Minggu, 30 Januari 2011

RANCNGAN PENGJARAN IBADAH KELUARGA, Rabu - 02 Pebruari 2011


RANCANGAN PENGAJARAN
HARI RABU, 02 PEBRUARI 2011


I. POKOK UTAMA
KARYA ALLAH
TUJUAN UTAMA
TUHAN, Allah kita,  ada serta senantiasa bekerja sesuai rencana dan  maksudnya, sebelum  alam semesta dan isinya diciptakan sampai segala sesuatu diakhiri-Nya.-
II. POKOK BAHASAN
DIPANGGIL DAN DIUTUS UNTUK MEMBERITAKAN PEKERJAAN ALLAH
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
TUHAN, Allah kita, bekerja menyelamatkan dengan tujuan, agar orang percaya pergi memberitakan pekerjaan pembebasan yang dilakukan-Nya

III. SUB-POKOK BAHASAN

LIHATLAH PEKERJAAN TUHAN

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Pengajaran ini dijadwalkan untuk diajarkan dalam pertemuan ibadah Jemaat sebagai KELUARGA ALLAH, agar

1.   Tiap warga jemaat sebagai anggota mengetahui dan mengerti, bahwa TUHAN, Allah kita, telah menyelamatkan dan mengumpulkan kita menjadi satu KELUARGA ALLAH.

2.   Tiap warga jemaat memahami dan menghayati maksud dari rencana Allah atas Keluarga-Nya, yaitu : memberitakan (pelayanan) dan mengajarkan (kesaksian) perbuatan-perbuatan besar dari Dia yang telah menyelamatkan kita.

3.   Warga jemaan menjalankan kehidupan keluarganya sesuai dengan kesaksian Alkitab yang berintikan firman Allah, sehingga semua orang yang melihatnya memuliakan Allah dan diselamatkan.

PERIKOP BACAAN

KITAB MAZMUR. 66 : 1 – 5

MEDAN – SUMATERA UTARA

Senin, 31 Januari 2011

disusun oleh

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo000oooo-----

PENGANTAR

Perjalanan panjang sedang dilakukan tiap individu secara berkelompok maupun sendirian. So pasti, meski baru saja berjalan, namun telah menemukan berbagai kondisi yang menghambat dan menantang, serta berbagai kendala yang mengancam gerakan maju ke depan.  Hal seperti itu bisa melemahkan semangat, menimbulkan pengembara untuk melanjutkan perjalanan. Mungkin ada di antaranya bertanya : apakah maksud dan tujuan TUHAN di balik masalah yang menerpa kehidupanku ? Apakah makna pemeliharaan yang diberitakan dalam Ibadah Tutup dan Buka Tahun 2011 ? Mengapa masalah tidak bergeser dari kehidupanku ? Masih banyak pertanyaan lain yang tersirat dalam pikiran dan perasaan siapapun, ketika ia berhadapan dengan masalah.

Pemazmur menuliskan pengalaman perjalanannya bersama TUHAN, katanya : “PERGILAH DAN LIHATLAH PEKERJAAN ALLAH, IA DAHSYAT DALAM PERBUATAN-NYA TERHADAP MANUSIA” (Maz. 66:5). Mar kita belajar !

1.   Siapakah Penulis Mazmur 66 ?

1.a. Menurut redaksi yang membukukan Mazmur-Mazmur, pasal 66 ini tidak ada pengarangna, alias ANONIM (nama pengarang tidak diketahui).

1.b. Mazmur ini dituliskan oleh seorang komposer (pencipta/penggubah), dan ditujukan / diberi kepada pemimpin biduan (dirigen) untuk dinyanyikan dalam Baith Allah (Maz. 66:1).

1.c.  Mazmur 66 ini bukanlah tulisan Raja Daud. Jika ia dikelompokkan ke dalam Kitab Mazmur, disebabkan kesamaan gaya penulisan yang sejajar (jenis puisi lama berbentuk SYA’IR)

2. Ukuran apakah yang dipakai untuk menyatakan, bahwa Mazmur adalah Firman Allah ?

     Di dalam tradisi Agama Israel, ada ukuran untuk menyebut sebuah pernyataan adalah Firman Allah. Ukuran itu sangat ditentukan oleh kata-kata kerja yang dipakai. Kata-kata kerja itu umumnya telah dikenal oleh masyarakat Israel, seperti : berkata, bersabda dan berfirman (dalam Bahasa Indonesia). 

2.a. Kata kerja berkata, dalam bahasa Indonesia, umumnya dikenakan kepada semua orang dalam status apapun (istilah pasaran).

2.b. Kata kerja bersabda, pada masa lampau dikenakan kepada Raja. Panditha atau orang-orang dalam status sosial tertentu. 

2.c.  Kata kerja berfirman tidak pernah dikenakan kepada manusia tetapi kepada Yang Ilahi. Kata ini tidak pernah dikenakan kepada manusia. Tidak juga kepada Raja, Panditha atau orang-orang tertentu. 

     Begitu pula dalam Bahasa Ibrani (Israel), orang mengenakan kata berfirman (Ibr. amar, dabar) kepada TUHAN Allah. Memang di dalam beberapa kasus ada kekecualian, tetapi jika  kata amar dan dabar berhubungan dengan ucapan nabi, maka selalu diikuti oleh subjek atau objek pelaku : TUHAN, Allah Israel. 
 
     Jikalau kita menggunakan pemahaman yang telah diuraikan di atas, maka kita menyimpulkan, bahwa Mazmur tidak tergolong ke dalam Firman Allah; oleh karena, di dalam Kitab Mazmur, jarang ditemukan kalimat : Allah berfirman, atau berfirmanlah Allah.

     Bagaimanakah kita menyebutkan MAZMUR adalah  Firman Allah ?

Kata kerja adalah mempunyai arti dan konotasinya.

a)    Kata adalah bisa berarti sama dengan ( = ). Jika kita katakana : “Mazmur adalah Firman Allah”, maka hal itu berarti Mazmur sama dengan Firman Allah, dan atau Mazmur itu Firman Allah.

     Pengertian itu dapat menimbulkan kesulitan, karena kalimat : Allah berfirman, atau berfirmanlah Allah, jarang ditemukan di dalam Kitab Mazmur. 

b)   Kata adalah dapat berkonotasi menjadi. Jika kita menggunakan kata menjadi sebagai sinonim (atau konotasi) dari kata adalah, maka artinya sedikit berbeda dari butir 1 di atas. 

     Kata kerja menjadi menunjuk pada sebuah proses menjadi ada; yang tidak ada menjadi ada. yang tidak terdengar menjadi terdengar. Proses itu berlangsung dalam peristiwa / kejadian penting dari kehidupan seseorang atau sekelompok orang (bangsa). 

     Allah adalah (=) Roh yang tak bisa diinderai (dipikirkan akalbudi, diraba oleh tangan, didengar kuping, dikecap lidah, dan dilihat oleh mata) manusia. Akan tetapi manusia bisa menangkap getaran/gerakan (kekuatan) ilahi melalui berbagai kejadian alam maupun peristiwa sejarah. Melalui cara itu manusia meresapi (internalisasi) kehadiran-Nya, sekaligus menyimpulkan bahwa Allah itu nyata-nyata ada, kekuatan-Nya ada meski tak kelihatan. Inilah yang disebut perasaan keagamaan. Perasaan ini lahir karena  secara bathiniah manusia berjumpa dengan kondisi keselamatan dalam kejadian / peristiwa sejarah dan alami.

c)    Secara umum saya berpendapat, MAZMUR dituliskan berdasarkan pengalaman batin si penulis tentang pekerjaan Allah dalam peristiwa sejarah maupun alam (misa. : natural disaster – bencana alam).

3. BACAAN PERIKOP -> MAZMUR 66 : 1 – 5

     Pengajaran yang dijadwalkan Gereja untuk disampaikan dalam pertemuan Jemaat sebagai KELUARGA ALLAH adalah Mazmur 66 : 1 – 5. Pemahaman ini sama persis dengan pandangan Agama Israel tentang persekutuan orang percaya atau umat TUHAN {dalam sifat dan tugas fungsional ->Ibr. am JHWH; Yun. laou tou Theou, juga institusional -> Ibr. qahal; Yun. ekklesia, kuriake)}. 

     Untuk memudahkan pembaca menyusun sebuah pengajaran yang akan disampaikan dalam pertemuan ibadah KELUARGA ALLAH, maka saya akan menuliskan pokok pokok pengajaran ini :

3.1. Pengalaman iman penulis Mazmur 66.

Pemazmur memiliki segudang pengalaman sepanjang perjalanan hidupnya  bersama Allah. 

a.    Jika penulis mazmur ini adalah Raja Daud, maka kita dapat membaca seluruh pengalaman yang dijalaninya. Daud menuliskan perasaannya dalam mazmur-mazmur ini :

1)   Mazmur 52 : 1 – 2 -> pengalaman Daud ketika Doeg, orang Edom, datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai ke rumah Achimelek;  

2)   Mazmur 54 : 1 – 2 -> pengalaman Daud ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul : Daud bersembunyi kepada kami”;

3)   Mazmur 56 : 1 – 2 -> pengalaman Daud ketika orang Filistin menangkap dia di Gat;

4)   Mazmur 57 : 1 – 2  -> pengalaman Daud ketika ia lari dari pada Saul, ke dalam Gua;

5)   Mazmur 59 : 1 – 2 -> pengalaman Daud ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh  dia;

6)   Mazmur 62 : 1 – 13 -> pemahaman iman Daud yang dituliskan dalam bentuk mazmur pujian kepada Allah, karena pertolongan yang diberikan-Nya, sehingga perasaannya tenang menghadapi ancaman Saul.

b. Jika mazmur ini dituliskan seorang penulis yang tidak diketahui namanya (anonim), maka ia ingin menyusun mazmur nyanyian untuk memuji-muji Allah yang bekerja membebaskan orang dari kesusahan (simaklah ayat 13 – 25), sekaligus mengajak pembaca / pendengarnya memuliakan TUHAN Allahnya. 

3.2. Pekerjaan (Karya) Allah

a)     Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang berjalan kaki menyeberang sungai” (Maz. 66 : 6). 

Kalimat ini merupakan tradisi lisan yang bercerita tentang Allah yang membelah sungai Yordan, sehingga Yoshua dan suku-suku Israel dapat menyeberanginya (tradisi dalam Kitab Yoshua psl. 3 -> Menyeberangi sungai Yordan, redaksi LAI ). Pemazmur menuliskan, bahwa pekerjaan itulah yang menjadi alasan bagi umat Israel untuk memuji-muji Allah mereka (bd. Maz. 66:8-12 -> Engkau telah membiarkan orang-orang melintasi kepala kami, kami telah menempuh air dan api; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas -> karya pembebasan).

b)    Karya ibadah ritual dilaksanakan sebagai ungkapan syukur berdasarkan pengalaman sejarah bangsa yang berjalan bersama Allahnya di masa lampau (Maz. 66 : 13 – 15). 

1. Karya ibadah ritual (liturgis) tidak dilakukan karena alasan-alasan ideal. Karya ibadah ritual (liturgis) itu adalah perupaan dari pemahaman iman yang lahir sepanjang perjalanan hidup bersama Allah di dalam sejarah umat Israel sebagai sebuah KELUARGA ALLAH di tengah bangsa-bangsa. 

2.  Karya ibadah ritual pun merupakan sikap dan pernyataan syukur yang terbuka di hadapan semua orang, termasuk bangsa-bangsa, serta bertujuan untuk memberitakan (fungsi kesaksian) apa saja yang baik yang dilakukan Allah. Melalui ritual (liturgi) penyembahan, umat mengundang semua orang untuk memuliakan Allah yang berkarya membebaskan dari kesusahan serta memberikan kemerdekaan ke atas kehidupan manusia (Maz. 66:16).

c)     Bagaimanaah sikap ibadah yang baik-benar dan yang berkenan kepada Allah ?

Menurut pemazmur 66, karya ibadah hidup yang baik-benar lahir dari ketulusan hati serta cinta kepada Allah dan sesama (Maz. 66 : 17 – 19).

Hal ini mengingatkan orang percaya tentang bagaimana sikap umat yang menyelenggarakan ibadah kepada Allah dan sesamanya :

1.  Nabi Yesaya yang menyampaikan firman Allah (Abad VII) di Yerusalem, sesudah masa pemerintahan Daud, mengatakan : “Bangsa ini datang mendekat kepada-Ku dengan mulutnya, dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan…” (Yes. 29:13).

Dengan sengaja nabi Yesaya membuka aib umat Allah. Memang mereka menyelenggarakan ibadah secara regular sesuai aturan-aturan Musa. Akan tetapi ibadahnya itu tidak disukai Allahnya, karena banyak perilaku ibadahnya di bidang pelayanan kemasyarakatan sangat buruk. Mereka hanya mencari-muka di hadapan Allah, supaya kelihatan suci. Munafik. Padahal mereka melanggar perintah-Nya, karena mengikuti pentafsiran dan suruhan alim ulamanya saja. Ibadah Israel dibenci Allah !

2.  Kecaman Yesaya dilanjutkan pula oleh Nabi Amos, se-zaman dengan Yesaya, ketika Allah menyuruhnya menyampaikan firman kepada orang-orang yang menyelenggarakan ibadah di bait Allah Kerajaan Israel-Utara, di Bethel. Katanya: “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkan dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu Aku tidak mau dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungan yang selalu mengalir. Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban ssembelihan dan korban sajian, selama empat puluh tahun di padang gurun, hai kaum Israel ?” (Amos 5 : 21 – 25). 

3.  Apakah bentuk karya ibadah yang dikehendaki Allah ?

     Ibadah adalah pekerjaan yang dilakukan seorang hamba kepada tuan (Tuhan)–nya. Pekerjaan itu meliputi 2 (dua) sifat : pertama, mencintai tuan (Tuhan)-nya, dan kedua, mencintai sesamanya. Dengan kata lain, pekerjaan ibadah itu perlu diperlihatkan melalui pelayanan rituan (fungsi liturgis) dan pelayanan kemasyarakatan (fungsi sosial). 

Secara tersirat maupun tersurat Rasul Yohanes menyimpulkan makna pekerjaan ibadah umat Allah sebagai berikut : 1). “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimana kasih Allah tetap di dalam dirinya ? Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran      (I Yoh. 3:17-18). 2). “Jikalau kita berkata : “Aku mengasihi Allah” dan ia membenci sasamanya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin ia mengasihi Allah yang tidak dilihatnya” (I Yoh. 4:20). 

Rasul Paulus menyimpulkannya begini : ”Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 3:24); dan lagi katanya “Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah, Bapa kita” (Kol. 3 : 17).

4.   Achirul’kalam

Ibadah itu sempurna, jikalau kita lakukan bersama dalam keluarga. Ibadah secara terpisah dari persekutuan (Keluarga) tidak baik dan tidak benar. Allah menciptakan kita dalam keluarga. Bukan lagi seperti pada masa Adam dan Eva. Allah memakai perempuan sebagai rekan kerja, agar karya penciptaan manusia dapat dilanjutkan (prokreasi). Namun perlu diingat, penciptaan manusia melalu kelahiran (prokreasi) wajib dilakukan berdasarkan perintah Allah terkait kehidupan seksual yang sehat di dalam rumahtangga. 

Pengajar (Pelayan Firman) wajib menegaskan, bahwa ibadah ritual harus dilakukan bersama keluarga (juga dalam peng-arti-an : berjemaat), agar bertumbuh perasaan (self-counciusness) kebersamaan di antara anggota. Sementara ibadah dalam fungsi sosial dapat dilaksanakan secara terpisah, di tempat dan waktu yang berbeda sesuai fungsi sosial anggota keluarga. 

SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN !

Medan – Sumatera Utara
Senin, 31 Januari 2011

SALAM DAN DOAKU

Pdt. Arie A. R. Ihalauw

-----oooo000oooo-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar