Jumat, 30 September 2011

RENE DESCARTES CONTRA PAULUS ?

PELAJARAN XIII
KESAKSIAN ALKITAB

APAKAH DESCARTES contra PAULUS ( ? )

Sebuah kajian terhadap Kesaksian Alkitab tentang
IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN

ditulis oleh
PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

Kemungkinan besar, anda akan berkata dalam hati : “Aneh-aneh saja Pdt. Arie Ihalauw ini. Ngga ada kerjaan lain, kecuali mengkritik terus menerus !” Apapun pikiran maupun pandangan anda, tidak akan mengubah prinsip saya untuk menyatakan kebenaran Allah yang menjadi inti kesaksian Alkitab. Hal ini saya kerjakan karena cinta-kasih kepada Allah serta keinginan kuat untuk meluruskan pandangan orang kristen yang semakin dipengaruhi dan digoyang-goyangkan oleh paham-paham dan dongeng-dongeng dunia ini.

PENGARUH RENAICANSE ATAS KEPERCAYAAN KRISTEN. Pada abad pertengahan (Abad XV) terjadi perubahan besar dalam kehidupan kekristenan, ketika ilmuwan mulai melancarkan serangan agresif terhadap kekristenan. Begitulah catatan sejarah dunia. Akan tetapi catatan itu bertujuan menjelaskan bagaimana usaha para ilmuwan untuk melepaskan diri dari cengkeraman kekuasaan Paus di Roma, sebab selama waktu itu kebenaran yang disajikan Ilmu Pengetahuan tidak berkembang, jikalau Paus tidak menyetujuinya (simaklah keputusan Papal terhadap Copernicus dan Galilei Galileo tentang Solar-sistem).

RENE` DESCARTES atau disebut juga RENATUS CARTEESIUS (31 March 1596 – 11 February 1650). Ia dipandang sebagai Bapak Filosofi Modern; salah seorang filsuf dari Perancis sangat dikenal dengan ucapannya : COQNITO ERGO SUM (Aku berpikir karena itu aku ada). Sesungguhnya, slogan itu mewakili hati nurani tokoh kristen intelektual yang ingin menyatakan keunggulan akalbudi dan temuannya (tentang riwayat hidup dan karya tulis Rene` Descartes, bacalah seluruh tulisan sejarah dan filsafat yang berhubungan dengan dirinya).

PAULUS, seorang rasul Kristus yang berasal dari Tarsus. Ia dibimbing oleh Guru Besar Teologi aliran Parisi : GAMALIEL. Setelah bertobat ia menuliskan pandangannya tentang bagaimana seorang kristen mengungkapkan pemahaman tentang kehidupan alam semesta dan karya Allah. Dengan mengutip tulisan Pemazmur (116:10) Paulus berkata : “AKU PERCAYA, SEBAB ITU AKU BERKATA-KATA.

APAKAH PENDAPAT PAULUS DAN DESCARTES BERTENTANGAN ? Pada satu sisi, kita patut mengatakan “ya”; oleh karena apa yang dinalarkan akabudi (ratio) jauh berbeda dengan apa yang dihayati oleh seorang beriman. Perbedaan itu tampak jelas ketika orang kristen membahas masalah FIRMAN ALLAH, yakni  YESUS KRISTUS, menjadi MANUSIA (Yoh. 1:14). Akalbudi tidak dapat menalarkannya sampai tuntas dan memuaskan. Namun dalam keyakinan iman, seorang bodoh dapat menjabarkannya dalam bahasa sehari-hari dan akan menikmati kepuasan tersendiri.

Di sisi lain, orang kristen patut berhati-hati memisahkan dan memilahkan FUNGSI iman dan akalbudi. Kadang-kadang banyak pengajar / pengkhotbah / guru agama / pendeta membuat kekeliruan, karena memisahkan FUNGSI keduanya. Saya tidak sependapat dengan pemahaman ulama Kristen saat ini. Menurut saya, kita perlu melihat kesaksian Alkitab lainnya, agar kita bisa mengembangkan kedua potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan, saya menemukannya dalam kesaksian penulis Ulangan (6:5) yang berbunyi : “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap KEKUATANMU.” Penulis Ulangan menuliskan suruhan Allah tersebut dalam konteks sosial, di mana Israel sedang berhadapan dengan bangsa-bangsa lain. Pada waktu itu, orang Israel wajib memelihara kesehatan pisiknya, supaya mereka mampu berperang dan mengalahkan musuh. Jadi IMAN, dalam pengartian Israel pada masa pra-Kristus terkait dengan masalah tubuh-jasmaniah serta kekuatan material. Orang Israel diharuskan memelihara dan mendukung setiap kegiatan pertahanan-keamanan dengan seluruh kekuatan tubuh jasmaniah / harta milik pemberian TUHAN, agar mampu memenangkan perang.

Pada masa kerja-Nya,  Yesus Kristus mereinterpretasikan dan mereformulasikan suruhan tersebut, sehingga berbunyi : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap AKALBUDIMU.” (Mat. 22:37). Apakah alasan Yesus merumuskan suruhan Allah berbeda dari pada yang dituliskan penulis Kitab Ulangan ? Bisa saja kita mengatakan, karena Dia adalah Allah, maka Dia berkuasa mengubah segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Apabila menggunakan alasan tersebut, kita akan dihadapkan pada pertanyaan : apakah Allah Bapa dan Allah Anak (Yesus Kristus) itu berbeda, sehingga Ia dapat mengucapkan ucapan yang berbeda ? Bukankah tidak mungkin Allah Yang Mahaesa berbeda dalam ucapan dan tindakan-Nya. Lalu, mengapa Yesus mengubah kata KEKUATAN menjadi AKALBUDI ?  Marilah kita menyimak baik-baik konteks sosial selama masa kerja Yesus.

Sejak Abad II sb Masehi sampai masa kerja Yesus, bangsa Israel telah 2 (dua) kali dijajah oleh bangsa asing. Pertama-tama wilayah Israel ditaklukkan oleh Alexander Agung (Alexander The Great) dari Kekaisaran Yunani, sesudah itu dilanjutkan oleh kekaisaran Romawi. Sepanjang perang yang berlangsung sejak Abad II sb. Masehi sampai menjelang masa kerja Yesus, orang Israel tidak pernah menang, meskipun mereka telah menggunakan KEKUATAN penuh (simaklah Perang Makabe). Membaca konteks itu, Yesus menafsirkan dan merumuskan kembali istilah KEKUATAN dalam pesan Kitab Ulangan. Ia mengubahnya dengan menggunakan istilah AKALBUDI, artinya : Yesus, sebagai seorang manusia, menyadari bahwa kekuatan militer Romawi jauh lebih berkualitas dari pada kekuatan militer Israel (bandingkan kekuatan militer Indonesia ketika berjuang melawan penjajah Belanda). Melalui perubahan istilah AKALBUDI menggantikan KEKUATAN pisik/material, Yesus bermaksud mengajak umat Israel melawan penindasan militer dengan KEKUATAN SOSIAL / KEKUATAN RAKYAT. Perlawanan tanpa senjata. Perlawanan dalam bentuk ketenangan : damai sejahtera. Saya menyebutnya : berperang dalam suasana damai.  Ringkasnya, sekalipun harus ada perang, namun tidak merusakkan suasana damai sejahtera. Perang harus dikalahkan dengan senjata : DAMAI-SEJAHTERA. Kekerasan harus diakhiri oleh KEKUATAN DAMAI SEJAHTERA. Itulah sebabnya Yesus berkata : “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jikalau kerajaan-Ku dari dunia ini, maka para pengikut-Ku akan mengangkat senjata dan membela Aku.

Melalui cara itu Yesus menekankan keunggulan AKALBUDI dari pada KEKUATAN PISIK/MATERI. Orang yang AKALBUDInya dipenuhi HIKMAT Allah akan mampu menyusun STRATEGI-TAKTIS untuk dapat memecahkan masalah dan mampu menerobos lalu berperang menaklukkan lawan. Dengan demikian KONTEKS SOSIAL masa Yesus memungkinkan Dia melakukan penjabaran ulang atas Firman Allah yang dituliskan dalam Kitab Ulangan.

APAKAH ITU BERARTI IMAN DAN AKALBUDI DAPAT HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI ? Jelas HARUS ! AKALBUDI adalah kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Tidaklah mungkin orang lain dapat mengetahui dan mengerti IMAN KRISTEN, jika orang kristen tidak memberdayakan AKALBUDInya untuk mempertanggungjawabkan (bhs. teologi : apologia) pengharapan imannya dalam bahasa yang komunikatif. Dengan demikian orang kristen tidak perlu bersikap antipati terhadap kemajuan yang muncul akibat perkembangan AKALBUDI (Pengetahuan Ilmiah). Tetapi sebaliknya juga, seorang kristen dilarang mengkultuskan AKALBUDI sebagai ilahnya.

APAKAH YESUS MENYETUJUI PENDAPAT PAULUS ATAUKAH DESCARTES ? Jika kita tidak menghormati dan tidak menghargai AKALBUDI yang melahirkan pikiran cemerlang, niscaya kita telah menghina Allah. Sebab Allah adalah PRIBADI YANG BERAKALBUDI (bd. Yes. 55:8-9). Yesus mengayomi kedua pendapat itu. Yesus ingin mengatakan, bahwa pendapat Descartes adalah baik dan benar, jika di dasarkan atas pendapat Paulus. Artinya, orang kristen yang berpengetahuan wajib memakai AKALBUDI untuk menjelaskan pengenalan akan Allah (IMAN) melalui bahasa yang dapat dipahami semua orang. Jikalau pada akhirnya, pengetahuan akalbudi itu tidak dapat lagi menguraikan sebuah realitan (fenomena sosial), maka orang kristen wajib berkata : “Biarlah Engkau, ya Allah, yang sanggup melakukan segala sesuatu melebihi apa yang kami pikirkan akan meyakinkan segala sesuatu yang telah diberitakan, supaya mereka percaya kepada kebenaran-Mu yang tampak pada pekerjaan Yesus Kristus”.Oleh karena itu, gunakanlah KEKUATAN PISIK / MATERIAL DAN AKALBUDI untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera kepada semua orang dalam keutuhan dengan lingkungan hidup kita.

Kamis, 29 September 2011

Manakah yang benar : HABIS GELAP TERBIT TERANG ataukah DI DALAM GELAP AKAN TERBIT TERANG

SEBUAH CATATAN BAGI PARA PENGKHOTBAH

DI DALAM ATAU SESUDAH PENDERITAAN

ditulis oleh
PENDETA ARIE A R IHALAUW

Kadang-kadang tanpa disadari seorang pengkhotbah menggunakan ilustrasi atau kalimat / kata bijak yang dipakai masyarakat dalam uraian firman. Mungkin bisa saja cocok, tetapi lebih banyak tidak cocoknya, katakanlah contoh : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG. Semboyan ini dikutip masyarakat dari ucapan R. A. Kartini. Dengan lantangnya seorang pengkhotbah mengucapkan semboyan tersebut tanpa pertimbangan akalbudi menurut kesaksian Alkitab. Agaknya pengkotbah seperti ini saya bandingkan dengan BURUNG BEO, karena ia tidak pernah membaca dan menguasai benar kesaksian Alkitab.

R. A. Kartini menuliskan semboyan itu sebagai sebuah bentuk harapan yang muncul dari tradisi kejawaan (kejawen --- budaya-agama-suku Jawa --- kebathinan Jawa ), bahwa sama seperti kegelapan malam akan berakhir bersamaan dengan datangnya fajar pagi, demikian pula kemenangan akan diperoleh setelah masa penderitaannya.

Pernyataan R. A. Kartini itu bertentangan dengan keyakinan iman Kristen yang dituliskan Paulus di dalam Surat-Surat Korintus. Paulus bersaksi sesuai pengalaman imannya : “DARI DALAM GELAP AKAN TERBIT TERANG” (2 Kor. 4:5). Kekuatan kesaksian itu bukan terletak pada perjalanan waktu, bagaikan sinar matahari mengalahkan kegelapan malam (kepercayaan budaya-agama-suku), melainkan sangat ditentukan oleh Allah. Keyakinan iman kristen itu melampaui batas ruang waktu dan ruang tempat, tidak terikat pada siapa orangnya. Keyakinan iman kristen itu berpusat pada KASIH-KARUNIA ALLAH ke atas kehidupan ciptaan-Nya. Jika Paulus mengatakan “DARI DALAM GELAP AKAN TERBIT TERANG” (2 Kor. 4:5), maka yang dimaksud adalah pemeliharaan Allah atas setiap orang yang setia kepada-Nya. Allah menjadi Sumber Terang Abadi yang selalu menyinari perjalanan orang yang setia sekalipun ia sedang berada dalam kegelapan (malam-malam) penderitaan. Dan, hal itu merupakan refleksi dari ucapan berkat-Nya yang disampaikan oleh Imam Besar Harun : “TUHAN MENYINARI ENGKAU DENGAN WAJAH-NYA DAN MEMBERI ENGKAU KASIH KARUNIA” (Bil. 6:25).

1.    TIANG AWAN dan TIANG API . Simbol / tanda yang dipakai oleh penulis Alkitab adalah TIANG AWAN dan TIANG API (Bil. 9:15 –23). TIANG API menerangi perjalanan Israel di waktu malam hari, sehingga umat Allah itu terbebas dari masalah.

2.    YESUS KRISTUS. Bukankah Yesus sendiri berkata : “Akulah Terang Dunia barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan… ?” (Yoh. 8:12; bd. 9:5). Dengan demikian setiap orang yang setia kepada-Nya akan diterangi jalannya oleh Rohkristus, sekalipun berjalan dalam kegelapan, atau menurut Daud : “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Maz. 23:4). Jadi orang-orang yang setia kepada Yesus-Kristus tidak perlu menunggu matahari (terang) terbit barulah ia berjalan; akan tetapi ia sanggup berjalan dalam malam-malam penderitaan karena TERANG KRISTUS MENYINARI ARAH JALANNYA.

Mudah-mudahan dengan penjelasan ini, para pengkhtbah dapat menyampaikan kebenaran Allah, sehingga umat kristen tidak tersesat imannya. Sekian.

Rabu, 28 September 2011

Pemberitaan Firman dalam Ibadah Keluarga - Hari Rabu, 05 Oktober 2011


RANCANGAN
PEMBERITAAN FIRMAN DALAM IBADAH
HARI MINGGU, 05 OKTOBER 2011

PENDERITAAN DANIEL
MENYAKSIKAN ALLAH KEPADA SESAMA
KITAB DANIEL 3 : 1 – 12

ditulis oleh
PENDETA  ARIE  A  R  IHALAUW

PENDAHULUAN

KONTEKS MISI DAN SITUASI GEREJA / JEMAAT

A. Konteks Perikop Bacaan

Daniel bersama Hananya, Miesael dan Azarya (1:6) adalah orang-orang terkenal di Yerusalem yang diasingkan Nebukadnezar ke Babilonia. Kaisar Babilonia  menjuluki mereka (1:7) : Beltzasae (Daniel), Sadrakh (Hananya), Mesakh (Misael) dan Abednego (Azarya).  Menurut nabi Yeremia, mereka tinggal di Babilonia selama 70 tahun (Yer. 29:10 -> “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini”). Sepanjang waktu itu, semua orang Israel wajib bekerja membangun kehidupannya bersama masyarakat (Yer. 29:7 -> “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”). Itulah alasannya Daniel, cs bekerja membantu pemerintah Babilonia.

TUHAN  membuat segala pekerjaan Daniel, cs berhasil, sehingga kaisar mengangkat mereka pada jabatan-jabatan penting (1:3–5; 2:49). Daniel menjadi kepala rumahtangga kaisar (1:9; 2:48). Hal itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan kekaisaran. Kaisar Nebukadnesar membuat patung emas dan menyuruh seluruh rakyatnya, termasuk orang-orang Israel. Daniel tidak bersedia melakukan hal itu. Ia tidak mau menajiskan diri dengan kebiasaan bangsa itu (3:1619; bd. 1:8). Kesempatan ini dipakai oleh pegawai kaisar non-Israel untuk memanas-manasi hati Nebukadnezar, supaya ia menghukum Daniel, cs (3:8-19). Daniel, cs menjadi korban persengkongkolan (konspirasi) pegawai kekaisaran.

B. Konteks Masyarakat-Bangsa Indonesia

Kadang-kadang kondisi yang sama berlangsung dalam masyarakat-bangsa Indonesia, walaupun bentuknya berbeda; katakanlah contoh di mana seseorang atau sekelompok orang yang berbeda keyakinan agama diperlakukan tidak adil dalam pekerjaan, pergaulan dan lingkungan keluarganya. Biasanya perlakuan diskriminatif ini bertumbuh subur, bila penguasa dipengaruhi oleh isme dan ajaran agama yang penganutnya cukup besar di dalam Negara.

C. Kondisi Gereja / Jemaat

Di dalam Gereja dan atau Jemaat pun demikian. Acapkali kita menyaksikan perlakuan diskriminatif dari fungsionaris Piminan Gereja / Jemaat terhadap orang-orang yang tidak mendukung maupun tidak sepaham.

 PERIKOP BACAAN DANIEL 3 : 1 - 12

II.  KAJIAN PERIKOP BACAAN

A. Budaya-agama-suku dan keyahudian.
    
      Kemanapun pergi dan dimanapun melakukan aktifitasnya, kita akan berjumpa dengan fenomena sosialm yakni : budaya masyarakat. Budaya itu ciptaan masyarakat serta diwariskan turun-temurun. Ia tersusun rapih dalam alam bawah sadar dan terpelihara oleh semua anggotanya. Budaya itu diberdayakan dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan antar manusia dan lingkungan hidupnya.

      Kitapun patut menyadari, bahwa budaya itu berurat akar dalam darah-daging pengikutnya. Ia bukan saja muncul dalam aktivitas sosial, melainkan juga melalui ucapan dan tindakan anggota masyarakat yang diikat olehnya. Katakanlah contoh : budaya Agama-Agama Semith (Israel & Arab) yang bersifat paternal yang cukup kuat menonjolkan peranan laki-laki (ayah).  Oleh karena itu, tidak akan pernah seorang perempuanpun yang diangkat menjadi Imam untuk memimpin ibadah kepada Allah. kaum perempuan hanya mendapat peran khusus untuk mendidik anak-anak serta melakukan pelayanan sosial. Kondisi tersebut bukan saja merupakan adat kebiasaan suku-suku Semith, tetapi didukung juga oleh ajaran / doktrin agamanya. Oleh karena itu, setiap perubahan (reformasi) yang diupayakan akan ditentang keras berdasarkan budaya dan ajaran agamanya.

      Pada masa Israel Kuno juga demikian keadaannya. Bangsa yang ditaklukkan wajib mengikuti kebiasaan budaya dari bangsa penakluknya. Israel wajib menyembah dewa-dewi dan atau  ilah-ilah yang disembah oleh penjajahnya. Jika tidak mengikuti kebiasaan tersebut, maka mereka akan dihukum berat.

B. Kesetiaan kepada Allah di tengah tantangan zaman

Daniel, cs memperlihatkan kesetiaan mereka kepada Allah (istilah kesetiaan dalam Bhs. Ibrani mempunyai makna yang sama dengan iman). Meskipun kaisar dan para pegawainya mengancam dengan hukuman mati, keseitaan iman Daniel, cs tetap tidak tergoyahkan. Malahan mereka lebih suka menderita demi kemuliaan Allah. Daniel, cs tidak memusingkan harta kekayaan, status sosial, pangkat / jabatan dan kedudukan yang dimilikinya. Malahan mereka tidak menghiraukan kehidupannya. Yang penting baginya adalah bersaksi tentang Allah.

III.  POLITIK DAN KEKUASAAN NEGARA, Kajian terhadap Budaya Mayoritas dan Minoritas

A. Sejarah kekristenan abad pertama

1.       PERINTAHAN KAISAR NERO. Dalam sejarah pertumbuhan Gereja / Jemaat, kita masih ingat akan cerita tentang pembantaian orang kristen pada masa Nero. Ia membenci kekristenan. Untuk mencapai tujuan tersebut Nero membakar kota Roma dan menuding orang kristen menjadi pelakunya. Akhirnya orang kristen diburuh dan dibantai sampai mati. Dalam keadaan sengsara seperti, banyak orang kristen rela mati dari pada murtad. Mereka menjadi martir bagi Kristus.

2.    PEMERINTAHAN KAISAR DOMITIANUS AGUNG. Kasus Daniel, cs mirip dengan cerita tentang Kaisar Domitianus Agung. Ia mewajibkan semua orang kristen menyembah patung dirinya selaku Allah.  Menurut legenda dari Jemaat Kristen Abad I, banyak orang kristen dan rasul Kristus dikejar-kejar. Beberapa di antara mereka menjadi martir.

B. Konteks Kekristenan Di Indonesia Masa Kini dan Masa Depan

B.1.       Pola Pekabaran Injil Misionaris pada Masa Kolonial

Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Portugis dan kemudian Belanda, meskipun berjalan mulus, tetapi mendapat tantangan berat dari penduduk pribumi. Pada waktu itu kaum penjajah beranggapan, bahwa budaya masyarakat Indonesia masih di bawah standar. Oleh karena itu, budaya masyarakat perlu ditingkatkan. Pada tahun 1602 ekspedisi Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang diikuti oleh para misionari. Tujuan utama misionari waktu itu untuk memelihara iman saudagar-saudagar Belanda. Akan tetapi sehubungan dengan berkembangnya semangat penginjilan di Negeri Belanda, maka para misionaripun melakukan penginjilan kepada masyarakat Indonesia, yang pada waktu itu masih memeluk budaya-agama-suku dan ada juga yang telah menganut Agama Islam.

Penjajah (Belanda dan Portugis) yang beragama Kristen memaksa penduduk pribumi untuk menerima kekristenan, sebab mereka berpendapat perbuatan itu untuk mewujudnyatakan suruhan Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20). Mereka mencampuradukkan tugas pemberitaan Injil Kristus dengan kepentingan politik bangsanya. Perbuatan tersebut telah melukai dan membekas dalam perasaan kaum pribumi sampai hari ini. Perasaan terluka itu telah meniimbulkan sikap kecurigaan terhadap pekerjaan Gereja / Jemaat dan semua orang kristen di Indonesia sampai menjelang akhir masa pemerintahan Orde Baru. Itulah latar belakang kecurigaan penganut Agama Islam terhadap kekristenan sampai saat ini.

B.2. Dampak Pekerjaan Misionari bagi kekristenan di Indonesia saat ini dan mendatang.

Keadaan berbalik setelah masa reformasi, di mana agama non-kristen mempengaruhi pemerintahan melalui Amandemen UUD 1945. Salah satu strateginya adalah merumuskan kembali istilah NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA dan OTONOMISASI DAERAH. Amandemen itu amat mempengaruhi kondisi berbangsa saat itu (kemungkinan juga ke masa depan). Otonomisasi Daerah bukan saja terkait pengelolaan sumber daya, melainkan juga semakin mengokohkan peran agama non-kristen dalam seluruh aspek pemerintahan. Di beberapa Propinsi telah ditetapkan penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan memberlakukan penyaringan berdasarkan kaidah-kaidah agama tertentu. Kewajiban memakai jilbab pada sekolah-sekolah milik pemerintah, pembakaran Gedung-Gedung Gereja, dan lain-lain sebagainya.

IV.  JEMAAT KRISTEN DALAM PEMBUANGAN

Topik ini tidak bermaksud menyatakan, bahwa Jemaat-Jemaat Kristen di Indonesia sedang mengalamai penghukuman Allah, sama seperti yang dilakukan-Nya atas umat Israel di Babilonia. Akan tetapi saya mentransformasikan narasi pembuangan untuk dijadikan materi pembelajaran teologis saja. Dengan mengumpamakan kondisi yang dialami umat Israel di Babilonia serta beberapa nasihat yang disampaikan para nabi Pra-Eksilis (Yeremia) dan nabi-nabi dalam Pembuanngan, seperti Yeheskiel, Daniel dan Deutero Yesaya (khususnya Nabi Daniel), saya menuliskannya kepada Jemaat-Jemaat Kristen di Indonesia.

1.   Partisipasi Kristen Dalam Pembangunan Bangsa.

        Nabi Yeremia mengingatkan umat Israel di Babilonia, katanya : “Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya : "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel : Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang ! Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

        Tugas utama dari Gereja / Jemaat – Jemaat dan orang kristen adalah :

·         Mengusahakan kesejahteraan masyarakat melalui kedudukan dan jabatan yang dikaruniakan Allah
·         Berdoa (beribadah) kepada Allah, agar Dia bekerja bersama membangun masa depan kota.

Kedua tugas itu sangat berkaitan dengan PELAYANAN – KESAKSIAN (PEL-KES) dalam bidang GEREJA – MASYARAKAT – AGAMA-AGAMA ( GERMASA ).

2.   Tantangan dan Ancaman terhadap Pekerjaan Gereja dan Orang Kristen

        Nabi Daniel menuliskan pengalaman pribadinya sepanjang ia bekerja di istana Nebukadnezar, kaisar Babilonia. Pengalaman ini dapat dipakai untuk menguatkan Gereja (Jemaat-Jemaat) dan orang Kristen di Indonesia, bahwa  :

·         Perkerjaan baik yang dilakukan menurut kehendak Allah dalam Yesus Kristus akan senantiasa mendapat tantangan, malahan kehidupan pelakunya terancam bahaya maut. Aktifitas pekerjaan Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang Kristen akan diserang, dibakar dan dimusnahkan; malahan, so pasti, akan ada korban nyawa. Semuanya itu harus dipahami sebagai partisipasi ke dalam pekerjaan Kristus bagi keselamatan masyarakat-bangsa Indonesia.

·         Sekalipun tantangan dan ancaman dihadapi, pekerjaan Allah tidak boleh dihentikan. Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang Kristen wajib melaksanakan pekerjaan Allah dalam kondisi sulit sekalipun (bd. Yoh. 9:4).

·         Iman, yakni : kasih dan kesetiaan ibadah kristen kepada Allah wajib ditingkatkan terus menerus, tanpa rasa takut akan penderitaan yang akan dialami, sama seperti yang dialami Daniel, cs. Demi keselamatan masyarakat-bangsa Indonesia ini, Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang kristen patut mengorbankan segala sesuatu yang terbaik, bahkan kematiannya, agar Tuhan Yesus dimuliakan.

·         Pada akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi orang-orang yang setia melayani Dia di antara segala bangsa dan di tengah tengah manusia. 

      SELAMAT MENYUSUN RENUNGAN