Senin, 13 Agustus 2012

BERESHIT BARA ELOHIM - oleh Putera Sang Fajar




MATERI KATEKISASI 2012 – 2013
DIPERUNTUKKAN BAGI PESERTA KATEKISASI
GPIB JEMAAT KASIH KARUNIA DI MEDAN

ditulis
MEDAN – SUMATERA UTARA,
Senin 13 Agustus 2012

oleh

Arie a. R. Ihalauw
PUTERA SANG FAJAR

- 1 -
“BERESHIT BARA ELOHIM...”

Bereshit bara Elohim et-ha-syamaim we-et ha’aretz” ( Biblia Hebraica Stuttgartensia atau BHS diterjemahkan oleh KJV => In the beginning God created the heavens and the earth; LAI. => “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi => Kej. 1 : 1). 



A.     PENJELASAN

1.   Dalam Alkitab Bahasa Ibrani (Biblia Hebraica Stuttgartensia = BHS), khususnya pada Kitab-Kitab Musa --- yang disebut Pentateuch ---, setiap kata pertama pada pasal 1 menjadi judul kita tersebut. Kata בְּרֵאשִׁית (bc. bereshit) di Kejadian 1 : 1 menjadi Nama / Judul kitab tersebut.

2.  בְּרֵאשִׁית (bc. bereshit) berasal dari verbum (kt. kerja) “bara” --- ארב --- artinya : menciptakan, membuat menjadi ada.

3. “Bereshit”, sesungguhnya, kosa kata Ibrani ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia : “Pada mulanya...” memiliki beberapa tujuan penulisan :

a.   Kata “pada mulanya”, sebaiknya diterjemahkan “purbakala.”   

b. Kata purbakala menunjukkan, bahwa sudah ada “sesuatu” sebelum “ada peristiwa / kejadian,” dan “sesuatu” itu adalah Allah.

c.  Kata purbakala-pun menjelaskan tentang ‘tata kala / tata waktu.’ Umumnya orang berpendapat, bahwa sebuah peristiwa / kejadian berhubungan erat dengan waktu. Sementara penulis Kitab Kejadian hendak menegaskan pemahaman iman Israel, bahwa sudah ada waktu, sebelum segala sesuatu terjadi (sebelum ada peristiwa / kejadian). Waktu itu ada di dalam pikiran dan rencana kerja Allah. Dia ada di sana sebelum segala sesuatu dijadikan olehNya.

B.   PEMAHAMAN IMAN ISRAEL.

Pemahaman seperti itu sulit dinalarkan dan dipercaya oleh umat Israel Kuno serta bangsa-bangsa non-israeli {Ibr. goy (tunggal) dan goyim (jamak)}. Ketidakpercayaan itu disebabkan pada saat itu hampir seluruh budaya-agama-suku menyembah dan mengajarkan kepercayaan tentang “kekuatan-kekuatan adikodrati” yang tampak dalam fenomena alami (matahari, bulan, bintang, dan sebagainya). Dan, jauh sebelum umat Israel diciptakan Allah, leluhurnya, ABRAMpun, menganut kepercayaan ayahnya : Terah ben Nahor.

1).  Keluar dari Budaya-Agama-Suku.

          Kita tidak bisa mengatakan, bahwa Terah ben Nahor beserta anak-anaknya tak memiliki sistem kepercayaan (agama), sebelum Allah memanggil dan menyuruh ABRAM meninggalkan rumah orangtuanya (Kej. 12:1-3). So pasti, ABRAM beragama (kepercayaan). Hanya saja penulis Kitab Kejadian tidak mencatat secara jelas nama kepercayaan maupun ilah / sesembahannya. Namun kita dapat menelusuri jejak keber-agama-an ABRAM, seperti tertulis :

“Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada ABRAM dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN.” (Kej. 12 : 7 – 8).

       Catatan Arkeologis

ABRAM mendirikan mezbah di Beth-El (Ibr. בֵּית אֵל ; Yun. Baiqhl; terj. Rumah Allah). Itulah cerita penulis Kitab Kejadian. Beth-El terletak 12 mil sebelah utara Yerusalem, di antara wilayah suku Benjamin dan suku Ephraim. Kota kecil ini pertama kali disebutkan dalam dua narasi terkait ABRAM (Kej. 12:7-8) dan Yakub {Kej. 28 : 16 – 17 => “Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia : "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat (Ibr. יְהוָה בַּמָּקוֹם; baca : bamaqom Yehuah) ini, dan aku tidak mengetahuinya." Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah (Ibr. בֵּית אֱלֹהִים), ini pintu gerbang sorga”; juga dalam Kej. 35 : 6 – 7 => “Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan -- yaitu Beth-el (tul. אֵל-בֵּית) --, ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel (tul. אֵל-בֵּית), karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.”}. Menurut nama aslinya, Beth-El disebut Luz (Kej. 35:7), sebuah kota tua dalam wilayah Kanaan, sebelum masa leluhur Israel.

2).  Kepercayaan (iman) lahir dari rahim pengalaman.

Jikalau kita membaca kalimat : ABRAM mendirikan mezbah di Beth-El (Kej. 12:7,8), maka preposisinya : jauh sebelum ABRAM mengikuti panggilan Allah, ia telah memiliki sistem kepercayaan, oleh karena ritual penyembahan itu tidak serta merta muncul tiba-tiba. Hanya saja penulis Kitab Kejadian menyebutkan nama TUHAN, supaya umat mengetahui dan mengerti, bahwa ABRAM bukan lagi sosok manusia-lama yang masih terkait dengan sesembahan (kepercayaan) Terah ben Nahor, ayahnya; melainkan ia telah menjadi manusia-baru yang berganti nama : ABRAHAM (Kej. 17:5 => “Karena itu namamu bukan lagi ABRAM, melainkan ABRAHAM, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa”).

Menurut hemat saya, tidak ada kemungkinan bagi siapapun untuk mengatakan, bahwa kepercayaan (iman) kepada Allah muncul tiba-tiba dari sebuah kekosongan tak berbentuk. Kepercayaan (iman) berproses bagaikan untaian zamrud yang disatukan menjadi kalung indah. Iman tidak muncul dari sebuah kepastian absulut yang dapat dinalarkan, melainkan ia bergerak dari keraguan akan Allah menuju kepercayaan mutlak, bahwa kita memiliki bukti-bukti kuat yang bertolak dari pengalaman keseharian, sehingga kita berkata : TUHAN adalah sumber hidup (bd. Maz. 36:10-11 => “Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang. Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan-Mu bagi orang yang tulus hati !”).

3). Abram bukan berangkat dari kepastian iman, melainkan dari keraguan terhadap Allah-Yang-Berjanji menuju kebenaran iman.

ABRAMpun tidak mengenal Allah yang memanggilnya. Ia tidak pernah mampu menjelaskan siapakah TUHAN, Allah, yang menyuruh keluar dari kehidupan bersama orangtuanya. Ia tidak berangkat dari sebuah kepercayaan absulut tentang Allah seperti yang dikatakan ajaran kristen; akan tetapi ia membuka hati dan pikiran untuk menerima dan menjalani kemungkinan-kemungkinan terunggul yang dapat mengarahkan langkahnya menuju masa depan yang baik. Ia tidak percaya begitu saja, tetapi ia mengumpulkan bukti-bukti kepercayaan sepanjang pengalaman berjalan bersama “suara yang memanggil”-nya. Ia bukan hanya keluar dari sebuah ikatan akan kehidupan masalalu di rumah orangtuanya. Ia berjalan keluar untuk mengumpulkan bukti, bahwa keraguan (bd. Kej. 15:8 => “Kata Abram: "Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya ?”)  akan Allah-Yang-Berjanji, sungguh-sungguh, bukan sebuah utopia atau ilusi. Sepanjang pengalaman perjalanan bersama Allah-Yang-Berjanji lama kelamaan keraguan Abram berakar kuat dan bertumbuh tegak di atas bukti-bukti yang dikerjakan Allah. Pada puncaknya penulis Kitab Kejadia menyaksikan : Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” (Kej. 15:6). Bukti-bukti kepercayaan Abraham itulah yang disebut AGAMA ABRAHAM. Jadi menurut saya, agama tidak berangkat dari sesuatu yang kosong tak berbentuk, tetapi bertumbuh dalam pengalaman sepanjang perjalanan bersama Allah-Yang-Berjanji. Agama sedemikian akan menjadi spiritualitas siapapun yang ingin hidup untuk mencapai masa depan TUHAN.

4).  Hubungan BARA ELOHIM dan Pengalaman Keagamaan.

4.1. Agama bukan ciptaan Allah (Kej. 1:28).

      Mungkin saja saya berpendapat tidak lazim seperti yang dikatakan banyak orang, bahwa agama-agama langit itu diturunkan dari atas (Allah); dan, oleh karena itu, ia diciptakan Allah. Saya berpandangan, bahwa Firman Roh yang diilhamkan Allah kepada manusia, agar menunjukkan jalan yang layak dijalani. Dan, saya meletakkan dasar pemahaman ini pada 2 (dua) kesaksian penulis Kitab Kejadian

a. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah : "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.” (Kej. 1 : 1 – 3).

b. “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7).

     Kedua ayat kutipan menggambarkan sebuah kenyataan, bahwa segala sesuatu yang hidup dan berada dalam alam semesta dikerjakan oleh Allah (karya Allah). Pemahaman tersebut dijelaskan begini :

Pertama, Allah adalah sumber kekuatan gerak (energy yang bersifat dinamik) yang menyebabkan terciptanya kehidupan (kebaikan), dan bukan kekacauan yang mematikan (kejahatan). Kekuatan itu tidak pernah berhenti, tidak pernah mati dan binasa, tidak pernah hilang, tetapi selalu membuat yang tiada (tidak terpikirkan dan terinderai manusia) menjadi ada serta tampak jelas. Dialah “causa prima.”

Pandangan itu tersurat dalam Kejadian 1 : 1 – 3, di mana penulis Kitab Kejadian mengatakan : “... dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah : "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.” Segala sesuatu yang tampak jelas di hadapan mata manusia merupakan hasil karya Allah (Roh dan FirmanNya). Hal itu disebutkan penulis : “ROH Allah melayang-layang,” tidak sama artinya dengan layang-layang, melainkan menunjukkan Allah yang sedang bekerja (seperti tertulis : “Ber–FIRMAN–lah Allah...).

Kedua, segala sesuatu yang baik datangnya dari Allah, sumber kebaikan. Pernyataan tersebut berangkat dari kesaksian Kejadian (1:2) yang sarat makna. Ketika ROH Allah bekerja, maka Dia mengatur dan menertibkan kekacauan, supaya fungsi hidup ciptaanNya dapat berkembang menuju kebaikan. Secara tersirat ada nuansa pembaharuan dan pemulihan ciptaan yang menderita di bawah tekanan kuasa kegelapan. Dengan demikian umat Allah memahami dan mengakui, bahwa ciptaan tidak (kurang) memiliki kekuatan untuk memulihkan dan membaharui diri, jikalau tidak ditolong Allah.

Ketiga, umat Israel mengakui, bahwa manusia bersifat material (Ibr. adamah, debu tanah) yang tidak bergerak / hidup. Ia “menjadi” makhluk yang hidup, karena Allah menghembuskan “roh” (Ibr. ruach -> nafas, angin, semangat, spirit) ke dalamnya.  

Jadi menurut pemahaman iman penulis Kitab Kejadian, kehadiran Allah dalam wujud ROH dan FIRMAN telah menciptakan kehidupan bertumbuh menuju keadaan yang baik. Kehadiran Allah menaklukkan kuasa kegelapan yang mengacaukan kehidupan ciptaan. Inilah yang saya maksudkan spiritualitas (sama dengan religiositas ? Wallahualam), yanjg kemudian dijadikan Pengajaran Agama Kristen (dogma/ doktrin).
         

SALAM

PUTERA SANG FAJAR

Senin, 06 Agustus 2012

KESELAMATAN - kutipan dari Pdt Arie Ihalauw



KESELAMATAN DIPEROLAH DALAM 

PERJUMPAAN DENGAN ALLAH DI DALAM YESUS KRISTUS.



Teman-teman yang saya hormati di dalam Kristus...,



Sekali lagi, saya mohon maaf, sebab saya melakukan EXEGESE menurut PAKEM-PAKEM PENTAFSIRAN dan HERMENEUTIS, tidak seperti yang dibuat kalian. Usaha exegese itu bertujuan untuk MENGENAL PEMIKIRAN TEOLOGI menurut kesaksian para penulis INJIL SINOPTIS (Markus - Matius - Luk
as), agar kita dapat memperoleh PENGENALAN AKAN PIKIRAN YESUS, ketika Ia berjumpa dengan Zakeus ataupun Penjahat di Kayu Sallib.

==>> 1. MAKNA KESELAMATAN DALAM CERITA ZAKEUS, Pemungut Cukai...


1.a. NARASI ZAKEUS



Narasi (cerita Zakeus) ini terdapat dalam Injil Lukas 19 : 1 - 12. Tidak ada di dalam Injil MARKUS & MATIUS; oleh karena itu, narasi ini disebut QUELLE LUKAS (Sumber asli milik Lukas)



1.b. LATAR BELAKANG TRADISI AGAMA ISRAEL DALAM CERITA ZAKEUS



HUKUM MUSA. Menurut ajaran Musa, pekerjaan membungakan uang dan memungut pajak tidak diperbolehkan merugikan orang lain.



KONTEKS SOSIAL. Zakeus adalah seorang PEGAWAI KANTOR PAJAK (seperti Gayus Tambunan). Ia memungut bekerja pada satu institusi AGAMA DAN PEMERINTAHAN.



Pada waktu itu wilayah Israel dikuasai oleh Roma. Dan bagi orang Israel, Roma adalah GOYIM (bangsa kafir). Oleh karena itu, Israel beranggapan, bahwa ROMA telah mengotori tanah suci; sehingga siapapun yang bekerja sebaga karyawan pemerintahan kolonial Roma dipandang BERDOSA.



Di pihak lain, Roma menuntut semua INSTITUSI SOSIAL dan AGAMA dalam wilayah taklukannya WAJIB MEMBAYAR UPETI KEPADA KAISAR.



Pemimpin Baith Allah pun WAJIB MEMENUHI tuntutan penjajah. Padahal BAITH ALLAH sendiri memungut pajak penghasilan setahun sekali dari warga Israel.



ZAKEUS adalah orang yang melakukan pemungutan pajak tersebut. So pasti, ia juga "mengutip" pajak bagi dirinya sendiri. HAL INILAH YANG MENYEBABKAN pemuka agama Israel : Parisi, Saduki dan Para Ahli taurat mencap Zakeus sebagai PENDOSA. Dosa yang dimaksudkan adalah PERBUATAN MELANGGAR HUKUM (Taurat Musa).



1.c. PERJUMPAAN YESUS DAN ZAKEUS -> Peristiwa Keselamatan.



Tuhan Yesus sedang berada di Jerikho dalam pemberitaan Injil. Ketika itu banyak orang mengerumuni Dia. Postur TUBUH orang Israel kurang lebih 170 - 190 cm, sementara Zakheus tidak seperti itu. ia seorang pendek, alias bonsai. Oleh karena itu, ia berusaha MENCARI PERHATIAN YESUS. Itulah sebabnya ia naik ke pohon (sekarang terletak diperempatan jalan dekat dengan Kantor Camat di Yerikho Modern).



Penulis Injil menyatakan, ulah Zakeus telah membuat YESUS MEMPERHATIKANNYA. Terjadilah PERCAKAPAN antara dua orang itu, yang diakhiri Yesus : HARI INI TERJADI KESELAMATAN DALAM RUMAH INI, KARENA ORANG INI ADALAH KETURUNAN ABRAHAM (Luk. 19:12)



==>> PERJUMPAAN YANG MENYELAMATKAN.



Prinsip I. KESELAMATAN terjadi dan dialami siapapun, pada saat PERJUMPAAN dengan Allah. Allah yang datang MENJUMPAI manusia di dalam nama Yesus (Mat. 1:21; bd. Yoh. 1:14).



Prinsip II. KESELAMATAN itu pertama-tama dikaruniakan kepada KETURUNAN ABRAHAM (Luk. 19:12) asalkan mereka menerima YESUS KRISTUS selaku Tuhan dan Juru selamat (Kis. 4:14).



Prinsip III. KESELAMATAN diperuntukkan kepada BANGSA-BANGSA, jikalau Israel menolaknya (bandingkan cerita perempuan kanaan yang anaknya sakit ayan - Mat. 15:21-28; Mrk. 7:24-30).



Dalam cerita Zakeus, KESELAMATAN itu adalah PENGAMPUNAN DOSA (bukan berarti langsung masuk sorga, sebab Zakeus masih hidup di bumi). KESELAMATAN itu diterima Zakeus berdasarkan alasan :



a. MENERIMA YESUS DENGAN SUKACITA (Luk. 19:6).
b. JANJI ZAKEUS KEPADA YESUS (Luk. 19:7)
c. KARENA ZAKEUS adalah KETURUNAN ABRAHAM, Bapa segala orang beriman (Luk. 19:12b).
d. JAMINAN KESELAMATAN AKAN PENGAMPUNAN DOSA YANG DIUCAPKAN YESUS KRISTUS (Luk. 19:12a).



==>> PERELEVANSIAN EXEGESE KE DALAM PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH (Khotbah maupun Cerita sekolah Minggu dan remaja).



1. Contohilah kehidupan Zakeus. Ia menyadari akan perbuatannya yang berdosa. Ia mengakui kesalahannya kepada Yesus.



2. Contohilah Cara Hidup Zakeus : Meskipun ada halangan (tubuh) sehingga ia tidak melihat Yesus, namun Zakeus BERUSAHA KERAS, BERTEKAI, MEMILIKI NIAT HATI YANG INDAH. Ia INGIN BERJUMPA YESUS.



Kadang kadang orang kristen berpikir, yang penting saya beriman, kalo ke gereja ada kesempatan, ya saya lakukan. Sikap ini TIDAK AKAN MENJAMIN KESELAMATAN (bd. peringatan penulis Ibrani 10:25-26 -> TIDAK KE KEBAKTIAN ADALAH DOSA).



Ubalah sikap dan jadilah seperti Zakeus. IA INGIN MENGUBAH HIDUPNYA YANG BERDOSA UNTUK MEMPEROLEH KESELAMATAN. Ia dihina orang karena DOSA melanggar taurat. Ketika ia mendengar kabar terntang seorang Juruselamat (bd. Mat.1:21) , lalu terbitlah di hatinya KERINDUAN MENCARI ALLAH. Zakeus berjumpa Allah, lalu Allah yang bernama Yesus Kristus itu MENGAMPUNI DOSANYA. PEJUMPAAN DENGAN YESUS membuat Zakeus menerima KESELAMATAN, yakni PENGAMPUNAN ATAS DOSANYA.



Untuk membuktikan KESELAMATAN yang telah diterima, Zakeus berjanji kepada Yesus melakukan segala perintah Allah, yakni KASIHILAH SESAMA (Luk. 19:8). Hati zakeus BERSUKACITA, karena BERJUMPA YESUS dan MEMPEROLEH PENGAMPUNAN DOSA.



Broer Henk Tani dan teman-teman...



Pertanyaan Bung Henk yang pertama sudah saya jawab, sekalian MENJADI CONTOH RENUNGAN SINGKAT.



Jadi KESELAMATAN yang diterima Zakeus bukan secara otomatis menjamin, bahwa ia PASTI masuk sorga. Keselamatan itu adalah PENGAMPUNAN DOSA selama manusia masih di bumi. Jika sepanjang perjalanan di bumi manusia KEMBALI BERBUAT DOSA, maka ia TIDAK AKIAN MASUK KE DALAM KERAJAAN SORGA (bd. Mat.7:21 dst).Oleh karena itu, dengarlah dan lakukanlah firman (Yak. 1:22) CARILAH TUHAN MAKA KAMU AKAN HIDUP (Amos 5:4,6).



Itulah yang dimaksudkan dalam pengakuan kristen SAVED BY GRACE ALONE - diselamatkan hanya oleh anugerah Allah. Usahankanlah BERJUMPA YESUS SETIAP HARI, JIKALAU KITA INGIN DISELAMATKAN.

Mudah mudahan dapat dipahami....


Jikalau ada pertanyaan silahkan....



Wasslam...,
PUTERA SANG FAJAR

Sabtu, 04 Agustus 2012

ALKITAB DAN FIRMAN ALLAH - Materi Katekisasi JEMAAT KASIH KARUNIA di MEDAN


MATERI KATEKISASI
PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010
TENTANG

FIRMAN ALLAH

ditulis di
MEDAN – SUMATERA UTARA
Hari Sabtu, 04 Agustus 2012

oleh

PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo00oooo-----

I
PENGANTAR

Setiap agama di dunia memiliki tulisan-tulisan suci yang disebut ‘Kitab Suci’. Masing-masing agama mengajarkan pandangan berbeda tentang ‘Kitab Suci’-nya. Pada hakekatnya, semuanya mengakui, bahwa penulisan ‘Kitab Suci’-nya diilhami Allah (bd. II Tim. 3:16-17).
 
II
ALKITAB DAN FIRMAN ALLAH

A. PENDAHULUAN

Sepanjang sejarah agama-agama di atas bumi, para penganutnya mengajarkan, bahwa kitab suci’ dan firman Allah’ adalah sama dan satu. Pandangan ini mengalami perubahan, dikarenakan perkembangan pengetahuan. Semakin banyak orang mempelajari ‘kitab suci’, semakin banyak persoalan yang ditemukan di dalamnya. Katakanlah contoh terkait perkembangan Ilmu Pengetahuan :

Dalam Kitab Kejadian 1 : 3 tertulis : “Berfirmanlah Allah  Jadilah terang,’ Lalu terang itu jadi.” Menurut Ilmu Pengetahuan Alam, terang adalah energi cahaya’ yang bersumber pada sebuah benda : matahari (solar-system); padahal Allah menciptakan matahari pada Hari Ke – 4. Hal itu ditulis oleh penulis Kitab Kejadian : “Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (Kej. 1:14-19).

Permasalahan Kejadian 1 : 3 <-> Kejadian 1 : 14 - 19 :

Ilmu Pengetahuan Alam tidak mengenal ‘terang’ sebagai objek penciptaan yang disebutkan Kejadian 1 : 3; akan tetapi meneliti dan mengkaji ‘benda-benda penerang’ menurut kesaksian Kejadian 1 : 14 – 19. Pertanyaannya : “Apakah ‘terang’ yang dimaksudkan penulis dalam Kejadian 1 : 3 ? Masalah ini perlu dibahas dalam proses belajar-mengajar katekisasi, supaya peserta katekisasi memperoleh pengetahuan yang benar menurut pengajaran Gereja berdasarkan kesaksian Alkitab.

Bahasan yang dikemukakan di atas merupakan salah satu contoh saja. Akan tetapi jika menyimak Alkitab lebih mendalam, maka kita menemukan berbagai cerita yang sekarang menjadi topik penelitian dan pengkajian Ilmu Pengetahuan.

B. ALKITAB

B.1. Penggunaan Istilah atau Kata.

Istilah atau kata ALKITAB berasal dari kosa kata Bahasa Arab : Al (itu) dan Kitab (tulisan). Jadi Al-Kitab berarti KITAB ITU (secara hurufiah) Al-Kitab adalah kumpulan tulisan-tulisan yang diakui kesuciannya oleh para pemeluk Agama Israel dan Agama Kristen.

B.2. Penjelasan tentang Alkitab.

Sepanjang perjalanan sejarah kekristenan, kita akan menjumpai 2 (dua) pandangan kristen tentang Alkitab :

a. Alkitab adalah sama dengan Firman Allah. Pandangan ini dianut berdasarkan pemahaman, bahwa seluruh isi dari tulisan-tulisan, kata, kalimat, bahasa, tanda-tanda baca yang ada di dalam Alkitab diturunkan langsung --- diilhamkan --- oleh Allah.

      Kelemahan pandangan a.

    Jika kita berpendapat : Alkitab adalah sama dengan Firman Allah, maka kita akan mengalami kesulitan untuk menjawab berbagai pertanyaan :

a.1. Apakah ucapan ular kepada Eva (Kej. 3 : 1 – 8; juga ucapan Iblis kepada TUHAN dalam Kitab Ayub 1 : 6 – 12) adalah sama dengan Firman Allah ?

a.2. Apakah nama-nama kota, desa, sungai, gunung, lembah, danau-danau, dan lain-lain yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan nama kota dan desa di dalam Kerajaan Allah ? Bukankah nama tempat-tempat itu terdapat di dalam peta bumi ?

a.3. Apakah ucapan orang-orang yang berbicara dan dituliskan dalam Alkitab adalah sama dengan Firman Allah ?

b. Alkitab mengandung Firman Allah. Pandangan ini mengatakan, bahwa tidak semua ucapan-ucapan yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan Firman Allah.

C. ALKITAB MENURUT PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010

Pemahaman Iman GPIB 2010 merupakan Hasil Ketetapan Persidangan Sinode (PS) GPIB tahun 2010 di Jakarta. Pemahaman Iman 2010 mengandung Tujuh Pokok Petunjuk yang bertujuan mengarahkan langkah-langkah kehidupan warga GPIB untuk menjalankan kehidupan pribadi serta menjalankan pekerjaan GPIB di tengah masyarakat Indonesia. Ketujuh pokok itu adalah :

1.   KESELAMATAN.
2.   GEREJA.              
3.   MANUSIA.
4.   ALAM SUMBER DAYA.
5.   NEGARA DAN BANGSA.
6.   MASA DEPAN, dan
7.   FIRMAN ALLAH.

D. SEJARAH ALKITAB

1.  Mengapa GPIB mengubah istilah ALKITAB menjadi FIRMAN ALLAH ?

GPIB tidak menyebutkan ALKITAB di dalam ketujuh pokok Pemahaman Imannya, tetapi menggunakan FIRMAN ALLAH. Penyebutan itu merupakan hasil pergumulan teologis yang panjang, sejak GPIB dimandirikan Minggu, 31 Oktober 1948 sampai dengan ditetapkannya PEMAHAMAN IMAN 1968, yang kemudian disempurnakan menjadi PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010.

Dalam Buku PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010 yang diterbitkan oleh Majelis Sinode (MS) GPIB dinyatakanlah pandangan Gereja mengenal Alkitab, tertulis : “Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH.” Pernyataan tersebut bertujuan menjelaskan pemahaman Gereja, bahwa seluruh tulisan yang dibuat dengan menggunakan bentuk sastera (puisi, prosa, pprosa lirik) menceritakan INTI BERITA tentang ALLAH YANG BERFIRMAN dan BERKARYA.” (halaman 182).

2.  Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH

Pernyataan tersebut perlu diuraikan secara jelas, agar kita memiliki kesatuan pemahaman tentang Alkitab menurut Pemahaman Iman GPIB 2010, sebagai berikut :

2.a. Penggunaan istilah Kitab Suci dalam Perjanjian Baru.

    Kata ini dipakai untuk menunjukkan pembedaan dengan Kitab-Kitab Suci dari Agama-Agama non-kristen. Pada mulanya Kitab Suci yang disebutkan di dalam Perjanjian Baru menunjuk pada tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama (bd. Mat. 26:54; 22:37; Luk. 24:32; Yoh. 5:39; 20:9; Rom. 1;2; 11:2; I Kor. 15:3; I Tim. 4:13; II Pet. 1:20, dll), oleh karena sejak masa kerja Tuhan Yesus, Jemaat-Jemaat Kristen belum memiliki tulisan-tulisan suci (Perjanjian Baru).

Kitab Suci (Perjanjian Lama) disebut Ta-Na-Ch (terdiri dari Kitab Taurat Musa, Nubuat para Nabi dan Tulisan-tulisan lainnya) Inilah Kitab Suci Agama Israel. Yang ditetapkan (dikanonkan) dalam Sidang Rabi-Rabi Yahudi pada Abad I sb. Masehi di Kota Yamnia. Kitab Suci inilah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada masyarakat Israel pada masa kerjaNya. Dengan demikian sekarang kita mengetahui, bahwa penggunaan istilah Kitab Suci oleh para penulis Perjanjian Baru ditujukan pada tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

2.b. Kapankah muncul Tulisan – Tulisan Perjanjian Baru

Di atas (butir 2a) telah dikemukakan, bahwa sejak masa kerja Tuhan Yesus sampai tahun 50-an, orang-orang Kristen belum memiliki tulisan-tulisan suci sebagai dasar pengajaran kristen. Akan tetapi semua ucapan Tuhan Yesus dihapalkan para murid dan pengikutNya. Mereka bercerita dan mengajarkan ucapan Tuhan itu kepada anak-anak. Namun, orang-orang kristen mulai menyadari, bahwa cerita dan ajaran itu akan mengalami perubahan terus menerus, sehingga keaslian semakin berkurang nilainya. Oleh karena itu, beberapa di antara mereka mulai menuliskan cerita (narasi) tersebut, misalnya : Markus, penulis Injil. Ia menuliskan Injilnya sekitar tahun 60-an. Markus adalah Injil Pertama yang beredar di kalangan Jemaat-Jemaat Kristen Abad I. Sementara tulisan kristen pertama yang dibaca Jemaat-Jemaat Kristen non-israeli dalam Abad I adalah Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika. Surat itu dituliskan sekitar tahun 50 – 51 ses. Masehi. Sesudah kedua tulisan itu dipublikasikan, mulailah bermunculan tulisan-tulisan Kristen lainnya.

2.c.  Tujuan Penulisan Perjanjian Baru

Di samping tujuan utama penuslian Perjanjian Baru untuk mengabadikan ucapan-ucapan Tuhan Yesus, para penulis kristen juga mempunyai tujuan lain, yakni :

1) NASIHAT (amnese) UNTUK MELAKUKAN UCAPAN KRISTUS.

Sejak orang-orang non-israeli berpindah keyakinan iman, mereka bergabung menjadi satu persekutuan bersama orang-orang kristen-israeli. Muncullah banyak kesulitan, karena perbedaan latarbelakang sosial – budaya – keagamaan. Perbedaan ini menjadi perdebatan sengit yang hampir-hampir memecah belah persekutuan jemaat. Oleh karena itu, para rasul dan pengajar serta penulis menuliskan ucapan-ucapan Tuhan Yesus untuk mendidik dan mengajar warga jemaat tentang tujuan hidup sebagai orang Kristen (saksi Kristus; bd. Nasihat Yakobus : “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin” -> 1:22-23).

2). PEMBERITAAN INJIL DAN PENGAJARAN AGAMA KRISTEN (didache)

Tujuan pengajaran kristen itu terbaca jelas dalam ucpan Tuhan Yesus kepada para murid dan pengikutNya : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).

bersambung ke BAHAGIAN KEDUA

MEDAN - 05 AGUSTUS 2012
PUKUL 02.20 WIB

PUTERA SANG FAJAR

CATATAN UNTUK SISWA KATEKISASI :

Bahan ini difotokopi dan dipelajari untuk Hari Sabtu, 11 Agustus dan Minggu, 12 Agustus 2012. Bahan dipelajari sebelum dibahas di dalam kelas katekisasi Sabtu maupun Minggu.