Selasa, 21 Februari 2017

PERSIAPAN HATI MENJADI PENATUA - DIAKEN 2017 - 2022 :


MENCARI PELAYAN JEMAAT 

MELALUI SOSOK KEPEMIMPINAN KRISTUS 

( KRISTOKRASI )

PENGANTAR  ( awal dari serentetan tuisan - tulisan )

Belakangan ini Gereja / Jemaat - Jemaat diracuni pikiran - pikiran sekuler terkait pola / model kehidupan bergereja (sistem dan fungsi organisasi Gereja) Hal ini terlihat dari upaya mengambilalih gagasan manajemen sekuler untuk mengubah dan mengembangkan gagasan penatalayanan gereja menurut tradisi kristen. Keadaan ini, sesungguhnya, tidak banyak mempengaruhi, sekiranya Gereja / Jemaat melakukan studi khusus untuk megembangkan Pemahaman Iman terkat pemerintahan Allah ( Teokrasi ) => pemerintahan Kristus ( Kristokrasi ) kedalam sistem pemerintahan Gereja / Jemaat. Olh karena itu, kita didesak untuk memikirkan kembali dasar dasar teologis sesuai tradisi Gereja tentang penatalayanan (manajemen) Gereja.

DARIMANAKAH GEREJA MEMULAI PEMAHAMAN IMANNYA ?

1.Tradisi Gereja sesuai kesaksian Alkitab

a). Landasan alkitabiah yng kita pakai berumber dari kesaksian Alktab  tentang pemahaan persekutuan umat Allah mengenai penciptaan alam semesta dan manusia, secara khusus panggilan dan pengutusan Umat Allah dalam APL (Alkitab Perjanjn Lama). Menurut kesaksian APL, TUHAN, Allah Israel, menciptakan langit bumi dengan segala isi kemudian menyerahkan kepada manusia untuk menatalayaninya (Kej.1:28 > Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi; 2:15 => TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. ).Dalam panggilan dan pengutusan ---- yang terkandung pada gagasan penciptaan ----, Allah memberikan mandat kepda manusia untuk menatalayani seluruh ciptaan atas namaNya. Allah memberi kebebasan penuh, agar manusia melakukan tugas pemeliharaan. Manusia menjadi representasi ( perwakilan, juga wakil ) yang melakukan di bawah pengawasan Allah. Secara tersirat perwjudan pemerintahan Allah tampak dalam kepemimpinan manusia. 

b). Panggilan dan pengutusan manusia secara universal itu dihubungkan para penulis APL dengan penciptaan : pilihan dan panggilanNya kepada Abraham keturunannya. Tidak mengherankan, jika status keanakan Israel (Kel. 4 : 22 - 23 =>  ..  engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anakKu itu pergi, supaya ia beribadah kepadaKu; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung") Dengan demikian pengangkatan Israel sebagai anak, sesungguhnya, dihayati dalam kerangka pemahaman iman Israel tentang tugas dan panggilan pengutusannya untuk melaksanakan pemerintahan Allah di bumi. Dengan kata lain, Israel sebagai anak yang dikasihi Allah (individual korporatif)  berkewajiban menghadirkan tanda-tanda Pemerintahan Allah (Yun. Basilea tou Theou) di dalam alam semesta berdasarkan pemahaman iman umat tentang Kerajaan Sorga (Yun. basilea tou Uranou). Oleh karena itu, ibadah Israel baik di bidang rituai maupun sosial, sesungguhnya, bertujuan menghadirkan pemerintahan Allah atas seluruh alam ciptaanNya.

2. Kegagalan Manusia.

Dalam sejarah kemanusiaan kita menyaksikan, bahwa kejatuhan manusia dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi :

a). Penyalahgunaan status / kedudukan fungsional / peran. Acapkali kita melihat dan membaca seseorang menyalahunakan status / kedudukan fungsional menurut tafsiran (exsgese) dan taksiran ( eisegese ) sendiri, tanpa melakukan perbandingan dengan tradisi. 

b). Alkitab mencatat berbagai penyalahgunaan kekuasaan oleh manusia, bukan saja pada bidang sosial tetapi juga dalam bidang keagamaan. Kondisi itu dijelaskan eulis Kitab Kejadian "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata" (Kej. 6:5). Karakter ini  yang melekat erat pada citra manusia, setelah kejatuhan dalam dosa (Kej. 3). Dengan demikian status keanakan .dan kedudukan fungsional menjadi batu sandungan untk membuktikan kepatuhan dan kesetiaan manusia kepada Penciptnya. hal tersebut dapay dibuktikan dalam kehidupan sosio reliius, di mana manusia menyelenggarakan penatalayanan (manajemen). 

3. Tujuan Penghukuman Allah

Ada yang berkembang dalam pemahaman teologi orang kristen terkait penghukuman Allah. Orang kristen selalu memusatkan perhatiannya kepada hukuman yang dipikul, karena kesalahan yang dilakukan. Pemahaman seperti itu, so pasti, tidak akan membuahkan pertobatan; padahal tujuan penghakiman dan penghukumn Allah bersifat positif. Allah bermaksud : melalui keadaan sulit yang dialami akibat kesalahan sendiri, manusia segera mengintrospeksi diri, menyesal dan bertobat kembali kepadaNya. Apabila manusia bersikap (berpikiran) positif seperti ini, so pasti, Allah kan memulihkan keadaannya, serta memberi keercayaan untuk melaksanakan missioNya. Sesungguhnya, penghukuman itu bertujuan menyadarkan manusia untuk berbalik dari pikirannya yang sesat, lalu berjalan menurut kehendak Allah.

4. Allah Menghadirkan Diri Untuk Membebaskn dan Menyeamatkan

Semenjak manusia memberontak kepada Allah, maka hubungan dialogis terputus. manusia kehilangan arah jalan. Ia bergerak menurut perasaan dan pikirannya. Semamakin lama semakin jauh dari Penciptanya. Semakin dalam semakin tenggelam, dan mati tidak berdaya. 

Narasi dosa Adam - Hawa,  pembunuhan Habel oleh Kain, kesombongan manusia membangun Menara Babel menunjuk pada risiko yang dipikul manusia oleh karena pikiran dan perasaannya yang memberontak kepada TUHAN. Akan tetapi. Allah tidak pernah berdiam diri melihat  ciptaanNya. Dia merencanakan mega proyek: penyelamatan.

a). Prototipe Penyelamatan. 

Pertama, konteks Kejadian 11 : Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu (Kej. 11 : 7 - 8). Konteks yang bergerak dalam kisah Menara Babel, sesungguhnya, beraroma politik kerajaan-kerajaan yang berserikat pada saat itu; akan tetapi berlatarbelakangkan keragaman budaya dan politik masing-masing suku yang berkonfederasi, maka terjadilah kekacauan. Pada saat bersamaan pemerintahan pusat tidak mamu menjalankan kebijakan, sehingga kerajaan - kerajaan kecil yang ditaklukkan melakukan pemberontakan terhadap kepemimpinan Babel, Kekacauan sosio-politik dan sosio-kultursituasi kal dipahami penulis Kejadian sebagai kehendak Allah yang mengacaukan kerajaan Babel. 

Kedua, dari situasi kacau itu, menurut kesaksian penulis Kejadian, Allah bekerja mengeluarkan keturunan Terah, ayah Abraham, dari pusat kerusuhan menuju Kota Haran. Di sana dimulai narasi "panggilan dan pengutusan Abraham". (Kej. 12:1-3  => Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanaksaudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.") Abraham yang tiddak mengenal Allah patuh mengikuti firmanNya. Abraham, yang bukan orang Israel, taat dan setia menjalani hidupnya sesuai panggilan Allah. 

PENERAPAN BAGI PROSES PEMILIHAN PENATUA - DIAKEN 2017 - 2022 

1).Panggilan dan pengutusan Manusia. 

Narasi pnggilan dan pengutusan Abraham tidak jauh berbeda dengan narasi Kitab Kejadian 1 : 1 - 2 : 25. Abraham dipanggil dan diutus Allah untuk keluar dari kekacauan (Yun. chaos; Ibr. tohu wawohu; Arb. jahiliah). So pasti, ajakan itu memiliki tujuan yang jauh lebih besar, yaitu : menyelamatkan ciptaan Allah. Gambaran ini direfleksikan oleh penulis Kitab Kejadian dengan penciptaan semesta, yang diakhiri dalam peristiwa Allah menjadikan manusia. So pasti juga, tujuan penjadian manusia tu berhubungan dengan tugas penyelamatan alam semesta dan isinya dari pengaruh kuasa-kuasa jahat. Dengan kata lain, di setiap penciptaan, so asti, ada rencana Allah yang indah

2). Predestinasi dan Panggilan Allah.

Kita selalu melakukan kesalahan, jika berbicara tentang predestinasi. Kita mengaitkan gagasan itu kepada nasib. Padahal pandangan (ajaran) kristen tidak memahm presdestinasi sesempit agama lain. Pertanyaan utama untuk membahas predestinasi dalam ajaran Kristen, menurut kesaksian Alkitab, adalah : mengapa saya lahir melalui rahim seorang perempuan Kristen ? Bukankah ada banyak perempuan yang bisa melahirkan ? Ujung-ujungnya kita bertanya :  Mengapa  Allah mengeluarkan diriku melalui mulut rahim seorang perempuan Kristen

Itulah kalimat resiprok *Kalimat tanya tidak bertanya), dan jawabannya hanya ada satu : Pencipta memiliki tujuan yang sudah direncanakan atas ciptaanNya. Yeremia, sang nabi dari dusun Anatot menuliskan pemahaman imannya tentang panggilan hidupnya : : 
Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (Yer. 1:5). Melalui kalimat itu setiap manusia yang lahir dari rahim perempuan wajib mengakui, bahwa Allah mempunyai rencana bagi setiap kelahiran. 

Pengalaan nabi Yeremiaa mengantarkan kit --- warga jemaat --- mempersiapkan diri dlaam proses pemilihan pelayan Allah : PENATUA - DIAKEN. Sebelum memasuki roses pemilihan, kita wajib merenungkan pertanyaan yang telah dikemukakan di atas
  1. Mengapa saya lahir melalui rahim seorang perempuan Kristen 
  2. Bukankah ada banyak perempuan lain yang bisa melahirkan ? 
  3. Mengapa  Allah mengeluarkan diriku melalui mulut rahim seorang perempuan Kristen ?

Memasuki persiapan hati untuk menjawab pertanyaan tersebut, aca dan renungkan sedalam dalamnya ucapan Yesus Kristus :Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. ( Yoh. 15 : 16 )

BERSAMBUNG



Bogor, 22 Pebruari 2017



SELAMAT SORE



Arnold R Ihalauw





















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar