Selasa, 25 September 2012

RENUNGAN RABU, 30 SEPTEMBER 2012 -> Mkha 7 : 14 17


MATERI BINA HOMILITIKA
Majelis Jemaat "KASIH KARUNIA" di Medan

TUHAN GEMBALA

PENGHARAPAN
DI TENGAH PERGUMULAN

ditulis di

MEDAN - SUMATERA UTARA
Selasa, 25 September 2012

oleh

ARIE A. R. IHALAUW
Putera Sang Fajar

-----oooo00oooo-----

PENDAHULUAN

Cukup beralasan, jika kita menatakan bahwa fenomena sosial ikut membentuk pola pikir dan perilaku manusia beragama. Agama (religiositas = spiritualitas), sesungguhnya, berfungsi menjawab seruan manusia serta memberi jalan keluar dari persoalah hidup yang sedang dijalani. Dalam hal inilah agama menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah manusia dalam masyarakatnya. 

MANUSIA, makhluk bermasalah.

1. Masalah Primer. 

Manusia bukan saja disebut 'homorationale' (makhluk berpikir) maupun 'homosocius' (makhluk sosial) tetapi juga 'makhluk bermasalah'. Tidak seorang manusiapun yang benar dan baik (bd. Maz. 14:1-3; Rom. 3:10-12). Hal utama yang membuat manusia bermasalah adalah 'kebutuhan dan kepentingan' hidupnya. Inilah masalah primer dalam diri manusia baik individual maupun kolektif. 

2. Masalah Sekunder.

Kekuasaan, fungsi dan sistem kehidupan, muncul karena dorongan 'kecenderungan hati' (bd. Kej. 6:5 -> keinginan, kemauan, kehendak bebas, kesadaran diri, motivasi, dan sebagainya) untuk memenuhi 'kebutuhan' dan 'kepentingan'-nya. Hal itu merupakan 'kendaraan' belaka. Oleh karena itu, jika seseorang tak mampu mengendalikan diri, maka perilakunya akan merugikan sesamanya, bahkan masyarakat maupun persekutuan umat di mana yang bersangkutan beraktifitas. 

3. Masalah Israel - Yehuda dalam masa kerja Mikha

Mikha bekerja jauh setelah Raja Daud dan Salomo, anaknya, memerintah Israel Raya. Waktu itu Kerajaan Israel Raya telah terpecah menjadi dua : Kerajaan Israel Utara beribukota Samaria, dan Kerajaan Israel Selatan, beribukota Yerusalem. Pada masa itu kedua kerajaan sedang mengalami kemerosotan sosial - politik - ekonomi yang berdampak bagi masalah pertanahan-keamanan regional. Dalam keadaan demikianlah Mikha menyampaikan nubuat-nubuatnya.

PERIKOP BACAAN & PENJELASAN

MIKHA 7 : 14 - 17

Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala.

PENJELASAN

Nabi Mikha cukup prihatin melihat kesengsaraan umat Allah. Oleh karena itu, ia menguatkan iman dan memberikan penghiburan ketika mereka putus asa menja-lani kehidupan sosial sehari-hari. Para gembala, yakni : bangsawan kerajaan dan pemimpin Bait Allah, menggunakan kewenangan untuk memuaskan diri. Sementa-ra umat Israel-Yehuda memikul kesengsaraan.

  • Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu. Keadaan mencekam telah melanda seluruh tanah Israel-Yehuda, baik di pekotaan sampai ke ke pedesaan terpencil. Ancaman keamanan dari suku-suku sekitarnya meresahkan rakyat, karena kondisi keamanan dalam negeri sedang rapuh oleh ulah para gembala mereka.
  • Dalam kondisi demikian, tak seorangpun sanggup menolong sesamanya. Tiap -tiap orang berusaha menyelamatkan diri. Pertahanan keamanan Israel-Yehuda telah lumpuh. Kerajaan tak mampu menjamin keselamatan rakyat. Oleh karena itu, Mikha mengecam para pemimpin, dan sekaligus membangkitkan semangat rakyat. Ia bermohon kepada Allah, agar “menggembalakan umatNya seperti pada zaman dahulu kala.”
  • ‘Seperti’ merupakan kata andaian, juga perbandingan. Nabi Mikha memban-dingkan keadaan umat di bawah pemerintahan raja-raja (Mik. 1:1-5) dengan mengingat sejarah masalalu, bagaimana TUHAN menggembalakan leluhur Israel, ketika mereka dibebaskan dari Mesir (bd. ay. 14). Perbandingan itu tiba pada kesimpulan, andaikan TUHAN sendiri melakukan hal itu, niscaya Israel tak akan mungkin memikul kesengsaraan.
 APLIKASI

Pertama, sejarah sosial mencatat, bahwa manusia merupakan salah satu faktor penentu munculnya berbagai kasus sosial, dan bukan sistem-organisasi. Banyak pemimpin organisasi masyarakat maupun agama selalu mengkambing hitamkan sistem-organisasi; akan tetapi alasan seperti itu hanyalah isapan jempol saja. Hal itu, sesungguhnya, dikemukakan untuk membenarkan diri ataupun menutup-nutupi kejahatan dan kesalahan pengelolaan organisasi. Alasan yang diada-adakan untuk mengaburkan kritikan. Sebuah strategi mengalihkan perhatian orang banyak dari kejahatan yang dilakukan para pemimpin. Oleh karena itu, sebagai rakyat ataupun warga Gereja, kita wajib terus menerus mengawasi sepak terjang pemimpin masyarakat, terutama  PEMIMPIN GEREJA (karena kita ada di dalam gereja! Hal ini patut disadari dan dilakukan, sebab kesalahan memimpin Gereja maupun masyarakat akan membawa kesengsaraan bagi persekutuan bangsa maupun umat Allah. KESALAHAN PEMIMPIN (Gembala) AKAN MEMBAWA UMAT KE DALAM PENGHUKUMAN ALLAH !

Kedua, sejarah keagamaan mencatat, bahwa kejahatan yang dilakukan oleh pemimpin agama, khususnya PEMIMPIN GEREJA / UMAT / JEMAAT, akan selalu membawa kehancuran bagi persekutuan, termasuk sistem-organisasinya. Sesungguhnya, bukan sistem-organisasi yang tidak berfungsi, melainkan ORANG-ORANG YANG MENJADI PEMIMPIN itu secara sadar ataupun tidak, disengaja ataupun tidak, membiarkan sistem itu tidak berfungsi, supaya bisa mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun kelompoknya. 

Ketiga, meskipun umat mengalami kesengsaraan, namun masih mengharapkan Allah  mem-bebaskan mereka. GEMBALAKANLAH UMATMU DENGAN TONGKATMU SEPERTI ZAMAN DAHULU KALA diserukan Mikha mewakili umat Israel-Yehuda. Mikha menemukan kejahatan para gembala (dahulu ditujukan bagi para raja dan imam, sekarang ini diaplikasikan : Pemerintahan Sipil dan PRESBITER di dalam GEREJA) dalam menjalankan tugas-fungsional. Mereka mencuri harta sesama, suka disogok / disuap / korupsi, suka merampok lemak-lemak yang dipersembahkan umat di Bait Allah (suka mencuri pada saat menghitung uang kolekte maupun suka menyalahgunakan kekuasaan / wewenang penatalayanan ekonomi Gereja / Jemaat, yakni : keuangan dan harta milik gereja yang tidak bergerak maupun bergerak, untuk memperkaya diri dan kelompok pendukungnya). Padahal mereka melalaikan tugas pelayanan kasih kepada umat Allah. Akhirnya Nabi memohonkan TUHAN, Allah Pemilik umatNya, menjalankan penggembaan, supaya yag sengsara diselamatkan oleh Dia.Inilah  akar pengharapan mesianik. Pengharap akan datangnya Hari TUHAN (Ibr. Yom YHWH) bersama dengan GEMBALA AGUNG (konsep tentang Mesiah selaku Raja & Gembala Israel). 

Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban !

PENJELASAN

a). “Seperti” -- bandingkan juga penggunaannya pada ay. 14 -- merupakan kata andaian, sekaligus pembanding (komparasi).

b). Nabi membandingkan keadaan Israel-Yehuda pada masa kerjanya dengan keadaan yang dialami para leluhur mereka, ketika akan dibebaskan TUHAN dari Mesir.

c). Kondisi Israel-Yehuda sedang mengalami kemerosotan sosiopolitik, disebabkan perilaku menyimpang dari para bangsawan dan pemuka agamanya bertentangan dengan perintah Allah.

d). Israel – Yehuda sedang diserang oleh suku bangsa sekitarnya.

e). Ucapan Mikha mengesankan sebuah keadaan sosial yang bertolak belakang : Israel-Yehuda mengharapkan akan datangnya suatu masa pemerintahan, di mana Allah sendiri yang akan menggembalakan umat (ay.14) dengan kekuatan kuasa serta menurut kehendakNya sendiri, seperti pada waktu Ia membebaskan leluhur mereka dari Mesir.

PERELEVANSIAN KE DALAM KONDISI JEMAAT MASAKINI

1. Ucapan Mikha bersifat refleksi dan antisipasi. Refleksi, artinya, nabi memakai ‘tradisi exodus (pembebasan)’ Israel dari Mesir menjadi landasan kokoh untuk menguatkan serta menghibur (membangkitkan semangat) umat yang sedang merosot pada masa kerjanya. Antisipasi, artinya, peristiwa exodus dari Mesir dipakai untuk meyakinkan umat, bahwa TUHAN, Allah Israel, pasti akan bekerja melepaskan mereka, seperti yang dikerjakanNya pada masa leluhur mereka.
   
   Akan datang waktunya, TUHAN sendiri bekerja untuk membebaskan umat Israel-Yehuda dari penderitaan. Ia akan membangkitkan seorang gembala, seperti Musa dan atau Daud, untuk melaksanakan maksudNya. Inilah yang disebut pengharapan mesianik, yakni : pengharapan Israel akan ‘hari TUHAN,’ di mana Dia sendiri akan menjalankan pemerintahan atas umatNya.


2. Pemahaman akan peranan TUHAN atas kehidupan Israel dapat dimanfaatkan untuk membangun pengharapan-iman Warga Jemaat yang sedang mengalami berbagai masalah sekarang.


  Seperti TUHAN bekerja membebaskan Israel-Yehuda dari penindasan penguasa Mesir, demikianlah Ia pasti akan mewujudkan pemeliharaanNya atas Warga Jemaat. Oleh karena itu, Warga Jemaat tidak usah takut menghadapi masalah, asalkan percaya sambil mengerjakan semua pekerjaan yang diperintahkanNya. Bekerja sambil berdoa, agar TUHAN turun tangan menyelesaikan segala sesuatu yang tidak mampu dituntaskan oleh kita. Seperti TUHAN mengadakan tanda ajaib di hadapan Firaun, penguasa Mesir, demikianpun hal itu akan terjadi di Indonesia.


Biarlah bangsa-bangsa melihatnya dan merasa malu atas segala keperkasaan mereka; biarlah mereka menutup mulutnya dengan tangan, dan telinganya menjadi tuli. (7:17) Biarlah mereka menjilat debu seperti ular, seperti binatang menjalar di bumi; biarlah mereka keluar dengan gemetar dari kubunya, dan datang kepada TUHAN, Allah kami, dengan gentar, dengan takut kepadaMu !


PENJELASAN

Pada waktu itu --- pada Hari TUHAN --- Dia sendiri akan datang untuk membalaskan kejahatan semua orang yang berbuat curang ke atas umatNya. Mereka akan terkejut dan menjadi malu tersipu-sipu, karena TUHAN berbalik menyayangi pilihanNya. 

APLIKASI

Pertama, istilah 'bangsa-bangsa' dalam bahasa Ibrani : goy (tunggal) dan goyim (jamak). Biasanya teolog Israel Perjanjian Lama memakai istilah ini secara berhadap-hadapan dengan 'am YHWH' (umat Allah). Mereka disebut juga sebagai 'orang fasik' (orang cenderung berbuat jahat) atau 'orang kafir' (orang yang tidak mengenal Allah YHWH). Jadi, ketika TUHAN, Allah Israel, bekerja membebaskan umat dari sengsara, maka sekaligus, menurut Mikha, Dia mempermalukan bangsa-bangsa. 

Kedua, secara artifisial istilah itu tidak dapat dipakai oleh orang Kristen di Indonesia. Kita tidak mungkin menyebut non-kristen sebagai bangsa kafir, salah ! Artinya, penggunaan istilah 'bangsa-bangsa' dalam Perjanjian Lama, sulit diterapkan dalam konteks kebinekaan di Indonesia. Kristen maupun non-kristen adalah sesama saudara sebangsa. Oleh karena itu, penerapan istilah tersebut perlu disesuaikan konteks sosial budaya yang sedang kita hadapi.

Untuk tujuan tersebut orang Kristen dapat mentransformasikan nilai-nilai etis-moral terkait KEBENARAN & KEADILAN, SUKACITA & DAMAI SEJAHTERA, KASIH & KESETIAAN, dan lain-lain -- sesuai kesaksian Alkitab -- untuk mengkategorikan : yang melakukan  dan yang tidak kehendak Allah. Dalam hal ini, istilah yang cocok untuk digunakan : ORANG FASIK. Mereka itu adalah orang yang tidak ataupun mengenal Allah (sebab seluruh warga Negara Indonesia mempunyai keyakinan dan beragama); akan tetapi hati dan pikirannya cenderung melakukan kejahatan.

Ketiga, jika sepakat memakainya, maka kitapun dapat mengatakan, bahwa dalam Gereja / Jemaat (persekutuan orang Kristen di Indonesia) terdapat pula ORANG FASIK dan ORANG BERIMAN. Artinya, terdapat Orang-Yang-Beragama-Kristen (mereka ini menghapal seluruh isi Alkitab) tetapi perilaku sosialnya jahat semata-mata. Orang Kristen seperti ini tersebar merata dalam semua aliran gerejawi serta dalam Jemaat Lokal. 

Mereka itu mengetahui (bukan mengenal) Allah seperti yang dipelajarinya dari Alkitab dan didengar melalui pemberitaan firman. Mereka pandai mencari perhatian banyak orang, selalu tampil saleh, bermulut manis, sok tahu, pandai mendebatkan ayat-ayat Alkitab; sementara secara sembunyi-sembunyi melakukan kekerasan, memfitnah, berzinah - selingkuh, kawin cerai, menyelewengkan kekuasaan dan memakai kesempatan untuk memperkaya diri sendiri, mengikuti berbagai keinginan daging (hawanafsu), bertindak merugikan banyak orang, mencuri uang kolekte, memanfaatkan UANG GEREJA / JEMAAT untuk kebutuhan sendiri. Orang seperti ini suka tampil di depan umum, duduk di tempat terhormat, menjadi MAJELIS GEREJA pada tiap Ibadah Minggu, tetapi BUKAN MAJELIS JEMAAT yang suka mengikuti kegiatan Ibadah Jemaat; mereka suka bergosip ria, malahan mengatas namakan warga jemaat (padahal omongannya tak dilengkapi bukti-bukti yang benar), yang suka melihat kesalahan sesama, padahal balok menutupi kedurjanaan diri, kurang suka berkorban (merugi) dan cenderung mencari untung dalam pelayanan umat Allah, serta kejahatan lain-lainnya sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Orang seperti itu dapat disebut ORANG MUNAFIK atau FASIK. Orang seperti inipun berperan aktif di dalam persekutuan doa, dalam Jemaat dan Gereja. Benarlah ucapan Yesus : LALANG TUMBUH BERSAMA DI LADANG GANDUM

Bagi orang-orang itu, TUHAN akan datang dan melakukan penggembalaan, menurut kehendak dan waktuNya. Ia akan memisahkan kambing dari domba, gandum dari pada lalang; sehingga mereka diperuntukkan bagi hari penghakiman Allah. Pada waktu yang sama, TUHAN akan memuaskan hati semua orang yang menderita karena melakukan firmanNya. 

SELAMAT 
MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN

Salam dan Doa

PUTERA SANG FAJAR