RANCANGAN
PEMBERITAAN FIRMAN DALAM IBADAH
HARI MINGGU, 05 OKTOBER 2011
PENDERITAAN DANIEL
MENYAKSIKAN ALLAH KEPADA SESAMA
KITAB DANIEL 3 : 1 – 12
ditulis oleh
PENDETA ARIE A R IHALAUW
PENDAHULUAN
KONTEKS MISI DAN SITUASI GEREJA / JEMAAT
A. Konteks Perikop Bacaan
Daniel bersama Hananya, Miesael dan Azarya (1:6) adalah orang-orang terkenal di Yerusalem yang diasingkan Nebukadnezar ke Babilonia. Kaisar Babilonia menjuluki mereka (1:7) : Beltzasae (Daniel), Sadrakh (Hananya), Mesakh (Misael) dan Abednego (Azarya). Menurut nabi Yeremia, mereka tinggal di Babilonia selama 70 tahun (Yer. 29:10 -> “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini”). Sepanjang waktu itu, semua orang Israel wajib bekerja membangun kehidupannya bersama masyarakat (Yer. 29:7 -> “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”). Itulah alasannya Daniel, cs bekerja membantu pemerintah Babilonia.
TUHAN membuat segala pekerjaan Daniel, cs berhasil, sehingga kaisar mengangkat mereka pada jabatan-jabatan penting (1:3–5; 2:49). Daniel menjadi kepala rumahtangga kaisar (1:9; 2:48). Hal itu menimbulkan rasa cemburu di kalangan kekaisaran. Kaisar Nebukadnesar membuat patung emas dan menyuruh seluruh rakyatnya, termasuk orang-orang Israel. Daniel tidak bersedia melakukan hal itu. Ia tidak mau menajiskan diri dengan kebiasaan bangsa itu (3:1619; bd. 1:8). Kesempatan ini dipakai oleh pegawai kaisar non-Israel untuk memanas-manasi hati Nebukadnezar, supaya ia menghukum Daniel, cs (3:8-19). Daniel, cs menjadi korban persengkongkolan (konspirasi) pegawai kekaisaran.
B. Konteks Masyarakat-Bangsa Indonesia
Kadang-kadang kondisi yang sama berlangsung dalam masyarakat-bangsa Indonesia, walaupun bentuknya berbeda; katakanlah contoh di mana seseorang atau sekelompok orang yang berbeda keyakinan agama diperlakukan tidak adil dalam pekerjaan, pergaulan dan lingkungan keluarganya. Biasanya perlakuan diskriminatif ini bertumbuh subur, bila penguasa dipengaruhi oleh isme dan ajaran agama yang penganutnya cukup besar di dalam Negara.
C. Kondisi Gereja / Jemaat
Di dalam Gereja dan atau Jemaat pun demikian. Acapkali kita menyaksikan perlakuan diskriminatif dari fungsionaris Piminan Gereja / Jemaat terhadap orang-orang yang tidak mendukung maupun tidak sepaham.
PERIKOP BACAAN DANIEL 3 : 1 - 12
II. KAJIAN PERIKOP BACAAN
A. Budaya-agama-suku dan keyahudian.
Kemanapun pergi dan dimanapun melakukan aktifitasnya, kita akan berjumpa dengan fenomena sosialm yakni : budaya masyarakat. Budaya itu ciptaan masyarakat serta diwariskan turun-temurun. Ia tersusun rapih dalam alam bawah sadar dan terpelihara oleh semua anggotanya. Budaya itu diberdayakan dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan antar manusia dan lingkungan hidupnya.
Kitapun patut menyadari, bahwa budaya itu berurat akar dalam darah-daging pengikutnya. Ia bukan saja muncul dalam aktivitas sosial, melainkan juga melalui ucapan dan tindakan anggota masyarakat yang diikat olehnya. Katakanlah contoh : budaya Agama-Agama Semith (Israel & Arab) yang bersifat paternal yang cukup kuat menonjolkan peranan laki-laki (ayah). Oleh karena itu, tidak akan pernah seorang perempuanpun yang diangkat menjadi Imam untuk memimpin ibadah kepada Allah. kaum perempuan hanya mendapat peran khusus untuk mendidik anak-anak serta melakukan pelayanan sosial. Kondisi tersebut bukan saja merupakan adat kebiasaan suku-suku Semith, tetapi didukung juga oleh ajaran / doktrin agamanya. Oleh karena itu, setiap perubahan (reformasi) yang diupayakan akan ditentang keras berdasarkan budaya dan ajaran agamanya.
