Jumat, 24 Juni 2011

PEMBERITAAN DALAM IBADAH UCAP SYUKUR UMAT - YESAYA 40 : 1 - 2



BERJALAN BERSAMA ALLAH

Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

YESAYA  40  :  31

Disusun oleh

PDT ARIE A. R . IHALAUW


PENGANTAR

Cerita kehidupan

Lihatlah seorang musafir muda ! Ia berpikir : “Aku dapat mencapai semua cita-citaku dengan kekuatan dan pengetahuan yang kumiliki.” Dengan kekuatannya ia menempuh perjalanan panjang, tetapi karena kesombongan dan kurangnya pengalaman mendorongnya melakukan berbagai kekeliruan, sehingga perjalanan kurang membawa manfaat. Ia kecewa.

Pandanglah seorang pelaut tua ! Orang itu memiliki sejumlah pengalaman luar biasa. Ia melayari lautan lepas. Karena memiliki banyak pengalaman, ia menjadi sombong terhadap yang muda usianya. Suatu waktu ia berlayar menantang badai dan amukan gelombang samudera. Akhirnya ia terjatuh lemas, karena tenaga terkuras habis. Sang pelaut tua yang berpengalaman itu berpikir : “Usiaku semakin bertambah tenagaku menurun. Jika pelayaran ini dilanjutkan, aku akan membawa diriku ke dalam kematian”.

Tubuh manusia terbatas kekuatannya. Ia membutuhkan spiritualitas (roh, semangat) yang kokoh pendukung kehidupan. Yang muda membanggakan kekuatan dan pengetahuan, sedangkan yang tua banyak bicara tentang pengalaman tanpa pengetahuan. Keduanya sama-sama bebal. Mereka melupakan TUHAN ! Itulah kelemahan manusia. Kegagalan manusia adalah kurang menanyakan TUHAN ketika menyusun perencanaan dan mengikut sertakan Dia sepanjang perjalanan menuju masa depan.

NASKAH
YESAYA 40 : 1 – 2

1.      Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu,
2. tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.

PENDAHULUAN

1.  MENGENAL DETUERO – YESAYA (Penulis Yesaya 40 – 66)

Yesaya 40 : 1 – 2 dikelompokkan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) ke dalam Bagian Kedua Pasal 40 – 66, di bawah judul : Keselamatan Untuk Bangsa Yang Di Dalam Pembuangan. Penempatan itu telah melalui proses analisa (pengkajian) dan evaluasi (pengujian) yang dilakukan bertahun-tahun atas seluruh pasal (40 – 66), terkait kritik naskah, sejarah sosial bangsa Israel dalam hubungan antar bangsa, pokok-pokok / gagasan-gagasan teologi, dan lain-lain yang tertulis pada pasal-pasal tersebut. Pekerjaan ini tiba pada kesimpulan, bahwa Pasal 40 – 66 berbeda situasinya dari pada Pasal 1 – 39, meskipun gagasan-gagasan teologinya berkesinambungan.

Umumnya, Pasal 1 – 39 terhubung pada keadaan umat di Yehuda – Yerusalem. Nabi Yesaya bekerja di Yehuda – Yerusalem (Yes. 1:1 -> “Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda”); sedangkan Pasal 40 – 66 menceritakan keadaan ketika umat sedang menjalani hukuman TUHAN di Babilonia. Kenyataan itu secara jelas di ucapkan penulis pasal 40 : 1 – 2

Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.”

*     Istilah “perhambaannya sudah berakhir” adalah gambaran tentang pembuangan di Babel sebagai sebuah refleksi atas keadaan yang pernah dialami Israel di Mesir : perbudakan, perhambaan.

*     Perbedaannya :

1.      Kehadiran Israel (Yakub serta seluruh keturunannya) di Mesir bukan karena hukuman TUHAN, melainkan karena bencana alam (kemarau panjang) yang menyebabkan kelaparan melanda seluruh tanah Kanaan. Pada saat itu, Yakub dan keluarganya tinggal di sana (bd. Kej. 41:56 -> “Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi”; Kej. 42 : ->Setelah Yakub mendapat kabar, bahwa ada gandum di Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya : … pergilah ke sana dan belilah gandum di sana untuk kita, supaya kita tetap hidup dan jangan mati). Setelah Yusuf menjadi penguasa setingkat di bawah Firaun di Mesir, ia memanggil ayah dan saudaranya ke Mesir untuk menyelamatkan mereka dari bencana (Kej. 46 : 6 – 7 -> “Mereka membawa juga ternaknya dan harta bendanya, yang telah diperoleh mereka di tanah Kanaan, lalu tibalah mereka di Mesir, yakni Yakub dan seluruh keturunannya bersama-sama dengan dia. Anak-anak dan cucu – cucunya laki-laki dan perempuan, seluruh keturunannya dibawanyalah ke Mesir).

2.      Pembuangan ke Babel adalah penggenapan nubuat para nabi (Yeremia) tentang penghukuman atas Kerajaan Yehuda dan penduduk Yerusalem, sebab jauh sebelum Yehuda dan Yeruselam mengalaminya, Kerajaan Israel Utara telah lebih dulu dihancurkan Allah. Keruntuhan Kerajaan Israel Utara terjadi sekitar tahun 722/721 sb. M.

*     Istilah “kesalahannnya telah diampuni” menunjuk pada alasan Allah menghukum Yehuda – Yerusalem.

1.    MASA KERJA NABI DEUTERO-YESAYA (Yes. 40 – 66)

Keadaan yang dilukiskan (40:1-2) menjelaskan, bahwa sedang terjadi perubahan besar dalam situasi politik Babilonia. Menurut Yesaya II (biasanya dalam Ilmu Pembimbing Perjanjian Lama disebut nabi DEUTERO-YESAYA. Selanjutnya dapat dipakai bergantian) perubahan tersebut dikarenakan TUHAN, Allah Israel, bekerja membebaskan umat-Nya. Ia menunjuk dan mengangkat Koresh Agung menjadi Raja di Babel (Yes. 45 : 1 -> “Beginilah firman TUHAN : "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup”) untuk melaksanakan kehendak-Nya (44:28 -> “Akulah yang berkata tentang Koresh : Dia gembala-Ku; segala kehendak-Ku akan digenapinya dengan mengatakan tentang Yerusalem : Baiklah ia  dibangun !  dan  tentang Bait Suci : Baiklah  diletakkan  dasarnya !”); yakni, melepaskan umat Allah yang ditawan di Babel (45 : 13 -> “Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap," firman TUHAN semesta alam”). Dengan  demikian dapat disimpulkan, bahwa tempat di Babel dan masa kerja nabi Deutero – Yesaya terkait dengan masa menjelang kembalinya Israel ke Yerusalem {bd. Esra 1 : 1 -  8, khususnya ayat 1 ->Pada tahun pertama zaman Koresh, raja negeri Persia, TUHAN menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia,… (Yeremia  29 : 10 --> “Sebab beginilah firman TUHAN : Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini)}.

2.    KONDISI UMAT DALAM TAWANAN BABEL

Sebagaimananya orang-orang Jawa yang diboyong ke Suriname, demikian  juga umat Allah di Babel. Walaupun mereka bekerja keras dan menjadi kaya raya di pengasingan; akan tetapi kondisi kejiwaannya hancur. Mereka rindu kembali ke Yerusalem (simaklah Maz.137). Keinginan mereka untuk membangun kembali tembok Kerajaan Daud – Salomo dan Bait Allah di Yerusalem telah pupus, sebab mereka tidak mengetahui waktu pembebasan. Kondisi kejiwaan itu dilukiskan Nabi Deutero–Yesaya seperti ini :

Pandanglah dari sorga dan lihatlah dari kediaman-Mu yang kudus dan agung ! Di manakah kecemburuan-Mu dan keperkasaan-Mu, hati-Mu yang tergerak dan kasih sayang-Mu ? Janganlah kiranya Engkau menahan diri ! Bukankah Engkau Bapa kami ? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu ? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu ! Mengapa orang-orang fasik menghina tempat kudus-Mu, para lawan kami memijak-mijak bait kudus-Mu ? Keadaan kami seolah-olah kami dari dahulu kala tidak pernah berada di bawah pemerintahan-Mu, seolah-olah nama-Mu tidak pernah disebut atas kami.” (Yes. 63 : 15 – 19)

3.    POKOK PEMBERITAAN NABI DEUTERO – YESAYA PSL. 40

a.      Penghakiman dan Penghukuman Allah.

Deutero – Yesaya melanjutkan pemberitaan Nabi Yesaya – Yerusalem, bahwa pembuangan (pengasingan) Yehuda – Yerusalem dikarenakan dosa dan kejahatan yang dilakukannya terhadap TUHAN Allahnya (Yes. Psl. 1 – 5; bd. Yes. 40:18-22). Memang benar,  umat Yehuda – Yerusalem menyelenggarakan ibadah kepada TUHAN Allah, tetapi menurut perintah manusia (Yes. 29:13). Mereka mengubah keadilan menjadi kelaliman, dan kebenaran menjadi keonaran (Yes. 5:7).

b.      Makna KASIH. 

TUHAN Allah mengasihi umat-Nya. Ia tidak menghendaki umat-Nya berbuat dosa dan kejahatan. Mereka dihukum, agar menjadi sadar lalu bertobat kembali kepada-Nya. Penghukuman itu bertujuan edukatif (mendidik), sebab Ia tidak menginginkan umat-Nya binasa karena perbuatan jahatnya.

Inilah pemahaman yang benar tentang kasih Allah. Allah mengasihi siapapun, tetapi Ia tidak mentolerir dosa dan kejahatan. Ia tidak sama dengan manusia yang suka memakai alasan mengasihi untuk menutupi kesalahan. Dia adalah Hakim yang adil yang menghukum setiap orang menurut perbuatan berdosa dan kejahatan, agar Dia disegani dan dihormati.

Deutero-Yesaya menyampaikan firman Allah : “… kesalahannya telah diampuni” Pengampunan diberlakukan Allah setelah menjalani hukuman :  sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya” (40:2). Oleh karena itu, tidak seorangpun boleh berpandangan, bahwa pengampunan itu berjalan secara otomatis, tanpa si pendosa / penjahat menjalani hukuman (Penjahat di Kayu salibpun menjalani hukuman atas kejahatan yang dilakukannya. Barulah dalam perjumpaan dengan Yesus, ia memohonkan pengampunan, lalu Yesus memberikan jaminan keselamatan : “Hari ini engkau masuk ke dalam firdaus bersama-sama dengan Aku”).

KESABARAN ALLAH. Di sisi lain, Rasul Paulus menuliskan tentang kesabaran Allah : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya ? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan ? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Rom. 2 : 4 – 6).

Jika Allah bersabar melihat kejahatan yang dilakukan umat-Nya, bukan berarti Ia tidak marah ! Kesabaran-Nya menunjuk pada kasih-Nya yang menantikan orang berdosa bertobat meninggalkan dosa dan menghentikan perbuatannya yang jahat. Jadi jangan ada orang yang berpendapat : “Kan Allah maha pengasih dan pengampun”, sementara dengan alasan tersebut ia terus menerus berkanjang dalam dosa. Kesabaran Allah ada batasnya. Jika orang berdosa tidak menginsyafi kesalahan, Allah akan datang malapetaka ke atas kehidupannya, supaya ia mengenal diri serta bertobat lalu melakukan apa yang baik dan yang berkenan kepada Allah. Hati-hatilah, agar jangan kita keras kepala terhadap teguran-Nya, sebab tidak ada seorangpun yang luput dari hukuman-Nya  ! Dan, hal itu dilakukan mulai dari persekutuan orang percaya yang atasnya nama TUHAN (Kristus) diserukan.

c.       Pengampunan mendahului Pembebasan.

Alkitab menyaksikan, bahwa keputusan untuk mengampuni mendahului tindakan pembebasan, bukan sebaliknya. Pengampunan itu lahir dari niat hati Allah yang memperlihatka kasih-Nya yang abadi; sedangkan pembebasan itu merupakan tindakan yang membuat setiap orang mengenal Allah Yang Mahakasih. Pemahaman ini sangat jelas dalam ucapan Deutero-Yesaya : “Kesalahannya telah diampuni” (40:2; bd. 43:25 -> “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”). Alasan pembebasan itu adalah pengampunan kesalahan oleh Allah.

Dosa dan kesalahan menghambat kebaikan Allah. Deutero-Yesaya memastikan, bahwa dosa dan kejahatan selalu merintangi kasih dan berkat Allah (Yes. 59 : 2 – 4 -> Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan”; bd. Yer. 5:25 -> “Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu).

d.     Karya Pembebasan

Karya pembebasan menunjuk pada anugerah Allah. Lihat dan mengertilah !, bahwa Yehuda – Yerusalem tidak dapat membebaskan diri dari pengasingan di Babel. Manusia (Yerusalem – Yehuda) tidak memiliki kekuatan apapun (Yes. 40:6-8, 17).  Hanya TUHAN Mahakuasa (Yes. 40:10 -> “Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa…”; 40:26 ->Ia maha kuasa dan maha kuat”). Oleh karena itu, mereka berseru kepada Allah : “Bukankah Engkau Bapa kami ? Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala.” (Yes. 63:16). Allah mendengarkan seruan umat minta tolong. Dan, oleh karena kasih-Nya yang abadi, Ia memutuskan untuk mengampuni serta bekerja melakukan pembebasan.

Pembebasan adalah anugerah Allah dan bukan hasil usaha manusia.

Deutero-Yesaya ingin menegaskan kembali sejarah pembebasan Israel dari Mesir, agar umat Yehuda-Yerusalem mengerti benar, bahwa bukan karena jasa-jasa maka Allah membebaskan mereka (bd. Ul. 9:5-6a -> “Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu …,  TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu”; Yeh. 36:22,32 -> ”Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskanBukan karena kamu Aku bertindak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu. Merasa malulah kamu dan biarlah kamu dipermalukan karena kelakuanmu, hai kaum Israel”. Kemungkinan besar penulis Kitab Ulangan dan Kitab Nabi Yeheskiel  bekerja se-zaman dengan penulis Deutero-Yesaya, Abad V – IV sb.M). Hal inilah yang dilupakan umat Allah. Sewaktu mereka menderita di Mesir, Allah berkenan membebaskan. Dan, setelah mereka menikmati kejayaan pemberian-Nya, mereka mengkhianati-Nya. Yehuda – Yerusalem jatuh ke dalam dosa yang sama seperti dilakukan saudaranya, Israel Utara – Samaria.

Penulis Deutero-Yesaya hendak mengingatkan orang-orang di pengasingan, bahwa pembebasan yang akan dinikmatinya adalah anugerah Allah semata-mata (Sola Gratia, save only by Grace of God). Itu bukan hasil usaha siapapun. Oleh karena itu, mereka harus yakin teguh dan kokoh setia kepada TUHANnya. Pembebasan itu pula didasarkan atas kesetiaan Allah pada ikatan perjanjian yang diberikan-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Itulah yang dimaksudkan dalam istilah : anugerah perjanjian. Berdasarkan perjanjian itu, baik perjanjian Allah dengan Israel-Yehuda maupun mereka dengan Allah (bd. Yosua 24) umat patut setia mengasihi Allah dan taat memberlakukan segala sesuatu yang telah difirmankan-Nya. Dengan demikian kita mengerti, bahwa keselamatan – kemerdekaan – pembebasan adalah karya  Allah yang dianugerahkan ke atas kehidupan manusia. Bukan hasil usaha, bukan pula karena jasa-jasa baik, bukan juga karena kebenaran hati kita, tetapi semata-mata anugerah (kasih-karunia) Allah. Itulah kasih-Nya !

e.      Pengharapan Eskatologis : Masa Mepan Umat adalah Anugerah Allah.

Di dalam pekerjaan pembebasan Allah mengadakan pemulihan (rekonsiliasi) dan pembaharuan (reformasi) kondisi kehidupan umat.

Pekerjaan Allah ini disebutkan Deutero-Yesaya : “Hiburkanlah, hiburkanlah hati umat-Ku, tenangkanlah hati Yerusalem, dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya telah berakhir” (40:1-2). Kalimat itu merupakan proklamasi yang membuka  ke arah masa depan baru yang diciptakan TUHAN (bd. Yes. 65 : 17 -> “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”). Apakah yang dimaksudkan oleh Deutero-Yesaya dalam kalimat : “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati” ? Dosa pemberontakan Israel (43:25 “Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu”). waktu Allah menghapus dosa, maka sejak saat itulah Dia bekerja memulihkan kondisi umat-Nya. Sejak saat itu, Allah membuka (menciptakan) lembaran baru dalam sejarah bangsa pilihan. Jadi yang dimaksudkan Deutero-Yesaya mengenai langit yang baru dan bumi yang baru, bukanlah secara material : langit – bumi yang berbeda dari yang ada, melainkan sebuah keadaan dan kesempatan baru yang terjadi setelah pulangnya Yehuda – Yerusalem dari pengasingan di Babel. Itu juga adalah anugerah Allah !

4.    PEMBERITAAN DALAM IBADAH PENGUCAPAN SYUKUR

a.      Yehuda-Yerusalem adalah bangsa pilihan, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah telah berbuat baik berdasarkan ikatan perjanjian yang dibuat-Nya dengan leluhur mereka. Ia memanggil dan memilih mereka untuk melakukan perbuatan baik serta memberitakan kemuliaan-Nya.

b.      Israel – Yehuda sering berbuat dosa dan kejahatan yang menyakitkan hati TUHAN. Dan, oleh karena kasih-Nya, Ia menghukum umat, agar mereka menginsyafi kesalahan lalu bertobat kembali kepada Allah.

c.       Oleh karena kasih-Nya yang abadi, TUHAN Allah mengampuni kesalahan dan bekerja melakukan pembebasan. Itulah kasih-karunia (anugerah)-Nya ke atas kehidupan umat.

d.      Di dalam karya pembebasan itu, Allah memulihkan keadaan umat, agar umat diselamatkan setelah Dia membharui kehidupan bathiniah mereka. Pembebasan itu membuka masa depan baru, yakni masa depan penuh harapan dan damai sejahtera yang dijanjikan TUHAN menurut nabi Yeremia (29:11 -> “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan).

e.      Nasihatilah keluarga yang mengucap syukur, agar mereka bergaul akrab dengan Allah. Mereka patut mengingat, bahwa kesuksesan yang dicapai adalah anugerah Allah. TUHAN yang membuat semuanya, karena Ia berkehendak membebaskan umatnya dari penderitaan. Tidak boleh bermegah karena hasil usahanya, sehingga melupakan Dia yang mengasihi mereka. Sebab jika mereka bermegah akan hasil kerja, lalu melupakan TUHAN, maka Dia menjadi murka dan menghukum.

f.        Masa depan dapat dinikmati, jika orang beriman (kristen) bekerja bersama Allah.

g.      Sikap mengucap syukur itu dapat diungkapkan dalam berbagai cara, tetapi sebaiknya mengajak semua orang yang bersyukur mendukung pekerjaan pemberitaan Injil Kerajaan Allah, supaya banyak orang diselamatkan.

Catatan :

§  Pemberita Firman dilarang keras untuk menyanjung-nyanjung siapapun dalam pelayanan firman Allah pada Ibadah Syukur Umat. Katakanlah “ya” atas yang benar, dan “tidak” atas yang tidak benar. Dengan demikian kita menghindari kesan, seolah-olah sedang mencari amplop tebal dalam pemberitaan sabda Allah.

§  Siapapun yang mengucap syukur memiliki dosa dan kejahatan masa lalu. Nasihatilah orang tersebut, agar tidak melakukan hal sama, supaya ia tidak tertimpa murka Allah. Bukan berarti, kita menjelek-jelekan orang yang mengucap syukur, melainkan hendaklah kita menggunakan ilustrasi tentang perilaku umat Israel – Yehuda, yang mengakibatkan mereka dihukum oleh Allah. Dengan cara itu seorang pemberita berusaha menyelamatkan orang beriman (kristen). Tugas pemberita firman bukan untuk menyanjung-nyanjung keberhasilan, tetapi mengajak siapapun bersyukur kepada Allah dan terus menerus melakukan kehendak-Nya, supaya Allah memberkati keluarg dan pekerjaannya.

MEDAN – SUMATERA UTARA,

Jumat, 24 Juni 2011

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

Selasa, 21 Juni 2011

PENGAJARAN DALAM IBADAH SYUKUR - II Tawarik 26 ; 1 - 18 by Arie Ihalauw


PENGAJARAN DALAM
IBADAH  UCAPAN  SYUKUR  UMAT  ALLAH

UZIAH
RAJA YEHUDA DI YERUSALEM


UZIAH RAJA YEHUDA
PICTURED BY REMBRANT – 1635

Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.

II TAW. 26 : 5

OLEH

PDT. ARIE A. R. IHALAUW


NASKAH BACAAN
II TAWARIKH 26 : 1 - 5

1.       Segenap bangsa Yehuda mengambil Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya, Amazia.
2.       Ia memperkuat Elot dan mengembalikannya kepada Yehuda, sesudah raja mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya.
3.       Uzia berumur enam belas tahun pada waktu ia menjadi raja dan lima puluh dua tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Yekholya, dari Yerusalem.
4.       Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya.
5.       Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.
6.       Maka majulah ia berperang melawan orang-orang Filistin dan membongkar tembok Gat, Yabne dan Asdod, lalu mendirikan kota-kota di sekitar Asdod dan di lain-lain wilayah orang Filistin.
7.       Allah menolongnya terhadap orang Filistin, dan terhadap orang Arab yang tinggal di Gur-Baal, dan terhadap orang Meunim.
8.       Orang-orang Amon membayar upeti kepada Uzia. Namanya termasyhur sampai ke Mesir, karena kekuatannya yang besar.
9.       Uzia mendirikan menara di Yerusalem di atas Pintu Gerbang Sudut di atas Pintu Gerbang Lebak dan di atas Penjuru, serta mengokohkannya.
10.       Ia mendirikan juga menara-menara di padang gurun dan menggali banyak sumur, karena banyak ternaknya, baik di Dataran Rendah maupun di Dataran Tinggi. Juga ia mempunyai petani-petani dan penjaga-penjaga kebun anggur, di gunung-gunung dan di tanah yang subur, karena ia suka pada pertanian.
11.       Selain itu Uzia mempunyai tentara yang sanggup berperang, yang maju berperang dalam laskar-laskar menurut jumlah anak buah yang dicatat oleh panitera Yeiel dan penata usaha Maaseya, di bawah pimpinan Hananya, salah seorang panglima raja.
12.       Kepala-kepala puak pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa itu seluruhnya berjumlah dua ribu enam ratus orang.
13.       Di bawah pimpinan mereka terdapat satu balatentara, terdiri dari tiga ratus tujuh ribu lima ratus orang yang gagah perkasa dalam berperang, untuk membantu raja dalam menghadapi musuh.
14.       Uzia memperlengkapi seluruh tentara itu dengan perisai, tombak, ketopong, baju zirah, busur dan batu umban.
15.       Ia membuat juga di Yerusalem alat-alat perang, ciptaan seorang ahli, yang dapat menembakkan anak panah dan batu besar, untuk ditempatkan di atas menara-menara dan penjuru-penjuru. Nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat.
16.       Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
17.       Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan puluh imam TUHAN, orang-orang yang tegas;
18.       mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: "Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini."

PENGANTAR

Menjadi yang nomor satu (terhormat dan terutama) selalu alan dikejar siapapun, seperti : ingin menjadi raja, menjadi presiden, menjadi lurah, menjadi kepala bahagian, menjadi pemimpin, dan sebagainya. Semua orang pasti mempunyai cita-cita demikian. Sulitnya, tidak semua orang terhormat bisa menjadi yang terbaik. Pandanglah orang berkampanye untuk mencapai cita-citanya; akan tetapi setelah tidak terpilih dan pesta demokrasi berakhir, gairah kerja menurun dan cenderung putus asa. Sikap itu muncul karena banyak materi telah dikeluarkan untuk merebutkan tahta kepemimpinan. Lihatlah ulah karyawan di kantor ! Suka mencari perhatian atasan dengan tujuan tertentu. Ia akan kecewa, jika rekan lain diangkat setingkat di atasnya.

PENDAHULUAN

Uziah masih remaja, ketika diangkat menggantikan ayanya, Amaziah, menjadi Raja Yehuda di Yerusalem (2 Taw. 26:1 -> “Uzia, yang masih berumur enam belas tahun dan menobatkan dia menjadi raja menggantikan ayahnya”). Ia menjadi raja sejak tahun 767 sb. Masehi. Bisa dibayangkan, bagaimana seorang remaja memerintah kerajaan yang begitu besar. So pasti, petinggi bekerja keras, jikalau tidak demikian hancurlah kerajaan. Banyak persoalan dalam negeri bertimbun : politik ekonomi dan hubungan internasional yang sering terganggu. Yehuda menghadapi ancaman musuh bebuyutan : Palestina, Arab, Meunim dan Amon (2 Taw. 26:6-8).

Pada awal pemerintahannya Uzia "melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Ia selalu tekun beribadah mencari Allah. Ia takut akan Allah” (2 Taw. 26:4-5), Allah Israel. Lalu TUHAN, Allah Israel, membuat segala usahanya berhasil. Ia menjadi raja yag termashur sampai ke Mesir (ay.8). Pembangunan Yerusalempun berjalan baik (ay.9-10). Ia membangun sistem pertahanan keamanan yang cukup tangguh (ay.11-15). Akan tetapi sikap Uziah terhadap TUHAN tidak berlangsung lama. Setelah Uzia mencapai kejayaan, wataknya berubah. Ia melakukah kejahatan di mata TUHAN. Ia menjadi tinggi hati dan melakukan hal-hal yang tidak baik. Ia tidak setia kepada TUHAN, bahkan mengambil alih fungsi Imam Besar. Ia mengerjakan pekerjaan yang bukan kewajibannya  (2 Taw. 26 : 16 - 18). TUHAN marah, lalu menimpakan penyakit kusta kepadanya.

POKOK – POKOK PEMBERITAAN

Sejarah Raja Uziah mendorong kita mempelajari bagaimana seseorang berjalan bersama Allah, baik sebelum maupun setelah orang terkenal. Beberapa pokok pemberitaan yang perlu mendapat perhatian adalah :

1.      Kesetiaan mengabdi (devosi) kepada Allah.

Kesetiaan mengabdi merupakan sikap yang dituntut oleh Allah. Kesetiaan itu bertumbuh dari keyakinan iman terhadap Allah dan karya-Nya yang menyelamatkan. Siapapun pernah mengalami pasang surut kehidupan : pekerjaan, rumahtangga, prcintaan, dan sebagainya. Dalam kesempatan tertentu kita berada dalam situasi sulit yang tidak dapat diatasi sendiri. Pada saat itu tidak seorang sahabat ataupun kenalan mengulurkan bantuan kepada kita.  Akhirnya kita berjalan menuju Allah. Sepanjang masa kesusahan  kita mencari Allah : tekun beribadah, rajin membaca Alkitab serta berdoa. Lalu Allah yang meneliti hati dan akalbudi menuntun kita keluar dari malapetaka. “Allah membuat segala usahanya berhasil” (2 Taw. 2:5).

Sikap itu berlangsung sementara. Setelah berhasil, kita menjadi tinggi hati dan menyombongkan segala usaha yang dikerjkan. Kita lupa, bahwa keberhasilan itu hanyalah kasih-karunia Allah semata-mata. Kita terjatuh ke dalam dosa. Kita tidak mengabdi kepada-Nya.  Padahal TUHAN Allah mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Sementara kita memperlakukan Dia untuk mencapai keuntungan pribadi. Kita menjadikan TUHAN sebagai alat pemuas keinginan. Jika yang diinginkan telah tercapai, kemudian kita meninggalkan Dia.

Melalui Musa TUHAN mengingatkan : “Janganlah engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu. Janganlah kaukatakan dalam hatimu : Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini…, jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu,… aku memperingatkan kepadamu hari ini, bahwa kamu pasti binasa” (Ul. 8:14, 17-19).

2.      Keberhasilan adalah pemberian Allah.

Kadang-kadang kita berpikir : “Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini” (Ul.8:17). Kita menyombongkan hasil pekerjaan di depan semua orang. Bahkan dalam setiap sambutan di awal Ibadah Ucap Syukurpun kita menceritakan kesuksesan, tanpa rasa malu kepada TUHAN. Padahl TUHAN-lah yang “memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan”. Dapatkah kesusksesan diraih siapapun, jikalau tubuhnya sakit-sakitan ? Dapatkan seorang penderita penyakit saraf berpikir cemerlang ? Tidak, sekali-kali tidak mungkin ! Kekuatan manusia (kita) diberikan oleh TUHAN, agar menguatkan keyakinan iman bahwa Dia setia pada perjanjian yang diikatkan-Nya. Kekayaan (bhs. Batak : hamoraon) adalah kesehatan : sehat iman, sehat tubuh dan sehat hati nurani dan akalbudi ! Semua itu adalah pemberian TUHAN semata-mata. Tanpa kesehatan yang baik, tidak seorangpun dapat meraih sukses.

3.      Hidup itu berkembang di antara pilihan.

Untuk mencapai kehidupan yang layak, kita perlu membuat pilihan : setia mencari Allah dan lakukan kehendak-Nya atau mengikuti rancangan akalbudi sendiri. Pilihan ini menentukan keberhasilan atau kegagalan. TUHAN Allah menghendaki kita setia mengasihi Dia dan taat memberlakukan kehendak-Nya. Di dalam kalimat itu terkandung makna : kita dibebaskan berpikir dan mengambil keputusan untuk mengembangkan potensi pemberian Allah, tetapi dalam hal itu kita perlu menyelaraskan buah pikiran kita kepada kehendak Allah. Itulah pilihan terbaik !

Sejak semula memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada manusia ciptaan-Nya. Manusia menentukan pilihan yang terbaik bagi dirinya. Namun pilihan itu perlu memperlihatkan kasih dan kesetiaan kepada Allah. Ia wajib berkonsultasi bersama Allah melalui doa (bd. Yer. 29 : 12 – 14 -> “… apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu, apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku,… Aku akan memulihkan keadaanmu”; bd. Mat. 7:7 – 8, 11 -> Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”). TUHAN Allah menginginkan orang beriman (kristen) selalu membina dan memelihara hubungan baik dengan Dia. Di dalam hubungan baik itu Allah memberkati : membuat segala usaha berhasil. Jadi tidak orang beriman (kristen) patut berusaha mencari Allah, supaya ia menikmati kelimpahan hidup.

Yesus Kristus berkata : “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh. 10:10b). Pernyataan itu tidak harus diartikan, hanya oleh iman saja orang beriman (kristen) memperoleh kelimpahan hidup. Kata kerja : “Aku (Yesus) datang” menunjukkan bahwa Allah bekerja (datang) menjumpai manusia. Oleh karena itu, orang-orang yang telah diselamatkanpun wajib datang (sinonim dari kata kerja : mencari) menemui Dia. Tanpa usaha orang beriman “mencari Allah”, iaakan mengalami kesulitan menemukan berkat-Nya meski ia bekerja sekuat tenaga.

TUHAN dan nasib manusia. Kita selalu berpikir : “Sudah nasibku menderita keadaan ini. Mungkin Allah sudah menggariskan jalan hidupku demikian.” Ada benarnya ! Sebab Allah berfirman : “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini.” (Yes. 45:6-7). Dia-lah yang memberikan segala sesuatu menurut kehendak-Nya kepada setiap orang yang dicinta-Nya (bd. Maz. 127:3 -> “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”). Pertanyaannya : bagaimanakah manusia dapat meraih kesuksesan dan memperoleh kelimpahan hidup ? Allah berkata : “apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku,… dan kamu mencari Aku, maka Aku akan memulihkan keadaanmu” (Yer. 39: 12-16a; bd. Amos 5 : 4 -> “Beginilah firman TUHAN, hai kaum Israel : ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup”).

4.      Takut akan Allah dan lakukan yang benar di mata-Nya.

Takut akan TUHAN tidak sama artinya dengan takut Setan / Iblis. Tidak sama artinya dengan takut mendapat hukuman-Nya. Takut akan TUHAN berarti menghormati dan menyembah-Nya selaku Allah Pencipta. Dia menciptakan dan mengaruniakan nafas hidup (bd. Kej. 2:7 -> “TUHAN Allah membentuk manusia itu … dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”). Bukan hanya itu, sebagai Gembala juga memenuhi segala kebutuhan orang beriman (Maz. 23; bd. Plp. 4:19 -> “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus”, sesuai permohonan umat : “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” – Mat. 6:11 – yang dipanjatkan dalam nama Yesus : “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya…. apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu” – Yoh. 15 : 7, 16 ).Takut akan TUHAN, menurut Yesus, sama artinya “tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu” {Paulus mengartikannya dalam 2 (dua) cara : pertama : “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia,… di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus– Kol. 2:7; Eps. 4:15 -; kedua, melalui Kamu telah belajar mengenal Kristus. … mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus” – Eps. 4:20-21}.

Pembelajaran itu (Eps. 4:20-21) bertujuan, agar orang beriman medngenal kehendak Allah yang dinyatakan melalui karya Yesus Kristus. Pembelajaran itu pula mndorong hati nurani dan akalbudi untuk melakukan segala sesuatu yang berkenan kepada-Nya. Dengan demikian genaplah firman : “Berbahagialah orang yang mendengar firman Allah dan melakukannya dalam kehidupn sehari-hari”. Orang beriman seperti ini akan berhasil usahanya dan memperoleh kelimpahan.

5.     Hati-hati…. Jangan melupakan TUHAN dan janganlah tinggi hati !

Ketika belum berhasil, Uziah tekun mencari Allah. Saat telah berhasil, Uzia berubah sikapnya kepada Allah dan sesama (2 Taw. 26:16 -> “Ia menjadi tinggi hati dan berubah setia kepada TUHAN). Padahal melalui Musa TUHAN, Allah Israel, mengingatkan seluruh umat-Nya : “” (Ul. 8:14 -> “… jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu. Tetapi jika engkau sama sekali melupakan TUHAN, Allahmu, … kamu pasti binasa; seperti bangsa-bangsa, yang dibinasakan TUHAN di hadapanmu, kamupun akan binasa, sebab kamu tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu”).

Catatan di atas mengingatkan semua orang beriman, bahwa keberhasilan pekerjaan sangat tergantung pada kesetiaan mengabdi dan memberlakukan firman Allah. Jika tidak demikian, Allah akan menggagalkan upaya siapapun, termasuk orang beriman.

PENUTUP

Pengajaran yang diulas di atas bermanfaat, ketika kita memberitakan dan mengajarkan Firman Allah dalam Ibadah Syukur Umat.

a.       Pakailah ilustrasi cara hidup Raja Uzia.

b.      Raja Uzia telah berbuat kesalahan besar kepada Allah. Sebelum berhasil raja “takut akan TUHAN dengan melakukan apa yang benar, dan rajin mencari TUHAN (2 Taw. 26:4-5). Setelah Allah membuat segala usahanya berhasil, Uzia bukan semakin merendahkan diri di depan-Nya, melainkan semakin tinggi hati serta melakukan pekerjaan yang merusak (2 Taw. 26:16). Akhirnya TUHAN menghukumnya. Ia membuat Uzia mengidap penyakit kusta “sampai kepada hari matinya” (2 Taw. 26:19-21). Inilah sejarah sang raja yang melupakan TUHAN.

c.       Belajar dari cara hidup Raja Uziah, orang beriman patut bebenah diri. Meskipun Allah telah membuat berhasil, tetapi kita tetap setia mengasihi Dia dan taat memberlakukan firman-Nya serta hidup dalam kerendahan hati. Hal inilah yang akan membuat kita menjadi cemerlang. Rasul Petrus mengingatkan semua orang beriman : “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” (1 Pet. 5 : 6). Berbahagialah orang beriman yang melakukan semuanya itu !

MEDAN – SUMATERA UTARA,

Selasa, 22 Juni 2011

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo000oooo-----