Selasa, 24 Mei 2011

MUSIBAH PESAWAT MERPATI

Basudara, KELUARGA BESAR IHALAUW di Ambon, khususnya di Passo. Setelah mendengar laporan dari daftar manifes penumpang pesawat Merpati yang jatuh di Papua, serta tulisan basudara di dalam FB, beta merasa terpanggil untuk menuliskan catatan ini sebagai penghiburan bagi seluruh Keluarga Besar Ihalauw, seraya meminta perhatian kita bersama, agar dapat membantu keluarga (anak-anak ?) yang ditinggalkan. Mudah mudahan tulisan ini dapat menghibur dan menguatkan kalian semua.



APAKAH KEHIDUPAN BERHENTI
KETIKA KEMATIAN MENJEMPUT KITA ?

PENDAHULUAN

Artikel ini saya tuliskan, ketika menggumuli masalah musibah kecelakaan saudaraku tercinta : Bung Jonas Ihalauw dan isteri, yang jatuh bersama Pesawat Merpati di Papua beberapa hari lalu. Seakan beta berdiri di hadapan Allah dan menyoal Yang Mahakuasa atas penderitaan manusia. Apakah kesalahan saudaraku sehingga ia dan isterinya meninggal dunia ? Kematian yang datang begitu tiba-tiba telah menusuk ikatan kekaluargaan di antara kami. Beta menuliskan hal ini sebagai penghiburan dan penguatan kepada seluruh Keluarga Ihalauw, karena dukacita mendalam atas wafatnya saudara kita. Beta berani bersaksi, bahwa inilah peristiwa kedua yang pernah dirasakan. Sebelumnya kakakku : Bung Hein Piter, juga wafat bersama jatuhnya Pesawat Mandala di Ambon. Sampai saat ini, beta masihmenyanyikan lagu gubahan Ebiet G Ade : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?” Selalu saja jawaban yang diberikan oleh pemerintah : human error atau cuaca buruk. Sekarang pun masih saja ada alasan yang didebatkan sekitar pengadaan pesawat. Kembali lagi lagu itu didengungkan di atas derita semua yang meninggal karena kecelakaan pesawat : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

KEMATIAN ADALAH MANUSIAWI

Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?” Bukan hal yang perlu didebatkan dalam peristiwa nahas seperti ini. Dan, tidak perlu dicarikan alasan menurut ajaran semua agama tentang dosa yang menyebabkan kematian. Sebab tanpa dosapun manusia harus mati. Bukankah menurut keyakinan yang diajarkan agama-agama : Yesus-Kristus, Nabi Muhammad, saw dan Sidharta Budha Gautama yang dipercaya tidak berbuat dosapun wafat ?  Beta tidak membicarakan bagaimana caranya manusia memenuhi hukum alam (kematian); akan tetapi beta menyoal pemahaman iman yang diajarkan semua agama tentang dosa dan kematian. Betapapun kita berusaha sekuat tenaga dan mengeluarkan sejumlah besar uang untuk membelanjakan kehidupan, kita pasti mati !

1.     Kematian sebagai keharusan mutlak

Betapapun kita berusaha sekuat tenaga dan mengeluarkan sejumlah besar uang untuk membelanjakan kehidupan, kita pasti mati ! Inilah akhir dari perjalanan panjang manusia di atas bumi. Ini juga hukum alam. Inilah keterbatasan manusia. Secara agamawi kita mengakui, bahwa manusia dibuat dari bahan baku : tanah-liat. Penciptaannya telah menunjuk pada ketidak sempurnaan dan ketidak berdayaan diri untuk melawan “keadaan” (nasib). Ia wajib dan harus mati.

2.     Cara Memasuki Kematian.

Kita selalu tidak dapat membedakan kewajiban dan cara / jalan untuk memenuhi kewajiban. Kita selalu mencampuradukkan kedua hal itu. Sering kita mengomentari cara / jalan seseorang memilih bagaimana ia akan mati. Atas dasar itu kita menghakiminya. Pemahaman seperti buruk dan tidak benar.

a).  Kematian karena hukum alam.

     Kematian seperti ini wajat dan sehat. Manusia yang bertumbuh sejak kecil akhirnya menjadi tua renta. Sama seperti hewan dan tetumbuhan yang sudah berusia lanjut akan mati, demikianlah manusia. Nafas yang berada di dalam tubuh jasmaniah akan putus, berbarengan dengan otak, jantung dan paru berhenti bekerja. Apakah perlu dipertanyakan lagi : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

b).  Kematian karena eksekusi

   Seorang penjahat sosial (pelaku tindak kriminal) yang dapat membahayakan kehidupan sesamanya dihukum mati. Cara / jalan ini ditempun melalui prosedur yuridis formal. Hukum mengakhiri kehidupan (tidak sama artinya dengan nafas) seseorang. Kadang kita mendapatkan kepuasan menyaksikan tindakan ketidak adilan hukum yang merebut nafas pemberian TUHAN (Kej. 2:7). Simaklah cerita tentang pengadilan Yesus. Kita berdiam diri seakan menyetujuinya. Hakim dan jaksa lupa bertanya : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

c).  Hak untuk Memilih kematian

     Ada juga kasus di mana seseorang memakai kebebasannya (Hak Azasi) untuk memilih kematian. Ketika tidak mampu mengatasi masalah secara psikologis,  seseorang memilih mengakhiri nafasnya (kasus bunuh diri) kemudian mati. Lantas umat beragama memvonis perbuatannya berdosa. Namun kita tidak pernah bertanya : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

     Ada juga kasus lain, yakni : penderita penyakit menahun. Dahulu kaya dan jatuh miskin, karena seluruh harta bendanya terkuras untuk upaya penyembuhan. Karena penderitaan yang belum selesai dan dana telah banyak terkuras, pada akhirnya ia memilih untuk mengakhiri nafasnya. Berdasarkan alasan kemanusiaan dan juridis formal dokter menolak melakukannya. Herannya begitu mudah penolakan, tetapi tidak pernah mengurangi pembiayaan rumah sakit ! Justru keputusan dokter seperti itu tidak manusiawi, sebab biaya rumah sakit semakin menumpuk. Dokter hanya tahu untuk berkata : “Tidak boleh !” Lantas tidak memikirkan betapa semakin parah penderitaan pasiennya. Untuk apa si pasien hidup, jika untuk makan saja ia tidak memiliki uang, apalagi untuk berobat. Di sini pun dokter lupa bertanya : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

d). Kematian karena musibah

1.  Belajarlah dari berbagai peristiwa alam yang menimpa bangsa ini : tsunami di Atjeh, gempa bumi di Jogja, dan lain-lain (yang tidak terjadi karena ulang manusia). Hampir setiap tahun kita meratapi anak-anak bangsa yang tertimpa musibah. Peristiwa itu mengulang kembali, dan berbagai alasan diajukan untuk membela diri. Pemerintah dan rakyat bangsa ini tidak pernah bertanya : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

2.  Sejak sebelum peristiwa jatuhnya pesawat di Gunung Tinombala, banyak musibah yang dialami penumpang pesawat terbang maupun kecelakaan kapal laut, tabrakan kereta api, dan sebagainya. Banyak dalih yang diajukan oleh pihak terkait, setelah itu masalahnya didiamkan sampai akhirnya muncul jatuhnya Pesawat Merpati di Papua. Tak seorangpun bertanya : “Ini salah siapa ? Ini dosa siapa ?

     Agaknya kesadaran manusia dalam bangsa ini semakin kritis. Banyak demostrasi dilakukan untuk mencari kebenaran. Akan tetapi ketika demonstran itu telah diberikan kedudukan tinggi, maka mulutnya pun sama seperti orang-orang yang dilawannya, ketika masih menjadi mahasiswa. Akhirnya beta berpikir  negatif, semuanya sama saja. Jika kebutuhan dan kepentingan telah diperoleh, maka orang melupakan idealismenya.

3.     Kekuatan Cinta Mengalahkan Kekuatan Kematian

Tidak seorangpun tenang, tanpa kegelisahan dan keresahan, ketika menghadapi serangan kematian. Semua orang pasti berkata : “Aku membenci kematian”, padahal kematian bukanlah musuh manusia. Memang ada banyak orang mati tidak berbahagia dalam kematiannya. Sebab mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengalahkannya. Orang-orang ini tidak mencintai hidup, tetapi berusaha mempertahankan nafas. Orang seperti itu tidak mungkin berbahagia dalam kematian karena tidak menemukan jalan keluar, dan akan mengalami kesulitan mempertahankan hidup keadaan mati (dalam peti jenasah dan dalam kuburan).

Hanya orang yang memiliki cinta akan mampu mengalahkan kematian. Orang-orang yang memiliki cinta itu mencintai masa depan yang akan datang menyongsognya melalui kematian. Orang-orang seperti ini sangat bersikap bersahabat dengan kematian. Sebab menurut keyakinan orang-orang ini, kematian bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi jembatan yang membawa manusia melihat masa depan baru. Orang-orang seperti ini mencintai kehidupan di bumi sekarang ini maupun yang akan dimasukinya di dunia yang berada diseberang kematian. Orang-orang seperti ini tidak mempertahankan nafasnya, ketika kematian merengut. Ia memiliki kekuatan cinta yang membuat hati dan pikirannya damai ketika memasuki lorong kematian. Hanya dengan memiliki kekuatan cinta, siapapun dapat menaklukkan kematian.

4.    Kematian merupakan Jembatan menuju Kehidupan Kekal.

a). Kematian bukan saja sebuah fenomena alam, tetapi sering merupakan kiasan untuk melukiskan berbagai keadaan : stagnasi, kacau, kudeta, keadaan, ketidak berdayaan, keadaan jahiliah, tudak berproduksi, keterbatasan, ketidakmampuan psikologis dan sebagainya.  

b). Agama-agama menggunakan kematian sebagai kiasan (ilustrasi) untuk menguraikan ajaran tentang dosa (evil, sin) dan kuasa kegelapan (The Devil or dead’s power). Kadang-kadang disebabkan karena pengalaman menguburkan jenasah ke dalam kuburan gelap, maka kematian itu dipakai sebagai kiasan kegelapan, yang bertentangan dengan terang. Terang diidentifikasikan kepada Allah, sedangkan gelap identik dengan Iblis – Setan. Antinonim seperti itu selalu ada dalam tiap bahasa.

     Hanya saja, berdasarka iman kepada Allah di dalam Kristus, beta tidak sependapat jika kita mengatakan kematian mampu mengakhiri kehidupan. beta sependapat dengan siapapun yang berkata : “Kematian mengakhiri nafas manusia”. Mengapa ? Sebab hidup dan kehidupan itu bukan sekedar nafas saja. Nafas manusia terbatas. Bisa putus napas oleh keadaan apapun. Tetapi Hidup itu tidak tersentuh dan tidak dapat ditaklukkan oleh kematian. Hidup itu tidak dimiliki oleh manusia. Hidup itu dimiliki oleh Allah. Hidup yang dimiliki manusia itu adalah pemberian Allah. Alkitab berkata : “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kej. 2 : 7). Kata “nafas-hidup” dalam Bahasa Ibrani ditulis “ruach” (bd. Kej. 1 : 2 -> “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah (ruach elohim) melayang-layang di atas permukaan air”. Kata “ruach” memiliki banyak sinonim, seperti : angin, semangat, roh). Dengan demikian, makna kata “nafas-hidup” menunjuk pada kekuatan ilahi yang berdiam di dalam tubuh manusia. Kekuatan ilahi-lah yang menghidupkan manusia. Kekuatan itulah yang menggerakan jiwa dan tubuh untuk menampilkan gerakan-gerakan yang bermakna (Dalam arti demikian, saya bertanya : dapatkah orang gila disebut hidup, padahal gerakan-gerakannya tidak dimengerti orang diseitarnya  ?). Manusia disebut makhluk yang hidup, karena Allah mengalirkan kekuatan hidup-Nya (bd. Maz. 36:10 ->Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang; bd. Yoh. 1:4 -> “Dalam Dia ada Hidup dan Hidup itu Terang manusia”; Yoh. 6:63 -> “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup”). Jadi, hidup yang berasal dari Allah tidak dapat dihentikan oleh kematian. Hidup itu kembali kepada sumbernya, bak air mengalir menuju segara.

5.    Kesejajaran dengan Ucapan Yesus.

a).  Manusia-hidup bergantung pada Allah

Pemahaman di atas mengalir oleh karena penghayatan akan ucapan – ucapan Yesus di dalam tulisan-tulisan Yohanes. Menurut rasul, Yesus berkata : “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6 : 35, 48, 51); "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu : Berilah Aku minum ! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (Yoh. 4:10). Rasul menuliskan hal itu untuk memudahkan pengenalan akan Yesus, bahwa Dia sanggup memenuhi kebutuhan manusia (bd. Yoh. 15:7 -> “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”; ay. 16 -> “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”). Bagaikan lampu pijar akan selalu bernyala, jikalau ia selalu berhubungan dengan generator listrik, demikianlah kehidupan manusia berhubungan dengan Allah. Dengan demikian hidup dan kehidupan di atas bumi, menurut Yesus, tidak tergantung dari makanan-minuman semata, tetapi dari firman yang diucapkan Allah (Mat. 4:4 – “Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”; bd. Ul. 8:3 – “… manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN”).

b).  Kehidupan setelah kematian

b.1. Aadalah harapan di balik kematian tubuh manusia ?

Yohanes mencatat percakapan Yesus dengan Maria, saudara Lazarus yang telah dikuburkan selama 3 (tiga) hari : “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini ? Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia. Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia” (11:25-27). Ucapan ini sungguh-sungguh dikatakan Yesus. Bukan mitos yang terpelihara dalam narasi di sekitar karya Yesus.

Kematian Lazarus menjadi kesempatan bagi Yesus untuk membuktikan kekuatan kuasa Allah yang dimiliki Yesus (Mat. 28:18 – “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”) untuk melaksanakan pekerjaan Allah, Bapa-Nya, dengan membangkitkan tubuh jasmaniah manusia-mati.

b.2. Di manakah manusia-hidup bertempat tinggal setelah tubuhnya dikuburkan ?

       Yohanes mencatat ucapan Yesus : Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” (Yoh. 14:1).

b.3.  Apakah nama jalan yang harus ditempuh, supaya manusia dapat masuk ke dalam “rumah Bapa” ?

       Yesus berkata : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Saya menafsirkannya : “Akulah jalan yang benar menuju hidup yang kekal”. Nama jalan itu : Jesus. Di manakah Dia berada sekarang ? Di rumah Bapa-Ku.

b.4.  Bagaimanakah kita dapat berjalan menuju rumah Bapa di sorga ?

       Yesus bertanya : “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini ?” (Yoh. 11: 25 – 26). Yesus member tantangan kepada siapapun  untuk memilih jalan : kehidupan atau kematian. Barang siapa yang menerima Yesus selaku Tuhan dan Juruselamatnya, ia akan diselamatkan serta mendapat tempat di dalam rumah Bapa. Barangsiapa tidak percaya, ia tidak akan mendapat tempat disana. Ia akan dihukum bersama semua orang yang melawan Kristus dan penghulu Iblis – Setan.

6.    Di manakah mereka berdua: Bung Jonas Ihalauw bersama isteri yang meninggal dalam keselakaan pesawat ? Bagaimanakah keadaan mereka ?

a). Sejak saudara kita : Bung Jonas dan isterinya, menghembuskan nafasnya, maka berdasarkan imannya kepada Yesus-Kristus, Anak Allah yang Hidup, dan berdasarkan kesaksian Alkitab : “engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej. 3:19; bd. Ayb. 54:15 – “…dan kembalilah manusia kepada debu…”), tetapi rohnya kembali kepada Allah (bd. Maz. 104:29 – “apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu”).  

b). Bagaimanakah keadaan mereka di sana ? Yohanes menuliskan firman yang diilhamkan oleh Roh Allah : “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why. 14:13) : berbahagia di dalam Kristus !

7.   Apakah tugas dan panggilan Allah yang harus dikerjakan Keluarga Besar Ihalauw atas dukacita ini ?

TUHAN, Dialah Allah kita, telah melimpahkan rachmat-Nya dengan tidak terbatas kepada setiap keluarga kita. Dia telah memberkati leluhur kita dan membuat mereka menjadi anak-anak-Nya. Oleh karena itu, sebagai keturunan orang-orang beriman, kita tidak boleh menyesali ketetapan Allah bagi kedua saudara : Bung Jonas Ihalau dan isterinya. Kita juga tidak boleh berpangku tangan melihat penderitaan anak-anak yang ditinggalkan suami-isteri itu. Kita wajib menolong mereka dengan cara yang sesuai kehendak Kristus. Dengan demikian kita memenuhi hukum Kristus : “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu ! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” (Gal. 6 : 2, 10). Itulah ibadah yang wajib kita lakukan, bukan saja karena alasan semarga, melainkan terutama demi pelayanan kasih kepada anak-anak Bung Jonas yang ditinggalkan, supaya mereka hidup berdampingan dengan seluruh keluarga besar Ihalauw sambil memuliakan Allah demi nama Kristus-Yesus.

MEDAN – SUMATERA UTARA

Hari Selasa, 24 Mei 2011, pukul 21.45 WIB

Salam dan Doaku
Untuk Keluarga Besar Ihalauw yang berduka
di Passo - Ambon

dari
Keluaga Ihalauw di Medan

Noke, Sientje, Ben-Yada, Ben-Amor dan El-Chesed

Eancangan Pengajaran Hari Rabu, 29 Mei 2011 - Lukas 24 : 36 - 49


RANCANGAN PENGAJARAN
IBADAH HARI MINGGU
Minggu, 29 MEI 2011

MAKNA KEBANGKITAN YESUS BAGI
GEREJA DAN WARGA YANG MENJALANKAN MISINYA

– 1 –

PENDAHULUAN

Apakah makna kebangkitan Kristus bagi Gereja dan warganya pada masa kini dan masa depan, jikalau masih ada keraguan untuk menuntaskan masalah terkait pelaksanaan dan penyelenggaraan pekerjaan pelayanan kesaksian ? Meskipun narasi ini dituliskan sehubungan dengan pengalaman para murid dan pengikut Yesus dalam peristiwa 40 hari setelah Ia dibangkitkan; akan tetapi saya berusaha mengkajinya sesuai konteks misional yang sedang dan akan dihadapi Gereja dan warganya kini – mendatang.

 – 2 –

NASKAH DAN PENJELASAN

Pembimbing ke dalam Alkitab Perjanjian Baru, khusus  Pengantar Injil Lukas, tidak akan dijelaskan di sini, oleh karena, sudah dilakukan berulang-ulang. Kita akan memperhatikan perikop Lukas 24 : 36 – 49 dibandingkan dengan tulisan Rasul Yohanes (Yoh. 20 : 19 – 23)


Rekonstruksi Narasi dan Komparasi serta Penjelasan



A.

LUKAS 24 : 36 – 49

B.

YOHANES 20 : 19 – 23

36
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka : Damai sejahtera bagi kamu !
19
Ketika hari sudah malam pada hari per-tama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata : “Damai sejahtera bagi kamu !”


PENJELASAN

1.    Rasul Yohanes mengawali narasinya dengan menjelaskan hari, di mana para murid dan pengikut Yesus berkumpul : “’hari pertama’ minggu itu”, yakni Hari Ahad -> Bahasa Ibrani, atau Hari Minggu -> Bahasa Latin. 

2.    Kondisi psikologis mereka masih traumatis. Mereka takut terhadap orang Yahudi, karena itu mereka mengunci pintu


3.    Rasul Yohanes dan Tabib Lukas sama-sama menuliskan, ketika Yesus menjumpai para murid dan pengikut-Nya, dan berkata : “Damai sejahtera bagi kamu”.

4.            

MAKNA KESAKSIAN INJIL
BAGI PEMBERITAAN DAN PENGAJARAN FIRMAN ALLAH

1.    Kondisi Psikologis. Tiap orang bertumbuh karena interaksi sosial. Di sana ia banyak mengumpulkan berbagai pengalaman : ada yang pahit ada pula yang manis, ada yang menyenangkan dan ada pula yang tidak menyenangkan, ada sikap penolakan dan ada juga yang berpihak, ada persahatan dan ada pula permusuhan. Kondisi sosial seperti itu akan dialami siapapun dalam kurun waktu dan ruang tempat yang berbeda. Kondisi itu wajar-wajar saja. Hanya saja setiap orang membutuhkan “daya tahan dan rasa percaya diri” yang ekstra kuat. Kondisi psikologis harus kuat, jika tiak demikian orang akan mengalami tekanan. Dan kalau tekanan itu berulang dialami akan menyebabkan rasa takut yang akut (traumatis). Inilah yang dialami para murid dan pengikut Yesus sebelum sampai kematian.

2.    Perjumpaan dalam Kebangkitan Yesus. Karena “feeling in group” yang kuat di kalangan para murid dan pengikut-Nya, mereka selalu bersekutu untuk berdoa bersama. Tujuan untuk memulihkan (menyembuhkan) situasi psikologis, setelah ditinggal mati oleh Yesus.

Ketika Yesus “menampakkan diri” secara tiba-tiba, persekutuan itu merasa takut tinggi. Mereka menduga informan para iman telah mengetahui persembunyianna. Mereka pasti akan dibantai. Akan tetapi rasa takut itu hilang, setelah mengetahui bahwa Yesuslah yang menjumpai persekutuan itu. Hati mereka terhibur, ketika mendengar perkataan-Nya : “Damai sejahtera bagi kamu”.

3.    Damai-Sejahtera adalah Karya Alllah yang diberikan ke atas manusia. Damai-sejahtera itu bukan saja lahir dari ucapan, tetapi terlebih-lebih melalui tindakan aktif atas inisyatif Yesus sendiri. Perjumpaan antara Yesus dan para murid juga pengikut-Nya telah menenteramkan situasi hati yang gelisah dan pikiran yang resah. Damai sejahtera tercipta dalam perjumpaan, di mana kedua pihak berpartisipasi ke dalamnya : Yesus dan para murid juga pengikut-Nya. Kehadiran Yesus sesudah peristiwa kematian menyatakan penyertaan dan pemeliharaan-Nya atas orang-orang yang mengasihi Dia. Kehadiran Yesus menjamin kehidupan umat milik-Nya (bd.Mat. 28:20 ->Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”) Tanpa tindakan konkrit, damai sejahtera yang diucapkan Yesus tidak bermakna dalam kehidupan sesehari. Sebab karya menghadirkan damai-sejahtera merupakan tindakan operasional dari gagasan-gagasan yang abstrak. Dengan demikian kebangkitan Yesus merupakan tindakan Allah yang mengoperaisionalkan berkatnya atas umat (bd. Bil. 6 : 24 – 27 -> TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan oring engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan oring engkau damai sejahtera.Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka.)

37.


38
Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.

Akan tetapi Ia berkata kepada mereka : “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu ?




PENJELASAN

Ada 2 (dua) kondisi psikologis yang dicatat Tabib Lukas :

1.      TERKEJUT KARENA TAKUT AKAN ANCAMAN.

Perasaan takut dikejar oleh orang-orang Yahudi dan para ulamanya, menyebabkan para murid dan pengikut Yesus berkumpul secara rahasia. Tidak ada seorang asingpun yang masuk berkumpul nersama mereka. Oleh karena itu, ketika Yesus menjumpai kelompok itu, mereka sangat terkejut.

2.      TERKEJUT KARENA KEBANGKITAN YESUS ADALAH KEBENARAN ALLAH (bd. ay. 41).

Mana mungkin orang yang sudah dikuburkan bangkit (hidup) kembali, apalagi waktu kematiannya cukup lama ? Tabib Lukas mencatat rasa keterkejutan para murid dan pengikut Yesus sebagai sesuatu yang amat penting. Rasa terkejut itu disebabkan keraguan mereka terhadap peristiwa kebangkitan, padahal Yesus telah menceritakan hal itu sebelumnya. Dengan kata lain, Tabib Lukas ingin menonjolkan peristiwa kebangkitan sebagai sebuah arena pementasan kuasa Allah yang kelihatan dan nyata. Hal itu terbaca dalam catatan si Tabib : Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. (Luk. 1:1–4).

Peristiwa kebangkitan itu bukan saja mengejutkan para murid dan pengikut Yesus melainkan juga tentara Roma yang menjaga kuburan-Nya, juga para imam Agama Israel  (“Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.” – Mat. 28 : 11 – 15).

CATATAN TEOLOGIS :

Sampai hari ini masalah kebangkitan menjadi berita controversial bagi pakar ilmu pengetahuan dan beberapa teolog penganut YESUS-SEJARAH. Catatan yang dituliskan Matius (28:11-15) menjadi perhatian dan alasan penelitian kematian Yesus. Pertanyaan yang dikemukakan : apakah raga Yesus sungguh-sungguh mengalami kebangkitan ? (bd. pernyataan Rasul Paulus : “Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.” – I Kor. 15 : 50. Jika menyimak pernyataan tersebut, kita akan mempertanyakan : jadi dengan tubuh apakah Yesus dibangkitkan ?). Dunia  digemparkan oleh pengumuman seorang pakar penganut teologi YESUS-SEJARAH yang mengatakan telah menemukan kuburan dan jasad Yesus.

Catatan Matius itu pula yang menjadi argumentasi penganut agama tertentu yang mengatakan, bahwa tokoh yang disalibkan bukanlah Yesus, tetapi salah seorang yang mirip dengan Dia. Dan, jikalau mereka mengakui, bahwa Yesus sungguh-sungguh mati, mereka menolak kebangkitan-Nya dengan mengatakan hal yang sama : “murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur…”.


39.




40.



41.



42.

43.

44







45

46



47
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.”
Sambil berkata demikian, Ia memperli-hatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.

Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka : “Adakah padamu makanan di sini ?”
Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan oring.
Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
Ia berkata kepada mereka : “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” (bd. Mat. 5 : 17 – 19)
Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kata-Nya kepada mereka : “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
dan lagi : dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.

20
Dan sesudah berkata demikian, …




Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.


PENJELASAN

Untuk membuktikan peristiwa kebangkitan secara jasmaniah itu benar, Tabib Lukas maupun Rasul Yohanes menyalin kembali narasi (tradisi lisan) yang beredar di kalangan Jemaat Kristen Abad I.


MAKNA KESAKSIAN INJIL
BAGI PEMBERITAAN DAN PENGAJARAN FIRMAN ALLAH

1.    Kondisi Psikologis orang yang ditinggalkan. Perasaan takut yang berlebihan akan menciptakan ilusi, juga halusinasi : penyakit psikologis. Jika hal itu berlangsung secara tetap, maka penderitanya akan menjadi gila, kehilangan kesemimbangan dan kesadaran diri. Sebab seorang tabib, sangat manusiawi Lukas mengisahkan kondisi psikologis para murid dan pengikut Yesus, tulisnya : “Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu”(ay.37). Artinya, Lukas melihat aktifitas psikologis yang tidak sehat dari pengikut Yesus. Keletihan hati dan kelelahan pikiran, yang menyebabkan mereka tidak melihat jalan keluar, telah membuat mata-hati tidak mengenal Yesus-Yang-Bangkit. Oleh karena itu Yesus bertanya : “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu ?” (ay. 38).

2.    Keraguan menghalangi jalan, tetapi iman membukanya. Keraguan yang menciptakan ketakutan akan menutup pikiran siapapun untuk menemukan jalan keluar atas masalahnya. Hal itu tergambar dari cerita Tabib Lukas tentang sikap pengikut Yesus. Malahan pada saat Yesus telah hadir pun mereka “belum percaya karena girangnya dan masih heran” (ay.41).

3.    Rasa takut disebabkan kematian Yesus” (ay.36) serta “kegirangan dan keheranan” juga sama-sama memiliki kelemahan (ay. 41). Ketakutan akan mengamputasi daya tahan dan kegirangan berlebihan bisa lupa diri, kurang waspada. Secara tersirat Tabib Lukas ingin menegaskan, bahwa masalah bukan karena kematian Yesus, tetapi masalah itu ada dalam kehidupan pribadi pengikut-Nya. Mereka “belum percaya, meragukan” (“… apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu ? – ayat 38) ucapan-Nya ketika Ia masih bersama-sama.

APLIKASI KE DALAM KEHIDUPAN JEMAAT

Acapkali keraguan akan ucapan Yesus menimbulkan ketakutan dalam kehidupan orang kristen. Hal itu dikarenakan berbagai masalah yang dihadapi. Terkadang kita (orang kristen) bermasalah memanjatkan doa permohonan, agar Tuhan segera campur tangan menuntaskan masalah; akan tetapi masalah berkepanjangan. Di sinilah tumbuh keraguan akan kemahakuasaan Tuhan, sehingga datanglah rasa takut. Takut akan ancaman penyakit yang mematikan, takut akan kehancuran perusahan yang dimiliki, takut akan putusnya hubungan percintaan, takut akan kegagalan rumahtangga, takut akan diberhentikan dari pekerjaan (PHK) dan sebagainya. Kita telah salah menafsirkan tindakan Allah.

Sama seperti para pengikut semasa hidup-Nya, demikianpun kita (orang kristen masa kini). Mereka menggantungkan seluruh kehidupan kepada Yesus. Suatu kepercayaan yang buta. Tidak bertumbuh di atas realitas diri mereka. Mereka tidak berbeda dari pada para imam Bait Allah serta pengikutnya. Mereka menginginkan Yesus menyelesaikan persoalannya. Padahal mereka lupa, bahwa kehadiran Yesus bukan untuk memenuhi keinginan manusia tetapi menggenapi rencana Allah, Bapa-Nya (yang juga oleh Dia menjadi Bapa kita sekalian).  Yesus tidak datang untuk memerangi musuh pribadi juga bangsa. Yesus tidak datang untuk memberikan roti dan air secara gratis. Yesus tidak datang untuk memberikan pakaian dan selimut. Yesus datang untuk membuka wawasan kita, bahwa tindakan dan pikiran kita telah dirusakan oleh dosa (dosa memikirkan diri sendiri, dosa individualistis, dosa egostis).

Kebangkitan Wawasan Orang Percaya. Mengapa Yesus dibangkitkan oleh Allah ? Tabib Lukas menuliskan salah satu tujuan perjumpaan Yesus setelah kebangkitan-Nya : “Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (ay. 45). Allah mengenal hati dan pikiran kita. Dia tahu persis, bahwa kita tidak pernah konsisten atas komitmen yang telah diikrarkan kepada-Nya. Manusia mudah menyerah pada keadaan. Ia bisa berubah pikiran dan ucapan juga sulit dipegang. Lihatlah para pengikut pada masa-Nya. Mereka amat antusias ketika Yesus masih berada bersama-sama, tetapi sekejap saat Yesus mati, di manakah sikap antusias itu ? Sikap antusias itu mati bersama-sama kematian-Nya. Lesu tak bergairah. Lemah menghadapi tantangan. Rupanya pembinaan dan pelatihan yang dilakukan Yesus tidak juga mengubah sikap (karakter dan kepribadian) manusia. Padahal maksud dan tujuan Allah dalam kehadiran Yesus ialah memanusiakan manusia sesuai gambaran yang pernah dibuat-Nya di Eden, sebelum jatuh ke dalam dosa. Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus : Ia berkata kepada mereka : “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (ay, 44; bd. Mat. 5 : 17–19).

Apakah yang dimaksudkan dalam kalimat yang dituliskan Tabib Lukas “semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” ? Hanya satu ! Tujuan dan maksud yang tampak dalam rencana Allah sejak sebelum langit-bumi diciptakan, yakni : keselamatan. Apakah tujuan dan maksud Allah ? Menciptakan manusia mandiri yang selalu tinggal dalam persekutuan dengan Dia serta yang selalu siap sedia menjalankan pekerjaan-Nya. Ternyata baik para murid dan pengikut-Nya dahulu maupun kita (orang kristen) sekarang ini kurang mengert tujuan Allah dalam kehadiran Kristus. Tidaklah mengherankan dan mengejutkan, jikalau kita sering mengalami kegagalan, karena kuran memahami dan mengerti akan hal itu.







48
Kamu adalah saksi dari semua-nya ini.
21
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu ! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”



PENJELASAN

Walaupun perumusan kalimat berbeda, Tabib Lukas (Kamu adalah saksi dari semua-nya ini) dan Rasul Yohanes (Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu) menunjuk pada pengutusan para murid oleh Yesus. Hal ini membuktikan, bahwa narasi pengutusan terpelihara secara baik dalam tradisi Jemaat Kristen Abad I.


MAKNA KESAKSIAN INJIL
BAGI PEMBERITAAN DAN PENGAJARAN FIRMAN ALLAH

1.    ADALAH SAKSI (bd. Kis. 1 : 8 -> “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”). Apakah yang wajib disaksikan oleh para murid dan pengikut Yesus ?  Pengalaman yang dimiliki sepanjang perjalanan bersama Yesus, ketika Ia melakukan perintah TUHAN, Allah Bapa-Nya, dan Allah Bapa kita juga. Bukan hanya kesaksian terkait ucapan Yesus saja, tetapi juga seluruh tindakan penyelamatan / pembebasan yang dibuat oleh Dia. Ucapan dan tindakan Dia yang bertujuan memanusiakan manusia, agar mampu berdaya-guna untuk menjalankan seluruh pekerjaan Allah sejak penciptaan sampai langit dan bumi ditiadakan. Kita sulit berbicara tentang kuasa kegelapan dan dosa. Itu abstrak ! Akan tetapi kita dapat melihat (mencermati) bagaimana ucapan dan tindakan manusia yang dikuasai dosa : tidak manusiawi ! Bertentangan dengan segala sesuatu yang baik yang dikehenaki Allah, seperti yang termaktub “dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” (ay.44).  Pikiran dan perasaan manusia telah dikhamiri dosa (bd. Maz. 14 : 1 – 3 - > Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak”; bd. Roma 3 : 10 – 12). Sejak kejatuhan ke dalam dosa, pikiran dan hati manusia telah kehilangan pengenalan akan Allah. Dosa merusak kondisi bathiniah : jiwa, emosi, akalbudi, hati nurani, suara-hati, perasaan dan lain-lain. Kerusakan menyebabkan manusia bertindak dan berkata tidak sesuai kehendak Allah.

2.   “…harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” (ay. 44; bd. Mat. 5 : 17 – 19).

Inti kesaksian itu adakah Kristus, TUHAN, Dia-lah Allah yang menyela-matkan (arti nama Yesus). Di atas Dia-lah kita membangun ibadah-karya-hidup kristen (bd. I Kor. 3 : 11 -> “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”).

49
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
22


23
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengem-busi mereka dan berkata : “Terimalah Roh Kudus.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”


PENJELASAN

Sekali lagi kita membaca narasi dari tradisi yang sama, tetapi dirumuskan ke dalam pengalimatan yang berbeda. Tabib Lukas menuliskan tentang pemberian Roh Allah yang akan terjadi kemudian. Hal ini terkait dengan sistematika penulisan Injil Lukas dan Kisah Rasul – Rasul (Kis. 1:8 ->Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”; bd. Yoh. 14 : 16 – 17 -> Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran); sedangkan penulisan Rasul Yohanes  beraangkat dari fakta yang telah terjadi (Terimalah Roh Kudus). Artinya, Kristus memberikan Rohkudus mendahului peristiwa Pentakosta. Di sinilah keunikan Injil Yohanes. Sebuah refleksi yang dituliskan berdasarkan apa yang sudah terjadi (bandingkan refleksi atas tradisi penciptaan Israel dalam Kitab Keluaran dan penciptaan dalam penulisan Kitab Kejadian).


MEDAN – SUMATERA UTARA

Selasa, 24 Mei 2011

Salam dan Doa

Pdt. Arie A. R. Ihalauw