Sabtu, 04 Agustus 2012

ALKITAB DAN FIRMAN ALLAH - Materi Katekisasi JEMAAT KASIH KARUNIA di MEDAN


MATERI KATEKISASI
PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010
TENTANG

FIRMAN ALLAH

ditulis di
MEDAN – SUMATERA UTARA
Hari Sabtu, 04 Agustus 2012

oleh

PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo00oooo-----

I
PENGANTAR

Setiap agama di dunia memiliki tulisan-tulisan suci yang disebut ‘Kitab Suci’. Masing-masing agama mengajarkan pandangan berbeda tentang ‘Kitab Suci’-nya. Pada hakekatnya, semuanya mengakui, bahwa penulisan ‘Kitab Suci’-nya diilhami Allah (bd. II Tim. 3:16-17).
 
II
ALKITAB DAN FIRMAN ALLAH

A. PENDAHULUAN

Sepanjang sejarah agama-agama di atas bumi, para penganutnya mengajarkan, bahwa kitab suci’ dan firman Allah’ adalah sama dan satu. Pandangan ini mengalami perubahan, dikarenakan perkembangan pengetahuan. Semakin banyak orang mempelajari ‘kitab suci’, semakin banyak persoalan yang ditemukan di dalamnya. Katakanlah contoh terkait perkembangan Ilmu Pengetahuan :

Dalam Kitab Kejadian 1 : 3 tertulis : “Berfirmanlah Allah  Jadilah terang,’ Lalu terang itu jadi.” Menurut Ilmu Pengetahuan Alam, terang adalah energi cahaya’ yang bersumber pada sebuah benda : matahari (solar-system); padahal Allah menciptakan matahari pada Hari Ke – 4. Hal itu ditulis oleh penulis Kitab Kejadian : “Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi." Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (Kej. 1:14-19).

Permasalahan Kejadian 1 : 3 <-> Kejadian 1 : 14 - 19 :

Ilmu Pengetahuan Alam tidak mengenal ‘terang’ sebagai objek penciptaan yang disebutkan Kejadian 1 : 3; akan tetapi meneliti dan mengkaji ‘benda-benda penerang’ menurut kesaksian Kejadian 1 : 14 – 19. Pertanyaannya : “Apakah ‘terang’ yang dimaksudkan penulis dalam Kejadian 1 : 3 ? Masalah ini perlu dibahas dalam proses belajar-mengajar katekisasi, supaya peserta katekisasi memperoleh pengetahuan yang benar menurut pengajaran Gereja berdasarkan kesaksian Alkitab.

Bahasan yang dikemukakan di atas merupakan salah satu contoh saja. Akan tetapi jika menyimak Alkitab lebih mendalam, maka kita menemukan berbagai cerita yang sekarang menjadi topik penelitian dan pengkajian Ilmu Pengetahuan.

B. ALKITAB

B.1. Penggunaan Istilah atau Kata.

Istilah atau kata ALKITAB berasal dari kosa kata Bahasa Arab : Al (itu) dan Kitab (tulisan). Jadi Al-Kitab berarti KITAB ITU (secara hurufiah) Al-Kitab adalah kumpulan tulisan-tulisan yang diakui kesuciannya oleh para pemeluk Agama Israel dan Agama Kristen.

B.2. Penjelasan tentang Alkitab.

Sepanjang perjalanan sejarah kekristenan, kita akan menjumpai 2 (dua) pandangan kristen tentang Alkitab :

a. Alkitab adalah sama dengan Firman Allah. Pandangan ini dianut berdasarkan pemahaman, bahwa seluruh isi dari tulisan-tulisan, kata, kalimat, bahasa, tanda-tanda baca yang ada di dalam Alkitab diturunkan langsung --- diilhamkan --- oleh Allah.

      Kelemahan pandangan a.

    Jika kita berpendapat : Alkitab adalah sama dengan Firman Allah, maka kita akan mengalami kesulitan untuk menjawab berbagai pertanyaan :

a.1. Apakah ucapan ular kepada Eva (Kej. 3 : 1 – 8; juga ucapan Iblis kepada TUHAN dalam Kitab Ayub 1 : 6 – 12) adalah sama dengan Firman Allah ?

a.2. Apakah nama-nama kota, desa, sungai, gunung, lembah, danau-danau, dan lain-lain yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan nama kota dan desa di dalam Kerajaan Allah ? Bukankah nama tempat-tempat itu terdapat di dalam peta bumi ?

a.3. Apakah ucapan orang-orang yang berbicara dan dituliskan dalam Alkitab adalah sama dengan Firman Allah ?

b. Alkitab mengandung Firman Allah. Pandangan ini mengatakan, bahwa tidak semua ucapan-ucapan yang tertulis di dalam Alkitab adalah sama dengan Firman Allah.

C. ALKITAB MENURUT PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010

Pemahaman Iman GPIB 2010 merupakan Hasil Ketetapan Persidangan Sinode (PS) GPIB tahun 2010 di Jakarta. Pemahaman Iman 2010 mengandung Tujuh Pokok Petunjuk yang bertujuan mengarahkan langkah-langkah kehidupan warga GPIB untuk menjalankan kehidupan pribadi serta menjalankan pekerjaan GPIB di tengah masyarakat Indonesia. Ketujuh pokok itu adalah :

1.   KESELAMATAN.
2.   GEREJA.              
3.   MANUSIA.
4.   ALAM SUMBER DAYA.
5.   NEGARA DAN BANGSA.
6.   MASA DEPAN, dan
7.   FIRMAN ALLAH.

D. SEJARAH ALKITAB

1.  Mengapa GPIB mengubah istilah ALKITAB menjadi FIRMAN ALLAH ?

GPIB tidak menyebutkan ALKITAB di dalam ketujuh pokok Pemahaman Imannya, tetapi menggunakan FIRMAN ALLAH. Penyebutan itu merupakan hasil pergumulan teologis yang panjang, sejak GPIB dimandirikan Minggu, 31 Oktober 1948 sampai dengan ditetapkannya PEMAHAMAN IMAN 1968, yang kemudian disempurnakan menjadi PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010.

Dalam Buku PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010 yang diterbitkan oleh Majelis Sinode (MS) GPIB dinyatakanlah pandangan Gereja mengenal Alkitab, tertulis : “Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH.” Pernyataan tersebut bertujuan menjelaskan pemahaman Gereja, bahwa seluruh tulisan yang dibuat dengan menggunakan bentuk sastera (puisi, prosa, pprosa lirik) menceritakan INTI BERITA tentang ALLAH YANG BERFIRMAN dan BERKARYA.” (halaman 182).

2.  Kitab Suci Kristen ber – INTI – kan FIRMAN ALLAH

Pernyataan tersebut perlu diuraikan secara jelas, agar kita memiliki kesatuan pemahaman tentang Alkitab menurut Pemahaman Iman GPIB 2010, sebagai berikut :

2.a. Penggunaan istilah Kitab Suci dalam Perjanjian Baru.

    Kata ini dipakai untuk menunjukkan pembedaan dengan Kitab-Kitab Suci dari Agama-Agama non-kristen. Pada mulanya Kitab Suci yang disebutkan di dalam Perjanjian Baru menunjuk pada tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama (bd. Mat. 26:54; 22:37; Luk. 24:32; Yoh. 5:39; 20:9; Rom. 1;2; 11:2; I Kor. 15:3; I Tim. 4:13; II Pet. 1:20, dll), oleh karena sejak masa kerja Tuhan Yesus, Jemaat-Jemaat Kristen belum memiliki tulisan-tulisan suci (Perjanjian Baru).

Kitab Suci (Perjanjian Lama) disebut Ta-Na-Ch (terdiri dari Kitab Taurat Musa, Nubuat para Nabi dan Tulisan-tulisan lainnya) Inilah Kitab Suci Agama Israel. Yang ditetapkan (dikanonkan) dalam Sidang Rabi-Rabi Yahudi pada Abad I sb. Masehi di Kota Yamnia. Kitab Suci inilah yang diajarkan Tuhan Yesus kepada masyarakat Israel pada masa kerjaNya. Dengan demikian sekarang kita mengetahui, bahwa penggunaan istilah Kitab Suci oleh para penulis Perjanjian Baru ditujukan pada tulisan-tulisan dan nubuat-nubuat Perjanjian Lama.

2.b. Kapankah muncul Tulisan – Tulisan Perjanjian Baru

Di atas (butir 2a) telah dikemukakan, bahwa sejak masa kerja Tuhan Yesus sampai tahun 50-an, orang-orang Kristen belum memiliki tulisan-tulisan suci sebagai dasar pengajaran kristen. Akan tetapi semua ucapan Tuhan Yesus dihapalkan para murid dan pengikutNya. Mereka bercerita dan mengajarkan ucapan Tuhan itu kepada anak-anak. Namun, orang-orang kristen mulai menyadari, bahwa cerita dan ajaran itu akan mengalami perubahan terus menerus, sehingga keaslian semakin berkurang nilainya. Oleh karena itu, beberapa di antara mereka mulai menuliskan cerita (narasi) tersebut, misalnya : Markus, penulis Injil. Ia menuliskan Injilnya sekitar tahun 60-an. Markus adalah Injil Pertama yang beredar di kalangan Jemaat-Jemaat Kristen Abad I. Sementara tulisan kristen pertama yang dibaca Jemaat-Jemaat Kristen non-israeli dalam Abad I adalah Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika. Surat itu dituliskan sekitar tahun 50 – 51 ses. Masehi. Sesudah kedua tulisan itu dipublikasikan, mulailah bermunculan tulisan-tulisan Kristen lainnya.

2.c.  Tujuan Penulisan Perjanjian Baru

Di samping tujuan utama penuslian Perjanjian Baru untuk mengabadikan ucapan-ucapan Tuhan Yesus, para penulis kristen juga mempunyai tujuan lain, yakni :

1) NASIHAT (amnese) UNTUK MELAKUKAN UCAPAN KRISTUS.

Sejak orang-orang non-israeli berpindah keyakinan iman, mereka bergabung menjadi satu persekutuan bersama orang-orang kristen-israeli. Muncullah banyak kesulitan, karena perbedaan latarbelakang sosial – budaya – keagamaan. Perbedaan ini menjadi perdebatan sengit yang hampir-hampir memecah belah persekutuan jemaat. Oleh karena itu, para rasul dan pengajar serta penulis menuliskan ucapan-ucapan Tuhan Yesus untuk mendidik dan mengajar warga jemaat tentang tujuan hidup sebagai orang Kristen (saksi Kristus; bd. Nasihat Yakobus : “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin” -> 1:22-23).

2). PEMBERITAAN INJIL DAN PENGAJARAN AGAMA KRISTEN (didache)

Tujuan pengajaran kristen itu terbaca jelas dalam ucpan Tuhan Yesus kepada para murid dan pengikutNya : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).

bersambung ke BAHAGIAN KEDUA

MEDAN - 05 AGUSTUS 2012
PUKUL 02.20 WIB

PUTERA SANG FAJAR

CATATAN UNTUK SISWA KATEKISASI :

Bahan ini difotokopi dan dipelajari untuk Hari Sabtu, 11 Agustus dan Minggu, 12 Agustus 2012. Bahan dipelajari sebelum dibahas di dalam kelas katekisasi Sabtu maupun Minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar