. 15:19). Mereka meyakini penuh, bahwa TUHAN, Allah Israel, memanggil dan mengutus mereka memberitakan firman-Nya yang adil dan benar. Jika Israel, selaku anak-anak Allah, tidak mematuhi serta melaksanakan firman-Nya, maka TUHAN pasti menghukum mereka. 

II.3. Sikap terhadap penghukuman Allah

        Untuk mengatasi berbagai masalah, yang dimengerti sebagai hukuman TUHAN, maka para nabi memberitakan seruan pertobatan. Inilah pola berpikir para nabi.  Beberapa contoh di bawah ini mewakili tradisi dari tiap-tiap nabi merumuskan makna pertobatan :

a).  NABI YESAYA  

Seruan tobat          : “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan jahat dari depan-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, per-juangkanlah perkara janda-janda” (Yes. 2 : 16 – 17)

Anugerah Allah      : “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan emnjadi putih seperti bulu domba” (Yes. 2 : 18).

Perintah & Berkat : “Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik di negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang” (Yes. 2:19-20)

b).  NABI YEREMIA

Seruan Tobat         : “Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu (Yer. 7:3a). 

                                  Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, Aku akan menyembuhkan engkau dari murtadmu” (Yer. 3:22a)

Pengakuan Umat   : “Kita telah berdosa kepada TUHAN, Allah kita ! Kita dan nenek moyang kita dari masa muda sampai hari ini, tidak mendengar suara Allah kita ! (Yer. 3:24-25)

                                  Inilah kami, kami datang kepada-Mu, sebab Engkaulah TUHAN, Allah kami”. (Yer. 3:22b)

Perintah Allah        : “Jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu, jika kamu sungguh-sungguh melaksanakan keadilan di antara kamu masing-masing, tidak menindas orang asing, janda, yatim – piatu, tidak menumpahkan darah orang yang tidak bersalah di tempai ini, dan tidak mengikuti allah lain” (Yer. 7:5-6)

Berkat Allah           : “Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini” (Yer. 7)

II.3.  Pertobatan menjadi langkah awal menuju masa depan baru yang diciptakan Allah.

        Umat Allah (Israel maupun Gereja) perlu mengetahui dan mengerti, bahwa tidak ada jalan lain (tidak ada jalan lain menuju Roma) untuk memasuki masa depan, kecuali bertobat dan kembali melaksanakan segala perintah-Nya. Satu satunya jalan hanyalah kembali kepada Allah

        Berita ini juga yang disampaikan oleh nabi Zakharia kepada orang-orang Israel yang sudah kembali untuk membangun tembok Yerusalem dan Baith Allah. Zakharia mengecam Israel, dengan mengatakan (Zak.1:2-5) : “Kamu seperti nenek moyangmu yang kepadanya para nabi yang dahulu telah menyerukan : Berbaliklah dari tingkah langkahmu yang buruk dan dari perbuatanmu yang jahat (bd. Yer. 7:5-6). Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau menghiraukan Aku” (bd. Yer. 3 : 24-25). Jikalau Israel (orang buangan) tidak mau mendengarkan dan tidak mau mnuruti firman Allah yang disampaikan Zakaria, maka mereka akan dihakimi dan dihukum oleh Allah sendiri. Tetapi jika mereka bertobat, meninggalkan segala dosa kejahatannya serta kembali kepada Allah, so pasti Allah membuka dan memimpin mereka berjalan ke masa depan yang dijanjikan-Nya. Itulah berkat-Nya. Dan, berkat itu hanya diperoleh setelah umat mengakui dosa, bertobat dan kembali melakukan segala sesuatu yang difirmankan oleh TUHAN Allah. 

III. APLIKASI KE DALAM PENGAJARAN MINGGU, 31 OKTOBER 2010

1.   Sejarah Gerakan Reformasi dalam Gereja Katolik Roma

493 tahun yang lalu, tepat pada Hari Minggu, 31 Oktober 1517 terjadi Reformasi dalam Gereja Katolik. Pada hari itu rahib Dr. Marthin Luther memproklamasikan 99 dalil (bulla) di hadapan pimpinan Gereja Katolik di Katedral Wittenberg. Reaksi itu berhubungan erat tentang kekuasaan (otoritas) Gereja, diwakili oleh jabatan Paus serta pemberian pengampunan dosa oleh Gereja berdasarkan kekuasaan Paus (sebagai wakil Kristus di dunia). Salah satu keberatan Luther adalah pemberian Surat Idulgensi (Surat Penghapusan Hutang Dosa). Luther menegaskan keyakinan kristiani berdasarkan kesaksian Alkitab, bahwa manusia dibenarkan oleh anugerah Allah dalam iman kepada Yesus Kristus, dan bukan karena perbuatan baik yang dikerjakannya. Oleh karena itu, ia menolak segala bentuk ajaran yang memberikan peluang kepada Gereja menganugerahkan penghapusan dosa manusia atas nama Allah. Gereja hanya ditugaskan untuk memberitakan, dan bukan menggantikan Allah untuk menghapus dosa.

2.   Iman Reformasi : Keselamatan Anugerah Allah

Memang benar, ada ajaran Gereja Roma Katolik tentang aturan-aturan keselamatan (ordo salutem). Hal itu berguna sebagai penuntun manusia menuju keselamatan. Akan tetapi keselamatan itu bukanlah pemberitan manusia, bukan pemberian Gereja atau Paus di Vatican atas nama Allah. Pengampunan, penghapusan dosa dan atau pembenaran itu dikerjakan oleh Allah dalam iman kepada Yesus Kristus (justification by faith). Diselamatkan hanya oleh anugerah (saving by grace alone). 

3.   Iman Reformasi : Iman berbuah dalam perbuatan baik.

Bertolak dari pemahaman akan iman reformasi, orang kristen patut mengetahui dan mngerti, bahwa perbuatan baik yang dilakukannya bukan bertujuan, agar ia memperoleh pahala keselamatan (seperti yang diajarkan dalam Agama Islam), melainkan untuk membuktikan keselamatan yang telah diberikan Allah ke dalam kehidupan pribadi dan persekutuannya. Perbuatan baik itu ia kerjakan (bd. Flp 2:12) sebagai pernyataan ungkapan syukur kepada Allah (Kol. 3:17) melalui pelayanan-kesaksian terhadap manusia sengsara di dalam dunia (Gal. 6:10).

4.   Gereja adalah manusia berdosa yang terus menerus harus dibaharui (Kol. 3:10)

Gereja masih di dalam dunia, tetapi bukan berasal dari dunia (bd. Yoh. 17:14). Gereja diciptakan oleh Allah untuk menyelenggarakan ibadah di tengah-tengah manusia, di dalam dunia, bahi kemuliaan-Nya. Sebagai warga dan pejabat Gereja, manusia terbuka kesempatan untuk berbuat dosa. Malahan sering warga dan pejabat Gereja tergoda berbuat jahat. Inilah bentuk kedagingan / lahirian dari Gereja selaku orhanisasi di mana orang-orang percaya bersekutu di dalamnya. 

Oleh karena itu, orang-orang percaya yang berhimpun sebagai Gereja (KELUARGA ALLAH), wajib saling mengakui dosan di hadapan Allah (I Yoh. 1:7-10) serta memberi diri dipimpin oleh Roh Allah (Gal. 5:25). Pengakuan dosa kepada Allah dan sikap terbuka untuk saling mengakui dosa merupakan modal utama bagi pembangunan Keluarga Allah (Gereja) yang sehat (church hospitality). Di dalam pengakuan dosa, orang-orang percaya menyerahkan seluruh kehidupannya ke bawah kendali Roh Allah, yang membaharui dan memimpin mereka terus-menerus. Sikap mental (saling mengakui dosa dan saling menerima) akan membantu orang-orang percaya berjalan bersama-sama, sambil mengerjakan pekerjaan Yesus Kristus secara bersama-sama pula. 

5.   Pemhaharuan manusia dan organisasi bertujuan menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yakni : DAMAI SEJAHTERA. Gereja yang baru selalu harus mengalami pembaharuan (Ecclesia reformata simper reformanda). Inilah semboyan yang dipakai oleh gereja-gereja reformasi dalam penyelenggaraan Gereja Kristus. Artinya : pertama, para pejabat gereja patut menyadari, bahwa oleh karena konteks masyarakat (konteks misi) Gereja sebagai organisasi bisa saja berbuat dosa. Kelemahan dan kekurangan itu melekat pada setiap orang percaya di dalam gereja, baik pejabat maupun warganya. Kondisi berdosa itu dapat mengamputasi kehidupan Gereja selaku Keluarga Allah yang menjadi saluran berkat. Bertolak dari realitas ini, Gereja membutuhkan spiritualitas yang kokoh, yang dianugerahkan Allah di dalam kepemimpinan Rohkristus; supaya Dia membaharui fungsi sistem organisasi serta peran seluruh orang percaya, sehingga Gereja berbuah bagi kemuliaan Allah dan menjadi saluran damai sejahtera kepada dunia dan manusia. Kedua, pembaharuan yang dimaksudkan itu terkait dengan roh dan pikiran (Efs. 4:23) serta hati orang percaya (Yeh. 36:25-27), yang dilakukan terus menerus (Kol. 3:10), agar mereka memikirkan, merencanakan dan mengerjakan apa yang telah dikerjakan Allah, seperti kata Yesus : “Apa yang telah Aku perbuat kepadamu, perbuatlah semuanya itu kepada orang lain” (bd. Yo. 13:13).

6. Aplikasi ke dalam kehidupan GPIB dan Jemaat-Jemaatnya

6.1.  Allah menghendaki GPIB mengadakan pertobatan total

PS-GPIB 2010 telah berlalu. Di dalam PS-GPIB seluruh Jemaat-Jemaat yang diwakili utusannya telah mengikrarkan janji dan membuat kesepakatan untuk terus menerus mengerjakan karya Yesus Kristus melalui pekerjaan Gereja. Kesepakatan itu tampak dalam keputusan untuk menetapkan TATA GEREJA, PKUPPG, PERANGKAT TEOLOGI, serta EKONOMI GPIB. Hal itu sangat positif, baik dan benar. 

Akan tetapi perlu dikaji ulang, apakah kesepakatan itu lahir dari kesadaran akan pertobatan, ataukah dipengaruhi oleh suasana Persidangan Sinode ? Jika kesepakatan itu lahir karena pengaruh kondisi persidangan, maka dosa Gereja akan terus menerus diwariskan kepada generasi berikutnya. Tidak pernah akan berubah, tidak memenuhi standar yang dimaksudkan gereja-gereja reformasi : ecclesia reformata simper reformanda. Cara itu bagaikan lipstick di bibir Gomer binti Diblaim. Hanya penghias untuk menutupi kejahatan organisasi. 

Sesungguhnya, dan adalah benar, jika kesepakatan itu lahir dari hati dan pikiran yang bertobat kepada Allah dan saling mengakui dosa satu terhadap yang lain. Kesepakatan yang lahir dari pikiran dan hati yang sudah bertobat memungkinkan semua pejabat dan warga, pimpinan dan aparat GPIB menanggalkan cara hidup lama dan mengenakan yang baru : saling mengasihi, saling mendukung, sehati, sejiwa, sependeritaan ketika melaksanakan pekerjaan misional menuju masa depan TUHAN. Tanpa pertobatan yang benar, yang lahir dari roh, hati dan pikiran serta diperlihatkan melalui sikap terbuka, GPIB akan sulit melangkah maju. Dosa turunan ini akan membuat GPIB berkanjang dalam kubangan, dan berpikir telah berjalan maju, padahal berkutas di masalah yang sama

Betobatlah GPIB ! Itulah gema dari inti pemberitaan Zakharia, ketika Gereja ini bukan saja mengingat rayakan kepemimpinan TUHAN atas kehidupannya (31 Oktober 2010), tetapi sekaligus mengucap syukur karena Dia telah melakukan reformasi sejak zaman rahib Marthin Luther, Zwingli dan Ioanes Calvin sampai di Indonesia sekarang ini. 

6.2. Pertobatan berarti juga mengubah paradigm

       Pertobatan bukan saja dilakukan atas fungsi sistem organisasi; akan tetapi juga menyentuh paradigma berpikir (termasuk pendekatan) terhadap masalah kebangsaan dan kemanusiaan. Secara radikal GPIB perlu membaharui pemahamannya tentang Gereja selaku KELUARGA ALLAH, di mana fungsi sistem organisasi serta manusia selaku pelaksana, berinteraksi di dalamnya. 

        Itu bukan berarti fungsi sistem organisasi yang telah bertumbuh ditiadakan dan diganti sesuatu yang baru. Bukan ! Tetapi GPIB patut memikirkan bagaimanakah cara pemberdayaan (revitalisasi dan refungsionalisasi), agar tujuan visinya dapat dikerjakan dan mencapai sasaran (goel oriented).

AKHIR’UL-KALAM

GPIB, Pejabat dan Warganya, dihadapkan pada konteks masyarakat yang sedang berubah (bergeser), karena pengarus globalisasi dunia. GPIB tidak dapat menghindarkan diri dari dampak negatifnya. Banyak hal telah berubah, sejak globalisasi dimulai. Jika pejabat GPIB kurang menaruh perhatian, kurang memikirkan dan menyusun strategi perencanaan secara baik (setelah menguji dan mengkaji) konteks ini, maka Gereja akan menjadi sekumpulan orang-orang buta yang dipimpin oleh orang-orang jahat. Orang-orang buta itu akan mengaminkan apa saja yang diinginkan dan atau mengerjakan apa saja yang disuruh oleh orang-orang jahat. Lalu GPIB berubah menjadi kumpulan orang-orang fasik yang akan dibawa ke meja pengadilan Allah. 

Marilah dengan semangat baru, dan dalam kepemimpinan MS-GPIB XIX ini, seluruh pejabat dan warga GPIB melakukan pertobatan masal dalam ibadah jemaat pada Minggu, 31 Oktober 2010. Kita bersama-sama, sekalipun di tempat yang berbeda, mengikrarkan doa yang sama : YA TUHAN BAHARUILAH KAMI, dan mengikrarkan janji yang sama : YA TUHAN, UTUSLAH KAMI SEBAGAI ALAT PEMBERITAAN DAMAI SEJAHTERAMU KE DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BANGSA INDONESIA. Kiranya TUHAN memberkati MS-GPIB XVII yang telah melaksanakan tugasnya, menyertai dan memimpin MS-GPIB XIX, memelihara Warga dan Pejabat GPIB di dalam semua Jemaat, agar kita melaksanakan Misi Kristus bersama-sama, supaya nama Allah dimuliakan. Soli Deo Gloria !

SALAM DALAM KERINDUAN

MEDAN, 28 OKTOBER 2010

PDT. ARIE A. R. IHALAUW