Pada masa Israel Kuno juga demikian keadaannya. Bangsa yang ditaklukkan wajib mengikuti kebiasaan budaya dari bangsa penakluknya. Israel wajib menyembah dewa-dewi dan atau ilah-ilah yang disembah oleh penjajahnya. Jika tidak mengikuti kebiasaan tersebut, maka mereka akan dihukum berat.
B. Kesetiaan kepada Allah di tengah tantangan zaman
Daniel, cs memperlihatkan kesetiaan mereka kepada Allah (istilah kesetiaan dalam Bhs. Ibrani mempunyai makna yang sama dengan iman). Meskipun kaisar dan para pegawainya mengancam dengan hukuman mati, keseitaan iman Daniel, cs tetap tidak tergoyahkan. Malahan mereka lebih suka menderita demi kemuliaan Allah. Daniel, cs tidak memusingkan harta kekayaan, status sosial, pangkat / jabatan dan kedudukan yang dimilikinya. Malahan mereka tidak menghiraukan kehidupannya. Yang penting baginya adalah bersaksi tentang Allah.
III. POLITIK DAN KEKUASAAN NEGARA, Kajian terhadap Budaya Mayoritas dan Minoritas
A. Sejarah kekristenan abad pertama
1. PERINTAHAN KAISAR NERO. Dalam sejarah pertumbuhan Gereja / Jemaat, kita masih ingat akan cerita tentang pembantaian orang kristen pada masa Nero. Ia membenci kekristenan. Untuk mencapai tujuan tersebut Nero membakar kota Roma dan menuding orang kristen menjadi pelakunya. Akhirnya orang kristen diburuh dan dibantai sampai mati. Dalam keadaan sengsara seperti, banyak orang kristen rela mati dari pada murtad. Mereka menjadi martir bagi Kristus.
2. PEMERINTAHAN KAISAR DOMITIANUS AGUNG. Kasus Daniel, cs mirip dengan cerita tentang Kaisar Domitianus Agung. Ia mewajibkan semua orang kristen menyembah patung dirinya selaku Allah. Menurut legenda dari Jemaat Kristen Abad I, banyak orang kristen dan rasul Kristus dikejar-kejar. Beberapa di antara mereka menjadi martir.
B. Konteks Kekristenan Di Indonesia Masa Kini dan Masa Depan
B.1. Pola Pekabaran Injil Misionaris pada Masa Kolonial
Pekabaran Injil yang dilakukan oleh Portugis dan kemudian Belanda, meskipun berjalan mulus, tetapi mendapat tantangan berat dari penduduk pribumi. Pada waktu itu kaum penjajah beranggapan, bahwa budaya masyarakat Indonesia masih di bawah standar. Oleh karena itu, budaya masyarakat perlu ditingkatkan. Pada tahun 1602 ekspedisi Belanda datang ke Indonesia untuk berdagang diikuti oleh para misionari. Tujuan utama misionari waktu itu untuk memelihara iman saudagar-saudagar Belanda. Akan tetapi sehubungan dengan berkembangnya semangat penginjilan di Negeri Belanda, maka para misionaripun melakukan penginjilan kepada masyarakat Indonesia, yang pada waktu itu masih memeluk budaya-agama-suku dan ada juga yang telah menganut Agama Islam.
Penjajah (Belanda dan Portugis) yang beragama Kristen memaksa penduduk pribumi untuk menerima kekristenan, sebab mereka berpendapat perbuatan itu untuk mewujudnyatakan suruhan Tuhan Yesus (Mat. 28:18-20). Mereka mencampuradukkan tugas pemberitaan Injil Kristus dengan kepentingan politik bangsanya. Perbuatan tersebut telah melukai dan membekas dalam perasaan kaum pribumi sampai hari ini. Perasaan terluka itu telah meniimbulkan sikap kecurigaan terhadap pekerjaan Gereja / Jemaat dan semua orang kristen di Indonesia sampai menjelang akhir masa pemerintahan Orde Baru. Itulah latar belakang kecurigaan penganut Agama Islam terhadap kekristenan sampai saat ini.
B.2. Dampak Pekerjaan Misionari bagi kekristenan di Indonesia saat ini dan mendatang.
Keadaan berbalik setelah masa reformasi, di mana agama non-kristen mempengaruhi pemerintahan melalui Amandemen UUD 1945. Salah satu strateginya adalah merumuskan kembali istilah NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA dan OTONOMISASI DAERAH. Amandemen itu amat mempengaruhi kondisi berbangsa saat itu (kemungkinan juga ke masa depan). Otonomisasi Daerah bukan saja terkait pengelolaan sumber daya, melainkan juga semakin mengokohkan peran agama non-kristen dalam seluruh aspek pemerintahan. Di beberapa Propinsi telah ditetapkan penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan memberlakukan penyaringan berdasarkan kaidah-kaidah agama tertentu. Kewajiban memakai jilbab pada sekolah-sekolah milik pemerintah, pembakaran Gedung-Gedung Gereja, dan lain-lain sebagainya.
IV. JEMAAT KRISTEN DALAM PEMBUANGAN
Topik ini tidak bermaksud menyatakan, bahwa Jemaat-Jemaat Kristen di Indonesia sedang mengalamai penghukuman Allah, sama seperti yang dilakukan-Nya atas umat Israel di Babilonia. Akan tetapi saya mentransformasikan narasi pembuangan untuk dijadikan materi pembelajaran teologis saja. Dengan mengumpamakan kondisi yang dialami umat Israel di Babilonia serta beberapa nasihat yang disampaikan para nabi Pra-Eksilis (Yeremia) dan nabi-nabi dalam Pembuanngan, seperti Yeheskiel, Daniel dan Deutero Yesaya (khususnya Nabi Daniel), saya menuliskannya kepada Jemaat-Jemaat Kristen di Indonesia.
1. Partisipasi Kristen Dalam Pembangunan Bangsa.
Nabi Yeremia mengingatkan umat Israel di Babilonia, katanya : “Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya : "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel : Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang ! Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Tugas utama dari Gereja / Jemaat – Jemaat dan orang kristen adalah :
· Mengusahakan kesejahteraan masyarakat melalui kedudukan dan jabatan yang dikaruniakan Allah
· Berdoa (beribadah) kepada Allah, agar Dia bekerja bersama membangun masa depan kota.
Kedua tugas itu sangat berkaitan dengan PELAYANAN – KESAKSIAN (PEL-KES) dalam bidang GEREJA – MASYARAKAT – AGAMA-AGAMA ( GERMASA ).
2. Tantangan dan Ancaman terhadap Pekerjaan Gereja dan Orang Kristen
Nabi Daniel menuliskan pengalaman pribadinya sepanjang ia bekerja di istana Nebukadnezar, kaisar Babilonia. Pengalaman ini dapat dipakai untuk menguatkan Gereja (Jemaat-Jemaat) dan orang Kristen di Indonesia, bahwa :
· Perkerjaan baik yang dilakukan menurut kehendak Allah dalam Yesus Kristus akan senantiasa mendapat tantangan, malahan kehidupan pelakunya terancam bahaya maut. Aktifitas pekerjaan Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang Kristen akan diserang, dibakar dan dimusnahkan; malahan, so pasti, akan ada korban nyawa. Semuanya itu harus dipahami sebagai partisipasi ke dalam pekerjaan Kristus bagi keselamatan masyarakat-bangsa Indonesia.
· Sekalipun tantangan dan ancaman dihadapi, pekerjaan Allah tidak boleh dihentikan. Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang Kristen wajib melaksanakan pekerjaan Allah dalam kondisi sulit sekalipun (bd. Yoh. 9:4).
· Iman, yakni : kasih dan kesetiaan ibadah kristen kepada Allah wajib ditingkatkan terus menerus, tanpa rasa takut akan penderitaan yang akan dialami, sama seperti yang dialami Daniel, cs. Demi keselamatan masyarakat-bangsa Indonesia ini, Gereja (Jemaat – Jemaat) dan orang kristen patut mengorbankan segala sesuatu yang terbaik, bahkan kematiannya, agar Tuhan Yesus dimuliakan.
· Pada akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi orang-orang yang setia melayani Dia di antara segala bangsa dan di tengah tengah manusia.
SELAMAT MENYUSUN RENUNGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar