MATERI
KATEKISASI
PEMAHAMAN
IMAN GPIB 2010
TENTANG
FIRMAN ALLAH
ditulis
di
MEDAN
– SUMATERA UTARA
Hari
Sabtu, 04 Agustus 2012
oleh
PENDETA
ARIE A. R. IHALAUW
-----oooo00oooo-----
I
PENGANTAR
Setiap agama di dunia memiliki
tulisan-tulisan suci yang disebut ‘Kitab
Suci’. Masing-masing agama mengajarkan pandangan berbeda tentang ‘Kitab Suci’-nya. Pada hakekatnya,
semuanya mengakui, bahwa penulisan ‘Kitab
Suci’-nya diilhami Allah
(bd. II Tim. 3:16-17).
II
ALKITAB DAN FIRMAN ALLAH
A. PENDAHULUAN
Sepanjang
sejarah agama-agama di atas bumi, para penganutnya mengajarkan, bahwa ‘kitab
suci’ dan ‘firman Allah’ adalah sama dan satu. Pandangan ini mengalami
perubahan, dikarenakan perkembangan pengetahuan. Semakin banyak orang
mempelajari ‘kitab suci’, semakin banyak persoalan yang ditemukan di
dalamnya. Katakanlah contoh terkait perkembangan Ilmu Pengetahuan :
Dalam
Kitab Kejadian 1 : 3 tertulis : “Berfirmanlah Allah ‘Jadilah terang,’ Lalu terang
itu jadi.” Menurut
Ilmu Pengetahuan Alam, terang adalah ‘energi cahaya’ yang
bersumber pada sebuah benda : matahari (solar-system); padahal
Allah menciptakan matahari pada Hari Ke – 4. Hal itu ditulis oleh penulis Kitab
Kejadian : “Berfirmanlah
Allah: "Jadilah benda-benda
penerang pada cakrawala untuk
memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda
yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah
benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah
menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk
menguasai siang dan malam, dan untuk
memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
keempat.” (Kej.
1:14-19).
Permasalahan Kejadian 1 : 3 <-> Kejadian
1 : 14 - 19 :
Ilmu Pengetahuan Alam tidak
mengenal ‘terang’ sebagai objek penciptaan yang disebutkan Kejadian 1 :
3; akan tetapi meneliti dan mengkaji ‘benda-benda penerang’ menurut kesaksian
Kejadian 1 : 14 – 19. Pertanyaannya : “Apakah
‘terang’ yang dimaksudkan penulis
dalam Kejadian 1 : 3 ? Masalah ini perlu dibahas dalam proses belajar-mengajar katekisasi, supaya
peserta katekisasi memperoleh pengetahuan yang benar menurut pengajaran Gereja
berdasarkan kesaksian Alkitab.
Bahasan yang dikemukakan di atas
merupakan salah satu contoh saja. Akan tetapi jika menyimak Alkitab lebih
mendalam, maka kita menemukan berbagai cerita yang sekarang menjadi topik
penelitian dan pengkajian Ilmu Pengetahuan.
B. ALKITAB
B.1. Penggunaan Istilah atau Kata.
Istilah atau kata ALKITAB berasal dari kosa
kata Bahasa Arab : Al (itu) dan Kitab
(tulisan). Jadi Al-Kitab berarti KITAB ITU (secara hurufiah) Al-Kitab adalah kumpulan tulisan-tulisan yang diakui
kesuciannya oleh para pemeluk Agama Israel dan Agama Kristen.
B.2. Penjelasan tentang Alkitab.
Sepanjang
perjalanan sejarah kekristenan, kita akan menjumpai 2 (dua) pandangan kristen
tentang Alkitab :
a. Alkitab
adalah
sama dengan Firman Allah. Pandangan ini dianut berdasarkan pemahaman,
bahwa seluruh isi dari tulisan-tulisan, kata, kalimat, bahasa, tanda-tanda baca
yang ada di dalam Alkitab diturunkan langsung --- diilhamkan
--- oleh Allah.
Kelemahan pandangan a.
Jika
kita berpendapat : Alkitab adalah sama dengan Firman Allah,
maka kita akan mengalami kesulitan untuk menjawab berbagai pertanyaan :
a.1. Apakah
ucapan ular kepada Eva (Kej. 3 : 1 – 8; juga ucapan Iblis kepada TUHAN dalam
Kitab Ayub 1 : 6 – 12) adalah sama dengan Firman Allah ?
a.2. Apakah
nama-nama kota, desa, sungai, gunung, lembah, danau-danau, dan lain-lain
yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan nama kota dan
desa di dalam Kerajaan Allah ? Bukankah nama tempat-tempat itu terdapat di
dalam peta bumi ?
a.3. Apakah
ucapan orang-orang yang berbicara dan dituliskan dalam Alkitab adalah
sama dengan Firman Allah ?
b. Alkitab
mengandung
Firman Allah. Pandangan ini mengatakan, bahwa tidak semua ucapan-ucapan
yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan Firman Allah.
C. ALKITAB MENURUT PEMAHAMAN
IMAN GPIB 2010
Pemahaman
Iman GPIB 2010 merupakan Hasil Ketetapan
Persidangan Sinode (PS) GPIB tahun 2010 di Jakarta. Pemahaman Iman 2010
mengandung Tujuh Pokok Petunjuk yang bertujuan mengarahkan langkah-langkah
kehidupan warga GPIB untuk menjalankan kehidupan pribadi serta menjalankan
pekerjaan GPIB di tengah masyarakat Indonesia. Ketujuh pokok itu adalah
:
1. KESELAMATAN.
2. GEREJA.
3. MANUSIA.
4. ALAM
SUMBER DAYA.
5. NEGARA
DAN BANGSA.
6. MASA
DEPAN, dan
7. FIRMAN ALLAH.
D. SEJARAH ALKITAB
1. Mengapa GPIB mengubah istilah ALKITAB menjadi
FIRMAN ALLAH ?
GPIB tidak menyebutkan ALKITAB di dalam
ketujuh pokok Pemahaman Imannya, tetapi menggunakan FIRMAN ALLAH. Penyebutan
itu merupakan hasil pergumulan teologis yang panjang, sejak GPIB dimandirikan
Minggu, 31 Oktober 1948 sampai dengan ditetapkannya PEMAHAMAN IMAN 1968, yang
kemudian disempurnakan menjadi PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010.
Dalam Buku
PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010 yang diterbitkan oleh Majelis Sinode (MS) GPIB
dinyatakanlah pandangan Gereja mengenal Alkitab, tertulis : “Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH.”
Pernyataan tersebut bertujuan menjelaskan pemahaman Gereja, bahwa seluruh
tulisan yang dibuat dengan menggunakan bentuk sastera (puisi, prosa, pprosa
lirik) menceritakan INTI
BERITA tentang ALLAH
YANG BERFIRMAN dan BERKARYA.” (halaman 182).
2. Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH
Pernyataan tersebut perlu diuraikan secara
jelas, agar kita memiliki kesatuan pemahaman tentang Alkitab menurut Pemahaman
Iman GPIB 2010, sebagai berikut :
2.a. Penggunaan istilah Kitab Suci dalam Perjanjian Baru.
Kata
ini dipakai untuk menunjukkan pembedaan dengan Kitab-Kitab Suci dari
Agama-Agama non-kristen. Pada mulanya Kitab Suci yang disebutkan di dalam
Perjanjian Baru menunjuk pada tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat Perjanjian
Lama (bd. Mat. 26:54; 22:37; Luk.
24:32; Yoh. 5:39; 20:9; Rom. 1;2; 11:2; I Kor. 15:3; I Tim. 4:13; II Pet. 1:20,
dll), oleh karena sejak masa kerja Tuhan Yesus, Jemaat-Jemaat Kristen belum
memiliki tulisan-tulisan suci (Perjanjian Baru).
Kitab Suci (Perjanjian Lama) disebut Ta-Na-Ch
(terdiri dari Kitab Taurat Musa, Nubuat para Nabi dan Tulisan-tulisan lainnya)
Inilah Kitab Suci Agama Israel. Yang ditetapkan (dikanonkan) dalam
Sidang Rabi-Rabi Yahudi pada Abad I sb. Masehi di Kota Yamnia. Kitab
Suci inilah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada masyarakat Israel
pada masa kerjaNya. Dengan demikian sekarang kita mengetahui, bahwa penggunaan
istilah Kitab Suci oleh para penulis Perjanjian Baru ditujukan pada tulisan-tulisan
dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
2.b. Kapankah muncul Tulisan – Tulisan Perjanjian
Baru
Di atas (butir 2a) telah dikemukakan, bahwa sejak
masa kerja Tuhan Yesus sampai tahun 50-an, orang-orang Kristen belum
memiliki tulisan-tulisan suci sebagai dasar pengajaran kristen. Akan tetapi
semua ucapan Tuhan Yesus dihapalkan para murid dan pengikutNya. Mereka
bercerita dan mengajarkan ucapan Tuhan itu kepada anak-anak. Namun, orang-orang
kristen mulai menyadari, bahwa cerita dan ajaran itu akan mengalami perubahan
terus menerus, sehingga keaslian semakin berkurang nilainya. Oleh karena itu, beberapa
di antara mereka mulai menuliskan cerita (narasi) tersebut, misalnya : Markus,
penulis Injil. Ia menuliskan Injilnya sekitar tahun 60-an. Markus adalah Injil
Pertama yang beredar di kalangan Jemaat-Jemaat Kristen Abad I. Sementara
tulisan kristen pertama yang dibaca Jemaat-Jemaat Kristen non-israeli dalam
Abad I adalah Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika. Surat
itu dituliskan sekitar tahun 50 – 51 ses. Masehi. Sesudah kedua tulisan itu
dipublikasikan, mulailah bermunculan tulisan-tulisan Kristen lainnya.
2.c. Tujuan Penulisan Perjanjian Baru
Di samping tujuan utama penuslian Perjanjian
Baru untuk
mengabadikan ucapan-ucapan Tuhan Yesus, para penulis kristen juga
mempunyai tujuan lain, yakni :
1) NASIHAT (amnese) UNTUK MELAKUKAN UCAPAN
KRISTUS.
Sejak orang-orang non-israeli berpindah
keyakinan iman, mereka bergabung menjadi satu persekutuan bersama orang-orang
kristen-israeli. Muncullah banyak kesulitan, karena perbedaan latarbelakang
sosial – budaya – keagamaan. Perbedaan ini menjadi perdebatan sengit yang
hampir-hampir memecah belah persekutuan jemaat. Oleh karena itu, para rasul dan
pengajar serta penulis menuliskan ucapan-ucapan Tuhan Yesus untuk mendidik dan
mengajar warga jemaat tentang tujuan hidup sebagai orang Kristen (saksi
Kristus; bd. Nasihat Yakobus : “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja
dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati
mukanya yang sebenarnya di depan cermin” -> 1:22-23).
2). PEMBERITAAN INJIL DAN PENGAJARAN AGAMA KRISTEN (didache)
Tujuan
pengajaran kristen itu terbaca jelas dalam ucpan Tuhan Yesus kepada para murid
dan pengikutNya : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, Dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).
bersambung ke BAHAGIAN KEDUA
MEDAN - 05 AGUSTUS 2012
PUKUL 02.20 WIB
PUTERA SANG FAJAR
CATATAN UNTUK SISWA KATEKISASI :
Bahan ini difotokopi dan dipelajari untuk Hari Sabtu, 11 Agustus dan Minggu, 12 Agustus 2012. Bahan dipelajari sebelum dibahas di dalam kelas katekisasi Sabtu maupun Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar