Kamis, 18 November 2010

Rancangan pengajaran Ibadan Minggu, 21 Nopember 2010 - Matius 24


RANCANGAN PENGAJARAN
MIINGGU, 21 NOPEMBER 2010

MENJALANI HIDUP,
SAMBIL MENANTIKAN KEDATANGAN TUHAN
INJIL MATIUS  XIV : 37 – 44

DISUSUN OLEH

PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

PENDAHULUAN

KONTEK MASYARAKAT – BANGSA 

Peristiwa bencana alam (natural disaster) Tsunami di Mentawai – Sumatera Barat, Banjir bandang di Warsior – Papua, Letusan Merapi di Jogja yang terjadi pada waktu belakangan ini telah memaksa banyak kaum intelektual dan pemuka agama menafsirkan ulang ayat-ayat dari setiap kitab suci yang diyakininya. Kebanyakan di antara mereka mulai kebingungan, lalu cenderung menghubungkan peristiwa-peristiwa alam tersebut dengan kiamat, seperti yang diramalkan salah satu peramal Jawa Kuno (saingannya Nostradamus). 

Kondisi demikian pun memaksa pemeluk Agama Islam melakukan Istigosah, dan Kristen mengadakan Doa Syafaat, ditambah pula nubuat-nubuat nabi palsu (pendeta-pendeta ataupun pengkhotbah pada Ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani / KKR) yang sengaja menakut-nakuti warga gereja tentang kedatangan TUHAN yang semakin mendekat. Celakanya, banyak warga gereja tertarik menjadi percaya kepada bualan-bualan dan dongeng-dongeng kosong seperti itu. 

Bersamaan dengan gerakan spiritual tersebut, muncul pula nabi-nabi (pendeta, pengkhotbah, penginjil, evangelis) palsu yang mulai menyemburkan ramalan tentang waktu : hari, tanggal, bulan, tahun dan jam, terkait hari / waktu TUHAN (Ibr. yom-YHWH). Mereka itu saling berlomba membuktikan kebenaran ramalannya. Mereka saling berebut pengikut melalui cara yang tidak pernah sejalan dengan kesaksian Alkitab. Akhirnya muncullah kelompok-kelompok spiritual baru.

Sebaiknya gerakan spiritual seperti ini perlu mendapat perhatian Gereja. Sebab, sesungguhnya, tujuan dan maksud gerakan itu positif, tetapi cara yang digunakan tidak sesuai kesaksian Alkitab. Gerakan spiritual ini berusaha menjawab kebutuhan manusia untuk mengusir rasa takut akan datangnya hari-TUHAN yang terjadi tiba-tiba. Ketakutan manusia akan musibah tersebut, disebabkan peristiwa-peristiwa alam dan bencana peperangan serta tingkat ketegangan antar bangsa semakin membesar. Manusia mulai kehilangan kendali intelektual, emosional malahan spiritualitas pun menurut ke tingkat paling kritis. Kekuatiran yang menumbuhkan keputusasaan meningkat drastic. Manusia kehilangan pegangan hidup, lalu berlari mencai jawaban atas masalah yang sedang dan akan dihadapi. 

Celakanya, keadaan ini digunakan oleh pemuka agama untuk memenuhi tingkat kebutuhan pribadi : popularitas dan uang. Dengan sengaja pemuka agama itu menafsirkan kesaksian Alkitab menurut jalan berpikir sendiri, lalu mensugesti (mempengaruhi) pikiran orang banyak. Akhirnya keadaan manusia tidak terkendalikan. Kehidupan pribadi semakin dicengkeram oleh kefasihan lidah para pemuka agama. Racun yang dimuntahkan pemuka agama semakin mengkhamiri pikiran umat, seakan TUHAN segera datang. Inilah masalah baru yang mengikuti peristiwa-peristiwa (fenomena) alam yang sedang terjadi di persada nusantara. 

KONTEKS ALKITAB

Alkitab : baik APL maupun APB, menyaksikan inti masalah yang sama dalam bentuk fenomena yang berbeda. Marilah kita mengikuti penjelasan berikut ini :

A.   KESAKSIAN ALKITAB PERJANJIAN LAMA

Dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama, kita dapat membaca banyak nubuat para nabi tentang datangnya hari TUHAN, mulai dari yang biasa sampai kepada pembinasaan alam semesta, mulai dari peristiwa penghancuran bangsa-bangsa (Ibr. goyim) sampai penghukuman umat Allah. 

Menurut para nabi, ada sejumlah fenomena alam, kejadian-kejadian dalam dunia politik internasional, perubahan perilaku sosial yang mendahului datangnya hari-TUHAN. Akan tetapi kebanyakan nubuatan itu terkait erat dengan kehidupan Israel selaku umat Allah. Menurut pemuka agama Israel (di kalangan Baith Allah dan pemerintahan kerajaan), jikalau bangsa-bangsa melakukan kejahatan atas umat, maka TUHAN akan segera datang untuk membebaskan / menyelamatkan mereka dengan cara menghancurkan bangsa-bangsa

A.1. Pemahaman Iman Israel

Pemahaman iman Israel itu merupakan refleksi dari tindakan Allah atas kekerasan yang dilakukan penguasa Mesir. Pada saat itu, ketika Israel berseru, ALLAH memperhatikan kesengsaraan umat, Dia segera turun tangan melepaskan mereka dari tangan orang Mesir (bd. Kel. 3:7-8). Pertolongan ALLAH bertolak dari perjanjian yang diikatkan-Nya kepada Abraham dan seluruh keturunannya (bd. Kej. 12;1-3). Israel adalah anak-anak ALLAH (Kel. 4:22-23) yang diikatkan oleh perjanjian kasih-karunia dan sunat sebagai meterainya (bd. Kej. 17:10). Israel sangat menekankan hak istimewa (privellege) sebagai anak-anak ALLAH. Itulah alasan yang melatar belakangi pemahaman Iman Israel. 

A.2. Kecaman Nabi – Nabi 

Masalah menjadi lain, ketika Israel telah menduduki tanah Kanaan (tanah perjanjian). Mereka berbuat sekehendak hati, melanggar (Ibr. hatat = berdosa) perjanjian-Nya. Mereka mengkhianati dan menolak pengenalan akan Dia. Ibadah mereka meriah, tetapi perilaku sosialnya rusak (teologi Kitab Nabi-Nabi Abad VII sb.M). Akhirnya TUHAN membenci dan menolak seluruh ibadah Israel (bd, Amos 5 : 21–27).  Yesaya mengatakan : “Bangsa ini datang mendekat dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku” (bd. Yes. 29:13). 

Akhirnya, TUHAN, Allah Israel, memutuskan untuk menghukum anak-anak-Nya (istilah Hosea : Lo-rukhama – yang tidak dikasihani, dan Lo-Ami, bukan umat-Ku). Para nabi Abad VII. Sb.M menyatakan hukuman TUHAN atas Israel, karena ketidak setiaan dan pemberontakannya. Salah satu bait dalam puisi Amos yang sangat terkenal berbunyi :

Biarlah keadilan bergulung-gulung
seperti air
dan kebenaran seperti sungai
yang selalu mengalir

(Amos 5 : 24)

Ucapan itu mengandung 2 (dua) arti :

1.    Jika Israel melakukan keadilan dan kebenaran, maka TUHAN akan mengalirkan berkat-Nya seperti air sungai yang mengalir untuk menghidupkan bangsa itu.

2.  Sebaliknya, jikalau Israel menginjak-injak keadilan dan memutarbalikkan kebenaran, makan TUHAN Allah akan mengubah kehidupan mereka. Air yang melambangkan berkat itu akan berubah menjadi kutukan / hukuman yang mengulung dan menghanyutkan mereka dari tempat tinggalnya. Mereka akan dibuang jauh dari tanahnya

Dengan demikian yom-YHWH yang dipahami Israel sesuai tradisi keagamaannya dikecam oleh para nabi sebagai pengawas (istilah Yeheskiel – red.) umat. Pada waktu itu, TUHAN tidak datang sebagai Juruselamat, tetapi Dia akan datang sebagai penakluk yang meruntuhkan seluruh tatanan (sistem) kerajaan maupun baith Allah. Keadaan ini terjadi, agar Israel mengetahui, bahwa TUHAN itulah satu-satunya ALLAH yang menghendaki mereka menjadi berkat bagi seluruh kaum di muka bumi (bd. Pengutusan Abraham -> Kej. 12:3b : “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”). 

Peristiwa-peristiwa sosial, seperti : peperangan, bencana alam (natural disaster) dan kudeta di dalam istana, selalu dibaca dengan memakai kacamata iman oleh nabi0nabi. Mereka menyebutnya hari TUHAN, pada waktu itu Ia melaksanakan penghukuman atas umat-Nya.  

Selanjutnya, jika bangsa-bangsa (Ibr. goyim) dan raja-raja mereka bergembira dan menjadi sombong, karena kejatuhan Israel, maka Allah pun tidak segan-segan menghukum mereka. Dengan cara seperti itu, baik orang Israel maupun bangsa-bangsa mengetahui dan mengenal ALLAH sebagai TUHAN yang memimpin seluruh bangsa, yang adalah ciptaan-Nya. 

B.   KESAKSIAN ALKITAB PERJANJIAN BARU

Melalui tradisi keagamaan yang diwariskan generasi terdahulu, namun yang kemudian berkembang sesuai zamannya, pemahaman tentang yom-YHWH (hari/waktu TUHAN) sampai ke dalam khazanah pemberitaan Yesus dan Jemaat Kristen Abad I Masehi. 

Saya menegaskan ulang, bahwa peristiwa-peristiwa sejarah dan juga fenomena alam yang terjadi sepanjang perjalanan manusia senantiasa dibaca para penulis Alkitab dari sudut pandang iman. Pemahaman ini perlu diperhatikan oleh setiap penafsir Alkitab yang akan memberitakan firman Allah, baik melalui tulisan maupun secara lisan (mengajar, membawa renungan). Jika tidak demikian, maka pemberitaan akan menyesatkan pemahaman pendengarnya. 

B.1. UCAPAN YESUS TENTANG AKHIR ZAMAN DALAM KONTEKSNYA 

a). Masalah akhir zaman dalam konteks Jemaat Abad I

Yesus pun mengikuti kebiasaan para nabi (bukankah Dia juga disebut sebagai salah seorang dari para nabi yang muncul pada akhir zaman ? -> bd. Mat. 16:13-14).

Yesus adalah seorang intelektual yang terdidik dalam teologi Yudaisme. Dia mengetahui dan mengenal secara baik tradisi keagamaan Israel, serta menggunakannya untuk memberitakan firman Allah. Di samping itu, Yesus menyadari konteks sosial yang sedang dijalani umat Israel, yakni : penjajahan Roma. Kedua pemahaman tersebut dikuasai seutuhnya oleh Yesus. 

Ucapan Yesus yang disalin oleh penulis Injil (Mat. 24 – 28), sesungguhnya, merupakan refleksi Matius terhadap konteks jemaat pada masanya. Dalam kurun waktu setelah Yesus kembali ke sorga sampai Abad II Masehi, Jemaat Kristen diburu, dianiaya dan dibunuh oleh penguasa Baith Allah dan penguasa setempat (Herodes) maupun penguasa Roma. Sebab kehadiran orang Kristen dianggap sebagai ancaman besar terhadap kemapanan kekuasaan mereka. 

Mengatasi kondisi jemaat Matius menyalin seluruh ucapan-ucapan Yesus yang masih diceritakan oleh para pengikut terdekat-Nya. Penulisan Injil Matius  bertujuan mengembalakan, mengajar dan menguatkan (menghibur) warga jemaat yang sedang menghadapi pembantaian dan pembunuhan masal (genocide). Salah satu sumber penulisan Injil Matius adalah Rasul Petrus (Ingatlah, ketika Petrus memberikan penghiburan kepada warga Kristen-israeli di perantauan, ia menuliskan : “Jadi sama seperti Kristus telah mengalami penderitaan badani, kamu harus mempersenjatai dirimu dengan pemikiran demikian” -> bd. I Pet. 4:1). Kerangka berpikir seperti ini mempengaruhi penulis Matius, ketika menjawab persoalan yang sedang dihadapi warga jemaat yang dipimpinnya.

Kesalah pahaman warga jemaat

Kutipan yang dipakai sebagai materi pengajaran dalam Ibadah Minggu (21 Nopember 2010) bertolak dari latarbelakang tentang penafsiran warga jemaat tentang datangnya hari TUHAN, yang diidentikkan dengan kedatangan Yesus Kristus (Anak Manusia -> Ibr. ben-adam; Syr. bar-naza; Yun. huios anthropos). Kesalahpahaman itu disebabkan banyak peristiwa penderitaan yang dialami mereka. Banyak orang Kristen telah meninggal dunia, padahal Tuhan belum juga datang. Padahal warga jemaat berpikir, bahwa Tuhan akan segera datang untuk memusnahkan orang-orang jahat dan menyelamatkan umat-Nya (lihat kesamaan antara pengharapan Israel dan orang Kristen tentang hari-TUHAN). Keadaan ini telah menciptakan rasa kekuatiran yang berujung pada sikap putus asa terhadap kepemimpinan Allah di dalam perjalanan sejarah kekristenan. 

Bertolak dari kesalahpahaman yang menimbulkan krisis iman (pengharapan dan kepercayaan kepada Allah), maka penulis Matius mengutip sumber-sumber utama di sekitar Yesus yang terkait dengan ‘kedatangan Anak Manusia’ (Mat. 24:27). Melalui penulisannya Matius berharap dapat membuka wawasan warga jemaat :

1)   Pemahaman tentang “TANDA” Akhir Zaman

Matius menuliskan : “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah TANDA KEDATANGAN-MU dan TANDA KESUDAHAN DUNIA ?” (Mat. 24:3). Dari pertanyaan murid-murid, memberikan 2 (dua) kesan tentang TANDA yang berbeda, pertama TANDA KEDATANGAN-MU, dan kedua, TANDA KESUDAHAN DUNIA. Masalahnya : 

Pertama, apakah tanda kedatangan Yesus (parousia) sama dengan tanda kesudahan dunia ? Kedua, apakah kesudahan dunia itu menjadi tanda, bahwa Yesus akan segera datang ? Ketiga, bagaimanakan keadaannya jika dunia sudah berakhir (sistem kehidupan di atas bumi), tetapi Yesus yang dinantikan belum datang ? Keempat, adakah perbedaan gagasan yang terdapat dalam pikiran Matius tentang penggunaan terminology (istilah) tersebut ? Menurut pendapat saya, kedua istilah ini : TANDA KEDATANGAN-MU dan TANDA KESUDAHAN DUNIA perlu dianalisa secara benar sesuai dengan gagasan teologi Yudaisme pra-Yesus. 

Saya berusaha menyalin kembali TANDA KESUDAHAN DUNIA yang dituliskan Matius :

1.a.  Peristiwa sejarah (Mat. 24:6-7, 9-10) --- bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan akan melawan kerajaan, manusia akan kelaparan --- menjadi tanda yang menunjuk kepada pemenuhan janji Yesus tentang kedatangan-Nya kembali. 

        Persoalan klasik : sudah sejak masa kerja Yesus, malahan jauh sebelum kehadiran-Nya, peperangan antar bangsa / kerajaan berlangsung terus menerus, bagaikan penyakit akut yang kronis. Kenyataannya Yesus belum juga datang. Lalu, bagaimanakah orang Kristen memahami fenomena sosial-politik ini dengan memakai kacamata iman berdasarkan kesaksian Alkitab ?

        Menurut pendapat saya, perang / peperangan adalah salah satu bahaya yang mengancam kehidupan ciptaan. Penggunaan radio aktif pada moncong peluru kendali dapat menghancurkan segala sesuatu di bumi. Perang / peperangan adalah manifestasi politik yang menemukan jalan buntu. Manusialah yang bertanggungjawab atas semuanya itu. 

0leh karena itu, kita harus mulai membangun gagasan teologi yang alkitabiah, agar dapat menghentikan segala bentuk perang / peperangan yang menghancurkan peradaban (sistem kehidupan) di bumi. 

1.b.  Fenomena alam (Mat. 24:29). : matahari menjadi gelap, bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan.

        Persoalan baru (actual) : apakah hubungan fenomena alam tersebut dengan global warming yang sekarang sedang melanda bumi, sobeknya ozon sehingga sinar ultra violet menembusi atmosfir dan merusak ekosistem ?

        Jikalau hal itu berkaitan, maka kesudahan dunia (akhir zaman) bias disebabkan oleh ilah manusia yang merusak ekosistem. Benarkah demikian ? Dengan demikian fenomena alam yang bereaksi atas ulah manusia perlu dikaji (to analyze) dan diuji (to evaluate), supaya tidak menjadi ancaman atas sistem kehidupan di bumi. 

        Fenomena alam : ‘gempa bumi di berbagai tempat’ (Mat. 24:6c). Menurut pendapat saya, keadaan ini tidak perlu dipersoalkan : apakah ia merupakan hukuman TUHAN ataukan tidak. Letusan gunung berapi yang menyebabkan gempa vulkanik, gempa tektonik (bergeraknya kerak bumi/lautan) yang menyebabkan tsunami bukanlah kesalahan manusia. Itulah fenomena alam yang sudah terjadi setua umur bumi. Manusia tidak perlu menyalahkan diri sendiri atas semua kejadian ini. 

        Yang perlu dipikirkan adalah upaya preventif dan penanggulangan masalah pasca bencana. Pertama, bagaimana manusia memakai IPTEK untuk menyelamatkan diri dari bencana; dan kedua, jika bencana itu terjadi tiba-tibad (seperti tsunami), maka bagaimana penanganan dan penanggulangan akibatnya terhadap orang-orang yang kena musibah.
        Pemikiran saya didasarkan atas kesaksian sejarah perkembangan alam semesta, di mana hal-hal tersebut berulang-ulang terjadi, tetapi Yesus belum datang juga. Inilah tanggungjawab yang harus dikerjakan Gereja dan orang Kristen, sambil menyongsong datangnya Sang Mesiah. 

1.c.  Pemunculan nabi-nabi palsu dan pengajar sesat merupakan salah satu fenomena sosial yang akan dilihat oleh warga jemaat (Mat. 24 : 11-12, 23-24). Mereka ini akan menyesatkan warga jemaat dengan berbagai ajaran dank arena kefasihan lidahnya. 

1.d.  Ucapan Yesus menurut sumber Matius : “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus (baith Allah), menurut firman yang disampaikan nabi Daniel --- hendaklah pembaca memperhatikannya…” (Mat. 24 : 15). 

        Bahagian ini pertama-tama bertujuan menunjuk pada peristiwa penghancuran Kota Yerusalem dan Baith Allah oleh penguasa Roma, pada tahun 70 AD. Sebuah fenomena sosial-politik yang sungguh-sungguh dialami Israel (bd. Luk. 21:20-24). 

        Kemudian hari gambaran tentang penghancuran Kota dan Bait Suci itu dipakai untuk menggambarkan keadaan pada akhir zaman (kesudahan dunia). Pemahaman ini dilakukan berdasarkan pentafsiran orang-orang Kristen. 

2)   Kedatangan Anak Manusia

Matius mencatat ucapan Yesus seperti ini :

2.a.  “Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru” (Mat. 24:8). 

        REFLEKSI ATAS KEMATIAN YESUS KRISTUS

        Ayat ini, sebaiknya, perlu disimak dengan membandingkan peristiwa kematian Yesus. “Zaman baru” yang dimaksudkan mempunyai makna ganda yang dapat diiskan oleh berbagai gagasan teologi, namun tetap berada dalam konsep teologi tentang penderitaan Yesus.

     Artinya, penderitaan salib yang dijalani Yesus merupakan lahan persemaiam berbagai gagasan teologi Kristen tentang masa eskatologis dan pengharapan mesianik. Melalui salib dan kebangkitan Yesus, Allah menciptakan ‘zaman baru’. Suatu keadaan di mana dunia dan manusia dikembalikan pada citra  pertama (Taman Eden) oleh karena anugerah pendamaian yang dikerjakan-Nya dalam pekerjaan Yesus Kristus. 

2.b.  “Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya (dunia)” (Mat. 24:14)

Masa eskatologis itu bukan barus sekarang terjadi, melainkan sudah dimulai sejak kehadiran Yesus sampai kedatangan Anak Manusia (Yesus Kristus). Masa eskatologis itu bukanlah ‘kesudahan dunia’ (berakhirnya sistem kehidupan di atas bumi). Daman masa ini Gereja dan orang percaya menyelenggarakan ibadah kepada Allah bersama semua ciptaan-Nya. Memang, ada berbagai fenomena alam, munculnya nabi dan pengajar palsu; akan tetapi hari penyataan sang Mesiah (Kristus) belum juga tiba.

Sepanjang dan selama masa eskatologis ini orang Kristen dan Gereja wajib memberitakan dan mengajarkan “segala sesuatu” yang telah diperintahkan oleh Yesus (Mat. 28:18-20). Mereka harus memberitakan Injil Kerajaan kepada semua bangsa (Mat. 24:14). Dan selama itu pula mereka akan mendapat tantangan, kendala, hambatan bahkan ancaman yang sanggup mematikan; tetapi mereka harus percaya, bahwa akan firman Kristus : “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kesudahan alam” (Mat. 28:20b). 

3)   Sikap Gereja dan orang Kristen selama masa penantian akan datangnya Anak Manusia (Yesus Kristus)

Masalah yang muncul dalam Gereja dan persekutuan orang Kristen adalah :  bagaimanakah sikap (perilaku) Gereja dan warganya, sambil menyongsong kedatangan Anak Manusia (Yesus Kristus) ?

3.1. Melawan nabi palsu dan pengajar sesat

         Kekristenan terbelah, karena sikap pemimpin. Banyak orang Kristen menjadi sesat, karena pemberitaan alim ulama Kristen tentang hari TUHAN. Hal itu disebabkan kebebasan menafsirkan Alkitab sesuai latar belakang pengetahuan penafsir. Di antara ulama Kristen ada yang gemar menjadi peramal. Mereka mengumpulkan ayat-ayat Alkitab untuk menyelidiki kedatangan Yesus. Berdasarkan hasil penelitian mereka menetapkan waktu (jam, hari, tanggal, bulan dan tahun) peristiwa parousia (kedatangan Yesus). Katakanlah contoh : pada beberapa abad lalu di benua Amerika muncul ajaran Kristen yang menyatakan TUHAN akan segera datang. Banyak orang Kristen berkumpul di sebuah bukit untuk berdoa dan berpuasa sambil membacakan firman, karena seorang pendeta menyatakan, bahwa TUHAN segera datang. Hari berganti mingu lalu bulan barupun datang, tetapi Yesus tak kunjung datang. Orang-orang itu mati kedinginan. Banyak di antara mereka yang menjadi putus asa, malahan ada yang meninggalkan persekutuan. Akhirnya mereka kembali ke dalam aktivitas sehari-hari dan menciptakan Gereja (aliran baru), seperti : Gereja Advent Hari Ke – 7, Gereja Baptis, dan sebagainya. 

         Keadaan itu tidak membuat ulama Kristen putus asa, malahan semakin menggila. Mereka menghasut warga Kristen dari berbagai penjuru dunia untuk mengaminkan ajarannya. Namun sebanyak peristiwa yang diramalkan, sampai hari ini Yesus belum datang juga. Masihkah pembaca mengingat peristiwa Bulan Oktober 2004 di Bandung, ketika seorang pendeta mengumpulkan banyak warga jemaat untuk menantikan kedatangan Yesus; atau masih ingatkan pembaca tentang keputusan Majelis Sinode tahun 1987 untu memberhentikan salah seorang Pendeta GPIB di Pasar Minggu yang menyesatkan warga jemaat dengan ajaran seperti ini ? Ternyata Yesus sampai hari ini belum datang juga, padahal pendeta peramal itu sudah mati satu demi satu.

         Menurut pendapat saya, sama seperti penulis Injil Matius, orang-orang seperti itu telah menyesatkan banyak warga jemaat. Merekalah nabi palsu dan pengajar sesat, sebab mereka telah melanggar ucapan Yesus : “Hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga pun tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). Meskipun Yesus berkata : “Waktunya sudah dekat, sudah diambang pintu” (Mat. 24:33), bukan berarti peristiwa itu akan segera terjadi

         Oleh karena itu, dengan meminjam ucapan Yesus yang dituliskan Matius : “Jika orang berkata kepadamu : Lihat, Mesias ada di sini atau mesias ada di sana, jangan kamu percaya” (Mat. 24:23); dan oleh karena itu, berdasarkan atas otoritas Kristus, yang saya terima selaku pelayan-Nya, saya berkata : “Jangan sesat ! Jangan memberi dirimu disesatkan oleh mesias palsu dan nabi palsu yang meramalkan hari kedatangan Juruselamat. Tetapi kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, supaya apabila datang waktu-Nya, pada saat Dia datang (parousia), kamu ditemukan sedang melakukan kehendak-Nya. Jangan mengikuti rayuan dan bujukan gembala palsu. Mereka ingin memeras harta milikmu dengan menjual firman Allah. Jangan percaya kepada ucapan-ucapan dusta. Pikirkan semuanya itu dan lakukanlah demi Allah yang hidup !”

3.2. Sikap iman seorang Kristen sambil menyongsong parousia. Yesus berkata :

a).   Sekiranya waktunya tidak dipersingkat…” (Mat. 24:22). Ucapan itu harus dihubungkan kepada “Hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu…. hanya Bapa sendiri” (Mat. 24:36). Itu berarti, Allah Bapa sendiri yang menentukan hari dan saatnya. Dia dapat mempersingkat atau memperpanjang waktunya menurut hikmat dan kehendak-Nya sendiri. 

b).   Mengutip ucapan Paulus : “Hai saudara-saudara yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan kesela-matanmu dengan takut dan gentar…” (bd. Flp 2:12). Pertanyaannya : apakah yang harus dikerjakan oleh Gereja dan warganya ? 

        Yesus berkata : “Injil Kerajaan ini harus diberitakan bagi semua bangsa” (Mat. 24:14; bd. Mat, 28:19-20; Mrk. 16:15; Kis. 1:8). Itu berarti, sambil menyongsong parousia Kristus, Gereja dan warganya wajib memberitakan Injil dan mengajarkan firman Allah sesuai kesaksian Alkitab dan ajaran para rasul.

c).    Sepanjang melaksanakan tugas tersebut, Gereja dan warganya akan menghadapi tantangan, kendala, hambatan dan ancaman yang membahayakan persekutuan. Mereka harus berjaga-jaga dan siap sedia (Mat. 24:42, 44) menghadapi semuanya. Persoalannya : bagaimanakah caranya ? 

Yesus berkata : “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Mat. 26:41). Dan lagi dikatakan-Nya : “Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku dan melakukannya…” (Mat. 7:24). Dengan demikian, sikap iman seorang Kristen selama menyongsong parousia Kristus adalah : mengerjakan kehendak Allah, yakni : berdoa, membaca dan melakukan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari

Lalu bagaimanakah kehendak Allah itu diperlihatkan dalam perilaku sehari-hari ? Yesus berkata : “Kasihlah TUHAN, Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia” (Mat.22:37-40)

C.   AKHIRUL’KALAM

Bahagian yang dikutip sebagai perikop bacaan untuk diajarkan dan diberitakan dalam Ibadah Minggu, 21 Nopember 2010 ini membawa kita ke dalam aplikasi (perelevansian) :

C.1. Membangun Keluarga Allah sambil menyongsong kedatangan Sang Mesiah

           Gereja selaku Keluarga Allah yang diciptakan-Nya oleh pekerjaan Yesus Kristus senantiasa harus berjaga-jaga (waspada) dalam segala keadaan. Sementara ia mengadakan pekerjaan pembangunan manusia dan sistem persekutuan – pelayanan – kesaksian, ia perlu memperhatikan perubahan dan perkembangan zaman (dunia). Ia harus sidap sedia membantu warga Kristen menghadapi berbagai tantangan dan hambatan serta ancaman yang dapat mematikan, baik tubuh maupun iman, baik material maupun spiritual. 

           Segala pekerjaan itu dilakukan sesuai firman yang dikatakan Yesus (Mat. 7:24) serta dalam peri hidup saling mengasihi di antara sesama anggota (Mat. 22: 37-40), agar kehidupan  Keluarga Allah dapat menikmati kebahagiaan. 

C.2. Kebenaran dalam Ajaran Gereja hanya lahir dari ketaatan menjalankan Firman Allah yang disaksikan di dalam Alkitab.

           Untuk menertibkan dan memelihara kekudusan hidup,  maka seluruh anggota Keluarga Allah hanya berpegang pada kebenaran Kristus sesuai kesaksian Alkitab. Berdasarkan pemahaman dan pengakuan ini, Gereja menolak dan tidak menerima segala bentuk pengajaran tentang ramalan yang terkait parousia Yesus, seperti  hari, tanggal, bulan dan tahun  (bd. Mat. 24:36, 42b). Karena waktu parousia Yesus hanya diputuskan dan ditentukan oleh Allah sendiri.  

C.3. Mesias palsu, nabi palsu, dan pengajar sesat

           Menghadapi pemunculan mesias palsu, nabi palsu dan pengajar sesat pada akhir-akhir ini, warga gereja diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, serta presbiter pun menambah kegiatan perkunjungan keluarga, supaya warga jemaat tidak terbujuk oleh ajaran-ajaran sesat. 

           Warga Jemaat diminta untuk setia mengasihi dan taat melaksanakan firman Allah, dengan cara : rajin membaca Alkitab, tekun berdoa dan mengikuti ibadah-ibadah, sehingga imannya dapat bertumbuh secara sehat ke arah Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja (Efs. 4 : 12 – 16). 

SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN
MEDAN, KAMIS, 19 NOPEMBER 2010
SALAM DAN DOAKU
PDT. ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar