Jumat, 08 Januari 2016

PERSEPULUHAN DAN MISI GPIB ditulis oleh Arie A. R. Ihalauw

GPIB SABAGAI KELUARGA ALLAH
YANG MENJALANKAN MISI KRISTUS YESUS

PERSEPULUHAN DAN MISI GPIB

ditulis oleh

Arie A. R. Ihalauw

PENGANTAR

Pertama-tama tulisan ini tidak bertujuan untuk mengkritisi pelaksanaan TAP PS 2010 terkait Pembangunan Ekonomi Gereja (PEG) mmenyangkut PERSEPULUHAN. Tulisan ini senga-ja diposting menjadi wacana diskusi di kalangan warga GPIIB dalam Jemaat – Jemaat Lokal untuk memahami upaya pembangunan ekonomi Gereja secara sinodal dalam Jemaat di tingkat lokal sehubungan dengan pelaksanaan misi GPIB.

Setelah kurang lebih 5 (lima) tahun keputusan gerejawi terkait prsepuluhan dilaksanakan, kita perlu melakukan evaluasi dan analisa kritis terhadap persoalan-persoalan yang berkkembang seiring dengan praktik persepuluhan warrga jemaat ke Jemaat Lokal, kemudian Jemaat Lokal ke Majelis Sinode. Marilah kita menyoroti dengan bijak catatan-catatan di bawah ini :

A.   PENYIMPANGAN DAN AKIBATNYA

1.   KESEPAKATAN BERSAMA

Dalam PS XIX tahun 2010 telah disepakati, bahwa persembahan persepuluhan tiap bulan disetor Majelis Jemaat kepada Majelis Sinode sejumlah 10% dari penerimaan kotor setiap bulan berjalan; dan, kompensasinya adalah : Majelis Jemaat tidak menye-tor lagi dana, seperti : kolekte khusus Ibadah HUT Pel-Kat, kolekte khusus Ibadah HUT GPIB, dana penunjang gaji sinodal (DPGP2), dll.

Realisasinya, Majelis Sinode telah menyimpang dan tidak konsisten melaksanakan kesepakatan bersama. Akibatnya, Majelis Jemaatpun akan bersikap inkonsistensi terhadap kesepakatan sinodal.

2.   LAPORAN KEUANGAN TRIWULAN & TAHUNAN

Kericuhan dalam PS / PST GPIB terkait Laporan MS bidang Pembangunan Ekonomi Gereja (PEG) sering terjadi, dikarenakan kurangnya informasi dan bukti-bukti akuntasi yang akurat sehubungan penatalayanan perbendaharaan Gereja (Keadaan yang samma pula dapat disaksikan dalam tiap SMJ).

Biasanya, jika pertanyaan-pertanyaan seputar informasi / laporan PEG dalam PS/PST, maka Ketua IV atau Bendahara akan berkilah, bahwa “TATA GEREJA GPIB TIDAK MENGATUR PELAPORAN KEUANGAN TRI WULAN KEPADA JEMAAT-JEMAAT” Ucapan seperti ini menimbulkan persoalan yang ujun-ujungnya merugikan GPIB, secara khusus Majelis Sinode. So pasti, utusan jemaat yang mengikuti PS/PST akan melaporkan hasilnya, lalu SMJ memutuskan untuk mengurangi atau tidak memenuhi kewajibannya kepada MS GPIB.

Memangg benar, Tata Gereja GPIB tiak merumuskan, MS GPIB wajib mengirimkan Laporan Keuangan Triwulan kepada Jemaat-Jemaat, sebab pertanggungjawaban MS disampaikan ke PS/PST; akan tetapi apa salahnya juga jika MS menyampaikan “informasi” (bukan Laporan Pertanggungjawaban) kepada Jemaat-Jemaat ? Bukankah kebiasaan yang pernah dilakukan sepanjang periode MS-GPIB I => MS-GPIB XIV merupakan sebuah kewajiban etis organisasi yang menguntungkan semua pihak ? Artinya, melalui “informas triwulan” setiap Jemaat Lokal mengingat akan kewajiban organisasi untuk mensuport pekerjaan sinodal, sekaligus Majelis Jemaat mengetahui kekurangan dana sinodal yang dibutuhkan MS-GPIB. Dengan cara demikian kita dapat membangun pengertian bersama untuk mendukung seluruh keputusan yang dibuat dalam PS / PST.

Sikap arogan MS GPIB yang dibangun berdasarkan otoritas Tata Gereja, so pasti, akan berhadapan dengan sikap anarkis jemaat / jemaat-jemaat. Hal seperti ini akan merusak perjalanan misi Gereja secara menyeluruh. Diharapkan tidak terulang dalam kepemimpinan MS GPIB XX, khususnya Bidang PEG.

3.   MANIPULASI DATA KEUANGAN DI TINGKAT JEMAAT LOKAL

Dalam kasus ini, tiap Majelis Jemaat, cq. PHMJ, harus berbicara tuntas dan jujur. Acapkali PHMJ mengadakan  renstra (rencana strategi) yang membengkakkan penge-luaran jemaat, agar kuantum (jumlah) persepuluhan yang diwajibkan dalam sebulan berkurang, dan lain-lain. Malahan ada pula yang berbuat licik, misalnya : seharusnya persepuluhan sebulan Rp. 10.000.000,- lalu dibuat Rp. 7.006.575.- Kita boleh membohong MS-GPIB, tetapi TUHAN, Sang Pemilik Gereja, mengetahi segalanya. Ingatlah, pperbuatan curang seperti itu tidak kita lakukan kepada MS-GPIB melainkan kita telah menipu Allah Pemilik Gereja. Dengan cara demikian Majelis Jemaat telah menghalangi pertumbuhan miisi Gereja.

Ingatlah : Siapapun yang mengumpulkan harta dengan cara berbohong tidak akan pernah berkelimpahan; sebaliknya yang tangannya suka memberipun tidak akan berkekurangan, sebab Allah mengetahui hati, dan Dia memberkati mereka yang mempersembahkan persepuluhan dengan tulus hatinya.

Beberapa catatan-catatan di atas memperlihatkan, bahwa Majelis Sinode dan Majelis Jemaat saling menipu dan saling menjahati, karena mereka masing-masing mempunyai kepentingan. Hanya TUHANlah yang tahu segalanya !

B.   MISI GPIB DAN PERSEPULUHAN

Refleksi Teologis tentang MISI GEREJA

Jika kita membahas misi GPIB, maka pokok bahasan itu tertuju pada “gerakan hidup Jemaat-Jemaat yang berjalan bersama memberitakan Injil Kristus dan mengajarkan ajaran Gereja”. Itu berarti, misi itu dijalankan oleh Jemaat-Jemaat GPIB secara bersama serta dikordinasi MS-GPIB. GPIB itu adalah Keluarga Jemaat-Jemaat yang diadakan oleh perjanjian bersama. Ia (Keluarga Jemaat-Jemaat) itu merupakan satu persekutuan hidup (the living community of God) di dalam dan bersama Allah.Ia diadakan Allah uutuk melaksanakan tujuan :

·   Aku ini TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.” (Yes. 42:6)

a)  Tujuan Allah memanggil ( = membentuk, mencitakan, menjadiikan) umatNya, agar mereka menyelamatkan ciptaanNya.

b) Penulis-penulis Alkitab selalu menggunakan ssimbol untuk memeteraikan makna khusus terhubung keselamatan, seperti : sunat, pelangi, dll. Dalam ayat ini penulis mengaitkan umat Allah kepada ‘perjanjian’. Perjanjian, menurut makna juriis formal, merupakan pernyataan hukum yang mengikat kedua pihak yang berserikat / bersekutu. Dalam kasus Israel selaku umat Allah (umat perjanjian), mereka bukanlah pihak yang berjanji. Mereka hanyalah “peserta /  partisipan” belaka. Sebab perjanjian tidak dibuat Israel, melainkan Allah berjanji dalam diriNya sendiri untuk menjadikan Israel sebagai umat / anak-anakNya (bandigkan kasus ini dengan pemahaman teologi Hosea tentang perjanjian Allah, di mana Dia bertindak selaku suami => Hos. 2). Dengan kata lain, penulis Alkitab hendak menegaskan, bahwa status hukum yang diterima Israel, bukan karena perbuatan baiknya, melainkan semata-mata karena janji Allah saja.

Umat ciptaanNya adalah ‘umat perjanjian’; artinya, melalui kehadiran umatNya Allah membuat dan mengerjakan perjanjian keselamatan bagi seluruh ciptaan. Umat itu adalah meterai keselamatan yang dikaruniakan Allah ke dalam kehidupan ciptaan.

c)  Menjadi terang” Terminologi ini menunjuk pada pengutusan (tugas) Israel selaku umat perjanjian. Kata kerja “menjadi” menjelaskan, bahwa seluruh aktifitas kehidupan pribadi, keluarga, maupun persekutuan iman wajib menghadirkan terang yang mematikan kegelapan.. Umat perjanjian wajib mengerjakan kebaikan, supaya bangsa bangsa yang hidup dalam sengsara maut melihat jalan dan dapat diselamatkan.

·     Ia (Yesus) berkata kepada mereka : “Pergilah ke seluruh dunia, bertakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk. 16:15)

a)  Injil adalah berita sukacita, bahwa Allah telah bekerja membebaskan seluruh ciptaan dari pemusnahan. Ia memulihkan kondisi yang memungkinkan semua makhluk dapat menikmati kehidupan. Karya itu telah direalisasikan Yesus selama hidup di bumi.

b)  Yesus itulah yang memanggil dan mengutus para pengikutNya baik secara pribadi maupun kolektif untuk melanjutkan penyelamatan, pembebbasan dan pemulihan kehidupan.

c)  Injil yang diberitakan, menurut penulis kitab Markus, adalah anugerah Allah kepada ciptaan, bukan hanya manusia. Oleh karena itu, pesan Yesus mngingatkan kita akan penugasan Allah, ketika Ia menempatkan manusia di dalam Taman Eden. “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan (to cultivate) dan memelihara (to conserve) taman itu” (Kej. 2:15).

Manusia yang diselamatkan Allah adalah pelaku keselamatan, sejak Allah menemppatkan dan menugaskannya dalam lingkungan hidup (ekosistem, oikomenos) sampai langit dan bumi ditiadakan. Tugas itu harus dijalankan terus menerus. Ketika Yesus memesankan hal itu kepada pengikutNya, Dia bermaksud agar kita mengembangkan konsep pembangunan bernuansakan “taman Eden”, alias : membangun langit baru dan bumi yang baru sejalan konsep tentang Eden : love, peace for integrity (cinta-kasih, perdamaian demi keutuhan ciptaan) .... sebuah langit baru dan bumi baru yang dibangun di atas landasan cinta-kasih dan perdamaian untuk mencapai keutuhan ciptaan ... ciptaan baru di dalam Kristus.  Di sinilah kita dapat menghayati panggilan kristen untuk tujuan penyelamatan alam.

·   Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan babptiskanlah mereka dalam nama Bapa,, dan Anak dan Rohhkudus, dan ajarlah mereka segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.... Aku menyertai kamu senantiasa...” (Mat. 28:19-20)

a)   “Pergilah”. Kata perintah ini tidak mengandung paksaan, melainka himbauan Yesus kkepada murid-murid dan para pengikutNya. Pemahamannya demikian, jika orang-orang percaya yang telah menerima anugerah keselamatan itu tidak bergerak, tidak merencanakan strategi untuk menggandakan anugerah itu, sudahh barangtentu orang lain tidak memperoleh keselamatan (bd. Rom. 10:11-15; I Tim. 2:2). Pergi tanpa paksan, tetapi terdorog rasa syukur atas keselamatan yang diberikan Allah.

b)  “Jadikanlah semua bangsa muridKu.” Kalimat ini perlu dipahami dari2 (dua) sudut pandang. Pertama, Yesus tidak bertujuan menjadikan orang-orang yang mendengarkan InjilNya menjadi kristen (proses kristeninasi gaya barat). Dia ingin mengubah sikap mental dan pola pikir (melalui pemberitaaan dan pengaaran), agar perilaku sosial si pendengar berubah dan dibebaskkan dari penderitaan. Sekurang—kurangnya pendengaran akan Injil Kristus membentuk ulang sikap mental dan menyusun kembali pola pikir berasaskan cinta-kasih, perdamaian. Dengan demikian tiap orang diperkaya dan dimotivasi untuk berbuuat baik. Kedua, jika pada akhirnya si pendengar dibaptiskan, maka kondisi itu terjadi oleh dorongan hati nuranii yang dipimpiimpin olehh Rohkudus, bukan karena iming-iming dan paksaan.

c)      Ajarkanlah mereka segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu” Mengajar merupakan strategi pendidikan yang bertujuan membukakan wawasan, pemaahaman, mencerdaskan, membangun kepribadian, dll. So pasti,  pengajaran itu dilandasi atas perkataan dan perbbuatan Yesus Kristus.

Penjelasan tentang misi orang percaya secara individual maupun kolektif di atas membantu kita memahami tujuan pelaksanaan persembahan persepuluhan dari warga jemaat kepada organisasi Jemaat Lokal (yang dikelola oleh Majelis Jemaat), kemudian dari Jemaat Lokal (Majelis Jemaat) ke Majelis Sinode.

Refleksi atas Persembahan Persepuluhan

1.  Kesadaran akan persembahan persepuluhan sebagaimana yang diajarkan Alkitab bertumbuh dari rasa syukur orang perorangan maupun keluarga, karena penghidupan mereka diberkati Allah. Oleh karena itu, mereka mengucap syukur melalui pemberian perembahan, termasuk persepuluhan kepada Allah.

2. Pemahaman iman Alkitabiah, seluruh bentuk / jenis persembahan  --- temasuk persepuluhan ---- tidak diberikan kepada imam-imam secara perorangan, kalau dalam keadaan sekarang dapat dikategorikan pelayan/hamba Tuhan : Pendeta, Penatua, Diaken, Pengkhotbah, Penginjil, dan orang-orang yang bekerja dalam gereja.

3.   Semua persembahan, termasuk persepuluhan, yang diiberikan kepada Allah melalui Baith Allah dikelola dan diolah imam-imam (Majelis Jemaat) untuk meningkatkann pelayanan keselamatan dan kesaksian (pemberitaan) Injil Kristus, serta kesejahteraan para pekerja Baith Allah (Gereja/Jemaat) dan umat.

Dengan demiikian setiap warga jemaat, juga Majelis Jemaat, yang menerima berkat Allah, yakni : gaji / penghasilan, wajib memberi persembahan (termasuk persepu-luhan).

Misi Gereja GPIB

Sejak semula kami telah menyatakan, bahwa misi Gereja itu bukan dilakukan oleh Majelis Jemaat terpisah dari Majelis Sinode, dan bukan diputuskan Majelis Sinode dan didukung Majelis Jemaat. Misi Gereja itu adalah PESAN (Amanat) ALLAH yang tertulis dalam Alkitab, dan yang diakui sebagai TUGAS POKOK PANGGILAN DAN PENGUTUSAN GEREJA. Pengakuan itupun dittetapkan bersama, mengandung kekuatan hukum mengikat. Kedua pihak (Majelis Jemaat dan Majjelis Sinode) dalam tiap persidangan berulang-ulang merumuskan dan memutuskan untuk mngerjakannya bersama-sama. Itulah alasannya kami menegaskan, bahwa MISI KRISTUS dikerjakan oleh GPIB secara organisasi : utuh dan menyeluruh.

Dalam rangka mendukung penyelenggaraan misiNya, Jemaat-Jemaat GPIB telah menetapkan dalam persidangannya pelaksanaan PERSEPULUHAN. Inilah maknanya, secara teologis Jemaat-Jemaa secara bersama-sama tiba pada kesimulan, bahwa untuk mendukung misi Allah, GPIB mengadakan persepuluhan. Oleh karena itu, kita tidak perlu mempersoalkan hakekat teologis dati praktik persepuluhan.

Antara MAJELIS SINODE dan MAJELIS JEMAAAT

1.   Persoalan yang perlu diperhatikan untuk dievaluasi dan dikaji ulang telah dijelaskan dalam butir A di atas (PENYIMPANGAN dan AKIBATNYA).

2.  Pertanyaan yang perlu dibahas lebih lanjut : Jika MISI GPIB itu dilakukan secara bersama-sama oleh Majelis Sinode di tingkat sinodal dan Majelis Jemaat di tingkat parokial / lokal, sesungguhnya, GPIB wajib menetapkan PROSENTASI ANGKA PEMBAGI persepuluhan antara MS dan Jemaat-Jemaat GPIB.

Hal ini perlu dipikirkan secara matang, dikarenakan banyak faktor cukup mempe-ngaruhi pertumbuhan ekonomi Jemaat-Jemaat saat ini dan ke depan. Ada banyak permasalahan terkait pembiayaan misi GPIB yang dilakukan Jemaat – Jemaat Lokal; sementara kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan,, serta pola peribadahan konvensional (kalau tidak mau disebut tradisional) telah mendorong eksodus warga jemaat meninggalkan persekutuan.

Kami mengusulkan kepada Majelis Sinode GPIB XX, agar membentuk tim kerja teologi dan ekonomi untuk mengevaluasi dan menganalisa kembali pemanfaatan persepuluhan bagi pembangunan GPIB secara menyeuruh, baiik sinodal maupun parokial, sehingga semuanya memperoleh damaii sejahtera.

Bogor, Jumat – 08 Januari 2016

Salam dan Doa

Noke Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar