Sabtu, 20 November 2010

Rancangan pengajaran Ibadan Keluarga, Rabu 24 Nop. '10 - Mat. 25:19-30

Saudaraku,

Beta tidak pernah mencegah siapapun untuk membaca dan mengkopi tulisan ini. Yang beta mina  hanyalah CATATAN YANG DIBERIKAN pada ruang notenya, supaya beta dapat memperbaiki yang salah dan mempertajam setiap penulisan di kemudian hari. Catatan saudara pun dapat disdiskusikan, serta untuk mengenal siapapun yang mengutip tulisan ini. Makasih atas perhatian dan pengertiannya.

RANCANGAN PENGAJARAN
HARI RABU, 24 NOVEMBER 2010

PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA PEMBERIAN ALLAH
MATIUS  XXV : 19 – 30

Disusun oleh

PDT. ARIE A R IHALAUW

I
MENGENAL LATARBELAKANG                               KONTEKS JEMAAT KRISTEN ABAD
PENDAHULUAN

TALENTA

Belakangan ini talent digunakan dalam beberapa arti. Dalam perumpamaan ini penulis menghubungkan takenta pada mata uang. Sementara kata tersebut pun dipakai menunjukkan bakat bawaan yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, perikop bacaan ini juga dapat dipakai menjadi islustrasi yang menuntun pendengar memasuki penjelasan si pengajar / pemberita firman. 

TEMPAT PERIKOP DALAM KERANGKA BERPIKIR MATIUS

Matius menempatkan perikop bacaan ini dalam kesatuan pasal XXIV – XXV di bawah judul yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) terkait PENGAJARAN TENTANG AKHIR ZAMAN. Namun kita perlu menjelaskan kata-kata “akhir zaman” sesuai konteks Matius saat itu. Penjelasan ini dipandang perlu agar kita tidak melakukan kesalahan dengan menunjuk langsung pada suatu keadaan yang sekarang sedang terjadi di sini (Indonesia). 

Untuk menguasai pengajaran tentang akhir zaman, kita perlu mengetahui 2 (dua) jargon yang perlu diketahui secara jelas, yaitu : “tanda kedatangan-Mu” dan “tanda kesudahan dunia” (24:3). Kedua kata ini mengandung perbedaan meskipun saling berhubungan.

1.   Tanda kedatangan-Mu.

Biasanya frasa : kedatangan Tuhan kembali, diterjemahkan dari bahasa asing : parousia. Ia menunjuk pada keadaan yang akan terjadi setelah dunia ditiadakan, dunia berakhir (kesudahan dunia). Ia merupakan puncak peristiwa terakhir dari serentetan peristiwa, di mana alam semesta menjadi binasa / hancur. Jemaat Kristen Abad I dan para rasul menghubungkan puncak peristiwa itu pada ucapan Yesus, bahwa Dia akan dating kembali.

2.   Tanda kesudahan dunia

Yang dimaksudkan dengan tanda kesudahan dunia adalah serentetan peristiwa yang mengakibatkan musnahnya alam semesta. Peristiwa tersebut bisa berupa bencana alam (natural disaster -> gemba vulkanik karena letusan gunung berapi, tsunami yang disebabkan gempa tektonik dalam lautan, dan sejenisnya), dan bisa dikarenakan ulah manusia juga (perang, global warming, banjir, pecahnya ozon, dan sejenisnya).  

Perlu diperhatikan, bahwa “semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru” (24:8). Oleh karena itu, ketika si pengajar maupun pemberita firman mengajarkan hal ini, ia tidak boleh memastikan bahwa keadaan yang tercipta karena peristiwa tersebut menunjukkan pada puncak peristiwa (parousia Tuhan). Pendapat itu bisa menimbulkan kebingungan dan kepanikan di kalangan orang Kristen. 

PENGALIHAN GAGASAN HARI TUHAN DARI ALKITAB PERJANJIAN LAMA KE DALAM ALKITAB PERJANJIAN BARU

A.     Pemahaman Alkitab Perjanjian Lama tentang hari TUHAN (Yom-YHWH)

Gagasan tentang “tanda kesudahan dunia” dan “tanda kedatangan Tuhan”, sesungguhnya, diambil alih dari dunia APL. Gagasan itu muncul pada nubuat nabi-nabi, karena kondisi sosial yang berlangsung dalam masyarakat Israel dan bangsa-bangsa.

v KITAB – KITAB HIKMAT

QOHELET (Pengkhotbah)

Penulis kitab ini menggambarkan fenomena alam : “Matahari menjadi dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi gelap, dan awan-awan dating kembali sesudah hujan, pada waktu penjaga-penjaga rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk, dan perempuan-perempuan penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya, dan yang melihat dari jendela semuanya menjadi rabun, dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggilingan menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicauan burun, dan semua penyanyi perempuan tunduk; juga orang menjadi takut tinggi dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tidak dapat dibangkitkan lagi – karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan, sebelum rantai perak diputuskan dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan di hancurkan dekat mata air, dan roda timba dirusakkan di atas sumur, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya” (Pengk. 12:2-7).

v KITAB NABI – NABI 

1. Nabi Amos
18. Celakalah mereka yang
menginginkan hari TUHAN !
Apakah gunanya hari TUHAN itu bagimu ?
Hari itu kegelapan, bukan terang !
19.  Seperti seorang yang lari terhadap singa
            seekor  beruang mendatangi dia,
dan ketika ia sampai ke rumah,
bertopang dengan tangannya ke dinding,
            seekor ular memagut dia !
20.  Bukankah hari TUHAN itu kegelapan
dan bukan terang,
            kelam kabut dan tidak bercahaya ?

Amos 5

9.    Pada hari itu akan terjadi,
              demikianlah firman Tuhan ALLAH,
        “Aku akan membuat matahari
         di siang hari
              dan membuat bumi gelap
              pada hari cerah….,
11.  Aku akan mengirimkan kelaparan
        ke negeri ini,
           bukan kelaparan akan makanan
           dan bukan kehausan akan air
           melainkan akan mendengar
           firman TUHAN
Amos 8

2.  Nabi Zefanya 1

14.  Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan  datang dengan  cepat sekali ! Dengar, hari TUHAN pahit, pahlawan pun akan menangis.
15.  Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam,
16.  hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubur dan terhadap menara penjuru yang tinggi.
17.  Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi.
18.  Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terdahap seluruh penduduk bumi

3.  Daniel 12

1.    Pada waktu itu … aka nada suatu waktu kesusahan besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu
10.  Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku fasik, tidak ada seorangpun dari orang fasik yang memahaminya, tetapi orang bijaksana memahaminya.
11.  sejak dihentikannya korban sehari-hari dan ditegakkannya dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu duaratus dan Sembilan puluh hari.
12. Berbahagialah orang yang tetap menanti-nanti dan mencapai seribu tiga ratur tiga puluh lima hari.
13.  Tetapi engkau, pergilah sampai tiba akhir zaman, dan engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada akhir zaman. 

 \
Beberapa contoh kutipan APL di atas mengantar kita ke dalam kesimpulan :

a). Munculnya fenomena alam yang mendahului pemusnahan alam semesta. 

b). Hari TUHAN itu tiba setelah semua ciptaan dimusnahkan Allah, baik melalui peristiwa alam maupun ulah manusia. Nabi Yesaya III menubuatkan : “Sebab sesungguhnya Aku menjadikan langit yang baru dan bumi yang baru…” dan lagi “Sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap dihadapan-Ku,… demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap” (65:17; 66:22). 

c). Yang tidak berubah hanyalah Allah dan Firman-Nya (Amsal 8:23-24 -> TUHAN menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, … sebelum bumi ada”. Nabi Yesaya memberitakan firman Allah : “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian…” -> Yes. 44:6b). 

Bagaimanakah wujud dan isi bumi yang baru dan langit yang baru ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh para penulis dan nabi-nabi APL, bahwa “zaman baru” itu akan tiba bersama-sama dengan kedatangan Mesiah, Raja Yang Diurapi (Yu. Kristoz – Kristus).

B.   Pemahaman para penulis APB terhadap pemberitaan APL

Menurut pendapat saya, para penulis dan Jemaat Kristen Abad I berangkat dari titik pemahaman dan pusat pengakuan imannya tentang Yesus adalah Kristus (Ibr. Mesiah -> “Engkau adalah Mesiah, Anak Allah yang hidup” –> Mat. 16:16; bd. Flp. 2:11 -> “Yesus Kristus adalah Tuhan”; Kis. 2:36 -> “Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus”. Kita perlu mempelajari lebih mendalam tentang perkembangan teologi Jemaat Kristen Abad I di sekitar pokok tradisi, yakni : tradisi di sekitar ucapan Yesus yang kemudian berkembang kepada pengakuan jemaat tentang Yesus menjadi Kristus. Penelitian, pengkajian dan pengujian atas semua tradisi Jemaat Kristen Abad I bermanfaat untuk merumuskan kembali Pemahaman dan Pengakuan Iman Gereja terkait KRISTOLOGI terkait pemberitaan Injil dalam konteks misi kini dan mendatang). Pemahaman dan pengakuan iman Jemaat Kristen Abad I itu merupakan upaya transliterasi dan transformasi (pengambil alihan bentuk sastera dan nilai tradisi APL ke dalam bentuk dan isi pemahaman APB).

Pemahaman Yesus tentang misi-Nya

1.   Pada awal pekerjaan-Nya Yesus 

Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Dia belum menyatakan keberadaan dan misi-Nya secara tegas. Ia selalu melarang murid-murid dan pengikut-Nya untuk memberitahukan segala sesuatu yang disaksikan mereka kepada orang banyak. Pernyataan Yesus itu digemakan oleh para ke – 4 penulis Injil : “Ingatlah jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun” (bd. Mrk. 1:44a; Mt. 8:4a; Luk. 5:14a, dan ayat-ayat yang lain). Dan lagi : “Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun yang mengetahui…” (Mrk. 5:43). 

Reaksi orang banyak. Pernyataan Yesus membingungkan pengikut dan banyak orang yang menyaksikan-Nya. Mulailah perdebatan tentang Yesus dan pekerjaan-Nya. Ada tanggapan positif dan negatif, malahan juga kecaman yang muncul dari berbagai pihak. Ada yang percaya lalu mengikuti-Nya, ada pula yang menentang. Namun sekeras-kerasnya Dia melarang, tetapi “banyak orang menceritakan perbuatan-NyaYesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan memberitahukannya kepada siapapun. Tetapi makin dilarang-Nya, makin luas mereka memberitahukannya(Mrk. 7:36; 8:30). 

2.   Perkembangan baru dalam misi Yesus.

Agaknya terjadi perkembangan pemikiran Yesus, ketika menyadari bahwa keadaan tidak lagi memungkinkan Dia untuk melanjutkan pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, Ia memanggil dan mengutus ke - 12 murid (Mrk. 6:6b-13; Mat. 10:5-15; Luk. 9:1-6). Pada saat itu, Ia masih mengkhususkan pengutusan ke – 12 murid pada umat Israel (Mat. 10:5b-6 -> “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalm kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel). Akan tetapi Lukas tidak memberikan catatan khusus tentang tujuan, seperti yang dituliskan Matius. Lukas hanya mencatat : “pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil” (Luk. 9:6). Malahan Markus tidak membuat catatan apapun  tentang pengutusan ini. 

Setelah kebangkitan Yesus, barulah muncul ucapan-Nya : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15). Matius pun mengembangkan ucapan Yesus itu, seperti ini : “Pergilah, jadikan sekalian bangsa itu murid-Ku dan baptiskanlah mereka,… ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28:19-20 -> mengenai kedua ucapan yang dicatat ini masih muncul polemik di antara para pakar teologi APB).  

     Dari 2 (dua) bukti yang dikemukakan tentang ucapan Yesus terkait misi-Nya, saya berkesimpulan, bahwa ada 2 (dua) jenis misi yang dilakukan oleh para pengikut Yesus :

a. Misi yang dilakukan secara spontan (otomatis). Misi ini dikerjakan secara umum oleh orang-orang yang menyaksikan pekerjaan Yesus (Mrk. 7:36; 8:30 -> Tetapi makin dilarang-Nya, makin luas mereka memberitahukannya). Orang-orang ini bisa saja menceritakan apa yang disaksikannya kepada umat Israel; akan tetapi saya juga tidak menutup kemungkinan, bahwa setelah peristiwa Pentakosta (Kis. 2), ketika kekristenan dihambat dan pengikutnya dibantai, ada sekelompok orang yang pergi merantau keluar dan memberitakan Injil Kristus. Katakanlah contoh tentang Jemaat Kristen di Kota Roma.   Pertumbuhan jemaat di sana bukan terjadi karena pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus melainkan beberapa orang Kristen, seperti Akwila dan Priskila, Trifena dan Trifosa, Persis serta beberapa orang lainnya (bd. Rom. 16:1-16) 

b.  Misi yang dilakukan oleh para murid / rasul (secara institusional) berdasarkan perintah Yesus (Mrk. 16:15; bd. Mat. 28:19-20; Kis.1:8 -> “Kamu akan menerima kuasa, kalau Rohkudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” ), termasuk Rasul Paulus.

3.   Pengembangan makna historis peristiwa Kematian menuju Kebangkitan.

3.a. Penggunaan tradisi Alkitab Perjanjian Lama

      Kita akan menyimak beberapa tradisi dalam kitab-kitab Perjanjian Lama yang memperlihatkan bagaimana Jemaat Kristen Abad I mengenakannya pada Yesus, orang Nazareth :

                                                  i.         Tradisi Mesiah 

Meskip tradisi ini lebih khusus dimunculkan oleh nabi-nabi post eksilis (pembuangan dan sesudahnya), namun kita tidak dapat membatasinya di sini saja. Oleh karena gagasan ini juga sudah muncul dalam beberapa tradisi nabi-nabi pra-eksilis. 

è Sebab seorang anak akan lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebut orang : Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas tahta Daud dan di dalam  kerajaannya…(Yes. 9:8; bd. Luk 1:32-33).

è Suatu Tunas akan keluar dari tunggul Isai dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah (Yes. 11 : 1 – 3; Luk. 4:18-19; Why. 5:5 -> “Sesungguhnya, singa dari Yehuda, yaitu tunas Daud…; 22 -> Aku , Yesus, … adalah tunas yaitu keturunan Daud”).

è Sesungguhnya seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan menamakan Dia Immanuel (Yes. 7 : 14; bd. Mat. 1 : 23).

è Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala… ia akan bertindak … dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi dan ia menjadi damai sejahtera (Mik. 5:1-4; ay. 1 –> bd. Mat. 2:6; Yoh. 7:42).
è Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh, … Aku akan membangunnya kembali seperti zaman dahulu kala (Amos 9:11; bd. Kis. 15-16).
è Anak-Ku engkau ! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini (Maz. 2:7b; bd. Mat. 3 : 17 -> “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi”)
è Dan ayat-ayat lainnya….

                                               ii.         Tradisi hamba TUHAN (Ibr. Ebed YHWH) sebagai individu

Tradisi eksilis dan pos-eksilis

è Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihanku, yang kepadanya Aku berkenan (bd. Mat.3:17 -> “kepada-Nya Aku berkenan”; lihat juga Mat.17:5; Mrk. 1:11; Luk. 3:22; 9:35). Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyata-kan hukum kepada bangsa-bangsa (Yes. 42:1).

è Dengarkan aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah hai bangsa-bangsa yang jauh ! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah membuat namaku sejak dari perut ibuku (Yes. 49:1).

è Yes. 52:13 – 52:13 Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung, dan dimuliakan (52:13) --> TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya menjadi korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut dan kehendak TUHAN terlaksana olehnya (53:10) dan seterusnya.

Ke – 2 tradisi itu dikembangkan oleh penulis APB untuk menegaskan pemahaman dan pengakuan iman jemaat tentang Yesus Kristus sebagai Hamba TUHAN (Hymne Gereja -> Flp. 2:5–11). Sesungguhnya, upaya re-interpretasi dan re-formulasi tradisi APL itu bersifat pengajaran dan penggembalaan. Cenderung apologetic untuk menjawab serangan terhadap ajaran gereja tentang Yesus selaku Kristus (KRISTOLOGI -> ke-Mesiah-an / ke-Allah-an Yesus serta status Yesus dalam TRINITAS). 

iii.   Sebuah refleksi iman jemaat – antara KEMATIAN menuju KEBANGKITAN – peristiwa hitoris menjadi metahistoris 

a).  Peristiwa penyaliban / kematian mematikan harapan pengikut-Nya tentang zaman baru yang dikerjakan Allah dalam pekerjaan Yesus. Masa kematian (selama kurang lebih 3 hari) sampai ke masa kebangkitan dipahami sebagai waktu penantian. Murid-murid dan para pengikut-Nya dicekam rasa kuatir dan takut menghadapi pembalasan dendam pemuka agama dan para pengikutnya (bd. Yoh. 19:20). Mereka menanti penggenapan janji Yesus, bahwa Ia akan bangkit kembali (Mt. 26:32; Mrk. 14:28; 8:31; 9:9, dll). 

b).  Yohanes mengembangkan makna kebangkitan, bukan saja berdasarkan ucapan Yesus, tetapi juga bertolak dari reinterpretasi atas kesaksian Kitab Suci (Perjanjian Lama). Cerita Yohanes : “Sebab selama ini mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati” (20:9 -> Pada saat itu, belum ada Alkitab Perjanjian Baru; bd. I Pet. 1:20-21). 

c).  Waktu antara KEMATIAN menuju KEBANGKITAN itu pula disebut MASA PENANTIAN

d).  Di kemudian hari masa penantian akan Kebangkitan Yesus dikembangkan menjadi masa penantian akan Kedatangan Yesus kembali (parousia). Sama seperti Dia berkata : “Aku akan bangkit pada hari ketiga”, Dia pula berjanji “Aku akan datang kembali” (Mrk. 13:26; Luk. 21;27; Mat. 24:49; 26:64; bd. Yoh. 14:3; Kis. 1:11). Janji inilah yang dipegang (diyakini) teguh oleh orang percaya. 

e).  Masa Penantian akan datangnya Mesiah (Kristus) dimulai sejak  pemuliaan Kristus (Kis. 1:6 – 11) dan pencurahan Rohkudus (Kis. 2). Inilah masa eskatologi yang diakhiri dalam peristiwa parousia sang Mesiah. 

Semua refleksi iman jemaat terhadap peristiwa Yesus itu dituangkan  dalam TAHUN GEREJA dan LITURGI JEMAAT Abad I. Dengan demikian seluruh sistem ibadah gereja / jemaat berpusat pada Kristus Yesus, Allah Yang Menang dan Mesiah yang akan datang kembali. 

4.   Tugas Gereja sepanjang masa penantian akan datangnya sang Mesiah

 a). Keadaan pada masa penantian akan datangnya Sang Mesiah

      Suasana kekuatiran dan ketakutan yang dialami oleh para murid dan pengikut Yesus sepanjang masa penantian akan kebangkitan-Nya, direfleksikan kembali ke dalam masa penantian akan kedatangan Sang Mesiah (parousia). Sama seperti perlakuan dunia terhadap Yesus, demikian pula Gereja dan orang Kristen, sebagai murid dan pengikut-Nya, akan merasakan kebencian dunia (Yoh.15:18; 17:14). Malahan mereka akan dianiaya dan dibunuh (bd. I Pet. 4:1). Kekristenan akan dihambat di segala tempat (sebab itu, kita tidak perlu heran, jikalau pembangunan gedung Gereja dan pertumbuhan kekristenan di Indonesia pun mengalami hal sama). 

      Mengatasi keadaan itu orang Kristen harus percaya akan janji Yesus: “Aku menyertai kamu sampai kesudahan alam” (Mat. 28:20b) dan “alam mau tidak dapat menguasainya” (Mat. 16:18 – Janji Yesus kepada Gereja). 

b).  Pengutusan Rohkudus / Roh Penghibur / Roh Penolong

      Gereja dan oran Kristen menjalankan pekerjaan-Nya selagi tinggal di atas bumi. Sambil menyongsong kedatangan Sang Mesiah, Allah mengutus Roh-Nya untuk menolong dan menghibur, menyertai dan memimpinnya (Yoh. 14:15-17; 16:4b-15); agar mereka dilindungi sepanjang melaksanakan pekerjaan Kristus.  

c).  Tugas Gereja dan Orang Kristen dalam dunia ciptaan Allah

Masa eskatologis yang panjang, di mana tak seorangpun mengetahui akhir masa ini (Mat. 24:36). Gereja dan orang Kristen dipanggil dan diutus untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah melalui pemberitaan dan pengajaran serta pelayanan kemasyarakatan (pelayanan kasih / kharitas). Beberapa tanda Kerajaan Allah itu adalah :

1)    Damai sejahtera,
2)    Kasih,
3)    Sukacita,
4)    Keadilan dan kebenaran,
5)    Harapan akan masa depan,
6)    Dan lain-lain yang tertulis di dalam Alkitab.

Tanda-tanda itu juga merupakan nilai (values) yang menjawab kebutuhan (needs) manusia dan alam semesta. Ia hanya dapat dinikmati oleh siapapun, jikalau Gereja dan orang Kristen menghadirkan dan mengupayakannya terus menerus untuk dan bersama semua orang.

d).  Etika Kristen dalam masa penantian

      Menurut pendapat saya, penjelasan butir c) di atas patut menjadi nilai normatif (petunjuk / amanat hidup baru) bagi pembangunan karakter Gereja dan orang Kristen selama masa penantian ini. Meskipun aplikasinya perlu disesuaikan dengan perkembangan masyarakat di mana misi Gereja dilaksanakan.
-----oooo000oooo-----
II
PEMBERITAAN DAN   PENGAJARAN BERDASARKAN MATIUS  XXV : 19 – 30
PDT. ARIE A. R. IHALAUW

Berangkat dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, saya mengantar anda memasuki perikop yang ditentukan : Matius XXV : 19 – 30. Perikop ini diberikan judul PERUMPAMAAN TENTANG TALENTA. Siapapun bebas menafsirkan dan merefleksikan perikop ini ke dalam berbagai bentuk pengajaran. Namun saya ingin merumuskan kembali beberapa pokok penting yang dapat diajarkan dalam Kebaktian Rumahtangga, Hari Rabu : 24 Nopember 2010 mendatang.

1.  Penggunaan Istilah TALENTA.

     Istilah ini telah diuraikan pada bahagian PENDAHULUAN di atas. Akan tetapi ada satu hal penting yang perlu ditambahkan lagi, yakni : TALENTA itu dapat diumpamakan sebagai ANUGERAH KESELAMATAN yang dikaruniakan Allah melalui pengenalan serta dalam pengakuan iman kepada Yesus Kristus. Memang benar, jika kita mengartikan talenta sebagai kekayaan pribadi secara psikologis, yaitu : bakat bawaan lahiriah maupun kekayaan ekonomi yang diperoleh melalui kerja keras. Tidak salah ! Namun patut diperhatikan dan diingat, bahwa pemberdayaan talenta itu perlu dihayati dari pemahaman iman tentang anugerah Allah. Jika talenta (bakat bawaan lahirian maupun kekayaan ekonomi) kurang dihayati sebagai pemberian Allah, maka siapapun dapat menggunakannya untuk maksud dan tujuan pribadi, serta merusak kehidupan manusia dan alam semesta.

2.  Pemberdayaan (pemanfaatan) talenta pemberian Allah

     Manusia ciptaan Allah adalah sempurna dan baik. Allah mengaruniakan kepadanya perlengkapan hidup, yakni : bakat bawaan lahiriah, akalbudi, kekuatan psikis, pisik serta mental spiritual dan lain-lain sejenisnya, agar ia mampu melaksanakan penugasan (ibadah) kepada-Nya di atas bumi. Akan tetapi tiap orang memiliki maksud–tujuan dan rencana tentang masa depan terkait kepentingan dan kebutuhan (baik secara individual maupun kolektif). 

     Manusia pun memiliki kehendak bebas (free will) untuk memilih dan menentukan prioritas apa saja yang dibutuhkan. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan kuantitas manusia, berkembang pula kebutuhannya di atas bumi. Lama kelamaan manusia mulai firman TUHAN yang menjadi nilai normatif sebagai pengatur perilaku ibadah (ritual dan sosial)-nya. Manusia akalbudi dan hati nurani manusia cenderung dikuasai hawanafsu (meminjam istilah Paulus : keinginan daging). Pada akhirnya ia memakai talenta (bakat bawaan lahiriah dan kekayaan ekonomi) pemberian Allah untuk memenuhi kepuasan sendiri.  Ia melupakan kebutuhan bersama : bersama sesama dan bersama ciptaan lainnya. Penatalolaan kebutuhan tidak lagi dilakukan secara bertanggung jawab, melainkan diekspoitasi demi mencapai kepuasan lahir-bathin : ekonomis. Manusia melihat kekayaan ekonomis sebagai tujuan hidup, lalu melupakan tugas kemanusiaan yang diamanatkan Allah. Di sinilah talenta (bakat bawaan lahiriah dan kekayaan ekonomi) menggeserkan kedudukan Allah dan sesama ciptaan. Manusia terjerumus ke dalam dosa, karena keinginan daging (hawanafsunya). 

     Dalam kondisi seperti itu manusia tidak dapat melihat jalan keluar. Ia semakin masuk ke dalam jurang kematian (maut). Sebab ia sendiri menyadari, bahwa tingkat kepuasan ekonomis tak dapat dicapainya. Hidupnya terbatas pada kematian (bd. Teologi Kitab Pengkhotbah). Dalam kematiannya ia melihat, bahwa segala sesuatu diusahakan (dengan mengeksplotasi talenta) berujung pada kesia-siaan. Tidak ada jalan keluar ! (gambaran ini diaplikasikan dengan membandingkan Mat. 25 : 14 – 28). Manusia dihukum oleh Allah, karena salah menggunakan atau tidak pernah memberdayakan talenta pemberian Allah.

     Catatan :

Memang ada manusia yang mampu memberdayakan talentanya, seperti hamba yang menerima 5 (lima) dan 2 (dua) talenta. Tetapi secara umum manusia kurang mampu atau pun bersikap malas melakukan pekerjaan berat, sama seperti hamba yang menerima 1 (satu) talenta

3.  Keselamatan dan penatalolaan / penatalayanan talenta

     Allah menganugerahkan Yesus Kristus kepada manusia, agar manusia diselamatkan.  Yesus Kristus menjadi contoh / teladan yang sempurna dan baik. Dia adalah manusia berkualitas secara penuh : psikologis / mental spiritual, yang pernah ada di muka bumi. Dalam melaksanakan pekerjaan Allah Dia memperlihatkan sikap taat-setia serta bertanggungjawab. Yesus melakukan tugas itu meskipun akhirnya Ia harus mati. Ia setia mengasihi dan taat menjalankan segala sesuatu yang disuruh oleh Allah. Dan, oleh karena pekerjaan-Nya itu, manusia memperolah keselamatan (sebagai talenta yang termulia dan yang terutama). 

     Dari pekerjaan-Nya kita menerima pengampunan dan pembaharuan yang dituntun oleh Roh Allah. Anugerah pengampunan atas segala penatalolaan / penatalayanan talenta pemberian Allah, tetapi sekaligus juga pembaharuan atas :

a)    Pembaharuan pikiran dan roh (Efs. 5:23; bd. Yeh. 36:25-27) yang terus merongrong dan mendorong manusia untuk tidak setia mengasihi, tidak taat menjalankan serta tidak bertanggungjawab kepada Allah (pembaharuan motivasi dan perilaku).

b)    Pembaharuan perilaku organisasi dan perilaku sosial manusia yang mengekspolitasi dan menyelewengkan sistem penatalolaan / peñata-layanan demi mencapai kepentingan pribadi, juga kelompok (pembaharuan sistem nilai dan organisasi serta perilaku pelaku organisasi).

c)    Kehadiran Yesus mendorong Gereja dan orang Kristen untuk melancarkan pembaharuan hubungan antar manusia, agar di dalam pembangunan dan pembinaan hubungan baik itulah pemberdayaan talenta menjadi berkat ke atas semua orang dan alam semesta (pembaharuan yang menjadi berkat ke atas semua ciptaan).
Contoh / teladan itulah yang wajib ditiru oleh setiap orang (khususnya Gereja dan orang Kristen). 

4). Gereja dan pemberdayaan talenta 

     Saya suka menyebut talenta sebagai Sumber Daya, yakni : Sumber Daya Insani dan Sumber Daya Ekonomi. Kepada Gereja Allah mengaruniakan berbagai sumber daya, yakni :

a.    Sumber Daya Insani (warga gereja)
b.    Sumber Daya Ekonomi (harta milik yang bergerak dan yang tidak bergerak, keuangan dan sistem organisasi). 

Ad.a. Penatalolaan / penatalayanan Sumber Daya Insani (Manusia)

        Penatalolaan/penatalayanan SDI (Manusia), menurut pendapat saya,  merupakan factor terpenting dari pekerjaan Gereja. Katakanlah, pembangunan Gereja yang sehat sangat ditentukan oleh kualitas SDI/M manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, Gereja perlu membangun jaringan kerja yang sehat, agar pembinaan personalia (Pejabat Gereja di tingkat sinodal maupun local) dapat berjalan baik, sehingga tiap tiap anggota mampu memiliki tingkat kualitas yang baik serta mengembangkan potensinya demi kemajuan misi Gereja. 

Ad.b. Penatalolaan / penatalayanan Sumber Daya Ekonomi

        Saya perlu mengurai pandangan pribadi mengenai beberapa hal terkait sub-judul ini :

        Pertama, Sumber Daya Ekonomi merupakan harta milik Gereja yang bersifat strategis taktis (Perencanaan Program). Ia merupakan sarana pendukung pekerjaan Gereja. 

        Kedua, Sumber Daya Ekonomi Gereja termasuk juga harta milik Gereja yang bergerak dan yang tidak bergerak serta keuangan / financial. 

        Ketiga, Sumber Daya Ekonomi Gereja terdapat pula dalam sistem (pengorganisasian) penatalayanan/penatalolaannya. 

        Ketiga factor itu, jika ditata dan dikelola secara baik akan mendatangkan hasil yang dapat mendukung pekerjaan misi Gereja. Katakanlah, TUHAN Allah mengaruniakan berbagai kekayaan ekonomi ke dalam Gereja. Tujuannya : menjalankan uang (Mat. 25:16,27 -> saya suka menggunakan istilah : investasi). Jika Gereja/Jemaat hanya menanak uang (saving, deposito – bd. sikap orang yang menerima satu talenta – ay.18) itu di Bank; memang menghasilkan, tetapi kurang berdayaguna. Sebaliknya, jika Gereja memikirkan, merencanakan pemberdayaannya (menginvestasi) dalam berbagai aktivitas ekonomi secara bertanggungjawab, bersih dan jujur serta sehat; maka hasilnya akan dapat membantu pekerjaan pelayanan-kesaksian Gereja di masa depan.

        Hambatan psikologis. Masalahnya Gereja menghadapi hambatan psikologis, yakni : pemahaman tradisional tentang pemberdayaan ekonominya. Sampai hari ini Gereja dan warganya belum bisa menerima pandangan, bahwa TUHAN Allah tidak berkeberatan atas aktivitas ekonomi di bidang perniagaan. Padahal tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengemukakan penolakan. 

        Keberatan-keberatan hati nurani. Keberatan hati nurani terhadap pandangan ini bertolak dari pengalaman Gereja menatalola/menata-layani ekonominya. Pengalaman itu bercerita, bahwa sepanjang sejarah penatalolaan/penatalayanan ekonominya, Gereja diperhadapkan pada kerugian besar, karena penyelewangan yang dilakukan oleh para pejabatnya.  Keadaan itulah yang menciptakan perasaan takut untuk berinovasi serta berdampak pada kehidupan bergereja. Agaknya, saya menyarankan agar Gereja mempelajari (menganalisa dan mengevaluasi) kembali pandangannya, setelah membangun pemahaman teologi yang baik dan benar terkait hal ini. 

QUO VADIS 

Saya tidak menentang pemahaman teologi Gereja yang dahulu digenggam. Tetapi saya mendorong Gereja berpikir positif dan kreatif dalam hal memberdayakan semua sumber dayanya (manusia dan ekonomi serta sistem). Sekali lagi, saya tidak pernah menemukan larangan TUHAN, sesuai kesaksian Alkitab, tentang pemberdayaan sumber daya apapun demi mendukung pengerjaan misi Gereja. Hanya saja dalam pelaksanaannya Gereja perlu membuat kebijakan dan peraturan-peraturan yang menjamin, bahwa pemberdayaan itu tidak disalah-gunakan untuk tujuan-tujuan yang tidak tercantum di dalam ketetapan-ketetapan gerejawi.

Semua potensi sumber daya itu perlu dikelola dan diolah secara bertanggung jawab, agar dapat mengukung seluruh aktivitas program misinya. Akan tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh manusia pelaksana dan sistem penatalayanan/pengelolaan. Jika kedua unsure ini tidak sinkron akan menimbulkan kehancuran. Sebaliknya, jika ia berhasil guna, maka akan membawa damai sejahtera bagi manusia dan alam semesta.  

Contoh cerita dalam Matius 25 : 19 – 30 perlu ditelaah secara proporsional dengan pikiran jernih dan hati yang benar. Hal ini terkait 2 (dua) sikap dari 3 (tiga) orang yang menerima talenta. Hal ini saya hubungkan juga dengan nasihat Paulus dalam Roma 10 : 14 – 15 : “Bagaimanakah mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus ?” (ay.15). Pemberitaan Injil adalah tugas yang tidak dapat dipisahkan dari 3 (tiga) hal, yakni : misi Gereja, pemutasian dan ekonomi jemaat. Masalahnya pemutasian tidak sesulit ekonomi jemaat. Jika ekonomi jemaat stabil (atau berkelimpahan), maka pemutasian akan berjalan baik. Sebaliknya, jika ekonomi jemaat kurang baik, maka seluruh pembiayaan mutasi akan ditanggungkan kepada pimpinan. Persoalannya : bagaimanakah pimpinan mampu melaksanakannya, jika jemaat-jemaat tidak mendukung aktivitas keuangan sandal ? Kita bisa menghindar dengan mengatakan : “TUHAN kita kaya. Ia dapat melakukan segala sesuatu jauh melebihi yang dipikirkan manusia”. Akan tetapi kita juga harus mengingat, bahwa TUHAN Allah sudah memberikan talenta ekonomi kepada Gereja. Kini tertinggal pertanyaan : apakah dan bagaimanakah Gereja memikirkan, merencanakan dan menjalankan piñatalolaan/penatalayanan (investasi) harta miliknya demi mendukung misinya ? Quo vadis !

SELAMAT MEMBACA DAN MENYUSUN PENGAJARAN
Medan, Sabtu – 20 November 2010
Salam dan Doa
Pdt. Arie A. R. Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar