Pertemuan II
Pokok sub-bahasan
AKU MAKHLUK BERDOSA
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1. Peserta bina mengetahui kesaksian Alkitab tentang sejarah kejatuhan manusia ke dalam dosa.
2. Peserta bina mengerti akan sifat manusia yang mendorongnya berbuat dosa.
3. Peserta bina tidak melakukan perbuatan yang berdosa dan hidup kudus di hadapan Allah.
Pendahuluan
1. Kejatuhan ke dalam Dosa. Tidak seorangpun yang ditanyai akan mengakui kejahatan berdosa yang dibuatnya. Semua orang pasti menutup diri, sebab tidak seorangpun ingin dihujat dan menanggung aib. Katakanlah contoh : pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan. Meskipun orangtua sudah mengingatkan anak gadisnya tentang bahawa pergaulan bebas, namun si gadis tetap bersikeras, dengan alasan : “Segala sesuatu tergantung pada orangnya”. Ucapan itu dipakai untuk membela diri. Mulut besar itu tertutup, ketika perutnya semakin membesar. Si anak gadis itu tak lagi bisa membantah ucapan orangtuanya.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa merupakan legenda yang disaksikan oleh Alkitab (Kej. 3).
a). Manusia : Makhluk Ciptaan Allah. Allah menciptakan manusia : laki-laki dan perempuan, menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26)
b). Pendelegasian Wewenang dan Tanggungjawab. Allah memberikan kuasa dan tanggungjawab kepada manusia (Kej.1:28) untuk mengusahakan dan memelihara alam ciptaan-Nya (Kej. 2:15).
c). Firman sebagai Hukum yang mengatur Perilaku Ibadah. Allah memberikan hukum : “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:16-17).
d). Stimulus Dosa. Oleh karena dorongan keinginan daging, manusia melanggar perintah Allah (“Perempuan itu melihat ..., lagipula buah pohon itu menarik hati …, lalu ia mengambilnya …” -> Kej. 3:6). Kondisi kejiwaan inilah yang membuat manusia melanggar perintah Allah : “melihat, menarik hati, dan mengambil”. Jadi, dosa adalah perbuatan manusia yterhadap kehendak / perintah Allah, karena sikap hatinya sendiri. Dosa itu bukan bersumber dari perbuatan ! Dosa itu bersumber pada sikap hati yang tidak setia mengasihi dan tidak taat melakukan perintah Allah.
e). Kuasa Kegelapan dan Perupaannya. Untuk menjawab pertanyaan tentang eksistensi kuasa kegelapan, maka kita perlu membahas :
1. Apakah yang dimaksudkan dengan kuasa kegelapan ?
2. Dari manakah Israel mengenal kepercayaan tentang kuasa kegelapan ?
3. Bagaimanakah bentuk dan wujud penampakan kuasa kegelapan ?
4. Dari manakah asal-muasal Iblis dan Setan ?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan dikupas dalam pertemuan lanjutan, di mana hal itu dibahas secara khusus.
d). Ular dan Kejatuhan Manusia. Ular, perupaan dari Iblis, bukanlah sumber kejatuhan manusia. Ular hanyalah penggoda. Meskipun ia mempengaruhi hati dan pikiran, namun bukan sebagai faktor utama yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Tindakan berdosa yang diadakan lahir dari pikiran dan hati manusia semata-mata (Kej. 3:6; bd. 4:1–16 -> “Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain : “Mengapa hati-mu panas dan mukamu muram ? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” -> 5-6). Kutipan tersebut menegaskan, bahwa dosa merupakan sesuatu yang menggoda manusia. Ia dapat membuat hati panas dan pikiran kalut. Jika manusia tidak dapat menguasainya, maka ia dapat merusakkan hati dan pikiran, sehingga manusia salah mengambil keputusan dan berbuat pelanggaran atau kejahatan. Dengan demikian, hati dan pikiran manusia menjadi faktor utama yang membedakan dan memilih di antara yang jahat dan yang baik yang berkenan kepada Allah.
e). Mengapa Ular dijadikan simbol Iblis ? Sebab ia adalah binatang yang paling licik di atas bumi. Ular adalah binatang melata yang diciptakan Allah. Jalannya bengkok, tidak lurus. Ia binatang berbisa yang pagutannya sangat mematikan (bd. Bil.21:9. Dalam budaya-agama-suku, ular dipakai sebagai simbol kematian tetapi juga simbol pengobatan / ketabiban (lihatlah simbol di setiap Apotik). Ingatlah ucapan Tuhan Yesus : “..., hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat. 10:16). ). Ia cerdik tetapi sifatnya licik (Kej. 3:1).
Dalam sastra apokaliptic, ular juga dipakai untuk menyebut makhluk rohani yang disebut Lewiatan (“… atas Lewiatan, ular yang meluncur, dan ia akan membunuh ular naga yang dilaut” -> Yes. 27:1; bd. Kej. 1:2). Yohanes menyebutnya : Ular Tua, yakni : Iblis (Why. 12:9 -> Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis dan Setan, yang menyesatkan seluruh dunia”; 20:2 -> “ia menangkap naga, si ular tua, yaitu : Iblis dan Setan”; 20:10 -> ”dan Iblis, yang menyesatkan mereka”).
Sebutan Ular Tua yang dipakai Yohanes, dalam Kitab Wahyu Yesus-Kristus, bertujuan menunjukkan keberadaan eksistensial (usia) – nya. Si ular itu sudah berusia tua, lanjut usia. Setua usia alam semesta. Ia sudah ada sejak penciptaan. Dalam bahasa Ibrani, kehadirannya selalu menimbulkan kekacauan (Ibr. tohu wawohu; Yun. chaos -> Kej. 1:2). Kehadiran Ular tua sudah ada (Kej. 1:2), sebelum manusia diciptakan oleh Allah (Kej. 1:26-27). Oleh karena itu, Allah memberikan kuasa kepada manusia, bukan hanya untuk menaklukkan alam semesta, tetapi juga untuk mengalahkan kekuatan kuasa si Ular Tua, yaitu : Iblis dan Setan (bd. Mrk. 16:16 dst).
f). Sikap Hati dan Perbuatan Berdosa. Perbuatan berdosa itu bersifat kondisional; artinya, penampakannya sangat tergantung oleh kondisi (situasi) yang sedang dihadapi manusia. Bukan tidak mungkin ketika seseorang sedang berada di dalam kondisi terdesak, ia akan melindungi diri dengan mematikan lawannya. Katakanlah contoh : seseorang akan menyerang musuhnya untuk membela kepentingannya, jika ia terdesak. Serangannya itu dapat mematikan musuh (perbuatan berdosa melanggar Hukum Allah : Jangan Membunuh -> Kel. 20:13; Ul. 5:17; Mat. 7:21-23), tetapi selalu saja ada alibi (alasan pembelaan diri) yang didasarkan atas motivasi : melindungi diri dari serangan orang lain.
2. Tugas diskusi dalam kelompok.
Bagaimanakah kita menilai perbuatan orang itu berdosa ? Pertanyaan tersebut berhubungan erat dengan pandangan Etika Kristen. Oleh karena itu, peserta bina dapat ditugaskan membahas masalah dalam kelompok dengan membandingkan cerita :
1. Kain membunuh Habel (Kej. 4 : 1 – 16). Mengapa Allah berpihak kepada Habel ?
2. Musa membunuh orang Mesir karena menolong kaum sebangsa (Kel. 2 : 11 – 22). Apakah Allah membenarkan kesalahan Musa ?
3. Yakub menipu ayahnya : Ishak, untuk memperoleh berkat (Kej. 27). Mengapa Allah membiarkan Yakub menipu Ishak, padahal seharusnya Esaulah yang memiliki hak kesulungan ?
by Arie A. R. Ihalauw
-----oooo000oooo-----