Sabtu, 12 Maret 2011

9. Rancangan Pengajaran Minggu, 13 Mater 2011 - KITAB RUT pasal 1


RANCANGAN PENGAJARAN
HARI MINGGU, 06 MARET 2011


POKOK BAHASAN
SOLIDARITAS UMAT

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
TUHAN, Allah kita, bekerja menyelamatkan dengan tujuan, agar orang percaya pergi memberitakan pekerjaan pembebasan yang dilakukan-Nya

SUB-POKOK BAHASAN

MENJADI SATU KELUARGA ALLAH

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Pengajaran ini dijadwalkan untuk diajarkan dalam pertemuan ibadah Jemaat sebagai KELUARGA ALLAH, agar

1.    Tiap warga jemaat sebagai anggota mengetahui dan mengerti, bahwa dengan kuasa-Nya yang dahsyat,TUHAN Allah telah menyelamatkan anggota KELUARGA ALLAH.

2.    Tiap warga jemaat menghayati akan kuasa Allah serta percaya, bahwa Dia mengadakan mujizat menurut kehendak dan waktu yang ditentukan-Nya.

3.    Tiap warga jemaat berpartisipasi dan berperan serta untuk memberitakan kabar baik.

4.    Warga jemaat menjalankan kehidupan pribadi dan keluarga serta kegiatan pekerjaan sesuai dengan kesaksian Alkitab yang berintikan firman Allah, sehingga semua orang yang melihatnya memuliakan Allah dan diselamatkan.

 BACAAN UNTUK MATERI URAIAN

KITAB  RUTH 1 : 1 – 12 
               
MEDAN – SUMATERA UTARA

Sabtu, 12 MARET 2011

disusun oleh

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo000oooo-----


A.   PENDAHULUAN

Tidak mudah seorang menantu yang tidak berasal dari satu suku akan pulang mengikuti mertua ke tempat asalnya. Apalagi jika kita mengingat, bahwa keterikatan karena perkawinan sudah diakhiri dalam kematian. Sang isteri bebas menentukan pilihan : apakah ia mau tinggal bersama mertua atau kembali ke dalam kaum keluarganya. Lebih parah lagi jika perkawinan itu terjadi antara sepasang suami-isteri berbeda keyakinan agama. 

Banyak peristiwa menunjukkan, ketika seorang suami atau isteri yang menikah dengan pasangan yang berbeda agama, akan kembali kepada keyakinan agama semula setelah orang yang dicintainya meninggal dunia, maupun bercerai hidup. Namun realitas sedemikian itupun tidak selalu benar. Ada juga suami atau isteri yang telah beralih keyakinan agama, mempertahankan iman barunya, meskipun orang yang dicintainya telah meninggal dunia. 

B.  FENOMENA SOSIAL DI BALIK CERITA 

Peristiwa migrasi Keluarga Elimelekh – Naomi serta kedua anaknya : Mahon dan Kilyon dikarenakan kemarau panjang yang melanda Israel, sehingga menimbulkan ancaman kelaparan (ay.1). Fenomena alam ini mengulang setiap tahun, sejak zaman Abraham, Ishak dan Yakub pun keadaan ini telah terjadi (Kej. 12 : 10-20; Kej. 41:50 – 42:5). Kedua suami isteri : Elimelekh – Naomi berasal dari Beth-lechem – Yehuda, di Efrata (Rut. 1:2), sekampung dengan Isai, ayah Raja Daud, kakek Salomo. Bersama isteri dan kedua anaknya, Elimelekh bermigrasi ke Moab. Di sanalah Mahlon menikahi Orpa, dan Kilyon menikahi Rut. Kedua gadis itu adalah keturunan suku Moab. Seputuh tahun setelah Mahlon dan Kilyon menikah, meninggallah kedua anak Naomi (ay.4-5) mengikuti Elimelekh, ayah mereka, yang telah dahulu wafat (ay.3). 

Ketika Naomi ingin kembali. Masalah muncul di saat Naomi memutuskan untuk kembali ke Yehuda. Ketiga perempuan janda itu bermusyawarah bersama. Naomi, mertua dari Orpa dan Ruth, menyoal menantunya. Ia menyuruh kedua menantunya kembali ke sukunya masing-masing (ay.8, 11-14). Akhirnya Orpa, isteri Mahlon, memutuskan untuk kembali kepada kaum keluarganya (ay.14). 

Pilihan antara masa lalu dan masa depan. Berbeda dengan Orpa, isteri Mahlon, adik iparnya : Ruth, isteri Kilyon, tidak bergeming sedikitpun. Meskipun Naomi telah berkata (ay.11-13)  :

Pulanglah, anak-anakku, mengapakah kamu turut dengan aku ? Bukankah tidak aka nada lagi anak laki-laki yang kulahirkan untuk dijadikan suamimu nanti ? Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandai pikirku : Ada harapan bagiku, dan sekalipun mala mini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki, masakan kamu menanti sampai mereka dewasa ? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami ? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku, bukankah jauh lebih pahit yang aku alami dari pada kamu, sebab tangan TUHAN teracung terhadap aku ?”
Masalahnya bukan suka atau tidak suka, tetapi berhubungan dengan  sikap hati : memilih atau tidak memilih. Orpa, isteri Mahlon, memilih untuk tidak pulang ke Yehuda bersama mertuanya. So pasti, pilihan Orpa tak bisa disalahkan siapapun, termasuk orang Kristen saat ini. Orpa bersikap demikian karena pengalaman keseharian yang dijalani bersama mertuanya. Kesengsaraan belaka ! Ia lebih memilih kembali kepada kaum keluarganya. Ia lebih terikat pada pasa lalunya. Dan, sikap demikian adalah sahih dan benar. Naomi pun tidak menyalahkan menantunya itu. 

Ruth agak berbeda dari pada Orpa. Pengalaman hidup bersama mertuanya telah membentuk kepribadian baru. Ada karakter baru yang lahir dari sikap hati Ruth, yakni : IMAN dan KASIH. Kata Ruth kepada mertuanya : “Bangsamulah bangsaku, Allahmulah Allahku ! Di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut” (ay. 16-17). Ruth mampu berkata demikian, karena ia sungguh-sungguh merasakan kenyamanan, perhatian, kasih sayang yang lahir dari sikap iman mertuanya. Tidak mungkin Ruth, seorang yang tidak mengenal TUHAN, Allah Israel, dapat mengatakan hal-hal luar biasa, jikalau ia sendiri tidak mengalami kasih-sayang Allah Israel melalui perilaku Naomi. 

Sungguh luar biasa, Rut yang bukan keturunan Israel mengucapkan janji, bukan saja kepada Kilyon, suaminya yang sudah wafat, tetapi janji itu juga mengikat dirinya dengan TUHAN Allah serta keluarga suaminya: “Tidak ada sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut” (ay. 17). Ucapan ini biasanya terdengar pada setiap perjanjian perkawinan antar sepasang suami-isteri. Janji itu mengikat isteri kepada suami dan suami bagi isteri. Akan tetapi di bibir Ruth, janji itu mempunyai kekuatan yang mengikat hidupnya dengan TUHAN, Allah yang disembah keluarga Kilyon, sekaligus dengan ibu mertuanya. Ia berani bersumpah setia : ALLAHmu adalah ALLAHku !.

Janji itu bukanlah sesuatu yang diucapkan sebatas Kilyon masih hidup. Tetapi, menurut Ruth, sekalipun suaminya telah mati, ia tetap terikat pada janji tersebut. Itulah sebabnya Ruth berani berikrar : “Di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan disanalah aku dikuburkan” (ay. 17). Sebuah tekad iman yang luar biasa kokohnya, tak dapat digoyahkan siapapun, termasuk mertuanya. Ia bukan saja berjanji pada keluarga almarhum suaminya, tetapi ia bersumpah setia kepada TUHAN, Allah yang disembah keluarga suaminya. 

C.  MAKNA TEOLOGIS BAGI PENGAJARAN MINGGU, 13 MARET 2011

C.1.  Hubungan kasih sayang antara mertua dan menantu.

        Saat sekarang ini hubungan perkawinan, acapkali, dinilai dari aspek untung rugi, manfaat dan material saja. Jika seorang gadis miskin yang bertitel, menikah dengan teman sekelasnya, pihak laki-laki selalu bertanya : bibit, bebet, bobot; atau sebaliknya juga demikian. Acapkali terdengar sindiran : “Emang makan cinta kalo kawin ? Duit donk !” Hal ini sering membuat menantu tertekan, bahkan memicu masalah dalam keluarga besar. Jika si gadis berasal dari keluarga miskin dan mertuanya seorang kaya, ia akan merasakan tekanan psikologis, karena mertuanya kadang mata duitan (sebaliknya juga demikian). 

        Keadaan seperti itu, seharusnya, tidak terjadi dalam rumah tangga Kristen. Seorang mertua beriman tidak akan memilih-milih calon menantunya. Siapapun yang dipilih anaknya adalah miliknya juga. Bukan karena calon menantunya bertitel, kaya raya, punya mobil, punya rumah mewah; tetapi karena kekasih itu adalah pilihan anaknya, maka selaku calon mertua, ia wajib mencintai sama seperti anaknya sendiri. 

        Ada banyak masalah akan timbul, jika terjadi penolakan terhadap pilihan sang anak. Kedua insan yang telah dimabuk cinta itu akan mengadakan hubungan seksual di luar perkawinan, lalu hamillah si gadis. Dengan cara itu mereka sengaja memaksa orangtua untuk menyetujui perkawinan; atau mereka kawin lari (Bhs. Batak : mangalua). Jadi selaku orang tua Kristen yang baik dan benar, bersikaplah seperti Naomi, supaya kita dapat membangun masa depan keturunan dalam kasih sayang. 

C.2.  Perkawinan adalah Sarana Kesaksian – Pelayanan.

        Mengapa Ruth berani memutuskan untuk memilih meninggalkan sanak keluarga dan kampong halamannya ? Karena ia mengalami keindahan hubungan kasih-sayang dari Naomi. Ia diperlakukan secara manusiawi, bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai anggota keluarga sendiri. Naomi tahu persis, bahwa Ruth bukanlah keturunan Israel. Bukan juga penyembah YHWH; oleh karena itu, sepanjang belum kembali ke Yehuda, Naomi selalu memelihara keluarga anak-anaknya itu. Sikap iman yang muncul dalam bentuk kasih-sayang dan perhatian sang mertua dirasakan oleh Ruth. Ia tidak menyesal untuk beralih keyakinan agamanya, karena ia merasakan perbedaan besar di dalam keluarganya sendiri dengan keluarga mertuanya. Inilah kesaksian Naomi, yang pantas ditiru oleh semua mertua Kristen saat ini.

        Masalah Perkawinan Antar Pasangan Berbeda Agama.

        Acapkali keluarga Kristen membanggakan diri, karena anaknya menikahi seorang non-kristen yang berpindah agama menjadi Kristen. Kebanggaan itu berlangsung sesaat saja, sebab sesudah masa perkawinan muncul masalah baru : si cowo/cewe tak lagi ke gereja, malahan ia selalu mencaci maki isterinya (yang dahulu non Kristen). Ia tidak pernah memperlihatkan sikap Kristus kepada isteri / suaminya. Ia jarang mengantarkan pasangannya ke gereja, malahan tidur dan malas-malasan di rumah. Betapa sialnya suami/isteri Kristen yang demikian ! Sangat memalukan TUHAN ! Lihatlah pada banyak perkawinan artis Kristen dengan non Kristen, yang pada akhirnya mempermalukan Tuhan Yesus. Lihatlah pada perkawinan campuran antar insan berbeda agama, yang akhirnya menjadi batu sandungan bagi orang lain yang ingin mengikuti Yesus. Kita bisa belajar dari banyak kasus, agar kita memiliki hikmat dan terhindar dari malapetaka karena murka Allah. 

        Tetapi kita juga perlu mengacungkan jempol dan memanjatkan syukur kepada Kristus, yang telah membuat banyak keluarga Kristen, yang berasal dari orang-orang non-kristen, mengalami kebahagiaan sampai hari ini. Terpujilah TUHAN yang bekerja di dalam keluarga seperti ini. Diberkatilah isteri, suami dan anak-anak serta keturunan yang dilahirkan dari keluarga seperti ini ! Biarlah Tuhan Yesus dimuliakan melalui perkawinan mereka. 

C.3.  Pelajaran untuk Menantu dan Mertua.

        Akhir cerita Ruth adalah perkawinan yang membahagiakan dengan Boaz. Ruth akhirnya menjadi perempuan yang juga ada dalam garis perempuan berbahagia yang melahirkan Yesus. Hal itu dialaminya karena kasih dan imannya kepada TUHAN, Allah Israel. 

        Inilah contoh ideal dari hubungan kekeluargaan antara mertua dan menantu. Jika mereka sehati dalam TUHAN, maka mereka akan melihat kebahagiaan yang diterbitkan-Nya di masa depan. Itulah pengharapan iman !

SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN

Medan – Sumatera Utara

Sabtu, 12 Maret 2011

Salam dan Doa

Pdt. Arie A. R. Ihalauw

1 komentar:

  1. Pa apakah pesan mengenai rut ini hanya terbatas pada hubungan perkawinan? apakah hanya sebatas hubungan menantu dan mertua? adakah pesan yang dapat ditarik dari bacaan ini yang berkaitan dengan hubungan kita dengan orang yang berbeda agama???hehehe...GBU..

    BalasHapus