Senin, 22 Agustus 2011

PERSAINGAN KELOMPOK DI DALAM JEMAAT


Pengajaran Ke – 9

GEREJA
PERSAINGAN ANTAR KELOMPOK
DI DALAMNYA

Sebuah pengkajian (analisa) dan pengujian (evaluasi) terhadap gagasan berpikir yang berkembang dalam Gereja, sejak saya menjadi Vicaris dan Pendeta GPIB mulai dari tahun 1982 sampai sekarang ini

BACAAN ALKITAB
SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI PILIPI

Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil, tetapi yang lain karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara. Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita.”
(1 : 15 – 18)

OLEH
PDT. ARIE A. R. IHALAUW

1.      PENDAHULUAN

Ada 2 (dua) ilustrasi Alkitab yang dipakai untuk menggambarkan persekutuan orang percaya, yang disebut  Gereja, yakni : TUBUH KRISTUS dan KELUARGA ALLAH. Di antara keduanya orang kristen cenderung menggunakan ilustrasi TUBUH KRISTUS ketimbang KELUARGA ALLAH. Melalui banyak diskusi dalam Pembinaan Warga Gereja (PWG) maupun Pembinaan Pejabat Gereja (PPG), saya mendapat kesan : TUBUH KRISTUS menjadi topik diskusi paling digemari, meskipun kurang dipahami oleh sebagian besar warga dan pejabat GPIB. Mereka cenderung membincangkannya terkait dengan “Yesus Kristus yang hidup”, bukan “Yesus Kristus yang diorganisasikan”.

2.   PERBEDAAN KONSEP

a). YESUS–KRISTUS–YANG–HIDUP.

Terminologi ini saya pakai untuk menyebutkan teologi yang bertumbuh di kalangan Warga Gereja (WG), jika kita mendiskusikan TUBUH KRISTUS. Sebahagian besar WG yang menjadi Presbiter memakai gambaran tersebut untuk menunjuk pada karya Kristus-Yesus semasa hidup-Nya. Landasan alkitabiah yang dipakai : “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1 Kor. 11:26). Dengan kata lain, Warga dan Pejabat Gereja (non-teologi) mendiskusikan tugas Gereja untuk memberitakan Kristus yang tersalib.

b).  YESUS–KRISTUS–YANG–DIORGANISASIKAN.

      Pada sisi lain, teolog Gereja (Pendeta) memakai istilah TUBUH KRISTUS ini terkait Pembangunan Jemaat (Perupaan TUBUH KRISTUS ke dalam bentuk Fungsi-Sistem Organisasi Gereja). Namun demikian, di antara Teolog Gerejapun masih muncul kekurangpahaman tentang TUBUH KRISTUS sebagai Organisasi. Saya menemukan beberapa kelompok dalam Gereja yang kelihatannya tidak berbeda pemahaman, tetapi jika kita sungguh-sungguh menguraikannya akan ditemukan tajamnya perbedaan :

·         KAUM KONSERVATIF. Ada sekelompok Pendeta yang memahaminya (TUBUH KRISTUS) sebagai “alat, sarana mati” yang tidak dapat berobah. Pandangan ini bersifat tradisional (konvensional). Artinya, mereka lebih menekankan “kesakralan” (pengkultusan) Gereja sebagai TUBUH KRISTUS, yang tidak dapat diubah. Sesunggunya, pandangan ini merupakan percampuran antara pemahaman teologi Warga Gereja dengan pemahaman para praktisi teolog (Pendeta). Teolog (Pendeta) seperti ini akan menderita penyakit alergi, jika ajaran tentang Gereja dipertanyakan atau dipersoalkan serta bersifat reaksional terhadap pembaharuan yang terjadi dalam fungsi-sistem-organisasi Gereja selaku TUBUH KRISTUS. Mereka menerima dan melanjutkan TRADISI GEREJA tanpa kompromi. Acapkali kelompok ini melakukan pembelaan terhadap TRADISI GEREJA tanpa memikirkan perubahan dan perkembangan konteks misional yang sedang dihadapi Gereja. Kelompok ini cukup banyak dalam Gereja. Jika kita menyimak sejarah hidup Yesus, maka kita dapat mengelompokkan orang-orang ini ke dalam kelompok Ahli Taurat, orang Parisi dan orang Saduki.

·         KELOMPOK PROGRESIF – LIBERAL. Saya belum mendapat istilah yang tepat untuk menyebut kelompok ini. Berseberangan dengan KAUM KONSERVATIF ada pula yang PROGRESIF. Kelompok ini memperhatikan perubahan dan perkembangan konteks sosial budaya yang dihadapi Gereja, ketika menjalankan pekerjaan-pekerjaan Kristus.  Mereka meneliti (to research), mengkaji (to analyze), menguji (to evaluate) dan mengkritisi (to criticize) segala bentuk pekerjaan yang dihasil Gereja sepanjang melaksanakan pekerjaan Kristus. Kadang-kadang mereka mengambil posisi berhadap-hadapan, karena kurang mengetahui dan memahami pergumulan Gereja. Kelompok ini sangat sedikit dalam Gereja.

·         KELOMPOK OPORTUNIS. Kelompok ini bersikap “penting aman (pa-man)” atau “cari-selamat (ca-mat)”. Mereka bersikap “wait and see”, sejauh kepentingan dan kebutuhannya tidak terganggu dan diganggu. Merekapun memiliki gagasan teologi, tetapi hal itu dilakukannya untuk kepentingan sendiri demu memuaskan kebutuhan dan menjaga kedudukannya. Jika kepentingan / kebutuhannya terusik, maka mereka berteologi. Umumnya, kadang-kadang mereka hadir di tengah sebuah gerakan, jikalau menguntungkan diri sendiri. Keberadaan kelompok ini paling banyak pengikutnya di dalam Gereja. Jika kita menyimak sejarah hidup Yesus, maka kita dapat mengelompokkan orang-orang ini ke dalam kelompok Pilatus dan Herodes.  

·         KELOMPOK SURVIVAL. Mereka bukan bersifat / bersikap konservatif, bukan oportunis, bukan pula progresif – liberal. Saya suka menyebut kelompok survival ini dengan istilah orang-orang setia. Di dalam tradisi Alkitab Perjanjian Lama, kelompok ini berdiam di dalam masyarakat . Mereka mempelajari tradisi-tradisi suci, serta melakukan reinterpretasi (menafsirkan ulang) dan reformulasi (merumuskan kembali) tradisi-tradisi suci itu ke dalam konteks sosial budaya yang sedang berkembang. Mereka membantu umat untuk memahami panggilan dan pengutusan Allah sesuai tradisi-tradisi leluhur, sehingga umat dapat mengerti --- menghayati --- dan mengerjakan suruhan Allah dalam konteks bermasyarakat. Kelompok orang-orang setia ini sangat memegang prinsip-prinsip tradisi suci. Mereka tidak memaksakan gagasan-gagasannya, tetapi iklas berbagi. Orang-orang setia ini selalu ada dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan umat. Berperan sebagai nabi yang menyuarakan firman, ketika pemimpin dan umat sedang tidak melaksanakan kehendak Allah. Mereka tidak tertarik oleh hal-hal duniawi, lebih cenderung menjadi sumber inspirasi dari sebuah gerakan perubahan dan pmbaharuan. Keberadaan kelompok ini sedikit jumlahnya di dalam Gereja.

GEREJA DAN KELOMPOK-KELOMPOK DI DALAMNYA.

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Gereja sejak Yesus-Kristus dimuliakan dan  Rohkudus dikaruniakan ke atas orang-orang percaya (Pentakosta) penuh dengan gerakan-gerakan perubahan dan pembaharuan yang didorong oleh pengembangan gagasan-gagasan teologi. Simaklah bagaimana sikap Paulus terhadap Apolos yang menginjil di Korintus. Apolos adalah seorang lulusan teologi Alexandria, sedangkan Paulus adalah mantan murid Gamalien, Guru Besar aliran Parisi. Paulus bereaksi keras terhadap perkembangan Jemaat Korintus yang berlangsung karena kedatangan Apolos. Demi menjaga keutuhan dan kesatuan persekutuan Jemaat Korintus, Paulus menasihati Jemaat yang diinjilinya : Jadi, apakah Apolos ? Apakah Paulus ? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.(1 Kor. 3 : 5 – 8). Jadi demi menjaga keutuhan dan persekutuan itu, Paulus menetralisir perselisihan tentang keunggulan gagasan teologi di dalam Jemaat Korintus (bd. I Kor. 3:4 -> “Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”)

Keadaan itu terjadi kembali dalam sejarah Gereja Abad Pertengahan (Abad 15), ketika Gereja Roma Katolik menghukum Dr. Marthin Luther karena pandangan dan ajaran teologinya. Terjadilah Skisma II, setelah Skisma I antara Gereja Katolik Roma dan Gereja-Gereja Timur (Katolik – Ortodoks). Belajar dari pengalaman seperti itu, GPIB perlu memiliki pandangan dan sikap teologis yang tegas tapi lugas. Untuk maksud dan tujuan ini, GPIB perlu meningkatkan fungsi Pengajaran dan Penggembalaan.

1.   PENGAJARAN (Didache), artinya : menegaskan ajaran-ajaran Gereja seperti yang tertulis dalam PEMAHAMAN IMAN GPIB 2010, sebagai dasar rujukan bagi tujuan pemberdayaan teologi masing-masing kelompok.

2.   PENGGEMBALAAN (Pastoral), artinya : memberikan arahan dan bimbingan, jika seandainya telah terjadi penyimpangan (proses menyesatkan) dalam upaya berteologi.

Pandangan tersebut di atas dituliskan dengan maksud baik, agar setiap Warga dan Pejabat Gereja GPIB yang sedang melaksanakan pekerjaan pelayanan untuk membangun persekutuan yang sehat (the hospitality of the Church) menghormati dan menjunjung tinggi kehormatan dan kewibawaan Allah yang dianugerahkan kepada Gereja Tuhan di dalam GPIB.

SELAMAT MENYIMAK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar