Selasa, 19 Juli 2011

COBALAH BELAJAR tentang KESEJAJARAN INJIL INJIL SINOPTIS INI


KOMPARASI INJIL – INJIL SINOPTIS

Disusun berdasarkan kesaksian ALKITAB
Pekerjaan ini dibuat untuk kepentingan studi pribadi.
Seluruh pasal dan ayat ini dikutip dari ALKITAB Bahasa Indonesia
yang diterjemahkan oleh LEMBAGA ALKITAB INDONESIA ( LAI) di Jakarta

oleh

PENDETA ARIE ARNOLD REMALS IHALAUW

I

KESEJAJARAN  INJIL
MATIUS - MARKUS - LUKAS

PENGANTAR

Setelah memikirkan beberapa beberapa masalah yang terkait persiapan pemberitaan dan pengajaran Firman Allah yang dilaksanakan oleh para pelayan non-teologis (Penatua – Diaken serta Pelayan fungsional PELKAT), maka kami memberanikan diri untuk mengumpulkan kembali beberapa kliping Materi Bina Pelayan untuk dibukukan. Tidak ada maksud dan tujuan lain, kecuali membantu para pelayan non-teologis untuk mengetahui dan mengerti gagasan-gagasan teologi alkitabiah, sehingga dapat mengkomuniksikan firman Allah dengan mudah kepada para pendengarnya.

A.     PENDAHULUAN

Menurut pakar pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, meskipun Injil – Injil Sinoptis ditulis oleh penulis yang berbeda di dalam menghadapi konteks misional yang berbeda pula; akan tetapi inti berita (Yun. kerugma) sejajar. Kesejajarannya tampak pada cara memperlakukan tradisi lisan maupun tulisan (narasi, cerita) di sekitar ucapan – ucapan Yesus, orang Nazareth.

Lebih dari lima puluh persen tradisi itu terdapat dalam Injil Markus. Injil ini ditulis dalam pengalimatan dan stuktur bahasa (tata bahasa) yang layaknya dipakai secara umum di dalam masyarakat pada waktu itu. Penulis Injil Markus kurang memperhatikan kaidah bahasa yang baik dan benar. Yang terutama baginya, Injil Kristus diberitakan dalam bahasa yang komunikatif dan memudahkan pertumbuhan iman warga jemaat pada waktu itu. Sementara penulis Injil Matius dan Injil Lukas amat memperhatikan struktur bahasanya.

B. PENGILHAMAN ALKITAB

Kita patut bersyukur kepada Allah oleh kasih-Nya, sebab dengan sabar Ia menuntun kita untuk mengetahui dan mengerti akan kehendak-Nya. Kita bersyukur, karena Dia menyatakan kehendak-Nya melalui Alkitab. Meskipun secara literer Alkitab merupakan karya orang percaya, namun Allah berkenan memakainya untuk tujuan penyelamatan. Untuk mengerti hal ini, kami menjelaskannya sebagai berikut :

1.     Alkitab sebagai Mahakarya Allah

Meskipun Alkitab merupakan kumpulan tulisan-tulisan dari orang-orang percaya yang hidup dalam kurun waktu serta tempat yang berbeda, namun sesuai dengan Pengakuan Iman Ekumenis dan Pemahaman Iman Gereja, kita yakin, bahwa Alkitab tercipta karena pengilhaman Rohkudus. Rasul Paulus menuliskan : “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Tim. 3:16-17). “Segala tulisan diilhamkan Allah” artinya : Roh Allah bekerja mendorong orang-orang percaya untuk menuliskan seluruh pengalaman iman yang dijalaninya bersama Allah, sejak masa Perjanjian Lama sampai  ke dalam masa Perjanjian Baru, di mana Allah menghadirkan diri dalam nama Yesus (Mat. 1:20-21) untuk menggenapi janji penyelamatan atas ciptaan-Nya.

2.      Alkitab sebagai karya sastera orang Kristen.

Meskipun kita mengakui, bahwa “segala tulisan diilhamkan Allah”; akan tetapi bukan Allah yang menuliskannya. Orang-orang percayalah yang menuliskannya. Ia tidak terjadi sekaligus, dan juga tidak diturunkan atau dikirimkan dari langit. Ia dituliskan oleh orang-orang percaya dalam konteks sosio-budayanya. Tidak ada yang salah di sana !

Allah memanggil orang-orang percaya. Ia mengaruniakan bakat menulis, memimpin akalbudi dan hati nurani mereka oleh kuat-kuasa Rohkudus. Pengilhaman Allah bukan berarti menanggalkan kemanusiaan penulis. Justeru pengilhaman membuka mata bathin penulis untuk menuliskan kebenaran firman baik yang diucapkan nabi-nabi maupun yang dicermati dalam peristiwa sejarah, baik yang disaksikan dari karya Yesus maupun yang diajarkan para rasul. Semuanya dituliskan “untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” warga jemaat di segala waktu dan tempat.

Keragaman cara penulisan.

Pada mulanya tidak ada tulisan-tulisan suci. Seluruh firman Allah dihapalkan dan diceritakan secara lisan orang-orang tertentu. Lama kelamaan bermunculan kesulitan : ada bahagian-bahagian yang terlupakan, karena melemahnya daya ingat, ada pula yang tak sesuai dengan sumber aslinya, dan sebagainya. Untuk melestarikan ucapan-ucapan suci (firman), maka ia disalin ke dalam bentuk tertulis. Penulisannya juga amat berhubungan dengan kemampuan menulis dan penalaran manusia. Hal lain yang mempengaruhi penulisan adalah tata bahasa, jenis sastera, penggunaan kosa kata, dan sebagainya. Kita dapat membacanya dalam kitab-kitab Alkitab.

C.   TEORI SUMBER

1.      INJIL MARKUS : Sumber Tradisi Tertulis. Beberapa pakar teologi Perjanjian Baru memperkirakan waktu penulisan Injil Markus ini mendahului waktu penulisan Injil Matius dan Injil Lukas. Oleh karena itu, banyak di antara pakar PB beranggapan, bahwa Injil Markus ini dijadikan salah satu sumber oleh Matius dan Lukas untuk menuliskan Injilnya.

Para pakar PB ini berpendapat, Injil Markus adalah Injil tertua dalam lapisan tradisi di sekitar ucapan-ucapan Yesus. Injil ini juga disebut Markus.


2.     KESEJAJARAN MATIUS & LUKAS

Selain dari sumber Markus, penulis Matius dan penulis Luka juga memiliki sumber lain. Ada narasi yang sama dituliskan oleh Matius dan Lukas, sedangkan Markus tidak memilikinya.


Matius
Lukas


a)  1 : 1 - 18
a)   3 : 23 – 26


b)  5 : 1 – 12  
b)   6 : 20 - 26


c)  7 : 1 – 5
c)  6 : 37 – 42


3.     KESEJAJARAN MARKUS & MATIUS

Penulis Markus dan Penulis Matius pun memiliki narasi yang sama, di mana Penulis Lukas tidak memilikinya, seperti :

·         Markus 6 : 53 – 56       -->       Matius 14 : 34 – 36
·         Markus 7 :   1 – 23       -->       Matius 15 :   1 – 20
·         Markus 7 : 24 – 30       -->       Matius 15 : 21 – 28 
·         Dan lain – lain.

4.     KESEJAJARAN MARKUS & LUKAS

Penulis Markus dan Penulis Lukas memiliki narasi yang sama, sedangkan Penulis Matius tidak memilikinya, seperti :

·         Markus  1 : 21 – 20      -->       Lukas 4 : 31 – 17
·         Markus  1 : 35 – 39      -->       Lukas 4 : 42 – 44
·         Markus  4 : 21 – 25      -->       Lukas 8 : 16 – 18
·         Markus  9 : 38 – 41      -->       Lukas 9 : 49 – 50
·         Dan lain - lain

Disebabkan kesejajaran narasi seperti itu, maka beberapa pakar teologi beranggapan, bahwa Injil Markus yang sekarang kita miliki bukanlah sumber utama yang mengilhami penulisan Injil Matius dan Injil Lukas. So pasti, ada sebuah Injil tertua yang menjadi sumber bagi penulisan Injil – Injil Sinoptis. Dan, sumber itu disebut UR-MARKAN (Markus Asli atau Markus Tertua). Narasi dari UR-MARKAN itu tersebar dalam Injil – Injil Sinoptis.

5.     QUELLE (Sumber Khusus Matius dan Lukas)

Di samping 4 (empat) butir catatan tentng sumber-sumber di atas masih terdapat satu sumber lagi, yang disebut QUELLE, atau sumber khusus. Quelle ini dimiliki oleh penulis Injil Matius dan penulis Injil Lukas. Artinya, baik penulis Matius maupun penulis Lukas memiliki sumber tersendiri yang tidak dimiliki oleh yang lain, seperti :

                 QUELLE MATIUS (Q.M)                                               QUELLE LUKAS (Q.L)

1.   Narasi Orang Majus          Matius  2 : 1 – 12                1. Pendahuluan                   Lukas  1 : 1 - 4
2.   Penyingkiran ke Mesir     Matius  2 : 13 – 15             2.  Yohanes Pembaptis        Lukas  1 : 5 – 25
3.   Pembunuhan anak-anak  Matius  2 : 16 – 18             3.  Yesus                                Lukas  1 : 26 - 38
4.   Kembali dari Mesir           Matius  2 : 19 – 23             4.  Maria dan Elisabeth        Lukas  1 : 39 - 45
5.   Hal member sedekah       Matius  6 : 1 – 4                  5.  Nyanyian Maria               Lukas  1 : 46 - 56
6.   Dan lain-lain                                                                   6.  Dan lain - lain

Beberapa pakar teologi Perjanjian Baru berpendapat, bahwa Penulis Injil Matius dan Penulis Injil Lukas mengumpulkan berbagai narasi yang tersebar di kalangan Jemaat-Jemaat Kristen Abad I, kemudian dianalisa dan dievaluasi kebenarannya, barulah keduanya menyusun Injilnya masing-masing. 

Catatan – catatan sederhana di atas mengemukakan, bahwa penulisn Injil-Injil tidak terjadi sekaligus sewaktu Yesus masih melakukan pekerjaan pelayanan-Nya di Israel. Injil – Injil dituliskan kemudian, setelah peristiwa Pentakosta (Kis. 2), di mana pekabaran Injil sedang dilakukan, dan Jemaat – Jemaat Kristen semakin berkembang di seluruh dunia saat itu.

Penulisan Injil – Injil mempunyai maksud dan tujuan khusus :

1.     APOSTOLAT (Penginjilan)

Mewujudkan suruhan Yesus (Mrk. 16:15; Mat. 28:18-20; Kis. 1:8). Rasul-rasul perlu memiliki kesaksian tertulis sebagai landasan pemberitaan dalam ibadah-ibadah Jemaat Kristen.

2.     DIDACHE (Pengajaran)

Masuknya sejumlah orang dari bangsa-bangsa non-israeli ke dalam persekutuan jemaat cukup menimbulkan gesekan keras. Mereka memiliki latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Oleh karena itu, Injil yang masih diberitakan secara lisan perlu dituliskan untuk menjadi kurikulum pengajaran yang membimbing warga jemaat mengenal Yesus dan ajaran-Nya.

3.     PASTORAL (Penggembalaan)

a.       Pada masa pertumbuhan kekristenan belum memiliki sastera tertulis tentang karya Yesus : ucapan dan perbuatan. Sementara itu banyak peristiwa pembantaian  terhadap orang kristen telah melemahkan iman, bahkan ada di antara warga jemaat yang kembali ke dalam keyakinannya semula. Oleh karena itu, Jemaat membutuhkan tulisan-tulisan tentang karya (ucapan dan tindakan) Yesus, agar mereka dikuatkan, dikokohkan dan diteguhkan spitiualitasnya pada saat menghadapi keadaan sulit.

b.      Pada saat bersamaan terjadi gesekan (cultur-shock) di antara warga jemaat kristen-israeli dan kristen non-israeli tentang pokok-pokok ajaran kristen, khususnya fungsi dan status Hukum Taurat serta Sunat. Bagaimanakah pemahaman iman kristen tentang keselamatan sebagai anugerah Allah. Oleh karena itu, seluruh ajaran kristen, termasuk Injil – Injil, dituliskan dengan tujuan penggembalaan.

4.     APOLOGETIS (Pertanggungjawaban Iman)

Jemaat Kristen menghadapi banyak masalah yang ditimbulkan karena kesalahpahaman tentang ajaran Yesus dan para rasul. Masalah ini muncul dari dalam dan juga serangan dari luar kekristenan. Oleh karena itu, Injil – Injil dan seluruh tulisan Perjanjian Baru diadakan, dengan maksud dan tujuan : mempertanggungjawabkan iman dan pengharapan Kristen di hadapan seluruh bangsa dan umat manusia.

5.     HISTORIS (Sejarah)

Secara khusus Injil – Injil dan Kisah Rasul dituliskan sebagai catatan-catatan historis tentang Allah Juruselamat yang bekerja di dalam sejarah bangsa-bangsa.

D. TUJUAN PENULISAN

1.      Tujuan Pelayanan.

Tulisan ini sengaja dibuat untuk membantu para pelayan non-teologis, agar mengetahui dan mengerti penulisan Alkitab Perjanjian Baru (APB), khususnya Injil-Injil Sinoptis (Markus – Matius – Lukas), sehingga mampu memberitakan dan mengajarkan kebenaran Allah sebagaimana yang dikerjakan Yesus dan diwariskan oleh rasul-rasul.

          Oleh karena itu, penulisannya cukup sederhana. Dan, walaupun tulisan ini juga mencakup uraian teoritis, tetapi diupayakan sedemikian rupa untuk menjawab kesulitan praktis dalam pemberitaan dan pengajaran pada Ibadah Gereja. Tiada maksud untuk beradu argumentasi tentang teori-teori seperti yang diajarkan pada perduruan teologi. Hanya bersifat bantuan informasi, yang sekiranya, dapat menerbos kesulitan yang dihadapi oleh pelayan non-teologis untuk melayani firman Allah di tengah-tengah Jemaat.

2.     Penjelasan dan Perelevansian

Dikarenakan tujuan penulisan yang telah dijelaskan di atas, maka disusunlah uraian-uraian yang akan ditemukan dalam setiap kolom. Penyusunan tersebut bersifat didaktis-praksis semata-mata. Bukan murni eksegetis. Jikalau hal itu terlampir, maka tujuannya untuk mecerahkan penalaran serta mendorong para pelayan untuk mengali terus menerus kekayaan yang terkandung dalam tulisan-tulisan Injil Sinoptis.




PENCOMBAAN DI PADANG GURUN


Ayt
MATIUS 4 : 1 – 11
Ayt
MARKUS 1 : 12 – 13 
Ayt
LUKAS 4 : 1 - 13

1
Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
12
Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun.
1
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.

2
Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.
13
Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.
2
Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.

3
Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."


3
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."

4
Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."


4
Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."

5
Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,


5
Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia.

6
lalu berkata kepada-Nya: "Jika Eng-kau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis : Mengenai Engkau Ia akan memerin-tahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."


6
Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.

7
Yesus berkata kepadanya : "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"


7
Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu."

8
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahan-nya,


8
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti !"

9
dan berkata kepada-Nya : "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."


9
Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,

10
Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"


10
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,

11
Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.


11
dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."





12
Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"





13
Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.


CATATAN

1.      Peristiwa Sehari-hari

Injil-Injil Sinoptis, meskipun dalam rumusaan kalimat berbeda, mengemukakan Rohkudus mengantar Yesus ke padang gurun. Perlu diingat, bahwa latarbelakang penulisan ketiga penulis Injil Sinoptis beragam. “

a.       Markus menceritakan pencobaan Yesus tanpa penjelasan apapun.
b.       Matius dan Lukas mengulas secara rinci bentuk dan isi dari 3 (tiga) jenis pencobaan.

M  Pencobaan I     :  kebutuhan jasmaniah : Makanan (Roti).
M  Pencobaan II   :  kekuasaan, kehormatan dan kedudukan
M  Pencobaan III :  harta kekayaan dan fasilitas pelayanan

Namun ketiga penulis memberi penekanan atas peran Roh Allah (Rohkudus) dalam kehidupan manusia Yesus. oleh kuat-kuasa Allah, Yesus mampu mengatasi masalah.

2.      Makna Pengajaran dalam Narasi Pencobaan.

Peristiwa sehari-hari ini menjadi luar biasa, ketika dikaitkan dengan Yesus. Mengapa ? Sebab Iblis sengaja mencobai integritas-Nya, apakah Dia sungguh-sungguh mampu melaksanakan misi Allah. Bahagian ini ditempatkan dalam kurun waktu persiapan pelayanan-Nya.

a.       Masalah sanpapan (sandang, pangan dan papan). Peristiwa ini dipakai penulis untuk menasihati orang kristen, agar mereka mengkaji kembali sejarah perjalanan umat Israel di padang gurun, setelah Allah membebaskannya dari Mesir. Pencobaan yang dihadapi Israel di padang gurun berhubungan dengan kebutuhan pokok : makanan dan minuman. Acapkali Israel mengumpat Musa – Harun, karena mereka menderita kekurangan pangan. Namun Allah Pembebas sering melakukan pembebasan dengan memberi kecukupan pangan (“burung puyuh” -> Kel. 16:3;  manna” -> Kel 16 : 31 – 35; juga “air” di Mara -> Kel. 15 : 22 – 26). Hal inilah yang menyebabkan Matius menghubungkan pernyataan Yesus tentang makanan : “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (bd. Ul. 8:3). Artinya, jika umat selalu mengasihi Allah serta taat memberlakukan firman-Nya, maka segala kebutuhannya akan terpenuhi. Hidup tidak hanya tergantung pada masalah pangan, tetapi yang utama adalah kekuatan spiritual yang bersumber dalam firman Allah.

b.       Masalah Kekuasaan, Kehormatan dan Kedudukan (status sosial). Markus kurang memberikan penjelasan, tetapi secara baik Matius dan Lukas menguraikannya. Kehormatan dan kedudukan merupakan kebutuhan manusia (bacalah teori kebutuhan yang dituliskan oleh Abraham Maslow). Acapkali kedua hal itu dikejar siapapun sepanjang pengabdian di bidang pekerjaan apapun, termasuk pelayanan. (Simaklah permintaan Yakobus dan Yohanes -> Mat. 10:35 – 37 “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu”, perihal duduk di sebalah kanan atau kiri, jika suatu saat Yesus berhasil menduduki tahta Daud secara politis). 

Sementara Lukas lebih memperjelas : “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu”. Iblis mengetahui  benar, bahwa selaku seorang manusia biasa, Yesus pun bisa tergoda dengan masalah kekuasaan, kehormatan dan kedudukan (status sosial). Iblis pun dapat mmberikannya, jika Yesus menuruti kehendaknya.

Iblis pun mengetahui, bahwa sebagai manusia Yesus memiliki keinginan yang sama seperti yang terdapat pada semua orang. Namun Iblis tidak menyadari akan sifat Yesus yang selalu konsisten atas prinsip hidup-Nya : memenuhi dan menggenapi rencana penyelamatan yang ditetapkan Allah. Celakanya, Iblis memakai sebutan Anak Allah (menurut Matius dan Lukas). Iblis bertujuan mencobai Yesus, agar Ia menggunakan kekuasaan ke-Allah-an untuk tujuan-tujuan pribadi. Yesus tidak berpikir demikian.

Oleh karena itu Matius dan Lukas menuliskan ucapan Yesus yang menegaskan sikap-Nya : “Ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti !” (Mat. 4:10; Luk. 4:8).

Pengabdian (bakhti diri) kepada Tuhan Allah tidak terpisahkan dan tidak terpilahkan dari proses menyembah (ibadah). Penyembahan lebih ditujukan pada upacara ritual. Upacara itu bertujuan membangun motivasi dan kesadaran melayani dalam masyarakat, supaya Tuhan Allah dimuliakan olh semua orang. Pengabdian diri (devosi) seperti ini menguatkan motivasi umat Allah, tanpa memikirkan kekuasaan, kehormatan (kemuliaan) dan status sosial yang akan diperolehnya. Jika seseorang melayani Allah dengan benar, maka secara otomatis kekuasaan, kehormatan (kemuliaan) dan status sosialnya akan diakui semua orang. Dengan demikian tujuan pengabdian diri (devosi) yang tampak dalam penyembahan semata-mata tertuju bagi kemuliaan Allah. Iblis gagal lagi.

c.       Harta kekayaan dan fasilitas pelayanan.

3.       Urut-urutan pencobaan yang dituliskan oleh Matius dan Lukas berbeda kedudukannya, meskipun isinya sama.

4.      Melalui peristiwa pencobaan Yesus orang percaya dapat belajar, bahwa masih ada cobaan / godaan yang akan dialami sepanjang melaksanakan pekerjaan Kristus. Ada orang yang melayani dengan tujuan memenuhi kebutuhan sandang – pangan dan papan. Yang lain berkeinginan mencari kekuasaan dan kemuliaan, agar terpandang sebagai orang terhormat dalam Jemaat; ada pula yang menumpuk harta kekayaan. Keinginan akan kebutuhan itu dikemasi dengan kemasan yang namanya pelayanan, tetapi suatu waktu akan terungkap jelas. Semua cobaan / godaan itu sah-sah saja.

Oleh karena itu, setiap orang yang ingin berpartisipasi dan mengambil peran dalam pekerjaan pelayanan perlu membangun motivasi yang benar. Pelayanan itu bertujuan memuliakan Allah dan mendatangkan damai-sejahtera ke dalam kehidupan semua orang. Jika kita tidak melayani sesuai kehendak Allah yang telah diperlihatkan Yesus, sesungguhnya, kita bukanlah pelayan-pelayan Allah tetapi pelayan Iblis. Sebab itu, melayaniah sesuai kehendak Allah, dan biarlah setiap pelayan member diri dipimpin oleh Roh Allah.





YESUS TAMPIL DI GALILEA


Ayt
MATIUS 4 : 12 – 17
Ayt
MARKUS 1 : 14 – 15
Ayt
LUKAS 4 : 14 – 15



12
Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
14
Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah,
14
Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu

13
Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali,
15
kata-Nya : "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !"
15
Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.

14
supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:





15
Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, --





16
bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."





17
Sejak waktu itulah Yesus memberI-takan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"






CATATAN

1.       Pemunculan Yesus di depan umum terjadi setelah Ia dibaptis oleh Yohanes, anak Zakharia dan Elisabet. Itu berarti masa persiapan diri telah selesai (sesudah pendobaa di padang gurun).

2.       Matius dan Markus menempatkan cerita pemunculan Yesus di depan umum, setelah Yohanes pembaptis ditangkap oleh Herodes (Mat. 4:12; Mrk. 1:14). Sementara Lukas tidak mengemukakan catatan tersebut.

3.       Ketiga penulis Injil Sinoptis ini menceritakan, bahwa Yesus memulai pekerjaan-Nya di Galilea (frasa yang dipakai Lukas : “Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ”-> Luk. 4:15), yang terletak dalam wilayah Israel Utara (bd. Mat. 4:13).

4.       Dikarenakan gaya penulisan Matius yang cenderung menyoroti kehadian Yesus bertujuan menggenapi nubuat para nabi, maka Matius mengutip tradisi Kitab Nabi Yesaya sebagai bukti.

5.       Berita yang disampaikan Yesus ketika muncul di depan umum adalah “ajakan pertobatan” (Markus – Matius). Sekaligus kedua penulis itu menegaskan, bahwa sejak pemunculan-Nya Allah telah menetapkan waktu penyelamatan bagi Israel dan bangsa-bangsa. Untuk menjelaskan hal ini penulis Injil Matius mengutip tradisi Yesaya : “… bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Mat. 4:16; bd. Yes. 8:23 – 9:1). Nubuat tentang “bangsa yang diam dalam kegelapan”, pertama-tama tidak ditujukan kepada bangsa-bangsa (Ibr. goyim; Yun. panta ta ethne) tetapi Israel selaku umat Allah (Ibr. am YHWH; Yun. laou tou Theou).

Di kemudian hari setelah memahami pesan Yesus (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15; Kis. 1:8) Jemaat Kristen mengembangkan tradisi baru yang  tentang istilah “bangsa” (kata benda bentuk tunggal) menjadi “bangsa-bangsa” (kata benda bentuk jamak), “segala bangsa” atau “seluruh dunia”. Reinterpretasi dan reformulasi seperti ini sering dilakukan Jemaat Kristen Abad Pertama untuk mengembangkan teologi bagi pelaksanaan misinya. Hal ini kemungkinan besar terjadi setelah Yesus kembali ke dalam kemuliaan sorgawi, dan para rasul serta pengkut akan melanjutkan misi-Nya. Dengan demikian kita dapat memahami perintah Yesus kepada murid-murid yang diutus-Nya : “Pergilah kepada domba Israel yang hilang….” Yesus telah kembali ke dalam kemuliaan sorgawi, tetapi Roh-Nya diberikan untuk melengkapi utusan-Nya untuk  pergi ke seluruh bangsa memberitakan Injil Kerajaan Allah (bd. Kis. 1:8).

6.       Waktu-Nya sudah genap” Frasa ini bukan merupakan sebuah keadaan yang tiba-tiba diciptakan, melainkan sebuah proses yang berkesinambungan sejak masa perjanjian yang lama. “Waktu-Nya sudah genap” menunjuk pada keputusan Allah untuk menghadirkan diri demi mewujudkan rencana penyelamatan.

7.       Waktu-Nya sudah genap” dilatarbelakangi pemahaman teologi APL tentang “waktu TUHAN” atau “hari TUHAN” (Ibr. yom YHWH). Artinya : TUHAN Allah telah melihat segala kejahatan dan dosa yang dilakukan umat-Nya (manusia ciptaan-Nya) mengancam kehidupan (keselamatan) seluruh ciptaan-Nya; dan, oleh karena itu, Dia memutuskan untuk segera bertindak. Itulah sebabnya, para penulis APB menggunakan frasa “waktu-Nya sudah genap” sebagai “saat anugerah” (Yun. kairos) yang terjadi dalam kurun waktu (Yun. kronos) yang panjang, di mana Allah bekerja memulihkan dan membaharui seluruh ciptaan-Nya.

PANGGILAN UNTUK BERTOBAT !

SEBUAH PERENUNGAN

Membaca pikiran Yesus melalui narasi Matius yang selalu menulis menurut pola Perjanjian Lama, kita dapat menangkap gema kesaksian penulis Kejadian : “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah : ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi” (1:1-3). Gambaran keadaan “gelap gulita” {kiasan dari kata Ibrani “laelah” yang menyebabkan “kekacauan” (Ibr. tohu wawohu) ditafsirkan kembali ke dalam masa pra Yesus.

Sepanjang sejarah penyelamatan Allah memakai manusia, juga Israel (sejak Abraham sampai Abad I sb. M); akan tetapi manusia (Israel) selalu gagal melaksnaakan misi-Nya (Missio Dei). “Kegelapan” (simbol dari kekuatan kuasa gelap, diidentifikasikan : Iblis atau Setan) telah menunggangi manusia untuk mencapai tujuannya. Keadaan ini adalah suatu “masa gelap” (Arb. zaman jahiliah) yang membentang panjang dan yang cukup lama, di mana dosa dan kejahatan manusia semakin membahayakan pekerjaan Allah. Hanya Dia sendiri yang mampu memulihkan keadaan, sehingga memungkinkan ciptaan menikmati rachmat-Nya.

Allah mengakhiri masa kegelapan yang menimbulkan kekacauan hidup (kematian, maut) dengan kekuatan kuasa firman-Nya yang kreatif: “Berfirmanlah Allah : ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi”. Terang ! Kekuatan kuasa terang yang keluar dari Firman dan Roh menghalau kegelapan, sehingga seluruh ciptaan menerima kembali kasih-kaarunia Allah. Kekacauan dimatikan dan ketertiban dimunculkan bersamaan dengan datangnya Terang. Dengan demikian, jika kita menyimak secara mendalam nubuat Yesaya yang dikutip Matius : “bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang” (Yes. 8:23 – 9:1), maka kita dapat mengerti, bahwa kehidupan umat manusia, juga Israel, segera dimulai, ketika Allah menerangi kegelapan (bd. teologi Yohanes dalam 1 : 1 – 14).

YESUS ADALAH TERANG DAN CIPTAAN BARU

Bukan sebuah kebetulan tetapi kesengajaan, di mana Matius mengutip nubuat Yesaya tentang Terang. Ia ingin menyatakan, bahwa Terang itu adalah Yesus ! Dia-lah Allah sendiri yang datang untuk menyelamatkan umat-Nya (Mat. 1 : 21; bd. gagasan Matius dalam pengakuan Petrus : ENGKAULAH MESIAH, ANAK ALLAH YANG HIDUP -> Mat. 16:16). Yesus adalah Terang Allah. Kata “terang’menunjuk pada  kekuatan kuasa yang kreatif dari Allah.  Di dalam Dia-lah Allah membuka masa baru, masa anugerah (kairos) ! Di dalam Dia-lah Allah menertibkan kekacauan dan memulikan keadaan, di mana seluruh ciptaan dapat menikmati kasih-kasunia-Nya.

SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG AKAN BERPARTISIPASI KE DALAM MASA BARU INI ?

Orang orang yang telah bertobat ! Orang-orang itu adalah mereka yang mendengar seruan Yesus dan bertobat meninggalkan cara hidupnya yang lama. Pertama, mereka adalah kaum Israel (bangsa yang berdiam dalam kegelapan, bangsa yang sedang dijajah oleh kekaisaran Romawi); barulah kemudian orang yang datang dari berbagai bangsa untuk melakukan aktifitas ekonominya di tanah Israel.

Jadi meskipun narasi tentang pemunculan Yesus dituliskan secara sederhana, namun jika ia ditelaah secara mencalam sangat besar maknanya bagi pembangunan Jemaat selaku Keluarga Allah.





YESUS MEMANGGIL MURID – MURID PERTAMA


Ayt
MATIUS 4 : 18 – 22
Ayt
MARKUS 1 : 16 – 20
Ayt
LUKAS  5 : 1 – 11



18
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudara-nya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
16
Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
1
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.

19
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
17
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
2
Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya

20
Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
18
Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
3
Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

21
Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang members-kan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
19
Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu.
4
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."

22
dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
20
Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.
5
Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."





6
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.





7
Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.





8
Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."





9
Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;





10
demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."





11
Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


SEBUAH PERENUNGAN

PANGGILAN UNTUK BEKERJA BERSAMA YESUS
MEMBANGUN  KERAJAAN ALLAH

PENDAHULUAN

Acapkali perikop ini ditafsirkan secara eksklusif, khususnya untuk membangkitkan motivasi seseorang untuk menjadi Pejabat Gereja (Pendeta, Penatua dan Diaken). Padahal Yesus tidak memanggil seorangpun untuk menjadi Pejabat Gereja secara struktural. Tafsiran seperti ini mengerdilkan makna ucapan Yesus. Dia memanggil murid-murid untuk menjadi rekan sekerja yang mengerjakan pekerjaan Allah (bd. Yoh. 9:4). Marilah mempelajari bahagian ini, agar kita mengenal apakah tujuan Yesus dalam panggilan-Nya.

1.       Perjumpaan Yesus dengan Simon – Andreas dan Yakobus – Yohanes terjadi di pesisir Danau Galilea (Ingatlah, ketiga Injil Sinoptis menceritakan awal pelayanan Yesus di mulai dari wilayah Israel Utara -> Mrk. 1:16; Mat. 4:18; sedangkan Lukas menyebut nama danau itu : Danau Genesaret -> Luk. 5:1).

2.       Perjumpaan dengan Yesus itu berlangsung, ketika Simon – Andreas dan Yakobus – Yohanes sedang mengerjakan pekerjaan sehari-hari sebagai nelayan penjala ikan. Pekerjaan yang dilakukannya bernilai ekonomis. Umumnya orang-orang yang menetap di tepi danau adalah nelayan.

3.       Penulis Injil Lukas agak merinci cerita tentang perjumpaan itu. Lukas menyoroti masalah yang sedang dihadapi oleh Simon dan rekan-rekannya. Semalaman menebar jalan, tetapi tidak berhasil menangkap ikan (maksudnya : ikan-ikan besar yang dapat dijual). Melalui percakapan dengan Simon, Yesus mengetahui kesulitan mereka. Ia menumpangi perahu dan menyuruh Simon agak jauh dari pantar danau. Kemudian Yesus memerintahkan Simon, cs untuk menebarkan jalanya kembali. Simon berkeberatan, karena ia tahu persis, bahwa ikan biasanya dapat ditangkap pada malam hari. Tidak biasa nelayan menangkap ikan di siang hari. Yesus mendesak. Simon menuruti perintah-Nya.   Hasilnya luar biasa. Simon cs tak sanggup menarik jalan, karena penuh dengan ikan-ikan besar.

Peristiwa seperti ini jarang terjadi di kalangan nelayan ikan. Muncul kesan heran, takjub (Luk. 5:9). Takjub bukan karena banyak ikan besar yang ditangkap, tetapi karena ucapan Yesus mengandung kuasa. Membuat yang tiada menjadi ada (creation ex nihilio). Sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itulah sebabnya Simon Petrus tersungkur menyembah Yesus (Luk. 5:8). Umumnya di Israel, jika pernyataan seseorang dapat dibuktikan, maka semua orang akan percaya, bahwa ia memiliki kekuatan ilahi, orang suci Simon enggan, ia berkata : “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk. 5:8). Justru sebaliknya, Yesus tidak meninggalkan Simon, cs. Diajak-Nya mereka bekerja sama menjadi “penjala manusia” (Mrk. 1:17; Mat. 4:19; Luk. 5:10). Jelaslah, bahwa Yesus tidak pernah memanggil seorangpun menjadi pejabat Gereja. Ia memanggil dan mengajak siapapun untuk menjadi rekan sekerja-Nya yang melakukan pekerjaan Allah (Yoh. 9:4).

4.       Panggilan Yesus dan Keputusan Individual. Perjumpaan Yesus dan Petrus cs membuahkan “the new relationship”. Yesus memanggil – mengajak, sedangkan Petrus, cs menjawab ajakan. Secara pribadi tiap-tiap orang memberikan respon atas panggilan. Panggilan pribadi terjadi mendahului panggilan persekutuan, bukan sebaliknya. Orang-orang yang dipanggil itu dibimbing oleh Roh Allah untuk membangun persekutuan bersama Dia dan bersama sesama seiman. Di situlah tiap-tiap orang berinteraksi, saling mengenal dan saling menolong sesama membedayakan panggilan Yesus.

5.       Panggilan selalu disertai penugasan. Karya hidup Petrus cs adalah nelayan ikan. Pekerjaan itu dilakukan sehari-hari untuk mendukung ekonomi keluarga. Ketiga penulis Injil Sinoptis menggunakan pekerjaan ini sebagai ilustrasi yang merefleksikan tugas Petrus, cs kemudian. Yesus berkata : “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk. 1:17; bd. Mat.4:19; Luk. 5:10). Jika menjadi nelayan merupakan panggilan hidup Petrus, cs untuk menghidupi keluarganya, maka “menjadi penjala manusia” adalah tugas yang terkandung di dalam panggilan Yesus. Bukan Petrus, cs yang akan memperlengkapi diri sendiri untuk mengerjakan tugas ini, melainkan ia bersama teman-temannya “mengikuti” (meneladani, menjadi murid, belajar dari teladan yang didengar dan dilihat mereka dari karya hidup) Yesus.

6.       Mengikut Yesus merupakan suatu proses menjadi. Jangan pernah bermimpin akan menjadi sama seperti Yesus. Yesus memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda dengan siapapun. Menjadi sama seperti Yesus pun sulit dicapai, jika dilakukan dengan kekuatan sendiri tanpa dibantu kuat-kuasa Rohkristus. Menjadi sama seperti Yesus bertumbuh dari pengenalan akan firman-Nya, mengalami keintiman hubungan dengan Dia dari waktu ke waktu dalam berbagai peristiwa kehidupan konkrit, bukan khayalan. Sama seperti biji mangga yang ditanam mengalami perubahan bentuk dimulai dari masa penyemaian -> pertumbuhan -> berkembang -> berbuah, demikianlah setiap orang yang akan menjadi sama seperti Yesus :

a)      Menyesuaikan sifat : jujur, tulus, rela, mengasihi, mengorbankan diri, kerendahan hati, setia kawan, dan lain-lain seperti yang dibaca dari kesaksian Alkitab tentang sikap Yesus.
b)     Mengetahui dan mengerti pikiran yang terkandung dalam ucapan dan tindakan Yesus.
c)      Memiliki semangat kerja di bawah ancaman dan tantangan, seperti yang diperlihatkan Yesus.
d)     Mengerjakan pekerjaan yang telah dibuat Allah sejak dahulu kala (Yoh. 9:4).
e)      Dan lain-lain sejenisnya sesuai kesaksian Alkitab.

7.       Menjadi penjala manusia adalah tugas sehari-hari, bukan luar biasa. Acapkali orang berpikir tentang “menjadi penjala manusia”, seakan merupakan pekerjaan khusus, jabatan khusus atau fungsi dan peran khusus. Pemahaman seperti itu tidak benar ! Penjala manusia merupakan tugas keseharian dari Petrus, cs  sama seperti ketika menjala ikan di Danau Genesaret.

8.      Bukan Orang Pandai, tetapi Orang Berhikmat !  Yesus tidak mencari orang pandai dan berpengetahuan untuk menjadi penjala manusia. Yesus mencari orang yang taat dan setia melanjutkan pekerjaan Allah yang sedang dikerjakan-Nya. Banyak orang pandai pada waktu itu : Nikodemus, si ahli Taurat (Yoh. 3). Yesus tidak pernah memanggilnya. Mengapa ? Tidak seorangpun mengetahui alasan, sebab Rasul Yohanes tidak menceritakannya. Yesus menghendaki orang yang taat dan setia. Kepandaian dan keterampilan dapat meningkat melalui proses pembelajaran dengan cara apapun. Akan tetapi kepribadian dan karakter seorang dewasa sulit dibentuk kembali (bandingkan percakapan Yesus dan Nikodemus -> Yoh. 3). Yesus memanggil siapapun yang rendah hati, rela dibimbing, taat dan setia untuk membangun dan membina hubungan baik dengan Allah, agar Dia melimpahkan hikmat-Nya dengan tidak terbatas, hingga ia mengenal Allah dan bersedia menjadi penjala orang; meskipun tidak menjadi Penatua – Pendeta – Diaken.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar