BERJALAN BERSAMA ALLAH
Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
YESAYA 40 : 31
Disusun oleh
PDT ARIE A. R . IHALAUW
PENGANTAR
Cerita kehidupan
Lihatlah seorang musafir muda ! Ia berpikir : “Aku dapat mencapai semua cita-citaku dengan kekuatan dan pengetahuan yang kumiliki.” Dengan kekuatannya ia menempuh perjalanan panjang, tetapi karena kesombongan dan kurangnya pengalaman mendorongnya melakukan berbagai kekeliruan, sehingga perjalanan kurang membawa manfaat. Ia kecewa.
Pandanglah seorang pelaut tua ! Orang itu memiliki sejumlah pengalaman luar biasa. Ia melayari lautan lepas. Karena memiliki banyak pengalaman, ia menjadi sombong terhadap yang muda usianya. Suatu waktu ia berlayar menantang badai dan amukan gelombang samudera. Akhirnya ia terjatuh lemas, karena tenaga terkuras habis. Sang pelaut tua yang berpengalaman itu berpikir : “Usiaku semakin bertambah tenagaku menurun. Jika pelayaran ini dilanjutkan, aku akan membawa diriku ke dalam kematian”.
Tubuh manusia terbatas kekuatannya. Ia membutuhkan spiritualitas (roh, semangat) yang kokoh pendukung kehidupan. Yang muda membanggakan kekuatan dan pengetahuan, sedangkan yang tua banyak bicara tentang pengalaman tanpa pengetahuan. Keduanya sama-sama bebal. Mereka melupakan TUHAN ! Itulah kelemahan manusia. Kegagalan manusia adalah kurang menanyakan TUHAN ketika menyusun perencanaan dan mengikut sertakan Dia sepanjang perjalanan menuju masa depan.
NASKAH
YESAYA 40 : 1 – 2
2. tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.
PENDAHULUAN
1. MENGENAL DETUERO – YESAYA (Penulis Yesaya 40 – 66)
Yesaya 40 : 1 – 2 dikelompokkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke dalam Bagian Kedua Pasal 40 – 66, di bawah judul : Keselamatan Untuk Bangsa Yang Di Dalam Pembuangan. Penempatan itu telah melalui proses analisa (pengkajian) dan evaluasi (pengujian) yang dilakukan bertahun-tahun atas seluruh pasal (40 – 66), terkait kritik naskah, sejarah sosial bangsa Israel dalam hubungan antar bangsa, pokok-pokok / gagasan-gagasan teologi, dan lain-lain yang tertulis pada pasal-pasal tersebut. Pekerjaan ini tiba pada kesimpulan, bahwa Pasal 40 – 66 berbeda situasinya dari pada Pasal 1 – 39, meskipun gagasan-gagasan teologinya berkesinambungan.
Umumnya, Pasal 1 – 39 terhubung pada keadaan umat di Yehuda – Yerusalem. Nabi Yesaya bekerja di Yehuda – Yerusalem (Yes. 1:1 -> “Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda”); sedangkan Pasal 40 – 66 menceritakan keadaan ketika umat sedang menjalani hukuman TUHAN di Babilonia. Kenyataan itu secara jelas di ucapkan penulis pasal 40 : 1 – 2
“Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.”
* Istilah “perhambaannya sudah berakhir” adalah gambaran tentang pembuangan di Babel sebagai sebuah refleksi atas keadaan yang pernah dialami Israel di Mesir : perbudakan, perhambaan.
* Perbedaannya :
1. Kehadiran Israel (Yakub serta seluruh keturunannya) di Mesir bukan karena hukuman TUHAN, melainkan karena bencana alam (kemarau panjang) yang menyebabkan kelaparan melanda seluruh tanah Kanaan. Pada saat itu, Yakub dan keluarganya tinggal di sana (bd. Kej. 41:56 -> “Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi”; Kej. 42 : -> “Setelah Yakub mendapat kabar, bahwa ada gandum di Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya : … pergilah ke sana dan belilah gandum di sana untuk kita, supaya kita tetap hidup dan jangan mati”). Setelah Yusuf menjadi penguasa setingkat di bawah Firaun di Mesir, ia memanggil ayah dan saudaranya ke Mesir untuk menyelamatkan mereka dari bencana (Kej. 46 : 6 – 7 -> “Mereka membawa juga ternaknya dan harta bendanya, yang telah diperoleh mereka di tanah Kanaan, lalu tibalah mereka di Mesir, yakni Yakub dan seluruh keturunannya bersama-sama dengan dia. Anak-anak dan cucu – cucunya laki-laki dan perempuan, seluruh keturunannya dibawanyalah ke Mesir”).
2. Pembuangan ke Babel adalah penggenapan nubuat para nabi (Yeremia) tentang penghukuman atas Kerajaan Yehuda dan penduduk Yerusalem, sebab jauh sebelum Yehuda dan Yeruselam mengalaminya, Kerajaan Israel Utara telah lebih dulu dihancurkan Allah. Keruntuhan Kerajaan Israel Utara terjadi sekitar tahun 722/721 sb. M.
* Istilah “kesalahannnya telah diampuni” menunjuk pada alasan Allah menghukum Yehuda – Yerusalem.
1. MASA KERJA NABI DEUTERO-YESAYA (Yes. 40 – 66)
Keadaan yang dilukiskan (40:1-2) menjelaskan, bahwa sedang terjadi perubahan besar dalam situasi politik Babilonia. Menurut Yesaya II (biasanya dalam Ilmu Pembimbing Perjanjian Lama disebut nabi DEUTERO-YESAYA. Selanjutnya dapat dipakai bergantian) perubahan tersebut dikarenakan TUHAN, Allah Israel, bekerja membebaskan umat-Nya. Ia menunjuk dan mengangkat Koresh Agung menjadi Raja di Babel (Yes. 45 : 1 -> “Beginilah firman TUHAN : "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup”) untuk melaksanakan kehendak-Nya (44:28 -> “Akulah yang berkata tentang Koresh : Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem : Baiklah ia dibangun ! dan tentang Bait Suci : Baiklah diletakkan dasarnya !”); yakni, melepaskan umat Allah yang ditawan di Babel (45 : 13 -> “Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap," firman TUHAN semesta alam”). Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tempat di Babel dan masa kerja nabi Deutero – Yesaya terkait dengan masa menjelang kembalinya Israel ke Yerusalem {bd. Esra 1 : 1 - 8, khususnya ayat 1 -> “Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia,… (Yeremia 29 : 10 --> “Sebab beginilah firman TUHAN : Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini”)}.
2. KONDISI UMAT DALAM TAWANAN BABEL
Sebagaimananya orang-orang Jawa yang diboyong ke Suriname, demikian juga umat Allah di Babel. Walaupun mereka bekerja keras dan menjadi kaya raya di pengasingan; akan tetapi kondisi kejiwaannya hancur. Mereka rindu kembali ke Yerusalem (simaklah Maz.137). Keinginan mereka untuk membangun kembali tembok Kerajaan Daud – Salomo dan Bait Allah di Yerusalem telah pupus, sebab mereka tidak mengetahui waktu pembebasan. Kondisi kejiwaan itu dilukiskan Nabi Deutero–Yesaya seperti ini :
“Pandanglah dari sorga dan lihatlah dari kediaman-Mu yang kudus dan agung ! Di manakah kecemburuan-Mu dan keperkasaan-Mu, hati-Mu yang tergerak dan kasih sayang-Mu ? Janganlah kiranya Engkau menahan diri ! Bukankah Engkau Bapa kami ? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu ? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu ! Mengapa orang-orang fasik menghina tempat kudus-Mu, para lawan kami memijak-mijak bait kudus-Mu ? Keadaan kami seolah-olah kami dari dahulu kala tidak pernah berada di bawah pemerintahan-Mu, seolah-olah nama-Mu tidak pernah disebut atas kami.” (Yes. 63 : 15 – 19)
3. POKOK PEMBERITAAN NABI DEUTERO – YESAYA PSL. 40
a. Penghakiman dan Penghukuman Allah.
Deutero – Yesaya melanjutkan pemberitaan Nabi Yesaya – Yerusalem, bahwa pembuangan (pengasingan) Yehuda – Yerusalem dikarenakan dosa dan kejahatan yang dilakukannya terhadap TUHAN Allahnya (Yes. Psl. 1 – 5; bd. Yes. 40:18-22). Memang benar, umat Yehuda – Yerusalem menyelenggarakan ibadah kepada TUHAN Allah, tetapi menurut perintah manusia (Yes. 29:13). Mereka mengubah keadilan menjadi kelaliman, dan kebenaran menjadi keonaran (Yes. 5:7).
b. Makna KASIH.
TUHAN Allah mengasihi umat-Nya. Ia tidak menghendaki umat-Nya berbuat dosa dan kejahatan. Mereka dihukum, agar menjadi sadar lalu bertobat kembali kepada-Nya. Penghukuman itu bertujuan edukatif (mendidik), sebab Ia tidak menginginkan umat-Nya binasa karena perbuatan jahatnya.
Inilah pemahaman yang benar tentang kasih Allah. Allah mengasihi siapapun, tetapi Ia tidak mentolerir dosa dan kejahatan. Ia tidak sama dengan manusia yang suka memakai alasan mengasihi untuk menutupi kesalahan. Dia adalah Hakim yang adil yang menghukum setiap orang menurut perbuatan berdosa dan kejahatan, agar Dia disegani dan dihormati.
Deutero-Yesaya menyampaikan firman Allah : “… kesalahannya telah diampuni” Pengampunan diberlakukan Allah setelah menjalani hukuman : sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya” (40:2). Oleh karena itu, tidak seorangpun boleh berpandangan, bahwa pengampunan itu berjalan secara otomatis, tanpa si pendosa / penjahat menjalani hukuman (Penjahat di Kayu salibpun menjalani hukuman atas kejahatan yang dilakukannya. Barulah dalam perjumpaan dengan Yesus, ia memohonkan pengampunan, lalu Yesus memberikan jaminan keselamatan : “Hari ini engkau masuk ke dalam firdaus bersama-sama dengan Aku”).
KESABARAN ALLAH. Di sisi lain, Rasul Paulus menuliskan tentang kesabaran Allah : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya ? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan ? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Rom. 2 : 4 – 6).
Jika Allah bersabar melihat kejahatan yang dilakukan umat-Nya, bukan berarti Ia tidak marah ! Kesabaran-Nya menunjuk pada kasih-Nya yang menantikan orang berdosa bertobat meninggalkan dosa dan menghentikan perbuatannya yang jahat. Jadi jangan ada orang yang berpendapat : “Kan Allah maha pengasih dan pengampun”, sementara dengan alasan tersebut ia terus menerus berkanjang dalam dosa. Kesabaran Allah ada batasnya. Jika orang berdosa tidak menginsyafi kesalahan, Allah akan datang malapetaka ke atas kehidupannya, supaya ia mengenal diri serta bertobat lalu melakukan apa yang baik dan yang berkenan kepada Allah. Hati-hatilah, agar jangan kita keras kepala terhadap teguran-Nya, sebab tidak ada seorangpun yang luput dari hukuman-Nya ! Dan, hal itu dilakukan mulai dari persekutuan orang percaya yang atasnya nama TUHAN (Kristus) diserukan.
c. Pengampunan mendahului Pembebasan.
Alkitab menyaksikan, bahwa keputusan untuk mengampuni mendahului tindakan pembebasan, bukan sebaliknya. Pengampunan itu lahir dari niat hati Allah yang memperlihatka kasih-Nya yang abadi; sedangkan pembebasan itu merupakan tindakan yang membuat setiap orang mengenal Allah Yang Mahakasih. Pemahaman ini sangat jelas dalam ucapan Deutero-Yesaya : “Kesalahannya telah diampuni” (40:2; bd. 43:25 -> “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”). Alasan pembebasan itu adalah pengampunan kesalahan oleh Allah.
Dosa dan kesalahan menghambat kebaikan Allah. Deutero-Yesaya memastikan, bahwa dosa dan kejahatan selalu merintangi kasih dan berkat Allah (Yes. 59 : 2 – 4 -> “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan”; bd. Yer. 5:25 -> “Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu”).
d. Karya Pembebasan
Karya pembebasan menunjuk pada anugerah Allah. Lihat dan mengertilah !, bahwa Yehuda – Yerusalem tidak dapat membebaskan diri dari pengasingan di Babel. Manusia (Yerusalem – Yehuda) tidak memiliki kekuatan apapun (Yes. 40:6-8, 17). Hanya TUHAN Mahakuasa (Yes. 40:10 -> “Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa…”; 40:26 -> “Ia maha kuasa dan maha kuat”). Oleh karena itu, mereka berseru kepada Allah : “Bukankah Engkau Bapa kami ? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala.” (Yes. 63:16). Allah mendengarkan seruan umat minta tolong. Dan, oleh karena kasih-Nya yang abadi, Ia memutuskan untuk mengampuni serta bekerja melakukan pembebasan.
Pembebasan adalah anugerah Allah dan bukan hasil usaha manusia.
Deutero-Yesaya ingin menegaskan kembali sejarah pembebasan Israel dari Mesir, agar umat Yehuda-Yerusalem mengerti benar, bahwa bukan karena jasa-jasa maka Allah membebaskan mereka (bd. Ul. 9:5-6a -> “Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu …, TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu”; Yeh. 36:22,32 -> ”Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan… Bukan karena kamu Aku bertindak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu. Merasa malulah kamu dan biarlah kamu dipermalukan karena kelakuanmu, hai kaum Israel”. Kemungkinan besar penulis Kitab Ulangan dan Kitab Nabi Yeheskiel bekerja se-zaman dengan penulis Deutero-Yesaya, Abad V – IV sb.M). Hal inilah yang dilupakan umat Allah. Sewaktu mereka menderita di Mesir, Allah berkenan membebaskan. Dan, setelah mereka menikmati kejayaan pemberian-Nya, mereka mengkhianati-Nya. Yehuda – Yerusalem jatuh ke dalam dosa yang sama seperti dilakukan saudaranya, Israel Utara – Samaria.
Penulis Deutero-Yesaya hendak mengingatkan orang-orang di pengasingan, bahwa pembebasan yang akan dinikmatinya adalah anugerah Allah semata-mata (Sola Gratia, save only by Grace of God). Itu bukan hasil usaha siapapun. Oleh karena itu, mereka harus yakin teguh dan kokoh setia kepada TUHANnya. Pembebasan itu pula didasarkan atas kesetiaan Allah pada ikatan perjanjian yang diberikan-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah yang dimaksudkan dalam istilah : anugerah perjanjian. Berdasarkan perjanjian itu, baik perjanjian Allah dengan Israel-Yehuda maupun mereka dengan Allah (bd. Yosua 24) umat patut setia mengasihi Allah dan taat memberlakukan segala sesuatu yang telah difirmankan-Nya. Dengan demikian kita mengerti, bahwa keselamatan – kemerdekaan – pembebasan adalah karya Allah yang dianugerahkan ke atas kehidupan manusia. Bukan hasil usaha, bukan pula karena jasa-jasa baik, bukan juga karena kebenaran hati kita, tetapi semata-mata anugerah (kasih-karunia) Allah. Itulah kasih-Nya !
e. Pengharapan Eskatologis : Masa Mepan Umat adalah Anugerah Allah.
Di dalam pekerjaan pembebasan Allah mengadakan pemulihan (rekonsiliasi) dan pembaharuan (reformasi) kondisi kehidupan umat.
Pekerjaan Allah ini disebutkan Deutero-Yesaya : “Hiburkanlah, hiburkanlah hati umat-Ku, tenangkanlah hati Yerusalem, dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya telah berakhir” (40:1-2). Kalimat itu merupakan proklamasi yang membuka ke arah masa depan baru yang diciptakan TUHAN (bd. Yes. 65 : 17 -> “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”). Apakah yang dimaksudkan oleh Deutero-Yesaya dalam kalimat : “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati” ? Dosa pemberontakan Israel (43:25 “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”). waktu Allah menghapus dosa, maka sejak saat itulah Dia bekerja memulihkan kondisi umat-Nya. Sejak saat itu, Allah membuka (menciptakan) lembaran baru dalam sejarah bangsa pilihan. Jadi yang dimaksudkan Deutero-Yesaya mengenai langit yang baru dan bumi yang baru, bukanlah secara material : langit – bumi yang berbeda dari yang ada, melainkan sebuah keadaan dan kesempatan baru yang terjadi setelah pulangnya Yehuda – Yerusalem dari pengasingan di Babel. Itu juga adalah anugerah Allah !
4. PEMBERITAAN DALAM IBADAH PENGUCAPAN SYUKUR
a. Yehuda-Yerusalem adalah bangsa pilihan, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah telah berbuat baik berdasarkan ikatan perjanjian yang dibuat-Nya dengan leluhur mereka. Ia memanggil dan memilih mereka untuk melakukan perbuatan baik serta memberitakan kemuliaan-Nya.
b. Israel – Yehuda sering berbuat dosa dan kejahatan yang menyakitkan hati TUHAN. Dan, oleh karena kasih-Nya, Ia menghukum umat, agar mereka menginsyafi kesalahan lalu bertobat kembali kepada Allah.
c. Oleh karena kasih-Nya yang abadi, TUHAN Allah mengampuni kesalahan dan bekerja melakukan pembebasan. Itulah kasih-karunia (anugerah)-Nya ke atas kehidupan umat.
d. Di dalam karya pembebasan itu, Allah memulihkan keadaan umat, agar umat diselamatkan setelah Dia membharui kehidupan bathiniah mereka. Pembebasan itu membuka masa depan baru, yakni masa depan penuh harapan dan damai sejahtera yang dijanjikan TUHAN menurut nabi Yeremia (29:11 -> “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”).
e. Nasihatilah keluarga yang mengucap syukur, agar mereka bergaul akrab dengan Allah. Mereka patut mengingat, bahwa kesuksesan yang dicapai adalah anugerah Allah. TUHAN yang membuat semuanya, karena Ia berkehendak membebaskan umatnya dari penderitaan. Tidak boleh bermegah karena hasil usahanya, sehingga melupakan Dia yang mengasihi mereka. Sebab jika mereka bermegah akan hasil kerja, lalu melupakan TUHAN, maka Dia menjadi murka dan menghukum.
f. Masa depan dapat dinikmati, jika orang beriman (kristen) bekerja bersama Allah.
g. Sikap mengucap syukur itu dapat diungkapkan dalam berbagai cara, tetapi sebaiknya mengajak semua orang yang bersyukur mendukung pekerjaan pemberitaan Injil Kerajaan Allah, supaya banyak orang diselamatkan.
Catatan :
§ Pemberita Firman dilarang keras untuk menyanjung-nyanjung siapapun dalam pelayanan firman Allah pada Ibadah Syukur Umat. Katakanlah “ya” atas yang benar, dan “tidak” atas yang tidak benar. Dengan demikian kita menghindari kesan, seolah-olah sedang mencari amplop tebal dalam pemberitaan sabda Allah.
§ Siapapun yang mengucap syukur memiliki dosa dan kejahatan masa lalu. Nasihatilah orang tersebut, agar tidak melakukan hal sama, supaya ia tidak tertimpa murka Allah. Bukan berarti, kita menjelek-jelekan orang yang mengucap syukur, melainkan hendaklah kita menggunakan ilustrasi tentang perilaku umat Israel – Yehuda, yang mengakibatkan mereka dihukum oleh Allah. Dengan cara itu seorang pemberita berusaha menyelamatkan orang beriman (kristen). Tugas pemberita firman bukan untuk menyanjung-nyanjung keberhasilan, tetapi mengajak siapapun bersyukur kepada Allah dan terus menerus melakukan kehendak-Nya, supaya Allah memberkati keluarg dan pekerjaannya.
MEDAN – SUMATERA UTARA,
Jumat, 24 Juni 2011
PDT. ARIE A. R. IHALAUW
ALKITAB YESAYA 40 1-11
BalasHapusBerita Kelepasan
*40:1 "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku," demikian firman Allahmu,
*40:2 tenangkanlah hati Indonesia dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaan sudah berakhir, bahwa kesalahan Indonesia telah diampuni, sebab telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosa
*40:3 Ada suara yang berseru-seru:" Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Satria Piningit, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Satria Piningit kita!
*40:5 maka kemuliaan Satria Piningit dinyatakan dan seluruh umat manusia melihat bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakan "
*40:6 Ada suara yang berkata:" Berserulah!" Jawabku:" Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semarak seperti bunga di padang
-40:7 Sesungguhnya bangsa ini seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila Satria Piningit menghembus dengan nafas TUHAN.
-40:8 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah tetap untuk selamanya"
*40:9 Hai Indonesia, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Indonesia, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota:" Lihat, itu Satria Piningit tangan Tuhan Allahmu! "
*40:10 Lihat, itu Satria Piningit, Satria Piningit datang dengan kekuatan dan dengan tangan Tuhan ALLAH. Satria Piningit berkuasa.Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah ada bersama Satria Piningit, dan mereka yang diperoleh berjalan di hadapan Satria Piningit.
*40:4 Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit harus menjadi tanah rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran;