Kamis, 06 Januari 2011

Antara KEBANGKITAN DAGING ataukah KEBANGKITAN ORANG MARI


ARIE-1/MB-PWG/01-2011
SERI I – MATERI BINA WG

Sahabat-sahabatku,

Sesudah kita memasuki 2011, bukan berarti berbagai masalah telah selesai tuntas. Mungkin masih ada masalah lama, bisa juga akan muncul masalah baru dalam persekutuan yang bersaksi dan melayani. 

Salah satunya, apa yang dialami beta terkait pengajaran Gereja tentang Kebangkitan Orang Mati. Apakah orang yang mati dibangkitkan Allah ? Sudah pasti YA dan AMIN. Akan tetapi pertanyaan tersebut tidak berhenti di sana. Muncul pertanyaan baru : Dengan tubuh apakah orang mati akan dibangkitkan ? 

Masalah ini pun digemakan dalam pengucapan Pengakuan Iman Rasuli pada setiap Ibadah Minggu : AKU PERCAYA, ADANYA KEBANGKITAN DAGING ! Benarkah daging yang sudah dimakan belatung akan dibangkitkan ? Bagaimanakah kita memberitakan kebenaran tentang kebangkitan orang mati kepada saudara-saudara keturunan Tiongha (Cina), padahal beberapa di antara mereka memiliki tradisi kremasi. 

Digelisahkan dan diresahkan oleh hal itu, beta mencoba menelusuri rumusan-rumusan Pengakuan Iman Ekumenis dan Pengakuan Iman Athanasius untuk mencoba menjawab masalah tersebut dengan menggali gagasan-gagasan teologi dalam Alkitab.

Harapan beta, tulisan ini dapat membantu kalian mengembangkan pengajaran Gereja berdasarkan pemahaman iman kita. 

Dikarenakan cukup panjang, maka beta memasukkannya secara bersambung. Selamat menyimak, dan semoga bermanfaat. Semoga saja…..

Medan, 04 Januari 2011

Salam dan Doa
Pdt. Arie A. R. Ihalauw

KEBANGKITAN DAGING
ATAUKAH
KEBANGKITAN ORANG MATI ?

ditulis oleh

ARIE A. R. IHALAUW

SUMATERA UTARA : Medan, 5 Januari 2011


PENDAHULUAN

Saya merasa terganggu, ketika peserta ibadah mengucapkan PENGAKUAN IMAN RASULI (Credo Apostolocum), khususnya : 

Aku percaya adanya Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa dan KEBANGKITAN DAGING
Saya tidak mengetahui dan tidak juga mengerti alasan pemindahan makna KEBANGKITAN ORANG MATI menjadi KEBANGKITAN DAGING. Saya juga tidak mengetahui, siapakah yang menerjemahkan dan apakah alasan penerjemahan kalimat tersebut dari bahasa asing the resurrection of the body / flesh ke dalam Bahasa Indonesia. Yang jelas, warga jemaat mengikuti pelayan gereja yang kurang mengetahui alasan biblikal dan kontekstual yang dihadapi gereja kini dan mendatang. 

Berangkat dari kegelisahan dan keresahan yang bertahun-tahun dirasakan, saya mencari alasan-alasan kontekstual dan biblikal untuk mengungkapkan pemahaman dan pengakuan pribadi, yang mungkin bertentangan dengan pendapat banyak orang. Harapan saya, tulisan ini akan membuka wawasan serta pendekatan kita terhadap konteks di mana gereja/jemaat melaksanakan pelayanan-kesaksiannya. Melalui tulisan ini saya mendorong para teolog dalam Gereja / Jemaat, khususnya pendeta, agar selalu mengkaji dan menguji penggunaan istilah-istilah teologis yang berdampak bagi pekerjaan pelayanan-kesaksian

I.       PENGGUNAAN TERMINOLOGI

I.A.   Kebangkitan Daging

       Penggunaan terminologi ‘kebangkitan daging’ (the resurrection of the body / flesh) dapat berpengaruh luas ke dalam pernyataan Gereja terhadap berbagai situasi yang dihadapi. Kata daging bersifat sempi dan terbatas. Ia menunjuk pada tubuh, badan, atau jasad manusia

       Sementara realitas yang dihadapi warga gereja dalam peristiwa kematian, mayat, jenasah, tubuh atau badan yang dikuburkan akan hancur dimakan belatung. Malahan bentuk dan rupa orang yang telah meninggalpun tidak utuh lagi. Persoalannya : bagaimanakah bentuk tubuh yang dimaksudkan, ketika kita mengucapkan ‘Aku percaya akan kebangkitan daging ?  Sebaiknya, keyakinan (pengakuan iman) yang diucapkan dapat dirumuskan dalam kalimat baku Bahasa Indonesia yang sederhana, dan yang dapat menguraikan makna pemahaman secara jelas.

       Penggunaan terminologi ‘kebangkitan daging’ (the resurrection of the body / flesh), bagi orang Kristen merupakan sebuah kewajaran (walaupun tidak diketahui dan tidak dimengerti); akan tetapi ia akan menjadi hambatan bagi upaya pemberitaan injil Kristus kepada masyarakat. Sebab rumusan itu tidak rasional, mengandung hukum logika. Daging adalah bahagian komponen dari kesatuan tubuh, badan manusia. Sesuai dengan pernyataan iman, pada waktu Ibadah Pemakaman, seorang pelayan berkata : “Yang dari debu tanah akan kembali menjadi debu tanah, dan roh kembali kepada Allah”. Dalam ucapan tersebut terasa dikotomi (pemisahan dan pembedaan) gagasan antara tubuh/badan dan roh. Umumnya, orang berpikir sempit tentang daging, yang menunjuk pada bahagian komponen dari kesatuan tubuh atau badan manusia. Mustahil, jika daging (dalam arti tubuh atau badan manusia) dapat bangkit kembali. Apapun yang mau dikatakan, semuanya mustahil.

Meskipun hal itu dikatakan oleh Paulus sekalipun serta terkandung dalam Alkitab ! Saya menaruh keberatan atas pernyataan Paulus, jika hal itu dipakai sebagai landasan dari rumusan pengakuan iman yang diucapkan oleh warga jemaat pada setiap ibadah minggu. Daging tidak pernah akan bangkit. Dalam tulisannya (I Kor. 15:50) Rasul Paulus sendiri mengakui, bahwa darah dan daging tidak dapat mengambil bahagian dalam Kerajaan Sorga. Jika benar hal itu dituliskan, maka saya menilai bahwa pikiran Paulus kontradiktif, serta bisa menimbulkan kekacauan bagi proses berpikir umat. Kita juga akan tersesat, jika tidak memahami benar maksud Paulus tentang masalah kebangkitan. 

       Jelasnya, Paulus tidak bermaksud mengajarkan, bahwa akan terjadi kebangkitan daging (the resurrection of the body / flesh) pada saat Kristus Yesus menyatakan diri selaku Raja Mesiah. Dengan demikian, saya mengajukan pertanyaan kepada seluruh teolog gereja (Pendeta, Penatua, Diaken) dengan alasan apakah anda menggunakan rumusan kebangkitan daging (the resurrection of the body / flesh) ?

I.B.   Kebangkitan Orang Mati

       Saya cenderung memakai  terminologi ini dalam setiap Ibadah, di mana Pengakuan Iman Rasuli (Creedo Apostolicum) diucapkan. Alasannya cukup rasional (logis) : yang mati itu bukan daging, bukan tubuh, bukan badan. Yang mati adalah manusia secara utuh. Yang mati adalah orang, bukan dagingnya.

       Terjemahan – Terjemahan PENGAKUAN IMAN RASULI

1.     THE OLD ROMAN CREED

BELIEVE in God almighty [the Father almighty—(Rufinus)]. And in Christ Jesus, his only Son, our Lord Who was born of the Holy Spirit and the Virgin Mary. Who was crucified under Pontius Pilate and was buried And the third day rose from the dead. Who ascended into heaven. And sitteth on the right hand of the Father. Whence he cometh to judge the living and the dead. And in the Holy Spirit. The holy church. The remission of sins. The resurrection of the flesh. The life everlasting. [Rufinus omits this line.]

2.     THE APOSTLES’ CREED  ( sixth-century Gallican version )


I BELIEVE in God the Father almighty, I also believe in Jesus Christ his only Son, our Lord, conceived of the Holy Spirit, born of the Virgin Mary. suffered under Pontius Pilate, crucified, dead and buried; he descended into hell, rose again the third day, ascended into heaven, sat down at the right hand of the Father, thence he is to come to judge the living and the dead. I believe in the Holy Ghost, the holy catholic Church, the communion of saints, the remission of sins, the resurrection of the flesh and life eternal.

3.     THE APOSTLES’ CREED ( terjemahan yang dipakai sampai hari ini )


I BELIEVE in God the Father Almighty, Maker of heaven and earth: And in Jesus Christ his only Son, our Lord; who was conceived by the Holy Ghost, born of the virgin Mary, suffered under Pontius Pilate, was crucified, dead, and buried; he descended into hell; the third day he rose again from the dead; he ascended into heaven, and sitteth on the right hand of God the Father Almighty; from thence he shall come to judge the quick and the dead. I believe in the Holy Ghost; the holy catholic church; the communion of saints; the forgiveness of sins; the resurrection of the body; and the life everlasting. Amen
THE OLD ROMAN CREED

as quoted by TERTULLIAN (c. 200)
De Virg. Vel.
1 De Praecept. 13
1 De Praecept. 26
1.     Percaya kepada Satu Allah, Bapa Pencipta dunia (Believing in one God Almighty, maker of the world)
1.     Kami percaya kepada satu Allah (We believe one only God)
1.     Aku percaya kepada satu Allah, Pencipta dunia  (I believe  in one  God, maker  of the world)
2.     dan Anak-Nya, Yesus Kristus (and His Son, Jesus Christ)
2.       dan Anak Allah, Yesus Kristus  (and the son of God Jesus Christ)
2.     Firman, yang disebut Anak-Nya, Yesus Kristus (the Word, called His Son, Jesus Christ)
3.     lahir dari perawan Maria (born of the Virgin Mary)
3.       lahir melalui Sang Perawan (born of the Virgin)
3.     oleh Rohkudus dan kuasa Allah dibuat menjadi daging dan lahir melalui kandungan Maria (by the Spirit and power of God the Father made flesh in Mary's womb, and born  of her)
4.     disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus (crucified under Pontius Pilate)
4.      Him suffered died, and buried
4.     disiksa di salin (fastened to a cross).
5.     pada hari ketiga dibangkitkan dari antara orang mati  (on the third day brought to life from the dead)
5.      hidup kembali (brought back to life)
5.     bangkit pada hari ketiga (He rose the third day)
6.     masuk ke Sorga (received in heaven)
6.      naik/diangkat kembali ke sorga (staken again into heaven)
6.    diangkat ke sorga (was caught up into heaven)
7.     sekarang duduk di sebelah kanan Bapa  (sitting now at the right hand of the Father)
7.      duduk di sebelah kanan Bapa (sits at the right hand of the Father)
7.    duduk di sebelah kanan Bapa (set at the right hand of the Father)
8.     akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan orang yang mati (will come to judge the living and the dead)
8.      akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan orang yang mati (will come to judge the living and the dead)
8.    will come with glory to take the good into life eternal, and condemn the wicked to  perpetual fire
9.     Rohkudus yang diutus oleh Bapa (who has sent from the Father the Holy Ghost).
9.   sent the vicarious power of His Holy Spirit
10.   untuk memerintah / memimpin orang percaya (to govern believers)
      (In this passage articles 9 and 10 precede 8)
12.  melalui kebangkitan daging (through resurrection of the flesh).
12.   Kebangkitan daging  (restoration of the flesh)
THE OLD ROMAN CREED
Old Roman Creed (R)
Existing Modern Creed (T)

Terjemahan ini dipakai sampai sekarang
(1)       Aku percaya kepada Allah Yang Mahakuasa (I believe in God the Father Almighty);
(1)       Aku percaya kepada Allah Bapa, Pencipta langit dan Bumi (I believe in God the Father Almighty Creator of Heaven and earth)
(2)       Dan Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita (And in Jesus Christ, His only Son, our Lord);
(2)    Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita (And in Jesus Christ, His only Son, our Lord);
(3)       yang dilahirkan oleh Rohkudus dan dilahirkan/keluar dari Perawan Maria (Who was born of (de) the Holy Ghost and of (ex) the Virgin Mary);
(3)       yang dikandung oleh Rohkudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria  (Who was conceived  by the Holy Ghost, born of the Virgin Mary),
(4)       Disalibkan dan mati di bawah  perintah Pontius Pilatus (Crucified under Pontius Pilate and buried);
(4)       menderita disalibkan, mati dan dikuburkan di bawah pmerintahan Pontius Pilatus (Suffered under  Pontius Pilate, was crucified, dead, and buried);
(5)       pada hari ketiga telah bangkit kembali dari antara orang mati (The third day He rose again from the dead),
(5)       Ia telah turn/masuk ke dalam neraka; pada hari ketiga bangkit kembali dari antara orang mati                   (He descended into hell; the third day He rose again from the dead);
(6)       Ia telah naik kembali ke dalam sorga (He ascended into Heaven),
(6)       Ia telah naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Yang Mahakuasa (He ascended into Heaven, sitteth at the right hand of God the Father Almighty);
(7)       duduk di sebelah kanan Bapa (Sitteth at the right hand of the Father),
(7)       Dari sana Ia akan dating untuk menghakimi orang yang hidup dan orang yang mati (From thence He shall come to judge the living and the dead).
(8)       Ia pasti akan dating kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan orang yang mati (Whence He shall come to judge the living and the dead).
(8)       Aku percaya akan Rohkudus (I believe in the Holy Ghost),
(9)       dan kepada Rohkudus (And in the Holy Ghost),
(9)       Gereja yang Esa, dan persekutuan orang-orang kudus (The Holy Catholic Church, the communion of saints)
(10)    Gereja yang kudus (The Holy Church),
(10)    pengampunan dosa (The forgiveness of sins),
(11)    pengampunan dosa (The forgiveness of sins);
(11)    kebangkitan daging, dan (The resurrection of the body, and
(12)    kebangkitan daging (The resurrection of the body).
(12)    Hidup yang kekal (life everlasting).

Dikutip dan diterjemahkan oleh saya dari : http://www.mb-soft.com/believe/txc/apostles.htm (warna BIRU adalah terjemahan yang dipakai sampai hari ini).
d). Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel

Traditional Wording, used since around 1549

I believe in one God,
the Father Almighty,
maker of heaven and earth,
and of all things visible and invisible;
And in one Lord Jesus Christ,
the only begotten Son of God,
begotten of his Father before all worlds,
God of God, Light of Light,
very God of very God,
begotten, not made,
being of one substance with the Father;
by whom all things were made;
who for us men and for our salvation
came down from heaven,
and was incarnate by the Holy Ghost
of the Virgin Mary,
and was made man;
and was crucified also for us under Pontius Pilate;
he suffered and was buried;
and the third day he rose again
according to the Scriptures,
and ascended into heaven,
and sitteth on the right hand of the Father;
and he shall come again, with glory,
to judge both the quick and the dead;
whose kingdom shall have no end.
And I believe in the Holy Ghost the Lord, and Giver of Life,
who proceedeth from the Father [and the Son];
who with the Father and the Son together
is worshipped and glorified;
who spake by the Prophets.
And I believe one holy Catholic and Apostolic Church;
I acknowledge one baptism for the remission of sins;
and I look for the resurrection of the dead,
and the life of the world to come. AMEN.

Modern (Western) Wording

We believe in one God,
the Father, the Almighty,
maker of heaven and earth,
of all that is, seen and unseen.
We believe in one Lord, Jesus Christ,
the only son of God,
eternally begotten of the Father,
God from God, Light from Light,
true God from true God,
begotten, not made,
of one being with the Father.
Through him all things were made.
For us and for our salvation
he came down from heaven:
by the power of the Holy Spirit
he became incarnate from the Virgin Mary,
and was made man.
For our sake he was crucified under Pontius Pilate;
he suffered death and was buried.
On the third day he rose again
in accordance with the Scriptures;
he ascended into heaven
and is seated at the right hand of the Father.
He will come again in glory
to judge the living and the dead,
and his kingdom will have no end.
We believe in the Holy Spirit, the Lord, the giver of life,
who proceeds from the Father [and the Son].
With the Father and the Son
he is worshipped and glorified.
He has spoken through the Prophets.
We believe in one holy catholic and apostolic Church.
We acknowledge one baptism for the forgiveness of sins.
We look for the resurrection of the dead,
and the life of the world to come. AMEN.

e)  The Athanasian Creed, Quicunque

QUICUNQUE VULT
Alternate readings in brackets

1.          Whosoever will be saved, before all things it is necessary that he hold the Catholic Faith.
2.          Which Faith except everyone do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish everlastingly.
3.          And the Catholic Faith is this:
That we worship one God in Trinity, and Trinity in Unity,
4.          Neither confounding the Persons, nor dividing the Substance [Essence].
5.          For there is one Person of the Father, another of the Son, and another of the Holy Ghost.
6.          But the Godhead of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost, is all one, the Glory equal, the Majesty co-eternal.
7.          Such as the Father is, such is the Son, and such is the Holy Ghost.
8.          The Father uncreate [uncreated], the Son uncreate [uncreated], and the Holy Ghost uncreate [uncreated].
9.          The Father incomprehensible [unlimited], the Son incomprehensible [unlimited], and the Holy Ghost incomprehensible [unlimited].
10.       The Father eternal, the Son eternal, and the Holy Ghost eternal.
11.       And yet they are not three eternals, but one eternal.
12.       As also there are not three incomprehensibles [infinites], nor three uncreated, but one uncreated, and one incomprehensible [infinite].
13.       So likewise the Father is Almighty, the Son Almighty, and the Holy Ghost Almighty.
14.       And yet they are not three Almighties, but one Almighty.
15.       So the Father is God, the Son is God, and the Holy Ghost is God.
16.       And yet they are not three Gods, but one God.
17.       So likewise the Father is Lord, the Son Lord, and the Holy Ghost Lord.
18.       And yet not three Lords, but one Lord.
19.       For like as we are compelled by the Christian verity: to acknowledge every Person by himself to be both God and Lord,
20.       So are we forbidden by the Catholic Religion, to say, There be [are] three Gods, or three Lords.
21.       The Father is made of none, neither created, nor begotten.
22.       The Son is of the Father alone, not made, nor created, but begotten.
23.       The Holy Ghost is of the Father and of the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.
24.       So there is one Father, not three Fathers; one Son, not three Sons; one Holy Ghost, not three Holy Ghosts.
25.       And in this Trinity none is afore, or after other; none is greater, or less than another [there is nothing before, or after: nothing greater or less];
26.       But the whole three Persons are co-eternal together and co-equal.
27.       So that in all things, as is aforesaid, the Unity in Trinity and the Trinity in Unity is to be worshipped.
28.       He therefore that will be saved must [let him] thus think of the Trinity.
29.       Furthermore, it is necessary to everlasting salvation that he also believe rightly the Incarnation of our Lord Jesus Christ.
30.       For the right Faith is, that we believe and confess, that our Lord Jesus Christ, the Son of God, is God and Man;
31.       God, of the Substance [Essence] of the Father, begotten before the worlds; and Man, of the Substance [Essence] of his Mother, born in the world;
32.       Perfect God and perfect Man, of a reasonable soul and human flesh subsisting;
33.       Equal to the Father, as touching his Godhead; and inferior to the Father, as touching his Manhood.
34.       Who although he be [is] God and Man, yet he is not two, but one Christ;
35.       One, not by conversion of the Godhead into flesh, but by taking assumption of the Manhood into God;
36.       One altogether, not by confusion of Substance [Essence], but by unity of Person.
37.       For as the reasonable soul and flesh is one man, so God and Man is one Christ;
38.       Who suffered for our salvation, descended into hell [Hades, spirit-world], rose again the third day from the dead.
39.       He ascended into heaven, he sitteth on the right hand of the Father, God [God the Father] Almighty,
40.       From whence [thence] he shall come to judge the quick and the dead.
41.      At whose coming all men shall rise again with their bodies
42.       And shall give account for their own works.
43.       And they that have done good shall go into life everlasting, and they that have done evil into everlasting fire.
44.       This is the Catholic Faith, which except a man believe faithfully [truly and firmly], he cannot be saved.

Latin Version

Symbolum Quicunque

1.          Quicunque vult salvus esse, ante omnia opus est, ut teneat catholicam fidem:
2.          Quam nisi quisque integram inviolatamque servaverit, absque dubio in aeternam peribit.
3.          Fides autem catholica haec est: ut unum Deum in Trinitate, et Trinitatem in unitate veneremur.
4.          Neque confundentes personas, neque substantiam seperantes.
5.          Alia est enim persona Patris alia Filii, alia Spiritus Sancti:
6.          Sed Patris, et Fili, et Spiritus Sancti una est divinitas, aequalis gloria, coeterna maiestas.
7.          Qualis Pater, talis Filius, talis [et] Spiritus Sanctus.
8.          Increatus Pater, increatus Filius, increatus [et] Spiritus Sanctus.
9.          Immensus Pater, immensus Filius, immensus [et] Spiritus Sanctus.
10.       Aeternus Pater, aeternus Filius, aeternus [et] Spiritus Sanctus.
11.       Et tamen non tres aeterni, sed unus aeternus.
12.       Sicut non tres increati, nec tres immensi, sed unus increatus, et unus immensus.
13.       Similiter omnipotens Pater, omnipotens Filius, omnipotens [et] Spiritus Sanctus.
14.       Et tamen non tres omnipotentes, sed unus omnipotens.
15.       Ita Deus Pater, Deus Filius, Deus [et] Spiritus Sanctus.
16.       Et tamen non tres dii, sed unus est Deus.
17.       Ita Dominus Pater, Dominus Filius, Dominus [et] Spiritus Sanctus.
18.       Et tamen non tres Domini, sed unus [est] Dominus.
19.       Quia, sicut singillatim unamquamque personam Deum ac Dominum confiteri christiana veritate compelimur:
20.       Ita tres Deos aut [tres] Dominos dicere catholica religione prohibemur.
21.       Pater a nullo est factus: nec creatus, nec genitus.
22.       Filius a Patre solo est: non factus, nec creatus, sed genitus.
23.       Spiritus Sanctus a Patre et Filio: non factus, nec creatus, nec genitus, sed procedens.
24.       Unus ergo Pater, non tres Patres: unus Filius, non tres Filii: unus Spiritus Sanctus, non tres Spiritus Sancti.
25.       Et in hac Trinitate nihil prius aut posterius, nihil maius aut minus:
26.       Sed totae tres personae coaeternae sibi sunt et coaequales.
27.       Ita, ut per omnia, sicut iam supra dictum est, et unitas in Trinitate, et Trinitas in unitate veneranda sit.
28.       Qui vult ergo salvus esse, ita de Trinitate sentiat.
29.       Sed necessarium est ad aeternam salutem, ut incarnationem quoque Domini nostri Iesu Christi fideliter credat.
30.       Est ergo fides recta ut credamus et confiteamur, quia Dominus noster Iesus Christus, Dei Filius, Deus [pariter] et homo est.
31.       Deus [est] ex substantia Patris ante saecula genitus: et homo est ex substantia matris in saeculo natus.
32.       Perfectus Deus, perfectus homo: ex anima rationali et humana carne subsistens.
33.       Aequalis Patri secundum divinitatem: minor Patre secundum humanitatem.
34.       Qui licet Deus sit et homo, non duo tamen, sed unus est Christus.
35.       Unus autem non conversione divinitatis in carnem, sed assumptione humanitatis in Deum.
36.       Unus omnino, non confusione substantiae, sed unitate personae.
37.       Nam sicut anima rationalis et caro unus est homo: ita Deus et homo unus est Christus.
38.       Qui passus est pro salute nostra: descendit ad inferos: tertia die resurrexit a mortuis.
39.       Ascendit ad [in] caelos, sedet ad dexteram [Dei] Patris [omnipotentis].
40.       Inde venturus [est] judicare vivos et mortuos.
41.       Ad cujus adventum omnes homines resurgere habent cum corporibus suis;
42.       Et reddituri sunt de factis propriis rationem.
43.       Et qui bona egerunt, ibunt in vitam aeternam: qui vero mala, in ignem aeternum.
44.       Haec est fides catholica, quam nisi quisque fideliter firmiterque crediderit, salvus esse non poterit.

II.   Landasan Kerangka Pemikiran Saya

Pasti muncul pertanyaan : mengapa saya menaruh keberatan terkait rumusan kebangkitan daging (resurrection of the body / flesh). Saya telah menyimak kedua pengakuan ekumenis dan pengakuan pribadi, yakni Pengakuan Iman Rasul dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel serta Pengakuan Iman Pribadi yang disusun dan dirumuskan oleh Bapa Gereja : Athanasius, dan saya mnemukan perkembangan penterjemahan di dalamnya, sebagai berikut :

a.    Athanasius secara pribadi merumuskan pemahaman dan pengakuan imannya tentang masalah kebangkitan orang percaya, berbunyi : at whose coming all men shall rise again with their bodies. Kalimat ini dapat diterjemahkan : dan akan terjadi semua orang dibangkitkan dengan tubuhnya masing-masing

b.    Rumusan Pengakuan Konstantinopel berbunyi : I (or We) look for the resurrection of the dead. Kalimat ini dapat diterjemahkan : kebangkitan orang mati (ingat dan simak Pengakuan Iman Rasuli dalam pertumbuhan tradisi Gereja-Gereja di Indonesia sebelum tahun 1970-an. Pada masa itu warga jemaat mngucapkan hal yang sama seperti yang saya terjemahkan)

c.    Rumusan Pengakuan Iman Rasuli tertulis : The resurrection of the body. Kalimat ini dapat diterjemahkan : kebangkitan daging. Rumusan ini dipakai sesudah tahun 1970-an

Kedua rumusan Pengakuan Iman Ekumenis butir b dan butir c menunjuk pada suatu perkembangan yang mungkin disadari ataupun tidak disadari, mungkin disengaja atau pun tidak disengaja. Hal ini perlu kita pahami dengan merujuk pada konteks masyarakat di mana Gereja / Jemaat-Jemaat memberitakan serta mengajarkan ajarannya. Dalam konteks itu Gereja / Jemaat secara parokial mengupayakan penjelasan pertanggungjawaban iman terhadap serangan dan kecaman dari dalam maupun dari luar persekutuan.
Kondisi apologetic yang dihadapi jemaat-jemaat dapat disimak dalam rumusan Pengakuan Iman Athanasius tentang kebangkitan. Saya menemukan dalam rumusan Athanasius 2 (dua) kalimat yang saling menerangkan : dan akan terjadi semua orang dibangkitkan dengan tubuhnya masing-masing. Rumusan ini terdiri dari 2 (dua) kalimat, yang saya uraikan sebagai berikut : 

1.    Kalimat pertama berbunyi : akan terjadi kebangkitan semua orang (at who coming all men). 

Kalimat pertama ini memberikan kesan tentang bagaimana Athanasius merumuskan ajaran Gereja tentang kebangkitan.  Pengajaran ini terkait dengan pemahaman teologi Paulus dalam Surat kepada Jemaat Kristen di Tesalonika (I & II Tesalonika) dan kepada Jemaat Kristen di Korintus (I Kor. 15). Terfokus pada pertanyaan : apakah akan ada kebangkitan orang mati, padahal Yesus Kristus belum juga datang kembali ? 

Menjawab keputusasaan Jemaat di Tesalonika Paulus menulis (I Tes. 4) :

13. Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang telah meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan. 14. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa orang-orang yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (Kristus Yesus)… 18. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataaan ini
juga di dalam suratnya kepada Jemaat Kristen di Korintus (I Kor. 15) :

13. Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka tidak ada juga tidak dibangkitkan. 14. Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah juga kepercayaan kamu. 15. Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia (Yesus Kristus) kami katakan, bahwa Ia (Allah) telah membangkitkan Kristus – padahal  Ia (Allah) tidak membangkitkan-Nya (Yesus Kristus), kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. 16. Sebab jika benar orang-orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. 17. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. 18. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati di dalam Kristus. 19. Jikalau  kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. 20. Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”
Kedua nasihat itu ditujukan kepada jemaat-jemaat Kristen yang sedang menghadapi ajaran-ajaran yang bertentangan dengan kekristenan. Paulius ingin menguatkan dan mnghibur jemaat yang diinjilinya, agar iman mereka dibangun dan bertumbuh imannya dalam pengenalan akan Yesus Kristus (Efs. 5:12-16) serta sanggup bertahan, sambil memberitakan injil Kristus. 

2.    Kalimat kedua berbunyi : dibangkitkan dengan tubuhnya masing-masing

Persoalan berikutnya adalah : jikalau tokh memang ada kebangkitan, maka dengan tubuh apakah mereka akan bangkit ? Masalah ini muncul di dalam Jemaat Korintus. Menjawab pertanyaan tersebut, Paulus menyatakan (I Kor. 15:50): 

“Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mengambil bahagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang dapat binasa tidak mendapat bahagian dalam apa yang tidak dapat binasa”.
Jadi dengan tubuh apakah orang-orang yang telah meninggal akan dibangkitkan / dihidupkan kembali ?  Paulus menjawab (I Kor. 15 : 40, 42 – 44) :

40. Ada tubuh sorgawi, ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. 42. Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkikan dalam ketidak-binasaan. 43. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44. Yang ditaburkan ada tubuh  alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah.
Pertanyaannya : apakah Paulus berspekulasi, karena ia tidak mengetahui yang akan terjadi dengan tubuh manusia ? Tidak ! Paulus tidak berspekulasi. Ia tidak memusatkan perhatiannya pada hal-hal duniawi. Ia tidak bermaksud dan bertujuan membahas masalah kebangkitan tubuh. Hal itu bukan urusannya. Yang dibahas Paulus adalah kebangkitan orang mati (the resurrection from the dead) dan bukan kebangkitan tubuh / daging (the resurrection of the body / flesh). Sebab itu, Paulus selalu memakai frasa / idiom kebangkitan orang mati. Apakah orang-orang yang meninggal dalam iman kepada Yesus Kristus dibangkitkan ataukah tidak dibangkitkan ? Sementara masalah dengan tubuh apakah orang mati dibangkitkan merupakan kelanjutan pertanyaan yang mengikuti masalah utama. 

III.    KESAKSIAN ALKITAB TENTANG KEBANGKITAN

Masalah kebangkitan manusia kurang dibahas oleh Alkitab Perjanjian Lama (selanjutnya APL). Nubuat-nubuat yang diberitakan para nabi maupun penulis APL menggunakan ilustrasi kebangkitan berhubungan dengan pemulihan dan pembangunan kembali umat dan Kerajaan Israel, juga Dinasti Daud. Tradisi keagamaan Israel terkait kebangkitan baru muncul pada masa pra dan pos-eksilis (Pembuangan Israel ke Babel). Salah satu nubuat tentang Kebangkitan Israel diberitakan oleh Nabi Yeheskiel (Yeh. 37 : 1 – 14). Dalam kitabnya Yeheskiel menubuatkan :

3. Allah berfirman : “Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali ?” Aku menjawab : “Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahuinya !” 4. Lalu firman-Nya kepadaku : “Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya. Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN ! 5. Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini : Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. 6. Aku akan memberi urat-urat kepadamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi engkau dengan kulit dan memberikan nafas hidup, agar engkau hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. 11. Firman-Nya kepadaku: Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel. Sungguh mereka sendiri mengatakan : Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kamu sudah lenyap, kami sudah hilang. 12. Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka : Beginilah firman Tuhan ALLAH : Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku membawa kamu ke tanah Israel. 13. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. 14. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN”
Penjelasan
 
1.     Maksud dan tujuan nubuat nabi

Yeheskiel tidak bertujuan dan bermaksud menubuatkan kebangkitan Israel sama seperti yang diajarkan kekristenan.

2.     Konteks Israel. 

Konteks di mana Yeheskiel menubuatkan firman Allah berbeda dengan masalah yang dihadapi orang Kristen di Korintus dan Tesalonika, termasuk juga umat Kristen sekarang ini. Nubuatnya disampaikan kepada umat Israel yang sedang menjalani masa hukuman buang di Babel.

Pada masa itu, umat Israel sedang mengalami kondisi yang mereka katakana “Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, dan pengharapan kamu sudah lenyap, kami sudah hilang” (ay. 11). Kondisi seperti ini tidak bermaksud menunjuk pada kematian biologis, melainkan terhubung pada kematian spiritualitas, yaitu : pengharapan tentang masa depannya umat Allah. Mereka ingin kembali ke Zion, Kota Allah, dan Yerusalem, Kota Daud, untuk membangun kembali kejayaan bangsanya.

3.     Kebangkitan bermakna politis

Nubuat nabi tentang kebangkitan Israel tidak berhubungan dengan kematian biologis, an sich. Istilah kebangkitan Israel ditafsirkan ke dalam makna pembebasan secara politis. Pembebasan dari penjajahan Babel. Dan, menurut nabil Yeheskiel : “TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya”. Tuhan ALLAH akan mengerjakan pembebasan itu sendirian saja.

4.     Tujuan Allah dalam karya-Nya

Karya penyelamatan dan pembebasan ditransliteralisasikan oleh Yeheskiel sebagai kebangkitan, supaya umat Israel mengetahui dan mengenal Tuhan ALLAH mereka. Sebab Dia sendiri yang akan :

4.1.  Memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali (ay.5)
4.2.Memberi urat-urat kepadamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi engkau dengan kulit dan memberikan nafas hidup (ay.6)
4.3.  Membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu (ay12, 13).
4.4.Memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali (ay.14)

Secara politis nabi mengatakan : “akan membawa kamu ke tanah Israel” (ay. 12) dan “akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu” (ay.13). Dialah Tuhan, ALLAH Israel, yang mengatakan dan melakukan semua hal itu ke atas umat-Nya.

5.     Transformasi makna kebangkitan secara politis ke dalam makna spiritual

Spiritualisasi kebangkitan Kerajaan Israel dilakukan secara intensif menjelang kelahiran Yesus Kristus. Pekerjaan ini kemungkinan dilakukan oleh kaum Essen, sebuah aliran spiritual dalam Yudaisme pos/paska eksilis. Hal ini saya kemukakan berhubungan dengan karya kaum Essen terkait penafsiran tentang Raja TUHAN (Mesiah). Dalam tradisi Agama Israel (masa pra dan pos-eksilis), Mesiah selalu diartikan berhubungan dengan pembangunan kembali “pondok Daud” (Kerajaan Daud) yang hancur. Secara politis, tugas mesianis yang dipahami Israel ialah membangun dan melestarikan tradisi dan Kerajaan Israel sama seperti masa pemerintahan Raja Daud dan Salomo. 

Kaum Essen tidak saja menyoroti tugas Mesiah secara politis. Mereka pun menafsirkan figur  Mesiah selaku tokoh spiritual. Tafsiran ini berkembang dari pembaharuan pemahaman iman kelompok itu tentang fungsi dan peran bait Allah yang baru (sesudah pembuangan). Pemahaman seperti itu dilator belakangi kondisi sosial yang dihadapi Israel sesudah pembuangan di Babel. Beberapa waktu sesudah pembuangan Babel, wilayah Israel ditaklukkan oleh bangsa-bangsa lain : Yunani (Alexander the Great) dan kemudian kaisar Romawi. Kondisi ini tidak memungkinkan Kerajaan Israel dapat dibangun kembali. Malahan pemberontakan Makabe telah menguburkan harapan bangsa itu. Di sinilah akhir dari perjalanan sejarah Israel selaku bangsa yang merdeka dan pernah memiliki kekuatan militer serta menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya. 

Pada masa kerja Yesus, orang Nazareth, harapan akan datangnya masa kejayaan di bawah kepemimpinan Mesiah dari Dinasti Daud sempat mencuat ke permukaan. Ternyata harapan itu dipupuskan Yesus, ketika Dia menjawab pertanyaan orang banyak : “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini”. Implementasinya cukup kuat dan amat serius bagi Israel. Pernyataan itu sama artinya dengan mematikan harapan umat, sebab itu Yesus ditolak dan dibunuh. Namun pembunuhan itu tidak secara langsung mampu mematikan pokok-pokok ajaran-Nya, termasuk kebangkitan orang mati (bd. Cerita Yohanes tentang Lazarus yang dibangkitkan Yesus -> Yoh. 11).

IV.     TEOLOGI KEBANGKITAN : antara YESUS, YOHANES dan PAULUS intelektual Parisi.

Pembahasan tentang kebangkitan orang mati tidak dapat dipisahkan dari gagasan teologi Yesus dan juga Paulus. Tokoh yang terakhir ini juga adalah intelektual Yudaisme aliran Parisi yang sangat mempengaruhi kekristenan. Oleh karena itu, kita akan mengalami kesulitan untuk membahas pandangan / ajaran Kristen tentang kebangkitan tanpa memenyimak perkembangan gagasan teologi Paulus. 

IV.A.  Tradisi di sekitar Ucapan Yesus di dalam Injil-Injil Sinoptis

        Secara khusus Yesus tidak pernah berbicara tentang kebangkitan tubuh / daging (resurrection of the body/flesh). Memang ucapan-ucapn Yesus tentang kebangkitan dapat ditemukan sporadic dalam Injil-Injil Sinoptis (Markus, Matius, Lukas) dan Injil Yohanes. Kebanyakan ucapan-Nya berhubungan langsung  dengan peristiwa konkrit yang aktual, di mana Dia membangkitkan orang mati maupun yang terkait pernyataan tentang kehidupan pribadi-Nya (Mat.26:32 : “sesudah Aku bangkit”, bd. Mrk. 14:28. Simak juga pernyataan-Nya : ‘Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya, … dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga’ Mat. 16:21; 17:23; 20:19; 27:63; bd. Mrk. 8:31; 9:9,31; 10:34;Luk.18:33; 24:27 -> walaupun pernyataan ini masih didebatkan oleh para teolog Yesus Sejarah). Secara tersurat kita kurang menemukan data tertulis, dalam Injil-Injil Sinoptis, terkait pernyataan Yesus mengenai kebangkitan orang mati, kecuali dalam tulisan Matius : “Dan kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit” (Mat. 27:52 -> bahagian ini juga didebatkan teolog, termasuk para teolog Yesus Sejarah, karena merupakan pernyataan yang dimasukkan oleh redaksi Injil Matius).

        Tentang Gagasan Teologi Kebangkitan pada Masa kerja Yesus

        Perdebatan teologis tentang kebangkitan orang mati, bukan saja menjadi milik kekristenan klasik atau juga sekarang ini. Masalah itu didebatkan juga pada masa kerja Yesus. Yudaisme Saduki (bisa disebut juga Sadukisme) pun menentang ajaran tersebut (Mat. 22:23; Mrk. 12:28; Luk. 20:77). Sadukisme menentang Parisisme yang percaya akan adanya kebangkitan orang mati (Kis. 23:6-8 -> sebab orang-orang Saduki mengatakan tidak ada kebangkitan orang mati, dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Parisi mengakui kedua-duanya). 

        Apakah pandangan Yesus tentang Kebangkitan Orang Mati (Mat. 22:23-32; Mrk. 12:18-27; Luk. 20:27-40) ?

        Jika kita menyimak pertsoalan yang diajukan orang-orang Saduki tentang kebangkitan orang mati, Yesus tidak menjawab inti persoalan yang dikemukakan mereka. Orang Saduki bertanya tentang keadaan yang dialami manusia setelah meninggal dunia. Apakah keadaan yang dijalani di di sorga akan sama seperti yang pernah dijalaninya di atas bumi ? (masalah tentang kawin mawin). Yesus berkata : 

Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci (yang dimaksudkan-Nya ialah APL) kuasa Allah. Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Mat. 22:29-30).
Sementara, di pihak lain, untuk melawan ajaran Kaum Saduki tentang kebangkitan orang mati, Yesus berkata : 

Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allahm ketika Ia bersabda : Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub ? Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup” (Mat. 22:31-32).
        Dengan kata lain, Yesus ingin mengatakan : “Urusilah kehidupan, dan tidak perlu mengurusi orang mati. Sebab kebangkitan orang mati adalah urusan Allah”. Di sinilah saya memahami makna nubuat nabi Yeheskiel : Tuhan ALLAH yang mengatakannya dan yang membuatnya (Yeh. 36:14). 

        Menurut pendapat saya, jawaban Yesus netral. Ia tidak memihak kaum Saduki maupun kaum Parisi. Ia ingin mengambil posisi sebagai penengah. Ia tidak mencari dukungan kaum Parisi, ketika ditanyai kaum Saduki. Sebab Ia mengetahui, bahwa kedua kaum itu jahat hati serta kotor pikirannya. Mereka berbeda kepentingan, tetapi ketika menghadapi-Nya, mereka akan bersekutu. Yesus adalah tokoh yang memelihara keseimbangan (harmoni – dalam bahasa teologi disebut juga keadaan damai) dalam persekutuan. Ia berkata jujur, tulus dan terbuka, agar persekutuan itu selalu ada dalam kedamaian. Jikalau Yesus berpihak pada kaum Saduki, maka akan berhadapan dengan kaum Parisi, sebaliknya juga demikian. Yesus selalu memaikan peran-Nya sebagai Jurudamai di tengah pihak-pihak yang bertentangan.

        Dari jawaban-Nya terhadap pertanyaan kaum Saduki, Yesus tidak mengadakan perlawanan, tetapi justru Ia melakukan penggembalaan untuk membuka wawasan banyak orang. Saya merumuskan sikap-Nya begini : “Uruslah urusanmu, dan jangan mencampuri urusan Allah !

IV.B.  Tradisi di sekitar Ucapan Yesus tentang Kebangkitan dalam Injil Yohanes
Salah satu tradisi lisan yang dituliskan dan yang sangat terkenal dapat ditemukan dalam tulisan Yohanes tentang kebangkitan Lazarus (Yoh. 11). Pakar teologi mengusulkan bacaan ini memiliki 2 (dua) makna : 

                             i.    Cerita ini merupakan sebuah peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi, dan
                           ii.    Yesus menggunakannya sebagai refleksi, agar para murid dan pengikut memahami peristiwa yang akan dimasuki : kematian yang akan dihadapi-Nya.
Inilah gaya Yohanes menceritakan kembali segala peristiwa ang disaksikan dari ucapan dan tindakan Yesus. Memang ciri penulisan Yohanes berbeda dari para penulis Injil-Injil Sinoptis. Ia berusaha mennyelami makna perkataan dan perbuatan Sang Guru. Kemudian ia menyalin kembali berdasarkan tujuan pengajaran dan pengggembalaan bagi Jemaat-Jemaat yang dilayaninya sejalan konteks misi pada waktu itu. Banyak cerita seperti itu ditemukan dalam Injil ini. Oleh karena itu, Injil ini disebut juga Injil semeion (tanda / lambang yang berbicara tentang makna). 

Catatan : untuk memahami gagasan-gagasan teologi yang tersurat maupun tersirat dalam Injil Yohanes, kita perlu membaca banyak buku-buku teologi dan tafsiran.
Darimanakah kita akan memulai penjelasan ini ? Menurut saya, kita wajib membaca prolog / kata pengantarnya : Yohanes 1 : 1 – 18.
Jika menyimak prolog Injil Yohanes, maka kita akan menemukan kata-kata kunci, seperti :

                                   i.    Firman bersama-sama dengan Allah,
                                 ii.    Firman yang kreatif/menciptakan (ay. 3),
                                iii.    Firman yang menjadi Terang (ay.4),
                                iv.    Firman yang menghidupkan (ay. 4),
                                  v.    Firman yang menjadi penunjuk jalan (ay. 5),
                                vi.    Firman yang menjadi manusia (ay. 14),
                               vii.    Keesaan Firman dengan Allah (ay. 1,16 -> kepenuhan Allah)
                             viii.    Firman kasih-karunia (ay. 16),
                                ix.    Firman adalah Kemuliaan Allah (ay.18)

Hampir dapat dipastikan, menurut pendapat saya, Yohanes menuliskan penghayatan dari pengalaman imannya bersama Yesus tentang HIDUP BERSAMA ALLAH (bd. 18). Hal itu dilator belakangi pemahaman dan penguasaannya tentang Yudaisme seperti diajarkan oleh gurunya : Yohanes Pembaptis. Ia adalah seorang Yahudi yang bertumbuh dan dibesarkan dalam tradisi agamanya. Pengenalan akan keahudian dan pengalaman pelayanan bersama Yohanes Pembaptis dan Yesus sekurang-kurangnya membentuk pandangan dan karakternya berteologi.
Kronologis berpikir Yohanes sebagaimana yang saya simak dan pahami :

a.    Inji Yohanes 1 : 1 – 5 menegaskan, bahwa rasul mengenal benar tradisi Agama Israel

Kalimat : Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah; merupakan pernyataan mengenai pemahaman imannya tentang kesatuan ilahi (Trinitas Mahakudus) yang tidak terpecahkan, dan yang telah ada sebelum segala sesuatu dijadikan. 

a.1.  ALLAH YANG HIDUP

Kemudian Yohanes mengupas hakekat Firman, yang adalah Allah, melalui kata-kata yang sangat dalam maknanya, seperti : HIDUP dan TERANG. FIRMAN, menurut Yohanes, adalah kekuatan HIDUP (ROH ALLAH) dan kuasa yang ada di dalam hakekat Allah. Nampaklah kemahiran Yohanes menggunakan tradisi Agama Israel tentang nama Allah Israel, yakni : TUHAN (yihyeh asyer yihyeh – HAYAH = HIDUP). Allah itu adalah satu-satunya TUHAN yang HIDUP (bd. Yes. 45:5,6, dst). Dia adalah TUHAN, Allah Yang Hidup, yang menjadi sumber dan yang menciptakan segala sesuatu. Oleh Firman-Nya, maka segala sesuatu dijadikan dan menjadi ada (bd. Kej. 1:1-25). Itulah FIRMAN YANG MENGHIDUPKAN (bd. Ul. 8:3; Mat. 4:4; Luk. 4:4)

a.2.  ALLAH YANG MENERANGI

       Tradisi Kitab Kejadian (1:1-3) mengemukakan pandangan Israel tentang dunia (kosmos, alam semesta, langit dan bumi). Menurut pemahaman iman Israel, ada kekuatan besar yang mengacaukan karya penciptaan : kuasa kegelapan (Kej.1:2). Kuasa ini selalu menimbulkan kekacauan, disebut juga ketidak tertiban hidup dan yang mmbawa ke dalam kematian. Oleh karna itu, Allah, yang juga adalah Roh (Ibr. Ruach Elohim), menertibkan kekacauan dan menata kehidupan alam semesta. Dia ber-Firman (Ibr. amar, amar YHWH, acapkali kata ini menunjuk pada Firman yang berkuasa menciptakan): “Jadilah terang, maka terang pun jadilah” (Kej. 1:3). Dengan kata lain, pada saat Allah berkata, maka Dia mengalirkan seluruh kuasa-Nya untuk mematikan kuasa kegelapan, sekaligus mengalirkan kehidupan ke dalam makhluk ciptaan-Nya. Itulah sebabnya dikatakan : tanpa Firman tidak ada terang. Tanpa terang tidak mungkin ada kehidupan. Sebab Firman itulah yang menjadi kekuatan untuk menerangi kegelapan. Sama seperti matahari seberkas cahaya menghalau kegelapan, demikianlah Firman menerangi kehidupan. 

a.3.  FIRMAN – HIDUP – TERANG Allah adalah sama dan sehakekat.
       Tidaklah mengherankan, jika Yohanes menegaskan : FIRMAN Allah yang adalah Sumber TERANG dan  HIDUP bagi manusia sepanjang perjalanan di atas bumi, yang sering dikuasai kuasa kegelapan (identifikasinya disebut Iblis atau Setan). Pandangan ini mewarnai seluruh teolog APL, meskipun dirumuskan dalam pengalimatan dan kata yang berbeda. Bobot pengertiannya sama.

Akan tetapi gagasan itu masih berbentuk idelisme (gambaran ideal) yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, Yohanes mengalimatkan kehadiran Allah sebagai berikut :

b.    Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia (Yoh. 1:14, 16-18).

b.1. FIRMAN, yang dahulu tidak kelihatan dan yang tersembunyi dari pandangan orang banyak MENJADI MANUSIA. Sexara teologis kaimat tersebut menunjuk pada suatu proses di mana Allah sendiri menjumpai manusia (bd. Flp. 2:5-11) untuk menjalankan rencana penyelamatan / pembebasan-Nya. Sesungguhnya, kalimat ini merupakan gaya Yohanes menceritakan peristiwa NATAL / KELAHIRAN YESUS.

b.2.  Proses waktuwi. Berdasarkan kesaksian Alkitab, saya menyimpulkan, bahwa perihal FIRMAN MENJADI MANUSIA berjalan sesuai rencana Allah dalam sejarah manusia. Sejarah yang dimaksudkan Alkitab adalah sejarah Allah yang berkarya di dalam sejarah bangsa-bangsa dan manusia, disebut juga sejarah penyelamatan. Ia menjumpai manusia. Perjumpaan merupakan peristiwa anugerah (kairos) yang terjadi dalam rentang waktu (kronos) sejarah dunia. Namun patut diperhatikan, bahwa Allah tidak setiap waktu (sejarah) menjumpai manusia. Ada kalanya Ia berdiam diri dan tak menyapa / menjumpai manusia. Menghadapi keadaan seperti ini, manusia diwajibkan mencari TUHAN, supaya menerima hidup ilahi (bd. Yer. 29:12-14; Amos 5:4-6; Mat.6:33). Itulah yang dilakukan manusia dalam ritus peribadahan. Dalam hal ini perjumpaan bisa berarti Allah menemui manusia dan atau manusia datang kepada Allah. Allah bersifat aktif dan manusia perlu proaktif. Pada perjumpaan seperti itu, kehidupan menjadi semakin indah dan berbuah lebat. Manusia bahagia, dan Allah pun tersenyum. 

b.3.  Perkembangan gagasan teologi : Kemuliaan Anak Tunggal Bapa. Gagasan ini banyak kali ditemukan dalam tulisan-tulisan Yohanes. Jargon : ANAK TUNGGAL BAPA bukan menunjuk pada keadaan biologis dari Firman yang menjadi manusia, melainkan Yohanes ingin menegaskan keesaan / kesatuan hakekat dari FIRMAN YANG ADA BERSAMA-SAMA DENGAN ALLAH sebelum segala sesuatu diciptakan (bd. gagasan metaporis dalam teologi tentang HIKMAT ALLAH -> Kitab Amsal 23). Sama seperti BAPA adalah mulia, begitu pula FIRMAN-Nya. Dia tetap mulia meski telah menjadi manusia. Dia tidak berdosa atau disentuh oleh dosa, meskipun telah berdiam di antara manusia.

Mengalir dari uraian tentang pemahaman teologi dalam prolog / pengantar Injil Yohanes tersebut. Kita memasuki beberapa pokok teologi sang penulis Injil tentang Kematian dan Kebangkitan

·      Hidup tidak pernah dapat dihentikan oleh kematian.

Menurut Yohanes, HIDUP adalah kekuatan kuasa, yang bersumber dan mengalir dari Allah, diberikap kepada semua makhluk ciptaan, serta tidak pernah dapat dihentikan oleh kematian biologis

a)    Bagaiamana caranya  makhluk, khususnya manusia, memahami dan mengerti, bahwa hidup itu tidak pernah dapat dihentikan oleh kematian ? 

Menurut tradisi Yohanes tentang uapan Yesus Kristus, Dia berkata : “Tinggallah dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh. 15:7; bd. Doa Imam Besar Agung -> psl 17). Untuk menjelaskan maknanya Yohanes memakai perumpamaan pohon anggur (psl. 15). Intinya : memelihara hubungan baik dan benar dengan Allah, yang telah dibangun kembali oleh Yesus. Hubungan itu akan mengokohkan status siapapun, sekaligus menegaskan bahwa permintaannya dipenuhi. 

b)    Kasih dalam  peng-arti-an percaya pada Yesus karya Allah yang telah dikerjakan-Nya.

Percayakah engkau akan hal itu ?” Pertanyaan dan pernyataan ini acapkali dipakai Yohanes untuk menyoal pendapat pendengar tenang ucapan dan tindakan Yesus (bd. Yoh. 11:25-26).  Ketika pertanyaan itu dikemukakan Yesus kepada Marta, bukan berarti Dia ingin mencobai, melainkan Dia ingin mengetahui pendapat Marta tentang Diri-Nya. 

Pertanyaan Yesus dijawab Marta dalam rumusan pernyataan iman : “Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkauah Mesiah, Anak Allah (bd. Yoh. 1:14,18), Dia yang datang ke dalam dunia” (11:26; bd. 1:10, 14). Pernyataan iman yang diucapkan dengan nyata-nyata di hadapan banyak orang, di sekitar peristiwa kematian saudaranya : Lazarus (adalah juga pernyataan iman Gereja secara ekumenis), mengungkapkan kebenaran yang diuraikan Yohanes dala prolog Injilnya. Marta menyatakan Yesus, Firman Allah Yang Hidup, menjadi pusat kehidupan pribadi.

Dengan demikian pernyataan yang saya kemukakan sebelumnya adalah benar. HIDUP itu hanya semakin indah dan bermakna dalam peristiwa perjumpaan antara subjek manusia (Marta) dan subjek ilahi (Yesus yang berfirman). Dalam peristiwa perjumpaan itu Allah mengalirkan kekuatan kuasa-Nya (Rohkristus) ke dalam kehidupan tiap orang percaya.
Hal ini tampak jelas, ketika Yesus bertindak memenuhi harapan Marta-Maria : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku tidak akan mati. Tetapi sekarangpun aku percaya, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau ita kepada-Nya. Aku tahu (percaya) bahwa ia akan bangkit pada waktu orang bangkit pada akhir zaman” (11:21-22, 24). Yesus memastikan : “Saudaramu akan bangkit” (11:25). 

Pernyataan Yesus, jikadikaitkan dengan uapan Marta : “Sekarang aku percaya… (dstnya)” mengandung arti luas dan mendalam. Pertama, Yesus yang adalah kekuatan kuasa Allah sanggup membangkitkan Lazarus dari antara orang mati semasa Dia masih bekerja di tengah-tengah manusia. Dan, pembangkitan Lazarus oleh Yesus akan mencelikkan mata orang banyak tentang kesaksian Marta, bahwa Dia-lah Mesiah, Anak Allah. Kedua, pembangkitan Lazarus oleh Yesus menjadi jaminan dan dasar iman yang kokoh tentang kematian dan kebangkitan semua orang pecaya. Barangsiapa percaya tidak akan dikecewakan. Pengalaman Marta-Maria akan dialami juga oleh setiap orang Kristen; akan tetapi sekalipun kematian itu dijalani, asalkan oleh iman kepada Allah dalam nama Yesus, maka orang percaya akan menikmati yang seperti yang dialami Lazarus : dibangkitkan dari antara orang mati (bukan kebangkitan daging/tubuh). Ketiga, pembangkitan Lazarus memperlihatkan bahwa kuasa maut yang bekerja dalam peristiwa kematian tak mampu mengalahkan kuasa Allah (Yesus Kristus). TUHAN, Allah kita, adalah Pemenang. Keempat, pembangkitan Lazarus merupakan model dari kebangkitan yang akan dialami oleh setiap orang pecaya. Kelima, kebangkitan merupakan kata lain dari pemahaman, bahwa hidup orang yang percaya kepada Kristus tidak pernah dapat dihentikan oleh peristiwa kematian. Asalkan kita mengasihi Allah Yang Berfirman dan bekerja dalam Kristus Yesus, kita akan terus hidup bersama Allah meskipun dalam / melalui kematian. Itulah Firman Iman yang meneguhkan pokok pengharapan Kristen. Dalam hal ini kematian menjadi jalan perjumpaan orang percaya dengan Allah. Yohanes menuliskan : “Berbahagialah orang-orang mati yang mati di dalam Tuhan sejak sekarang ini, supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why. 14:13).

·      Sedikitpun Yohanes tidak mempersoalkan dengan tubuh apakah orang percaya yang mati akan dibangkitkan. Yang penting dan yang terutama, menurut Yohanes, adalah kebangkitan itu sendiri. Itu urusan Allah. Yang terutama dan yang patut dipikirkan : apakah engkau percaya akan hal itu ? (bd. Yoh. 11:25-26).

bersambung…

IV.C.  Pengajaran Rasul Paulus (Kis. 17:22; 24:15)

1 komentar:

  1. Terima kasih buat materi tentang kebangkitan daging yang sudah bapak Pendeta sajikan ini. Klo bisa saya meminta paper ini secara lengkap, untuk saya pelajari lagi, karena saya juga mengalami kegelisahan yang sama tentang pengertian kebangkitan daging tersebut. Mohon dikirim ke email saya ya bapak Pendeta. Ke rahmadsimanungkalit@gmail.com

    BalasHapus