Kamis, 31 Maret 2011

RANCANGAN MATERI KATEKISASI 2011 - PERTEMUAN II


Pertemuan II

Pokok sub-bahasan

AKU MAKHLUK BERDOSA

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

1.  Peserta bina mengetahui kesaksian Alkitab tentang sejarah kejatuhan manusia ke dalam dosa.
2.  Peserta bina mengerti akan sifat manusia yang mendorongnya berbuat dosa.
3.  Peserta bina tidak melakukan perbuatan yang berdosa dan hidup kudus di hadapan Allah.
Pendahuluan

1.  Kejatuhan ke dalam Dosa. Tidak seorangpun yang ditanyai akan mengakui kejahatan berdosa yang dibuatnya. Semua orang pasti menutup diri, sebab tidak seorangpun ingin dihujat dan menanggung aib. Katakanlah contoh : pergaulan bebas yang menyebabkan kehamilan. Meskipun orangtua sudah mengingatkan anak gadisnya tentang bahawa pergaulan bebas, namun si gadis tetap bersikeras, dengan alasan : “Segala sesuatu tergantung pada orangnya”. Ucapan itu dipakai untuk membela diri. Mulut besar itu tertutup, ketika perutnya semakin membesar. Si anak gadis itu tak lagi bisa membantah ucapan orangtuanya. 

     Kejatuhan manusia ke dalam dosa merupakan legenda yang disaksikan oleh Alkitab (Kej. 3). 

a). Manusia : Makhluk Ciptaan Allah. Allah menciptakan manusia : laki-laki dan perempuan, menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26)

b). Pendelegasian Wewenang dan Tanggungjawab. Allah memberikan kuasa dan tanggungjawab kepada manusia (Kej.1:28) untuk mengusahakan dan memelihara alam ciptaan-Nya (Kej. 2:15). 

c). Firman sebagai Hukum yang mengatur Perilaku Ibadah. Allah memberikan hukum : “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:16-17).

d). Stimulus Dosa. Oleh karena dorongan keinginan daging, manusia melanggar perintah Allah (“Perempuan itu melihat ..., lagipula buah pohon itu menarik hati …, lalu ia mengambilnya …” -> Kej. 3:6). Kondisi kejiwaan inilah yang membuat manusia melanggar perintah Allah : “melihat, menarik hati, dan mengambil”. Jadi, dosa adalah perbuatan manusia yterhadap kehendak / perintah Allah, karena sikap hatinya sendiri. Dosa itu bukan bersumber dari perbuatan ! Dosa itu bersumber pada sikap hati yang tidak setia mengasihi dan tidak taat melakukan perintah Allah.

e). Kuasa Kegelapan dan Perupaannya. Untuk menjawab pertanyaan tentang eksistensi kuasa kegelapan, maka kita perlu membahas : 

1. Apakah yang dimaksudkan dengan kuasa kegelapan ?
2.  Dari manakah Israel mengenal  kepercayaan  tentang kuasa kegelapan ?
3.  Bagaimanakah bentuk dan wujud penampakan kuasa kegelapan ?
4.  Dari manakah asal-muasal Iblis dan Setan ?

    
    Pertanyaan-pertanyaan itu akan dikupas dalam pertemuan lanjutan, di mana hal itu dibahas secara khusus. 

d). Ular dan Kejatuhan Manusia. Ular, perupaan dari Iblis, bukanlah sumber kejatuhan manusia. Ular hanyalah penggoda. Meskipun ia mempengaruhi hati dan pikiran, namun bukan sebagai faktor utama yang membuat manusia jatuh ke dalam dosa. Tindakan berdosa yang diadakan lahir dari pikiran dan hati manusia semata-mata (Kej. 3:6; bd. 4:1–16 -> “Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain : “Mengapa hati-mu panas dan mukamu muram ? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda, tetapi engkau harus berkuasa atasnya -> 5-6). Kutipan tersebut menegaskan, bahwa dosa merupakan sesuatu yang menggoda manusia. Ia dapat membuat hati panas dan pikiran kalut. Jika manusia tidak dapat menguasainya, maka ia dapat merusakkan hati dan pikiran, sehingga manusia salah mengambil keputusan dan berbuat pelanggaran atau kejahatan. Dengan demikian, hati dan pikiran manusia menjadi faktor utama yang membedakan dan memilih di antara yang jahat dan yang baik yang berkenan kepada Allah

e). Mengapa Ular dijadikan simbol Iblis ? Sebab ia adalah binatang yang paling licik di atas bumi. Ular adalah binatang melata yang diciptakan Allah. Jalannya bengkok, tidak lurus. Ia binatang berbisa yang pagutannya sangat mematikan (bd. Bil.21:9.  Dalam budaya-agama-suku, ular dipakai sebagai simbol kematian tetapi juga simbol pengobatan / ketabiban (lihatlah simbol di setiap Apotik). Ingatlah ucapan Tuhan Yesus : “..., hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat. 10:16). ). Ia cerdik tetapi sifatnya licik (Kej. 3:1). 

Dalam sastra apokaliptic, ular juga dipakai untuk menyebut makhluk rohani yang disebut Lewiatan (“… atas Lewiatan, ular yang meluncur, dan ia akan membunuh ular naga yang dilaut” -> Yes. 27:1; bd. Kej. 1:2). Yohanes menyebutnya : Ular Tua, yakni : Iblis (Why. 12:9 -> Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis dan Setan, yang menyesatkan seluruh dunia”; 20:2 -> “ia menangkap naga, si ular tua, yaitu : Iblis dan Setan”; 20:10 -> ”dan Iblis, yang menyesatkan mereka”). 

Sebutan Ular Tua yang dipakai Yohanes, dalam Kitab Wahyu Yesus-Kristus, bertujuan menunjukkan keberadaan eksistensial (usia) – nya. Si ular  itu sudah berusia tua, lanjut usia. Setua usia alam semesta. Ia sudah ada sejak penciptaan. Dalam bahasa Ibrani, kehadirannya selalu menimbulkan kekacauan (Ibr. tohu wawohu; Yun. chaos -> Kej. 1:2). Kehadiran Ular tua sudah ada (Kej. 1:2), sebelum  manusia diciptakan oleh Allah (Kej. 1:26-27). Oleh karena itu, Allah memberikan kuasa kepada manusia, bukan hanya untuk menaklukkan alam semesta, tetapi juga untuk mengalahkan kekuatan kuasa si Ular Tua, yaitu : Iblis dan Setan (bd. Mrk. 16:16 dst). 

f).  Sikap Hati dan Perbuatan Berdosa. Perbuatan berdosa itu bersifat kondisional; artinya, penampakannya sangat tergantung oleh kondisi (situasi) yang sedang dihadapi manusia. Bukan tidak mungkin ketika seseorang sedang berada di dalam kondisi terdesak, ia akan melindungi diri dengan mematikan lawannya. Katakanlah contoh : seseorang akan menyerang musuhnya untuk membela kepentingannya, jika ia terdesak. Serangannya itu dapat mematikan musuh (perbuatan berdosa melanggar Hukum Allah : Jangan Membunuh -> Kel. 20:13; Ul. 5:17; Mat. 7:21-23), tetapi selalu saja ada alibi (alasan pembelaan diri) yang didasarkan atas motivasi : melindungi diri dari serangan orang lain

2. Tugas diskusi dalam kelompok

Bagaimanakah kita menilai perbuatan orang itu berdosa ? Pertanyaan tersebut berhubungan erat dengan pandangan Etika Kristen. Oleh karena itu, peserta bina dapat ditugaskan membahas masalah dalam kelompok dengan membandingkan cerita :

1.   Kain membunuh Habel (Kej. 4 : 1 – 16). Mengapa Allah berpihak kepada Habel ?
2.   Musa membunuh orang Mesir karena menolong kaum sebangsa (Kel. 2 : 11 – 22). Apakah Allah membenarkan kesalahan Musa ?
3.   Yakub menipu ayahnya : Ishak, untuk memperoleh berkat (Kej. 27). Mengapa Allah membiarkan Yakub menipu Ishak, padahal seharusnya Esaulah yang memiliki hak kesulungan ?
 by Arie A. R. Ihalauw

-----oooo000oooo-----

RANCANGAN MATERI KATEKISASI 2011 - sekedar untuk memudahkan


Materi  Katekisasi  Umum
disusun oleh : Pdt. Arie A. R. Ihalauw

AKU
MENCARI PIKIRAN ALLAH

Pendahuluan

Sejak dahulu Gereja selalu menyajikan materi pembelajaran katekisasi dimulai dari Apakah  Katekisasi ? Sesudah itu diikuti oleh materi Tritunggal Allah Mahakudus, dan seterusnya. Penulis tidak berkeberatan akan hal itu, karena ia berhubungan langsung dengan ketetapan-ketetapan gerejawi tentang tradisi pangajarannya. Penulis ingin mendekati permasalahan Silabus – Kurikulum Katekisasi dengan menggunakan kacamata baru : Manusia Mencari Pikiran Allah. Topik Aku Mencari Pikiran Allah bukanlah sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar. Hanya saja ia selalu kurang disentuh, ketika Gereja menyusun silabus – kurikulum pengajaran katekisasi.

Landasan Berpikir Teologis

Di dalam kesaksian Alkitab kita menemukan ucapan ilahi yang disampaikan secara langsung ataupun tidak langsung, agar manusia harus selalu mencari Allah. Ucapan-ucapan ilahi itu dituliskan oleh para penulis dalam Alkitab Perjanjian Lama (Apl) maupun Alkitab Perjanjian Baru (Apb), seperti di bawah ini :

A. Perintah dan Seruan Tuhan Allah

A.1. Alkitab Perjanjian Lama

1. “Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat !” (Yes. 55:6)

2.  “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman Tuhan, Aku akan memulihkan keadaanmu…” (Yer. 29: 13-14).

3.  “Sebab beginilah firman Tuhan kepada kaum Israel : ‘Carilah Aku, maka kamu akan hidup ! (Am. 5 : 4).

4.  “… dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku mendengar dari sorga dan mengampuni mereka serta memulihkan negeri mereka” (2 Taw. 7:14).

A.2. Alkitab Perjanjian Baru

1.  Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya…” (Mat. 6:33;bd. Luk. 12:31)

2.  Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak : “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku…” (Yoh. 8:31).

B.  Seruan untuk mencari Allah dan Pengalaman umat

B.1.   Alkitab Perjanjian Lama

1.  Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup !” (Am. 5 : 6)

2.  “Tetapi dalam kesesakan mereka berbalik kepada Tuhan, Allah orang Israel. Mereka mencari-Nya, dan  Ia  berkenan  ditemui  oleh mereka” (2 Taw. 15:4).

3.  “Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil” (2 Taw. 26:5).

4.  “Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku mengadukan perkaraku” (Ay. 5:8)

5.  Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu” (Maz. 105:4).

6. “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringat-an-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati” (Maz.119:2).

7.  “Aku mengasihi orang-orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan aku” (Ams. 8:17).

8.  Carilah dalam kitab Tuhan dan bacalah :… (Yes. 34:16)

B.2.   Alkitab Perjanjian Baru

1.  “Supaya semua orang lain mencari Allah dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah, yang Kusebut kilik-Ku…” (Kis. 15:17).

2.  “Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia” (Kis. 17:27). 

Kutipan ayat-ayat di atas merupakan sebagian kecil dari suruhan Allah dan seruan para nabi / penulis yang dapat dibaca dalam kesaksian Alkitab. Masih banyak lagi yang belum tercatat di sini. Kutipan ayat-ayat itu menguatkan pemahaman, bahwa Allah menghendaki umat mencari Dia. Peng-arti-an mencari Tuhan Allah mencakup seluruh aktifitas kehidupan manusia :

a).   Mencari kehendak / pikiran Allah,
b).   Berdoa dan membaca Alkitab,
c).    Beribadah (mengikuti ativitas ibadah liturgis),
d).   Proses  belajar mengajar,
e).    Mengerjakan  pekerjaan Allah (pelayanan – kesaksian),
f).     dan lain-lain sejenisnya.


Mencari Allah : Proses Belajar – Mengajar 

Sejak masa Apl – Apb sampai sekarang ini, Allah memanggil dan mengutus umat-Nya untuk beribadah serta mengerjakan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, orang-orang percaya patut mewariskan (Lat. tradere) segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan, agar keturunan berikut dapat mengetahui, mengerti dan melanjutkan ibadahnya. Suruhan itu tampak pada ucapan Musa : “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu …” (Ul. 6:6-7), juga oleh Yesus-Kristus : “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:20). Dengan demikian Gereja memperkenalkan Tuhan Allah melalui proses belajar mengajar dan mendorong anak-anak mencari Allah serta berpartisipasi ke dalam perayaan ibadah kepada-Nya. 


MATERI PENGAJARAN

Pertemuan I

Sub – Pokok Bahasan

SIAPAKAH  AKU

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

1.   Peserta Bina Katekisasi mengetahui, bahwa Tuhan itu Allah yang menciptakan langit – bumi dan segala isinya, serta manusia.
2.   Peserta Bina Katekisasi mengerti, bahwa ia harus memelihara dan membina hubungan baik dengan Allah, supaya ia dapat menikmati kehidupan yang layak.
3.   Peserta Bina Katekisasi senantiasa menjalankan ibadahnya kepada Allah serta memberlakukan firmann-Nya dalam hubungan sosial.

Pendahuluan

Telah berabad-abad lamanya manusia menjadi subjek dan objek penelitian semua disiplin ilmu pengetahuan. Malahan sampai hari ini misteri kehidupan manusia masih terus ditelaah. Memang Ilmu Pengetahuan dapat dipakai untuk membantu kita mencari jawabannya; akan tetapi sebagai umat Allah kita perlu mendengar kesaksian Alkitab tentang manusia. 

1.   Aku adalah Makhluk Ciptaan Allah.-

     Alkitab memberikan kesaksian : 

a). “Tuhan Allah berfirman : ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi’. Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gabar-Nya diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1 : 26 – 27). 

b). “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya ? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya ? Namun Engkau membuatnya hampir sama seperti Allah dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya” (Maz. 8 : 5 – 7). 

Kedua kutipan di atas memberikan beberapa penjelasan kepada kita, sebagai berikut 

Pertama, kehadiran manusia di atas bumi diletakkan “pada bahagian akhir dari proses penciptaan alam semesta dan segala isinya”, sesudah Allah menjadikan semua makhluk lainnya (Kej. 1 : 24 -25). 

Kedua, kemanusiaan manusia sangat tergantung pada hubungan baik dengan Allah selaku Penciptanya. Artinya, “kemuliaan” dan “kehormatan” (Maz.8:6 -> Engkau membuatnya hampir sama seperti Allah dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat) sebagai manusia ditentukan oleh sikapnya untuk membangun dan membina keakraban dengan Allah terus menerus sepanjang perjalanan di atas bumi. 

Ketiga, istilah “menurut rupa” dan “menurut gambar” (Kej. 1:26-27) tidak menunjuk pada makna hurufiah (maksudnya : faktor bio-genetic); akan tetapi bermakna spiritual. Artinya, penjadian manusia itu dilakukan Allah menurut gambaran diri-Nya sendiri. Pemazmur memakai frasa : “hampir sama seperti Allah” atau mirip kepada Allah (Maz. 8:6). Dengan kata lain, makhluk manusia itu berbeda dengan ciptaan lainnya, karena ia merupakan gambaran reflektif dari Allah. Dengan demikian kehidupan itu bersifat ilahi. Manusia dijadikan Allah sebagai “Tuan” yang mewakili kepemimpinan (pemerintahan) – Nya.

Keempat, Allah menjadikan manusia sesuai rencana dan tujuan-Nya, yakni : mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi (Kej. 1:26). Kalimat “mereka berkuasa atas” mempunyai makna :

a.  Allah menunjuk dan mengangkat manusia selaku utusan yang mengerjakan rencana penyelamatan bagi ciptaan-Nya.

b.  Manusia menjadi perwakilan Allah.

c.  Manusia tidak boleh bertindak di luar sepengetahuan Allah. Ia wajib memberlakukan segala sesuatu yang telah direncanakan dan yang sudah dikerjakan oleh Allah (bd. Yoh. 9 : 4 -> “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang telah mengutus Aku”).


2. Hidup Manusia tergantung pada Allah

     Alkitab memberikan kesaksian, bahwa 

a). Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2 : 7). Kalimat tersebut mengandung beberapa makna :

     Pertama, Manusia ciptaan Allah. Pada hakekatnya, manusia tidak berbeda dari ciptaan lain. Tuhan Allah memakai debu-tanah atau tanah liat (Ayub berbicara : “Ingatlah, bahwa Engkau membuat aku dari tanah liatakupun dibentuk dari tanah liat“ -> 10:9a; 33:6b; Nabi Yesaya menuliskan : “Tetapi sekarang, ya Tuhan, Egkaulah Bapa kami ! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu” -> 64:8; Nabi Yeremia berkata : “Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk demikianlah kamu ditangan-Ku” -> 18:6) sebagai bahan baku untuk menciptakan manusia. Pada hubungan dialogis dengan Allah-lah manusia meletakkan pengharapan akan masa depannya. 

     Kedua, Berbicara dengan Allah. Apakah yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya ? Ilmu Pengetahuan menegaskan, bahwa yang membedakan manusia dari pada makhluk lain, karena ia memiliki akalbudi yang berpikir dan hati nurani yang berkehendak. Semua jenis binatang memiliki otak dan hati. Semua binatang pun bisa berbicara dan Allah bisa mengerti bahasa binatang ciptaan-Nya. Akan tetapi penciptaan manusia berbeda dari penciptaan makhluk-makhluk lain dalam alam semesta. Manusia dijadikan menurut rupa dan gambar Al-Khaliknya. Oleh karena itu, manusia memiliki hubungan khusus dengan Allah. Ia berbicara dengan Allah secara langsung. Ia memiliki kesadaran dan motivasi untuk hidup lebih tinggi dari pada ciptaan lain. Ia berada berhadap-hadapan dengan Allah. Ia berdialog dengan Allah. 

     Ketiga, Manusia makhluk terbatas. tanah liat menunjuk pada kelemahan, kekurangan dan keterbatasan manusia. Sama seperti tembikar yang dibuat dari tanah liat bisa hancur, begitulah juga keadaan manusia. Tubuhnya yang dibentuk dari tanah liat dapat binasa, dapat mati. Tubuhnya tidak kekal, tidak abadi. Dibatasi oleh usia dan kesehatan. Pikirannya pun terbatas. Tidak sama seperti Allah. 

     Keempat, Allah Sumber Hidup. “TUHAN Allah menghembuskan nafas hidup” memiliki makna, bahwa hidup dan kehidupan itu bersumber pada dan mengalir dari  Allah (“Sebab pda-Mulah ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang” -> Maz. 36:10; “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia” -> Yoh. 1:3-4). Hidup dan kehidupan manusia tergantung dari Allah yang berfirman (bd. Ul. 8:3 ->  “… manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN”; lih. Mat.4:4 -> Matius memakai istilah firman untuk menggantikan istilah ucapan dalam Kitab Ulangan). Oleh karena itu, manusia wajib membina dan memelihara keakraban / hubungan baik dengan Allah, agar Ia memberikan kebaikan-Nya ke dalam kehidupan manusia. 

     Kelima, kematian dan kehidupan. “TUHAN Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7) mengingatkan kita akan kekuatan kuasa Allah atas manusia. Nafas hidup adalah anugerah yang diberikan Allah kepada manusia. Tanpa Allah manusia tidak dapat disebut makhluk yang hidup. Ia memberi dan Ia pula yang mengambil (bd. Ayb. 1:21 -> “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil. Terpujilah nama TUHAN”). Ia mematikan dan Ia pula yang mengidupkan (Akulah Dia, Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang menghidupkan dan yang menghidupkan” -> Ul.32:39).

Jadi, Siapakah Aku ?

Aku adalah manusia yang diciptakan Allah dari tanah liat atau debu tanah. Makhluk yang tidak bernyawa (hidup), tetapi Allah menghembuskan nafas hidup oleh kasih-Nya, sehingga aku menjadi makhluk yang hidup. Oleh karena itu, hidupku mengalir dari Allah Mahapengasih. Dan, jika aku selalu membina dan memelihara hubungan baik (bergaul akrab) dengan Dia, maka aku senantiasa akan hidup.

 By ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo000oooo-----