Jumat, 17 Februari 2017

BERBUAH DALAM KEHIDUPAN BERSAMA BAGI KEMULIAAN ALLAH

RANCANGAN PENGAJARAN
DALM IBADAH KELUARGA JEMAAT
RABU - 22 PEBRUARI 2017

BERBUAH DALAM KEHIDUPAN BERSAMA
BAGI KEMULIAAN ALLAH

A. PENDAHULUAN

Acapkali orang hanya mengikuti ibadah, karena kebiasaan rutin semata. Malahan ada di antara pendengar firman  yang ingin mendengarkan dan menonton pengkhotbahnya mellawak. Celakanya, khotbah lawakan / badutan sering dipandang sebagai uraian berkualitas. Rupanya pemahaman warga gereja dewasa ini semakin merosot, dan khorbah para pelayan firman hanya melayani selera manusia, agar pengkhotbah menerima  amplop yang tebal isinya.  Padahal ---- seharusnya ---- pemberiaan firman dalam tiap ibadah merupakan pengajaran yang membuka wawasan berpikir serta menambah penghayatan umat terhadap kehendak Allah. Khtbah dewasa ini mirip penjual dan laris manis.

B. KONTEKS SOSIAL YANG MELATAR BELAKANGI MATIUS 13 : 18 - 22

Ucapan Yesus ini disampaikan di tengah kerumunan Orang Yahudi yang ingin mendengar pengajarannya. Yesus tahu persis karakter dan kepribadian kaum sebangsanya terhubung pada peribadahan. Menurut tradisi (adat kebiasaan) Yahudi, setiap orang wajib mengikuti Ibadah baik di Baith Allah maupun di sinagoge (rumah sembahyang). Tradisi itu tercipta dan dipertahankan, karena setiap rang Yahudi wajib menjalankan Hukum Taurat. Oleh karena itu, seseorang yang tidak mengikuti ibadah di Baith Allah / sinagoge dianggap berdosa. Tidaklah mengherankan, jika orang Yahudi yang beribadah itu mendengarkan uraian tentang Taurat (khotbah) sebagai sebuah kebiasaan belaka. Khothbah bukan menjadi sebuah uraian yang menuntun kehidupan ke arah keselamatan, sebagai terang Allah, sebagai landasan pmbangunan mental spiritual, karakter dan kepribadian; melainkan sebagai sebuah kupasan akal budi manusia belaka. Pemahaman demikian akan mempengaruhi penilaian tentang pertumbuhan spiritualitas umat Yahudi : tiap orang bertanggungjawab tas perkataan dan tingkahakunya. Berkembang atau mati, ya semuanya urusan pribadi. Bertolak dari latar belakang demikian, Yesus mengajarkan kehendak Allah tentang bagaimana seorang percaya mendengar firman TUHAN

C. NASKAH INJIL MATIUS 13 : 15 - 22

13 : 18    Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13 ;19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13 : 20   Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13 :21 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13 : 22  Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

D. PEMAKNAAN PERIKOP

Menurut Matius, Yesus memakai perumpamaan tentang PENABUR sehubungan TUGAS YANG DIKERJAKAN PARA NABI PERJANJIAN LAMA yang memberitakan dan mengajarkan Hukum dan Firman Allah, bagaikan BENIH yang ditaburkan. Sementara LADANG PERTANIAN itu adalah UMAT ISRAEL. Sejak dahulu (masa Perjanjian Lama) TUHAN Allah telah memanggil dan mengutus hamba - hambaNya (Hakim-Hakim, Nbi-Nabi, Imam-Imam, Raja-Raja) ke tengah umat Israel untuk memberitakan dan mengajarkan kehendakNya, yang kita sebut FIRMAN. Akan tetapi umat Israel, sejak masa Musa dan Harun, selalu membangkang. Mereka berpikir dan bertindak, bertutur dan berbuat menurut kemauannya sendiri. Akhirnya Allah menghukum. Mereka dibuang ke Babel, Diharapkan umat Israel dapat mengubah tutur kata dan tindakan, lalu bertobat dan melakukan perbuatan sesuai kehendak Allah. Namun keadaan mereka tidak berubah sampai masa kerja Yesus. 

Melihat tanggapan orang Israel, Yesus mengelompokkaan mereka ke dalam 3 (tiga) bagian besar sebagaiana sifat tanah pertanian di Palestina :

Pertama, TANAH PERTANIAN. Tantangan yang selalu datang adalah perubahan musim. Kadang musim penghujan dan kemudian musim kemarau. Ada bahaya mengancam kehidupan, tetapi mereka selalu kuat menghadapi ancaman, sebab hati dan pikirannya tenang oleh janji Allah. Iman orang orang ini menghidupkan dirinya di sepanjangg perubahan keadaan masyarakat. Imannya terus berbuah, ucapan dan tindakannya terus berhasil, sebab mereka mengandalkan  Firman Allah. Orang ini mendengarkan penjelasan Firman Allah, lalu menghayati -> memahami -> memberlakukan inti pemberitaan melalui cara berpikir yang melahirkan ucapan dan tindakan baik dan bermanfaat bagi semua orang. Mereka berhasil dalam seluruh jalan yang ditempuh.

Kedua, TANAH YANG BERBATU-BATU. Orang ini mendengarkan Firman Allah secara baik. Dengan bersemangat mereka meresponsnya. Mereka pun memberlakukan kehendak Allah; akan tetapi hanya sebentar saja. Mengapa demikian ? Lihatlah tanaman yang bertumbuh di atas tanah berbatu karang. Sebentar saja ia bertumbuh, ketika terik mentari menimpnya; tumbuhan itu menjadi layu dan kering. Ia tidak berbuah. Begitulah tiap orang yang berapi-api secara emosional menerima firman Allah. seketika saja ia bertumbuh segar; akan tetapi seketika kesusahan / penderitaan / kesengsaraan menerpa kehidupan, tumbuhan itu perlahan mati tak berbuah. Gambaran ini menceritakan sifat orang Kristen yang mengikuti Yesus Kristus, karena ingin menikmati kehidupan yang sejahtera, kesenangan duniawi, dll. Namun ketika terjadi perubahan dalam kehidupan rumahtangga, suami di-PHK, anak menderita sakit, orang yan dicintai meninggal dunia, dn sejenisnya. Mulailah mereka meragukan pemeliharaan TUHAN. Imanna menciut, bagaikan pohon yang mulai mengering, tidak berbuah lalu mati. Mereka gagal menuju masa depan.

Ketiga TANAH YANG TERLETAK DIPINGGIR JALAN. Gambaran ini menunjuk pada orang-orang kristen yang hati dan pikirannya terikat oleh keadaan duniawi, gaya hidup komsumtif, gaya hidup hura-hura, gaya hidup sekuler. Mereka hanya mengikuti ibadah, supaya dilihat banyak orang. Mereka suka tersenyum dan mengatakan : "Amin !" seakan mengerti firman TUHAN. Sngguh kasihan orang ini. Mereka mengikuti Yesus, kalau menerima mujizat saja, kalau hidupnya senang saja, jika datang badai dan angin topan melanda rumahnya, maka fondasi dan badann rumahnya rubuh menimpa penghuninya. Orag kristen seperi ini diandaikan bagai mie instan. Imannya bagaiman mie rebus, semakin banyak dimakan mie instan, semakin hati mereka membengkak, dan perutpun menjadi sakit lemas. Akhirnya layu sebelum berkembang, dan gugur bunga sebelum berbuah.

E. MAKNA PEMBERITAAN DALAM PEMBANGUNAN IMAN JEMAAT

Orang Kristen masih hidup di dalam dunia. Kita belum berada di sorga. Dunia tidak bisa menjadi sorga; sebaliknya, sorga bukanlah dunia. Akan tetapi Yesus mengajarkan kita untuk menghadirkan Kerajaan Sorga di atas bumi ini. Bagaimanakah kita menghadirkan Kerajaan Sorga ke dalam dunia tempat tinggal dan bekerja ? 

Menimba makna dari penulisan Injil Matius 13 : 18 - 23, kita diperhadapkan kpada 3 (tiga) masalah utama :

a). KETELADANAN PELAYAN ADALAH LAHAN BAGI PERTUMBUHAN IMAN WARGA JEMAAT

Kualitas pelayan firman yang diutus ke dalam jemaat - jemaat. Kualitas itu bukan hanya berhubugan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki saja; akan tetapi kualitas itu juga perlu ditampakan dalam keteladanan. Katakanlah, bagaimanakah mungkin seorang pelayan mengajar dari mimbar, agar warga jemaat memberikan persepuluhanatau persembahan syukur, sementara ia sendiri menonton dari atas mimbar, tidak turun memberi persembahan ? Jemaat Kristen saat ini membutuhkan keteladanan, bukan banyak khotbah. Jika seorang pelayan firman tidak mau mengubah diri, tidak memberikan teladan perihal memberi secara kristen, sebaiknya ia jangan sering-sering meminta kenaikan tunjangan / gaji atau sejenisnya. JEMAAT TIDAK HANYA MEMBUTUHKAN KHOTBAH, TETAPI MEREKA AKAN MELAKUKAN YANG BAIK MENURUT CONTOH YANG LANGSUNG DILIHATNYA PADA SETIAP IBADAH MINGGU. Jemaat saat ini jauh lebih kristis dibandingkan dekade 1990-an 

b). IMAN ADALAH DASAR PENGHARAPAN DAN BUKTI YANG TIDAK TERLIHAT.

Rasul Paulus menuliskan : "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Kristus..." (Rom. 10:17). Berbeda dengan tulisan Paulus tersebut, acapkali iman seseorang tidak bertumbuh dalam kehidupan jemaat, dikarenakan kecenderungan bergosip ria di kalangan PKP Gereja. Iman seseoran akan mati, dan bisa jadi iidak mau menggikuti ibadah, di karenakan mulut lancang (kenes) yang mengumbar gosip --- memfitnah sesama ---, dalam ibadah-ibadah kaum perempuan. Ini realitas, dan bukan isapan jempol. Perlu dijelaskan kepada semua pihak, bahwa acapkali persekutuan Gereja / Jemaat tidak menjadi lahan pertanian yang subur bagi pertumbuhan iman warganya, melainkan menjadi hama wereng yang mematikan. Jadi perumpaan penabur dan lahan pertanian itu ditujukan Yesus, agar tiap pemimpin dalam Jemaat-Jemaat mmemperhatikan suasana persekutuan, supaya firman Allah yang diberitakan menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang yang ingin melakukan kebaikan Allah.

c). METODE PEMBERITAAN FIRMAN ALLAH

Akhir akhir ini Gereja / Jemaat-Jemaat mengalami kemunduran terkait kunjungan peserta ibadah. Mengapa ? Dikarenakan metode pemberitaan / pengajaran bersifat monoton. Para pelayan firman kurang memperhatikan keluhan pengunjung ibadah, agar ia mengubah metode khotbah yang monoton, datar, kurang ilustrasi, tidak bersemangat, hanya membaca SGD tana kontak mata dengan pendengar, dan lain-lain. Keadaan seperti itu membuat Iblis menggoda pendengar. Iblis itu bernama NGANTUK, PERMEN dan NGOCEH. Oleh krena itu, Gereja / Jemaat tidak hanya memahai pemberitaan firman sebagai aktifitas rutin saja, melainkan memikirkan kualitas pelayan yang akan melayani secara optimal, supaya warga jemaat memahami tujuan pemberitaan serta tugas mereka dalam kehidupan keluarga serta pekerjaan. 

F. PENUTUP

Bibit (Firman Allah) yang ditaburkan akan berbuah baik, jika Peimpin Gereja / Jemaat ikut memikirkan dan melaksanakan ketiga hal yang disebutkan di atas.

Bogor - 17Pebruari 2017

Salam Hormat dan Doa

Arnold R. Ihalauw







Tidak ada komentar:

Posting Komentar