Jumat, 25 Oktober 2013

Rancangan Pemberitaan Firman => Minggu, 27 Oktober 2013


PENDELEGASIAN WEWENANG
MELALUI PENUNJUKAN PELAYAN

KELUARAN 18 : 13 – 23

Bogor, 25 Oktober 2013

ditulis oleh
Tuturan Sang Bhagawan

PENGANTAR

Orang menginginkan tahta, meskipun tak berpengetahuan. Banyak orang hendak mememegang kekuasaan, walau tak bisa berbuat apa-apa. Banyak orang berbicara seolah mengetahui manajemen Gereja, sesungguhnya, ia sedang memperlihatkan sikap ambisius untuk menaiki tahta. Acapkali dalam ucapan : “Tuhan memanggilku menjadi Presbiter,” terselip keinginan, seperti yang dikatakan Paulus : “Orang yang menghendaki...” (I Tim. 3:1). Namun pandainya orang pandai bersandiwara untuk menutup sikap ambisiusnya. Mungkinkah kita bersikap dan berpandangan demikian ? Walahualam bisawab ! Hanya Tuhan yang mengetahul pikiran dan melihat hati.

PENDAHULUAN

Kisah yang dibacakan untuk direnungkan ini menceritakan tentang nasihat mertua Musa, Yithro, imam di Midian yang menganjurkan penunjukan tua-tua dari suku-suku Israel untuk membantu Musa-Harun menjalankan tugas-tugas mereka (ay. 21). 

PERIKOP BACAAN

Keesokan harinya duduklah Musa mengadili di antara bangsa itu; dan bangsa itu berdiri di depan Musa, dari pagi sampai petang.
Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia: "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu ? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang ?"
Kata Musa kepada mertuanya itu : "Sebab bangsa ini datang kepadaku untuk menanyakan petunjuk Allah.
Apabila ada perkara di antara mereka, maka mereka datang kepadaku dan aku mengadili antara yang seorang dan yang lain; lagipula aku memberitahukan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Allah."
Tetapi mertua Musa menjawabnya : "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu.
Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.
Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan.
Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya.
Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya."

INTI BERITA

1.      Kepemimpinan Karismatis

Kepemimpinan Musa dapat disebut bersifat karismatis,  artinya : fungsinya sebagai pemimpin diterimanya langsung dari Allah (Kel.2:23–4:17). Jabatan itu tidak diterima dari Kneset (Dewan Perwakilan Rakyat) Israel. Menurut narasi yang disebutkan, Allah menjumpai Musa dalam wujud belukar yang terbakar, bercakap bersama, mengangkat, menetapkan dan mengutusnya sebagai penyambung lidah Allah (Kel. 4:12-16). Akan tetapi, jangan dilupakan, bahwa kepemimpinan yang dijalankan Musapun terbentuk melalui pendidikan yang dialaminya di bawah pengawasan ibu angkatnya, Putri Firaun, di dalam istana Kekaisaran Mesir. Dengan demikian, sekurang-kurangnya, Musa mengembangkan panggilan Allah dengan pengetahuan selama di istana untuk memimpin Israel keluar dari Mesir.

2.      Konteks sosial-budaya Israel

a.       Sejak semula, sebelum Israel dan anak cucunya menetap di Mesir, mata pencaharian mereka adalah peternakan kambing domba. Sebab itu, mereka selalu mengembara, berpindah-pindah tempat (nomaden) untuk mencari padang rumput bagi makanan ternaknya.

b.      Israel selaku bangsa, terdiri dari 12 suku utama (anak-anak Yakub dari Rachel dan Lea, serta kedua gundiknya). Jumlah mereka sekitar 66 jiwa (Kej. 46:26; bd. ay. 27) ketika mereka mengungsi ke Mesir pada masa Yusuf, anak Yakub, menjadi “orang kedua” di sana (Kej. 41:37-57). Akan tetapi pada saat Israel keluar dari Mesir jumlah itu jauh lebih besar. Oleh karena itu, Musa mengalami kesulitan untuk memimpin mereka; dan faktor inilah yang mendorong Jithro menasihati Musa (bd. Kel. 18:17-18).

Disebabkan perubahan kontek kehidupan masyarakat Israel selama pengembaraan di padang gurun, maka berkembang pula gagasan “kepemimpinan bersama.” Musa mempertimbangkan usul Jithro, kemudian ia memilih tua-tua yang memimpin suku-suku Israel (lebih jelasnya bacalah buku yang dituliskan Norman Gottwald : THE TRIBES OF YAHWEH).

3.        Proses Pemilihan

a.      Tujuan Pengangkatan

Musa menjadi wakil umat di hadapan Allah dan penyambung lidah Allah di tengah umatNya.

b.      Persyaratan Kualitatif

a.1.   Orang-orang yang cakap (berpengetahuan).
a.2.   Yang takut akan Allah (saleh beriman dan setia).
a.3.   Yang dapat dipercaya.
a.4.   Yang tidak suka disuap (korupsi)

c.       Proses Pembinaan Calon

Engkau harus mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberi-tahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan (18:20).

Dengan kata lain --- dalam Bahasa GPIB --- materi pembinaan itu adalah TATA GEREJA GPIB (ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan) dan PKUPPG GPIB, termasuk Tri Dharma Gereja (jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan)

4.    Tugas Tua-Tua (Para Presbiter) di tengah suku-suku (Sektor Pelayanan)

Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, ...“ (18:22a)

5.    Sifaf Kepemimpinan

mereka bersama-sama dengan engkau (presbiterial-sinodal) turut menanggungnya” (18:22b)

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN


Minggu, 27 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar