MATERI BINA : 8 – bag. 2/IV-2011/Arie/KRISTOLOGI
PENGENALAN AKAN
YESUS KRISTUS
Sejarah sosial terkait tradisi tentang Allah selaku Raja Israel.
Alkitab menceritakan, bahwa pada awalnya Israel tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang dipunyai oleh suku-suku dan bangsa-bangsa di wilayah Kanaan. Israel dipimpin oleh Pemipim yang diangkat dan ditunjuk oleh Allah. Musa, Joshua, Harun, Hakim-Hakim adalah merepresentasikan kekuasaan Allah atas umat-Nya. Mereka mewakili Allah memimpin Israel. Sesungguhnya, menurut pemahaman iman Israel, Allah adalah Pemimpin mereka.
Perubahan juga pertumbuhan gagasan Pemimpin dan Raja. Ketika Israel menaklukkan dan menduduki wilayah suku-suku bangsa Kanaan, mereka berjumpa dengan budaya baru : budaya pemerintahan sipil. Jauh sebelum Israel memasuki wilayah itu, suku-suku bangsa Kanaan telah memiliki sistem pemerintahan kerajaan (monarchi) yang stabil. Perjumpaan dengan budaya Kanaan-lah yang mendorong Israel mendesak Samuel untuk menunjuk dan mengangkat seorang Raja (1 Sam. 8 : 5 –> “Angkatlah sekarang seorang raja atas kamu untuk memerintah kami”, ay. 6 -> “berikan kepada kami seorang raja”; ay 10 -> “yang meminta seorang raja”; ay. 19 -> “Dengarlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka”) sebagai pemimpin mereka. Samuel menampik tetapi TUHAN menyetujui permintaan umat-Nya (1 Sam. 8:22).
Risiko. Samuel mengangkat raja atas permintaan Israel. Ia juga menjelaskan firman TUHAN tentang risiko yang akan dipikul oleh Israel, apabila diperintahi raja. (1 Sam. 8 : 11 – 18). Dan segala risiko itu dialami Israel sejak masa pemerintahan Saul sampai ke dalam masa pembuangan ke Babilonia.
Munculnya Gagasan Mesiah.
Gagasan teologi mesianik ini bukan saja muncul dalam masa pembuangan melainkan sudah diawali sejak pra-eksilis (pra-pembuangan). Gagasan ini dikemukakan oleh nabi-nabi untuk menjawab masalah sosial yang dihadapi masyarakat Israel, karena tindakan sewenang-wenang dari kaum bangsawan kerajaan. Sekali lagi, gagasan ini tidak turun dari sorga. Gagasan ini bertumbuh dari realitas sosial.
Nabi Yesaya (juga Amos, Hosea dan Mikha yang sejaman dengan Yesaya) melihat fenomena sosial yang ditimbulkan karena arogansi penguasa kerajaan. Rakyat menderita sengsara lahir dan bathin (Yes. 3:15 -> “Mengapa kamu menyiksa umat-Ku”). Ibadah kepada Allah digantikan penyembahan berhala yang dibawa masuk oleh permaisuri raja yang berasal dari suku-suku di sekitarnya. Akibatnya rakyat Israel berseru memohonkan TUHAN Allah bekerja membebaskan mereka dari penderitaan. Di satu sisi, melihat kesulitan ini, nabi-nabi tidak saja memprotes ketidak adilan dan ketidak benaran yang dibuat oleh pihak kerajaan, mereka pun memprotes penguasa kerajaan. Di lain pihak, para nabi mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah nasional. Muncullah re-interpretasi dan re-formulasi atas tradisi keagamaan tentang Allah selaku Raja Israel.
Melalui mulut nabi Allah berfirman : “Mereka menolak Aku !” Firman ini mempunyai makna dalam. Israel bukan saja menolak beribadah kepada Allah, tetapi di dalamnya juga tersirat ucapan-Nya kepada Samuel : “Sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka. Tepat seperti yang dilakukan mereka kepada-Ku sejak hari Aku menuntun mereka keluar dari Mesir sampai hari ini, yakni meninggalkan Daku dan beribadah kepada Allah lain, demikianlah juga dilakukan mereka kepadamu” (1 Sam. 8:7-8). Penolakan terhadap kepemimpinan Allah bukan saja terjadi pada masa Samuel, tetapi sudah diperlihatkan Israel sejak masa Musa menuntun mereka keluar dari Mesir “sampai hari ini”, sampai masa pemerintahan raja-raja.
Bertolak dari fenomena sosial itu para nabi menubuatkan datangnya seorang Raja Mesiah (Arb. Al-Masih; Yun. Kristos; Indo. Kristus) yang akan menyelamatkan dan membebaskan Israel. Pemerintahannya akan membuka zaman baru di mana harapan Israel akan terpenuhi. Dengan demikian Israel patut belajar dari kondisi sosialnya, agar ia tidak menggantungkan harapan pada manusia : Raja (bd. Yes. 2 : 22 -> “Jangan berharap pada manusia”; Yer. 17:7 -> “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN !”). Messiah itu adalah Allah sendiri {Yes. 2:14 -> “Dan TUHAN sendiri akan memberikan kepadamu suatu pertanda : Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamainya Imannuel, bd. Mat. 1:23 -> “artinya : Allah menyertai kita”; Yes. 9:5-6 -> “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang : Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai ! Besar kekuasaannya; dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”; Mikh. 5:1, 3 -> “Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata hai yang terkecil di antara kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purakala, sejak dahulu kala…. Ia bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN dalam kemegahan TUHAN Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi dan dia menjadi damai sejahtera”; dan ayat-ayat lain yang menunjuk pada Mesiah dapat ditemukan dalam Alkitab}.
Penjelasan ini menegaskan, bahwa Messiah itu datang dari pihak Allah. Ia dilahirkan dalam wujud manusia. Dilahirkan oleh seorang perempuan muda. Ia memerintahi Israel (Mik. 5:1) di atas tahta Daud untuk membawa damai sejahtera Allah sampai ke ujung bumi. Sebagai Raja, Ia bertugas menggembalakan umat Allah. Mesiah itu sudah ada sebelum dunia diciptakan (Mikh. 5:3; bd. Yoh. 1:1-2).
Pengakuan Yesus dan Pemahaman Iman Jemaat. Selain Yesus tidak secara spesifik mengklaim diri-Nya sebagai Allah. Ia tidak menyatakannya kepada masyarakat luar, kecuali kepada para murid-Nya. Mereka mengklaim bahwa Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri (Kis. 5:31; Kol. 3:13; bandingkan Maz. 130:4; Yer. 31:34). Berhubungan erat dengan pernyataan yang terakhir ini, Yesus juga disebut sebagai yang akan “menghakimi orang yang hidup dan yang mati” (2 Tim. 4:1). Thomas berseru kepada Yesus, “Tuhanku dan Allahku !” (Yoh. 20:28). Paulus menyebut Yesus, “Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita” dan menunjuk bahwa sebelum Yesus berinkarnasi, Yesus sudah ada dalam “rupa Allah” (Flp. 2:5-8). Penulis Ibrani mengatakan tentang Yesus, "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya” (Ibr.1:8). Yohanes mengatakan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman [Yesus] itu adalah Allah” (Yoh. 1:1).
Kita dapat membaca beberapa kutipan ayat Alkitab yang mengajarkan keillahian / kemesiahan / ke-Allah-an Kristus (Why 1:17; 2:8; 22:13; 1 Kor. 10:4; 1 Pet. 2:6-8; bd. Maz.r 18:2; 95:1; 1 Pet. 5:4; Ibr. 13:20), namun salah satu dari ayat-ayat ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Yesus diakui sebagai Allah oleh para pengikutNya.
Sebutan dan Gelar. Yesus juga diberikan gelar/sebutan yang hanya diberikan kepada Yahweh (nama resmi Allah) dalam Perjanjian Lama. Gelar “Penebus” dari Perjanjian Lama (Maz. 130:7; Hos. 13:14) digunakan untuk Yesus dalam Perjanjian Baru (Tit. 2:13; Why. 5:9). Yesus disebut Imanuel (“Allah beserta kita” dalam Matius 1). Dalam Zakharia 12:10 Yahweh berkata "dan mereka akan memandang kepada dia [Bhs Ing. “kepada-Ku”] yang telah mereka tikam.” Namun Perjanjian Baru menerapkan ayat ini pada penyaliban Yesus (Yoh. 19:37; Why. 1:7). Jikalau Yahweh adalah yang ditikam dan dipandang, dan juga Yesus adalah Dia yang ditikam dan dipandang, maka APB bermaksud menunjuk pada Yesus adalah Yahweh.
Paulus menafsirkan nubuat Yesaya (“Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi ! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa,…” -> 45:22-23) dengan mengenakannya pada Yesus dalam Surat kepada Jemaat di Filipi (2:10-11 -> “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa !”). Lebih lanjut lagi dalam doanya Paulus memakai nama Yesus berdampingan dengan nama Yahweh, “Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus” (Gal. 1:3; Efs. 1:2). Jadi jika kita berpendapat, bahwa Kristus tidak bersifat illahi, maka hal itu merupakan sebuah penghujatan. Sebab setiap kali membaptis orang, kita harus memahai rumusan Tritunggal Allah Mahakudus : “dalam nama [bentuk tunggal] Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, di mana nama Yesus dihubungkan dengan Allah Bapa (Mat.28:19; simaklah 2 Kor. 13:14). Sementara di dalam Kitab Wahyu Yesus Kristus kepda Rasul Yohanes dikatakan, bahwa segenap ciptaan memuji Kristus (sang Anak Domba); berarti Yesus bukanlah bagian dari ciptaan.
Perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dikerjakan Yesus sendiri, bukan manusia. Yesus bukan hanya membangkitkan orang mati (Yoh. 5:21; 11:38-44 – Cerita tentang Yesus membangkitkan Lazarus) dan mengampuni dosa (Kis. 5:31; 13:38), Dia juga menciptakan dan memelihara alam semesta (Yoh.1:2; Kol. 1:16-17). Butir ini menjadi amat kuat, jika kita mengingat YHWH mengatakan bahwa Dia menciptakan segala seseuatu sendirian saja (Yes. 44:24 -> “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; "Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentang-kan langit, yang menghamparkan bumi -- siapakah yang mendampingi Aku ?”). Selanjutnya, Yesus memiliki atribut - atribut yang hanya dimiliki Allah, seperti : kekekalan (Yoh. 8:58 -> “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”), hadir di mana-mana (Mat. 18:20 -> “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”; 28:20); mahatahu (Mat. 16:21 -> “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”), mahakuasa (Yoh. 11:38-44).
Mengaku diri sebagai Allah dan membodohi orang untuk percaya bahwa Dia benar-benar adalah Allah sama sekali berbeda dengan membuktikan diri bahwa Dia adalah Allah. Kristus membuktikan pernyataan-Nya dalam banyak mujizat, bahkan bangkit dari antara orang mati. Beberapa mujizat yang dibuat oleh Yesus, antara lain : mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:7); berjalan di atas air (Mat. 14:25); melipat gandakan benda-benda fisik (Yoh. 6:11), menyembuhkan orang buta (Yoh. 9:7), orang lumpuh (Mrk. 2:3); dan orang yang sakit (Mat. 9:35; Mrk. 1:40-42); bahkan membangkitkan orang mati (Yoh. 11:43-44; Luk. 7:11-15; Mrk. 5:35).
Yesus sendiri bangkit dari antara orang mati. Berbeda dengan mitos-mitos mengenai kematian dan kebangkitan dewa-dewi agama-agama kafir, kebangkitan Yesus tidak dapat dibandingkan dengan cerita manapun di dalam kitab suci agama-agama di dunia. Malahan tidak ada pernyataan lain di luar kekristenan yang setara dengan banyaknya kesaksian Alkitab tentang kebangkitan Yesus. Menurut seorang pakar teologi : Gary Habermas, paling sedikit ada dua belas fakta sejarah yang harus diakui bahkan oleh sarjana-sarjana bukan Kristen maupun Teolog Yesus-Sejarah (teolog Liberal) :
(1) Yesus mati dengan disalibkan.
(2) Dia dikuburkan
(3) KematianNya menyebabkan murid-muridnya kecewa dan putus asa.
(4) Kubur Yesus ditemukan (atau katanya ditemukan) dalam keadaan kosong beberapa hari kemudian.
(5) Para murid percaya bahwa mereka melihat Yesus yang bangkit.
(6) Setelahnya, para murid berubah dari ragu-ragu menjadi orang-orang percaya yang berani.
(7) Berita ini adalah inti pemberitaan dari gereja mula-mula
(8) Berita ini diberitakan di Yerusalem.
(9) Sebagai hasilnya, gereja lahir dan bertumbuh.
(10) Hari kebangkitan (hari Minggu) menggantikan hari Sabat (hari Sabtu) sebagai hari utama untuk beribadah.
(11) Yakub, seorang skeptik, bertobat ketika dia percaya bahwa dia melihat Yesus yang bangkit.
(12) Paulus, musuh dari keKristenan, bertobat setelah mengalami pengalaman yang dia percayai sebagai penampakan dari Yesus yang bangkit.
Tidak seorangpun dapat membantah bukti-bukti di atas tentang kebenaran Allah dalam peristiwa : penyaliban Yesus, penguburan, kebangkitan dan penampakan Yesus (1 Kor. 15:5). Meskipun banyak orang berpendirian, bahwa Yesus tidak bangkit, namun mereka tidak dapat membuktikan teori dan pendapatnya. Sama seperti alim-ulama Israel menyuruh serdadu Roma untuk berbohong (Mat. 28 : 11 – 15) :
Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu. dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Kebangkitan Yesus adalah bukti sejarah. Para kritikus mengakui, bahwa pernyataan para murid melihat Yesus yang bangkit. Satu hal yang perlu disadari : jika cerita kebangkitan merupakan sebuah kabar bohong, maka sia-sialah iman dari orang Kristen di seluruh dunia sekarang ini. Jika cerita kebangkitan Yesus adalah sebuah halusinasi para murid, mengapakah banyak orang mempercayainya, malahan dari hari ke hari semakin banyak orang mengakui kebenaran akan kebangkitan Yesus. Apakah keuntungan bagi milyaran orang Kristen sekarang ini untuk percaya kepada kebangkitan Yesus, jika berita itu adalah kabar bohong ? Pada masa rasul-rasul, banyak orang Kristen yang dibunuh karena iman kepada Yesus yang bangkit. Mengapa mereka rela mati demi imannya, padahal jika mau, maka mereka akan menerima keuntungan material, asalkan menyangkal bukti sejarah tentang kebangkitan Yesus. Benar, ada banyak orang yang rela mati untuk kebohongan yang mereka pikir benar, namun tidaklah mungkin ada orang bersedia mati untuk apa yang mereka ketahui sebagai tidak benar. Kristus membuktikan pernyataan-Nya, bahwa Dia adalah Allah melalui mujizat-mujizat, termasuk kebangkitan yang mengubah dunia. Tidak ada hipotesa lain yang dapat menjelaskan fakta-fakta ini.
MEDAN - MEDIO APRIL 2011
PENDETA ARIE A. R. IHALAUW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar