RANCANGAN PENGAJARAN
HARI RABU, 16 PEBRUARI 2011
I. POKOK UTAMA
PEMBERITAAN TENTANG
YESUS – KRISTUS
TUJUAN UTAMA
Mengenal Tugas Gereja memberitakan karya Yesus-Kristus dalam rencana penyelamatan Allah
II. POKOK BAHASAN
PERJUMPAAN DENGAN
YESUS-KRISTUS
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
TUHAN, Allah kita, bekerja menyelamatkan dengan tujuan, agar orang percaya pergi memberitakan pekerjaan pembebasan yang dilakukan-Nya
III. SUB-POKOK BAHASAN
BERITAKANLAH KABAR BAIK
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Pengajaran ini dijadwalkan untuk diajarkan dalam pertemuan ibadah Jemaat sebagai KELUARGA ALLAH, agar
1. Tiap warga jemaat sebagai anggota mengetahui dan mengerti, bahwa dengan kuasa-Nya yang dahsyat,TUHAN Allah telah menyelamatkan anggota KELUARGA ALLAH.
2. Tiap warga jemaat menghayati akan kuasa Allah serta percaya, bahwa Dia mengadakan mujizat menurut kehendak dan waktu yang ditentukan-Nya.
3. Tiap warga jemaat berpartisipasi dan berperan serta untuk memberitakan kabar baik.
4. Warga jemaat menjalankan kehidupan pribadi dan keluarga serta kegiatan pekerjaan sesuai dengan kesaksian Alkitab yang berintikan firman Allah, sehingga semua orang yang melihatnya memuliakan Allah dan diselamatkan.
BACAAN UNTUK MATERI URAIAN
INJIL YOHANES 4 : 39 – 42
39. Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi : “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat”. 40. Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42. dan mereka berkata kepada perempuan itu : “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia”
MEDAN – SUMATERA UTARA
Senin, 14 Pebruari 2011
disusun oleh
PDT. ARIE A. R. IHALAUW
-----oooo000oooo-----
URAIAN MATERI
A. PENDAHULUAN
“Hidup menjadi lebih hidup saat-saat kita berjumpa dengan siapapun”. Pameo itu selalu terdengar dalam percakapan warga masyarakat. Kemudian ia diajarkan oleh agama-agama : “Hidup akan semakin baik, jikalau Allah berjumpa dengan manusia”. Tetapi jauh lebih baik kalimat yang saya rumuskan ini : “Hidup akan semakin indah, jikalau kita mendengar ajakan TUHAN dan berjalan bersama Dia”
Kalimat kedua ini tidak membenarkan kalimat pertama. Sebab kalimat pertama menunjuk pada usaha manusia menjumpai siapapun yang dikenal atau tidak dikenal. Usaha itu bisa berhasil, tetapi juga bisa tidak berhasil. Semuanya sangat tergantung pada motivasi manusia sebagai pelaksana aktifitas. Jika kita mengubah bunyi kalimat pertama menjadi : “Hidup menjadi lebih hidup saat-saat kita berjumpa dengan TUHAN”, hal itupun memiliki banyak kemungkinan :
1. Kalimat tersebut menunjuk pada hasil usaha manusia. Manusia berusaha mencari TUHAN; akan tetapi belum tentu ada kepastian, bahwa TUHAN dapat ditemukan atau dijumpai menurut proses berpikir manusia (proses berpikir filosofis). Hal ini sangat jelas dalam sarkasme yang diucapkan nabi Yesaya : “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalan-Ku bukanlah jalanmu. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu, dan racangan-Ku dari rancanganmu” (Yes. 55:8-9). Berpikir filosofis merupakan upaya manusia menggagaskan kekuatan-kekuatan supranatutal dalam alam semesta. Merumuskan pemahaman ideal tentang “sesuatu yang tidak kelihatan”. Pekerjaan ini tampak dalam berbagai teori yang ada dalam berbagai aliran filosofis. Allah bukanlah Pribadi yang dipikirkan, tetapi yang dialami.
2. Kalimat kedua yang termaktub dalam ajaran agama-agama langit (Yahudi, Islam, Kristen) “Hidup akan semakin indah, jikalau Allah berjumpa dengan manusia”. Dalam kalimat ini masih ada kesulitan, yakni : meskipun Allah datang menjumpainya, namun manusia tidak mau menerima ajakan-Nya, maka kehidupannya akan terancam bahaya. Kehidupan tidak lebih baik karena Allah datang menjumpai manusia. Sebab apalah artinya perjumpaan itu, jika manusia menolak tawaran Allah ?
Saya melihat kelemahan dalam kedua bentuk kalimat 1 dan 2. Kelemahan itu bukan disebabkan perumusan kalimat oleh siapapun; akan tetapi menunjuk secara jelas dua motivasi yang melatarbelakangi perjumpaan subjek : manusia dan Allah. Motivasi manusia selalu terbentuk oleh kondisi lingkungan hidupnya. Acapkali manusia mencari Allah sebagai salah satu alternatif : jalan keluar, dari permasalahan yang dihadapi. Allah menjadi tempat pelarian dari orang frustrasi. Allah dijadikan kuda-tunggang yang memikul beban orang frustrasi. Di sini manusia mempergunakan Allah sesuai teori manfaat : jika Allah menguntungkan secara ekonomis, maka Ia akan menjadi teman seperjalanan. Sebaliknya, jika Allah tidak bermanfaat lagi, maka Ia ditinggalkan kesepian (simaklah sejarah perjalanan bangsa Israel). Padahal motivasi Allah untuk menjumpai manusia bersumber dari hati-Nya yang tulus, jujur, terbuka dan penuh kasih-sayang. Dia ingin menyelamatkan / membebaskan manusia. Saya merumuskan kalimat tersebut dalam kalimat baru : Allah membebaskan dari kesengsaraan, agar manusia lebih mengenal kemanusiaannya dalam hubungan dengan Dia yang berfirman dan berkarya.
3. Kalimat yang saya usulkan, yang mengandung aktifitas dari subjek Allah dan subjek manusia, adalah “Hidup akan semakin indah, jikalau kita mendengar ajakan TUHAN dan berjalan bersama Dia”.
Dalam kalimat ini kita menemukan 2 (dua) aktifitas yang dilakukan oleh 2 (dua) subjek yang berbeda untuk mencapai kualita dari sebuah tujuan.
a). Manusia Makhluk bermasalah.
· Fenomena sosial menunjukkan berbagai kegagalan yang dialami manusia, karena pikiran dan tindakan yang dijalankannya. Tindakan yang telah dipikirkan berhadapan dengan reaksi (penolakan karena ketidak cocokan) lingkungan hidupnya, entahkan lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
· Keterbatasan alami telah menimbulkan persoalan dalam diri manusia. Ia tidak dapat menuntaskan berbagai masalah, karena kelemahan dirinya sendiri.
· Secara alkitabiah kita dapat menyimak pernyataan para penulis Alkitab, bahwa manusia mengalami kegagalan karena memberontak (dosa) kepada Allah (bd. kutuk TUHAN pada peristiwa di Taman Eden -> Kej. 3). Kejatuhan manusia telah mengubah pemahaman dan pandangannya terhadap kemanusiaan dan lingkungan hidupnya.
b). Motivasi Allah
Saya menegaskan, kita tidak pernah mengetahui dan mengerti motivasi Allah, jika kita tidak membaca kesaksian Alkitab dan menafsirkan karya-Nya dalam alam semesta.
Sekedar untuk memperjelas pemahaman saya, marilah kita menyimak peristiwa pembebasan Israel dari Mesir -> Keluaran 1 - 12.
1. Masalah Israel
Keluaran 1
· Setelah Yusuf wafat, terjadi pergantian penguasa Mesir (ay. 8). Penguasa itu tidak mengenal Yusuf. Kalimat ini pun dapat ditafsirkan, penguasa itu juga tidak akan menjalankan ketetapan-ketetapan yang pernah diambil penguasa terdahulu tentang status Israel di Mesir (ay. 9 – 10)
· Ia membijaki keputusan kerajaan tentang hak-hak dan kewajiban Israel sebagai tenaga kerja di Mesir (ay. 11 – 12). Demi membatasi jumlah pertambahan orang Israel penguasa Mesir mempekerjakan laki-laki Israel sebagai tenaga rodi (ay.13 – 14), serta menetapkan pembunuhan terencana (ay. 15-22).
2. Tindakan Allah Membebaskan Israel
2.1. Latarbelakang sejarah
a. Kita tidak bisa mengerti cerita Musa terpisah dari cerita tentang rencana Allah bagi pembebasan orang Israel. Kedua cerita itu saling berhubungan dan saling melengkapi. Komentar penulis Keluaran mengenai alasan yang diajukan bidan Sifra dan Pua (Kel. 1:15 -> “Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup”) menunjukkan, bahwa TUHAN Allah sedang bekerja merealisasikan rencana-Nya.
b. Rencana pembebasan Allah itupun dilaksanakan-Nya atas Musa, ketika bayi itu dibuang ke sungai Ni, dipungut dan dibesarkan oleh putri firaun (2 : 1 – 10) sampai Musa melarikan diri ke Midian dan bekerja serta menikahi anak Jitro, imam di Midian (2 : 11 – 22).
2.2. Panggilan Musa dan Pembebasan Israel
a). Allah memperhatikan kesengsaraan (3 : 7 – 9)
Ayat yang ditunjuk di atas memperlihatkan kondisi Israel di Mesir : Aku memperhatikan, mendengar, seruan dan mengetahui penderitaan umat-Ku (ay. 7).
APLIKASI KE DALAM PENGAJARAN
Jemaat adalah manusia yang membuat masalah dan bermasalah. Allah mengetahui dan memperhatikan. Masalah itu telah menimbulkan kesengsaraan dalam kehidupan bersama. Lalu muncul seruan doa. Allah mengetahui dan memperhatikan.
b). Juruselamat adalah Allah, bukan Musa
Perlu ditegaskan, bahwa menurut pemahaman iman penulis Keluaran, Juruselamat Israel adalah Allah, dan bukan Musa. Pandangan ini sangat jelas, ketika kita membaca : “Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu…” (ay.8).
APLIKASI KE DALAM PENGAJARAN
Perlu ditegaskan kepada, bahwa Juruselamat adalah Allah, dan bukan presbiter (Pendeta, Penatua, Diaken).
c). Allah bekerja sama dengan manusia untuk mencapai tujuan-Nya (3 : 10 – 12)
Allah merencanakan pembebasan. Namun Dia tidak bekerja sendiri. Dia mewakilkannya kepada orang yang dipanggil dan diutus mengerjakan rencana-Nya. Musa adalah utusan yang dipercayakan Allah untuk menjalankan pekerjaan yang ditetapkan-Nya.
APLIKASI KE DALAM PENGAJARAN
i. Kita membaca hal itu di dalam cerita tentang Yesus. Yesus adalah manusia dari Nazaret yang diutus untuk menjalankan pekerjaan pembebasan yang telah direncanakan oleh Allah. Dalam pekerjaan Yesus, kita mengetahui dan mengerti, bahwa Allah telah menjadi manusia (Yoh. 1 : 14) untuk bekerja mencapai tujuan-Nya.
ii. Banyak orang dipanggil dan ditetapkan oleh Yesus-Kristus untuk melanjutkan pekerjaan-Nya (bd. Yoh. 15:16; 15:18; Mrk. 16:15; Mat. 28:19—20; Kis. 1:8).
iii. Orang-orang yang dipanggil itu dihimpunkan-Nya menjadi satu persekutuan (I Pet. 2:9), yang disebut Gereja / Jemaat {Mat. 16:18 -> Kata Yesus : “Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (jemaat dalam bhs Yun. ecclesia) dan alam maut tidak akan menguasainya”} yang adalah KELUARGA ALLAH (Efs.2:19–20 -> Demikianlah kamu bukan lagi orang-orang asing atau pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota KELUARGA ALLAH yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus-Yesus sebagai batu penjuru”).
iv. Demi melanjutkan pekerjaan (misi) Yesus-Kristus, maka Gereja / Jemaat mengadakan fungsi-sistem organisasi dari persekutuan yang melayani dan bersaksi. Oleh karena itu, diadakanlah jabatan-jabatan gerejawi (Efs 4:11 -> “Dia-lah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar; bd. I Kor 12 : 28 -> “pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi dan ketiga sebagai pengajar”) bertujuan : “memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, demi mencapai pembangunan tubuh Kristus” (bd. Efs. 4 : 12).
Melalui penjelasan tersebut kita menangkap 2 (dua) hal tersurat maupun tersirat : pertama, ada kesempatan yang direncanakan Allah (waktu TUHAN), dan kedua, Allah memilih dan menetapkan orang-orang yang berkenan di hati-Nya untuk menjadi pelaksana.
B. MEMAHAMI PERIKOP BACAAN
INJIL YOHANES 4 : 39 – 42
39. Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi : “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat”. 40. Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42. dan mereka berkata kepada perempuan itu : “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia”.
Perikop bacaan yang akan diajarkan dalam Ibadah Keluarga, Hari Rabu – 16 Pebruari 2011, patut dimengerti menurut kesatuan naskah Yohanes pasal 4.
Inti percakapan Yesus dan perempuan Samaria berkisar pada tema HIDUP YANG KEKAL atau HIDUP KEKAL. Sesungguhnya, tema tersebut sudah disinggung dalam Pengantar Injil Yohanes (1 : 4), dan diuraikan dalam 3 (tiga) pasal terpisah, yakni :
a) Yohanes 3 : 1 – 21;
b) Yohanes 4 : 1 – 42;
c) Yohanes 6 : 25 – 59.
Ketiga pasal yang ditunjukkan di atas terdapat beberapa sub-inti percakapan :
· Yohanes 3 : 1 – 21 -> Yesus dan Nikodemus membahas bagaimana seseorang bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah (simbolisasi HIDUP KEKAL). Ada 2 (dua) : dilahirkan kembali.
Pertama, dilahirkan kembali oleh air dan Roh (3:5 -> Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah). Secara tersirat Gereja menafsirkan pernyataan Yesus itu ke dalam perbuatan sakramental : Baptisan Kudus. Rohkudus-lah yang memimpin orang menjadi percaya, dan Rohkudus-lah yang menggerakan hati orang untuk minta dibaptiskan. Hal itu terjadi selagi manusia masih hidup di atas bumi.
· Jalan menuju Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga atau Hidup-Kekal-bersama-Allah hanya melalui Yesus-Kristus (3:13 -> Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak-Manusia. bd. 1 : 18 -> Tidak seorangpun yang melihat Allah; tetapi Anak-Tunggal-Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dia-lah yang menyatakannya; bd.14:6 -> Yesus menjawab pertanyaan Thomas : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup --- saya merumuskan kembali ucapan ini seperti begini : AKULAH JALAN YANG BENAR MENUJU HIDUP YANG KEKAL --- Tidak ada seorangpun yang datang kepada Allah, kalau tidak melalui Aku”).
Dengan demikian satu-satunya cara atau jalan yang diperkenankan oleh Allah untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, baik selama masih di bumi maupun sesudah kematian, adalah menerima dan mengakui Yesus Kristus selaku Tuhan dan Juruselamat (bd. Yoh. 4 : 13 -> Jawab Yesus kepada perempuan Samaria : “Barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebab air yang Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal”; Yoh. 6:33 -> “Roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang member hidup kepada dunia” --- 6:35 -> “Akulah roti hidup (bd. ay. 48-51), barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”).
· Peryaratan yang harus dipenuhi hanyalah “percaya” --- mengimani Yesus-Kristus selaku Allah --- sama artinya dengan “tinggal di dalam Yesus” (Yoh. 6:47, 56).
Perjumpaan dengan Yesus-Kristus : Anak-Allah juga Anak-Manusia, yang disimbolkan Yohanes dalam tanda-tanda alamiah : makan roti dan minum air, sesungguhnya, menunjuk pada makna persekutuan hidup bersama Allah sejak masih di bumi sampai ke dalam Kerajaan-Nya.
C. KHUSUS YOHANES 4 : 39 – 42
Ada beberapa gagasan teologi yang dapat kita temukan dalam perikop ini, yaitu :
1. “Perempuan itu yang bersaksi” (ay. 39)
Pengalaman iman yang bertumbuh karena perjumpaan dengan Yesus tidak hanya menjadi kekayaan rohani perempuan itu saja. Tanpa disuruh oleh Yesus, perempuan itu pergi kepada bangsanya dan menceritakan segala sesuatu yang telah terjadi, ketika ia berjumpa dan berbicara dengan Yesus. Ceritanya itu membuat banyak orang Samaria menjadi percaya.
2. “Perjumpaan Orang Samaria dengan Yesus” (ay.40)
Orang-orang Samaria yang mendengar cerita perempuan itu tidak berdiam diri. Mereka bersikap proaktif. Karena terdorong rasa penasaran, mereka pergi menemui Yesus yang duduk di dekat sumur Yakub. Bukan hanya untuk membuktikan bahwa cerita perempuan itu benar, tetapi sekaligus meminta Yesus tinggal di kota itu.
Permohonan orang-orang Samaria didengar dan dijawab Yesus. Ia tinggal di sana selama 2 (dua) hari lamanya.
3. Pemahaman dan Pengakuan Iman orang Samaria (ay. 42)
Sebagian orang Samaria adalah pemeluk Agama yang dianut leluhur Israel (Abraham, Ishak dan Yakub), tetapi ada pula yang mengikuti budaya-agama-suku Kanaan. Ketika mereka berjumpa dengan Yesus, wawasannya terbuka, sehingga mereka berubah seketika dan mengakui “DIA BENAR-BENAR JURUSELAMAT DUNIA”.
D. APLIKASI
Melalui usaha memahami perikop ini, kita menemukan beberapa aplikasi yang dapat diajarkan kepada warga jemaat dalam Ibadah Keluarga, Hari rabu 16 Pebruari 2011 :
1. Warga Jemaat patut proaktif dalam tugas pemberitaan kabar baik.
Warga Jemaat diajak untuk belajar dari sikap perempuan Samaria. Ia tidak menyimpan kekayaan rohani bagi kepentingan sendiri. Ia menceritakan pengalaman iman, karena perjumpaan dengan Yesus. Perempuan Samaria itu sangat proaktif mengerjakan pekerjaan Allah. Berdasarkan kemauan sendiri perempuan itu melakukan tugas kemanusiaan, menyampaikan kabar baik kepada semua orang di kotanya.
Mencontohi sikap perempuan itu, warga jemaat juga patut menceritakan apa yang dilakukan Yesus dalam kehidupan keluarganya. Dengan cara demikian, orang-orang yang tinggal di sekitar rumahnya akan mengenal Yesus. Dan, jika Allah berkenan menyelamatkan mereka, maka Dia akan mngutus Roh Anak-Nya untuk menggerakan hati siapapun, sehingga mereka menjadi percaya kepada Yesus-Kristus, Anak-Tunggal-Nya. Setiap warga jemaat patut bersaksi tentang kebaikan yang diterimanya dari Allah.
2. Permohonan yang dikabulkan Allah
Wajarlah warga jemaat mengucapsyukur kepada Allah, karena kebaikan yang diberikan-Nya. Sikap syukur itu bukan saja diadakan melalui ritual penyembahan (Kebaktian Keluarga, kebaktian Minggu, dll), melainkan juga sikap menceritakan pekerjaan Yesus di mana saja tiap warga beraktifitas atau bekerja. Sambil bercerita tiap warga jemaat patut memanjatkan doa, agar Rohkudus meyakinkan hati orang sehingga mereka menjadi percaya dan bersedia membuka hati untuk Yesus tinggal di dalamnya. Doa yang dinaikkan dengan sungguh hati akan dijawab oleh Allah dan menjadi berkat bagi siapapun
E. HUBUNGAN DENGAN TUGAS PANGGILAN – PANGUTUSAN GEREJA
1. Gereja / Jemaat ada di atas bumi karena pekerjaan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus-Kristus. Dengan kata lain, Gereja/Jemaat berdiri di atas dunia, karena Allah telah datang menjumpai manusia, dan Roh Anak-Nya menggerakkan hati orang menjadi percaya serta masuk ke dalam persekutuan dengan Allah dan bersama sesama seiman.
2. Perjumpaan dengan Allah melalui perayaan sakramen perjamuan Tuhan, ketika tiap orang percaya makan dan minum dari tubuh dan darah Kristus, bertujuan mengingatkan orang-orang percaya untuk memberitakan anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui kematian Kristus (bd. I Kor. 11:26 -> “Sebab setiap kali kamu makan dari roti dan mincum dari cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”).
F. ACHIRULL’KALAM
Akhirnya, setiap pengajar yang menyampaikan pengajaran berdasarkan kesaksian Alkitab wajib mencerna makna yang tersurat maupun tersirat dari sebuah perikop bacaan secara baik dan benar. Oleh karena hal itu sangat berpengarun dalam pembentukan perilaku ibadah warga jemaat untuk menjalankan ibadahnya dalam keluarga, gereja dan di tengah-tengah masyarakat.
SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN !
MEDAN – Sumatera Utara
Senin, 14 Pebruari 2011
SALAM DAN DOAKU
Pdt. Arie A. R. Ihalauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar