Senin, 26 September 2011

KARENA KEPENTINGAN ORANG MENJADI PENGKHIANAT


RANCANGAN
PEMBERITAAN FIRMAN DALAM IBADAH KELUARGA
HARI RABU, 21 SEPTEMBER 2011

KARENA KEPENTINGAN
ORANG BERUBAH MENJADI PENGKHIANAT
II SEMUEL 4 : 1 - 12

disusun oleh
PENDETA ARIE  A  R  IHALAUW

PENDAHULUAN

1.      KONTEKS MASYARAKAT DAN GEREKA / JEMAAT.

1.a. PENGKHIANATAN DALAM MASYARAKAT.

Pengkhianatan merupakan perbuatan yang memperlihatkan kepentingan dan kebutuhan pelakunya. Cermati saja hubungan antara dua orang sahabat, ketika akan merebut perhatian dan cinta seorang gadis. Masing-masing akan memakai berbagai taktik-strategi untuk saling mengalahkan. Jika taktik-strategi tidak lagi membuahkan keberuntungan, maka akhirnya ditempuhlah cara terakhir : berkhianat, saling menjelekkan, dan ‘cari muka’ pada gadis gebetan. Hal yang sama dapat disaksikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbisnis, bekerja, bergaul dan lain-lain sejenisnya. Pengkhianatan ini dapat disimak dalam berbagai cerita kepahlawanan dalam perang, seperti kisah Pahlawan Hasanuddin dari Gowa dan Pangeran Arupalaka pada zaman penjajahan di Sulawesi Selatan.

1.b.`PENGKHIANATAN MULAI SEJAK YESUS SAMPAI GEREJA / JEMAAT MASA KINI.

Sejarah kekristenan merekam berbagai cerita pengkhianatan yang telah dimulai sejak masa kerja Yesus, orang Nazareth. Cerita tentang Yudas Iskariot (Mat. 26:47-56; Mrk. 14:43-50; Luk. 22:47-53; Yoh. 18:1-11) dan Simon Petrus (Mat. 26:69-75; Mrk. 14:66-72; Luk. 22:56-62; Yoh. 18:12-27) merupakan catatan awal dari karya pengkhianatan murid terhadap Guru (Yoh. 13:13) dan Sahabat mereka (Yoh.15:14). Baik Yudas Iskariot maupun Simon Petrus mempunyai kepentingan sendiri yang mendorong mereka berkhianat melawan Yesus.

Kita juga dapat menyaksikan bagaimana pengkhianatan dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam Gereja pada tingkat Sinodal maupun Jemaat Lokal pda masa kini. Dan, jika menganalisa tindakan tersebut, maka kita akan menemukan alasan-alasan terkait kebutuhan dan kepentingan, sehingga seseorang maupun sekelompok orang melakukan pengkhianatan. Mungkin, kita bisa menggolongkan pemurtadan atau penyangkalan iman (berpindah agama) sebagai tindakan pengkhianatan.

1.c.  PENGKHIANATAN ANAK-ANAK RAJA SAUL.

        Jikalau secara cermat menyimak cerita ini, maka cerita pembunuhan Isbosyet, anak Yonatan (ay. 7 sama dengan Mefibosyet – ay. 4 ?), merupakan puncak kecenderungan hati (bd. Kej. 6:5) teman-teman dari anak-anak Saul, yakni : Baana dan Rekhab (ay. 2, 5).  Kedua orang itu : Baana dan Rekhab, so pasti, memikirkan kebaikan yang akan diperoleh, jika mereka berpihak kepada Daud. Jadi, akar persoalan dari pembunuhan Isbosyet (= Mefibosyet ?) adalah kecenderungan hati yang jahat.

2.      INTI PEMBERITAAN DALAM 1 SAMUEL 4

2.a. KECENDERUNGAN HATI MANUSIA

Meskipun tidak tertulis secara tersurat, bahwa Baana dan Rekhab memiliki kecenderungan hati yang jahat; akan tetapi kita dapat menyimpulkan demikian, karena informasi yang tertulis dalam ayat 2 tentang hubungan kedua orang itu dengan keluarga Saul : “Anak Saul mempunyai dua orang sebagai kepala gerombolan, yang satu bernama Baana dan yang kedua bernama Rekhab, keduanya anak Rimon, orang Benyamin dari Beerot”. Kesaksian ayat 2 ini menjelaskan, bahwa Baana dan Rekhab menerima kedudukan sebagai kepala gerombolan (mungkin sama dengan kepala preman), ketika Saul masih memerintah suku-suku Israel.

Kemungkinan kedua orang itu juga terlibat dalam upaya Saul untuk menghabisi nyawa Daud. Sebab itu, ketika Daud semakin bertambah kuat, mereka kuatir jangan-jangan dirinya akan dibunuh. Dengan demikian mereka merencanakan pembunuhan Isbosyet, lalu membawa kepalanya kepada Daud (ay. 8), dengan harapan, Daud akan bergembira melihat musuhnya dibunuh.

2.b.  KEJAHATAN YANG LAHIR DARI KECENDERUNGAN HATI DAN PIKIRAN MANUSIA

Pembunuhan Isbosyet itu merupakan pemikiran spekulatif dari Baana dan Rekhab. Sebab  mereka dihadapkan pada masalah dilematis : pertama, jika mereka tetap berpihak pada anak-anak Saul, maka keselamatan hidupnya akan terancam ketika Daud berkuasa atas Israel. Kedua, karena pemikiran demikian, Baana dan Rekhab berusaha mencari-muka pada Daud dengan membawa kepala Isybosyet. Harapan kedua orang itu Daud akan menjadi senang, lalu melupakan segala kejahatan mereka, ketika masih menjadi kepala gerombolan di masa Saul. Ketiga, jika hatinya senang, so pasti, Daud akan menghadiahkan kedudukan dalam pemerintahannya, sama seperti kedudukan yang diberikan oleh anak-anak Saul.

2.c.  SIKAP DAUD TERHADAP PENGKHIANATAN REKHAB DAN RIMON
Raja Daud bukanlah tipe pemimpin ABS (Asal Bapa Senang). Ia membenci pengkhianat. Ia menghukum Baana dan Rekhab karena kejahatan mereka.

BELAJAR DARI INTEGRITAS DAUD SEBAGAI PEMIMPIN

a. Daud tidak suka kepada pengkhianat.

Kita dapat menyimpukannya dari ucapannya secara tersirat (ay.9 – 12). Lebih baik bersahabat dengan musuh dari pada bergandengan tangan dengan pengkhianat. Musuh bisa menjadi teman sejati, jika perselisihan diatasi. Pengkhianat tidak dapat dipercaya setiap saat, sebab ia hanya memikirkan dan mendahulukan kepentingan / kebutuhannya. Ia dapat menjual teman yang telah menolongnya.

b.  Daud adalah Pemimpin yang tegas.

Ketegasan Daud bukan dikarenakan status / jabatannya selaku Raja, melainkan karena pengalaman iman dan pengenalan akan Allah. Katanya : Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan !” (ay. 9). Dalam pernyataannya Daud menegaskan, bahwa karena TUHAN membebaskan dirinya dari kesesakan, maka ia juga wajib memberlakukan kepada siapapun yang memusuhinya. Oleh karena itu, ia menilai pembunuhan Isbosyet yang dilakukan Baana dan Rekhab sebagai kejahatan yang tak dapat ditolerir.  Harus dihukum.

c.  Kesetiaan pada perjanjian persahabatan.
    
     Isbosyet adalah anak sahabatnya, Jonathan anak Saul. Daud dan Jonathan pernah mengikrarkan perjanjian persahabatan (1 Sam. 20 : 14 – 17) :
    
Jika aku masih hidup, bukankah engkau akan menunjukkan kepadaku kasih setia TUHAN ? Tetapi jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. Dan apabila TUHAN melenyapkan setiap orang dari musuh Daud dari muka bumi, janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, melainkan kiranya TUHAN menuntut balas dari pada musuh-musuh Daud. Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.

Oleh karena itu, ia membela mati-matian kehidupan dari keluarga sahabatnya.

3.      PERELEVANSIAN KE DALAM KONTEKS BERGEREJA DAN BERMASYARAKAT

3.a.  MANUSIA LAMA.

Dosa dan Pelanggaran yang tampak dalam perbuatan jahat itu lahir dari kecenderungan hati manusia (bd. Kej. 6:5). Begitu pula pengkhianatan itu bersumber dari pikiran dan hati yang mengutamakan kepentingan / kebutuhan diri dan kelompoknya. Jika hal ini ada di dalam kehidupan warga jemaat, maka Gereja / Jemaat akan mengalami berbagai masalah.  

3.b.  MANUSIA BARU

        Oleh karena itu, setiap orang kristen / warga jemaat wajib menyerahkan diri kepada Allah, agar Roh-Nya membaharui pikiran dan hati (Eps. 4:22-23; Yeh. 36:25-27) terus menerus (Kol. 3:10), sehingga mampu melakukan kehendak Allah.

3.7.  HUBUNGAN PERSAHABATAN / KEKELUARGAAN
       
Janji (sumpah) persahabatan yang diucapkan Jonathan kepada Daud : “ jika aku sudah mati, janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. … janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud, ... Dan Yonatan menyuruh Daud sekali lagi bersumpah demi kasihnya kepadanya, sebab ia mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.” (1 Sam. 20 : 14 – 17). Hubungan persahabatan antara Daud dan Yohathan didasarkan atas ikatan perjanjian bersama. Di dalamnya kedua orang yang berbeda suku itu membangun hubungan kekeluargaan --- janganlah engkau memutuskan kasih setiamu terhadap keturunanku sampai selamanya. … janganlah nama Yonatan terhapus dari keturunan Daud ---; hal itu berarti  Daud dan Jonathan meniadakan perbedaan kesukuan untuk membangun sebuah keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar