Jumat, 08 Juli 2011

Pengajaran Ibadah Keluarga Rabu, 13 Juli 2011 - Untuk anakku Amor di Bau-Bau


         
ANTARA CINTA DAN NAFSU DAGING

SEBUAH CATATAN ATAS NASKAH PENGAJARAN KEBAKTIAN RUMAHTANGGA – RABU, 13 JULI 2011

disusun oleh

ARIE A. R. IHALAUW



PENGANTAR

Sebuah upaya pendefinisian dan identifikasi   masalah dalam Kitab Kidung Agung

Pada sebuah kesempatan perjumpaan antara sepasang kekasih berusia remaja, sang cowo berujar kepada cewenya : “Emang kamu cinta saya ?” Cewenya mengangguk membenarkan. Sang cowo melanjutkan : “Buktikan, kalau kamu mencintaiku !” Cewenya tersentak, bertanya : “Bukankah kita selalu berjalan bersama ke sekolah ? Apakah yang yayang maksudkan ?” Singkat, padat dan jelas : “Sini kucium !” ujar cowo itu. Si cewe terperanjat, ia bertany : “Apa bener ni, cinta harus dibuktikan melalui ciuman ? Kan kita belum suami isteri”. Cowonya bersikeras : “Kalo kamu tidak memberiku kesempatan, kuputuskan hubungan ini !”. Sang cewe ketakutan. Akhirnya ia memasrahkan diri. Hari makin gelap, ketika mereka berdua bercumbu. Angin sore nan dingin semakin menggetarkan tubuh mereka berdua. Bagaikan Adam dan Eva di taman Eden, si cowo makan buah terlarang.  Beberapa bulan kemudian cewe itu mencari-cari cowonya di sekolah. Bayangannya pun tidak kelihatan. Semakin dicari, semakin membesar perutnya. Cewe itu telah hamil ! Itulah buah cinta terlarang !

NASKAH
KIDUNG AGUNG 3 : 1 - 5

1.      Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.
2.      Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.
3.      Aku ditemui peronda-peronda kota. "Apakah kamu melihat jantung hatiku?"
4.       Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.
5.      Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!

PENDAHULUAN

A.    Pengenalan Kitab

Kitab Kidung Agung jarang dibacakan dalam ibadah-ibadah Gereja, baik Ibadah Minggu dan Kebaktian Rumahtangga. Oleh karena orang kristen beranggapan kitab ini menceritakan hal-hal cabul (porno). Pemahaman ini tidak benar seluruhnya ! Mengapa ? Memang benar, para penulis kitab-kitab dalam Alkitab diilhami Roh Allah untuk menulis firman-Nya (bd. II Tim 3 : 16 – 17 : “… segala tulisan yang diilhamkan Allah…”). Perlu diperhatikan benar, bahwa Allah yang mengilhami para nabi dan penulis; akan tetapi penulis juga proaktif ke dalam proses tersebut. Mereka (para nabi dan penulia) berada dalam konteks sosio-budayanya. Ia memakai karya budaya (seni sastera) untuk menuangkan inspirasi ilahi ke dalam bentuk tertulis.

Kitab Kidung Agung merupakan tradisi keagamaan Israel yang dituangkan dalam bentuk tertulis dengan menggunakan bentuk sastera lama (puisi), yang disebut SYI’IR (Indo. Syair). Ia (kitab ini) mengungkapkan 2 (dua) topik utama yang difirmankan Allah dalam Kitab-Kitab Musa (Kejadian -> Ulangan), yakni : CINTA-KASIH kepada Allah (Ul. 6:5 ->Kasihilah TUHAN Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu”; bd. Kel. 20 : 3 – 11; Ul. 5 : 7 - 16) dan CINTA-KASIH kepada sesama manusia (Im. 19:18b -> “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”; bd. Kel. 20 : 12 – 17; Ul. 5 : 17 – 21). Dengan demikian, kitab Kidung Agung ini tidak bermaksud melukiskan hal-hal cabul (porno), tetapi mengungkapkan KEINDAHAN HIDUP DALAM CINTA-KASIH.

B.    Pokok Teologi Dalam Kitab Kidung Agung

Kitab Kidung Agung ini merupakan kumpulan tradisi lisan yang dituliskan kembali oleh redaksinya. Kerangka berpikirnya bernaung di dalam sebuah tema tentang KEINDAHAN HIDUP DALAM CINTA – KASIH. Diterangi tema tersebut, penulisnya mereinterpretasi (mentafsirkan ulang) dan mereformulasikan (merumuskan ulang) tradisi keagamaan Israel tentang HUKUM TAURAT sejalah perkembangan konteks sosio-budaya Israel pada masanya. Saya menguraikanya begini :

B.1.  Pusat Pemberitaan

Menurut hemat saya, inti berita (kerugma) kitab ini terdapat dalam pasal 8 : 6 – 7,

Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya ? -- Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. -- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN ! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.

Di dalam kutipan ini terkandung beberapa pokok gagasan penulis kitab :

·        Cinta-Kasih berasal dari TUHAN (nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN).
·        Perilaku manusia yang menerima cinta-kasih dari TUHAN : “..,Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut …”
·        Sifat cinta-kasih : pertama, “kegairahan gigih seperti dunia orang mati”, artinya membangkitkan gairah (semangat) hidup dan nafsu daging; kedua, “yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya”. Ketika cinta-kasih bertumbuh dalam hati seseorang, ia tidak memikirkan segala risiko yang dihadapi, malahan tantangan dan ancaman dimasuki, asalkan dapat merebut cinta-kasihnya; ketiga, “orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta”. Cinta-kasih tidak dapat ditukarkan ataupun dihargai dengan uang (materi). Siapapun yang bercinta dengan tujuan material, ia pasti akan medapat kerugian besar.

B.2.  CINTA-KASIH : Estetika dan Etika

         Cinta-Kasih itu melekat pada Allah. Bukan saja sifat-Nya, tetapi juga hakekat-Nya (bd. I Yoh. 4 : 8 -> “Allah adalah Kasih). Karena cinta-kasih Allah mengaruniakan kebaikan ke dalam kehidupan ciptaan-Nya, sehingga manusia menikmati keindahan dalam kehidupan.

         Agama Israel bersumber pada pengenalan akan Hukum Allah (Ibr. Hatorah) dan segala pekerjaan-Nya. Dapat juga disebutkan bahwa Agama Israel adalah Agama Hukum. Oleh karena itu, mereka merumuskan cinta-kasih Allah ke dalam klausul hukum-hukum, ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan, perintah-perintah (Ibr. mishpatim) dan lain-lain. Tujuannya untuk menata-tertibkan perilaku etis (etika, etiket) dalam interaksi anggota persekutuan umat Allah. Jika setiap anggota persekutuan melaksanakan perintah (firman) Allah, maka setiap anggota dalam kehidupan bersama akan memperoleh kebaikan (estetika) Allah.

B.3.  CINTA – KASIH dan TORAH

         Sesungguhnya, istilah TORAH menunjuk pada beberapa konotasi arti, seperti : Pengajaran Allah, Petujuk hidup / Amanah, dan Hukum / Perintah Allah. Di dalamnya TUHAN, Allah Israel, bermaksud menatatertibkan perilaku ibadah umat, yang berhubungan dengan penyelenggaraan kultus ritual (upacara keagamaan) serta perilaku umat dalam pelayanan kemasyarakatan (sifat sosial dari Ibadah Umat). Dengan demikian CINTA-KASIH Allah dapat dinikmati oleh semua anggota persekutuan.

a.      CINTA-KASIH dan HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

Allah menghendaki semua orang menikmati kebaikan-Nya. Oleh karena itu Ia berfirman : “Kasihilah sesamamu manusia” (Im. 19:18; bd. Mat.22:39; Gal.5: 14; 6:2, 10).

Oleh penulis Kitab Kidung Agung, kebaikan Allah Mahakasih dilukiskan dalam hubungan percintaan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam keluara, maupun hubungan pertunangan. Jika laki-laki dan perempuan yang saling mencintai menuruti suruhan TUHAN : “JANGAN BERZINAH !”, maka mereka akan menikmati kebaikan sampai waktu yang ditentukan. Tetapi jika cinta-kasih yang dinyalakan Allah (KA. 8:6) dalam hati disalahgunakan, maka mereka akan mengalami malapetaka. Itulah yang dimaksudkan oleh penulis ini : “ Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya !” (KA. 3:5). Jadi jika seseorang tahu bagaimana seharusnya ia mengasihi Allah, tetapi tidak menjauhkan dirinya dari perzinahan, percabulan, dan perselingkuhan; ia berdosa kepada Allah dan berbuat jahat kepada kekasihnya. Oleh karena itu, hendaklah setiap laki-laki dan perempuan wajib menjauhkan diri dari dosa perzinahan – percabulan – perselingkuhan, agar ia kudus bagi Allah sampai hari tuanya (bd. Hukum Kekudusan : Kudusnya Perkawinan – Im.18 : 1 – 30; bd. Amanat / Penjelasan tentang Perkawinan Kristen dalam Liturgi Pemberkatan Perkawinan GPIB). Rasul Paulus mengatakan : “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kol. 3:23).

Terkadang cinta-kasih yang bertumbuh dari ketulusan hati seorang suami kepada seorang isteri, dan atau seorang tunangan kepada seorang kekasih, dinodai oleh keinginan / hawa nafsu daging (dorongan seksual). Akhirnya ia berzinah – berbuat cabul – dan berselingkuh. Betapa sakitnya hati kekasih. Oleh karena itu, penulis Kidung Agung mengingatkan : “Jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya !” (3:5). Tuhan Yesus pun menyinggung masalah ini, kata-Nya : “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta mengingin-kannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” (Mat. 5:28). Ini masalah hati dan kebutuhan seksual, sebab di dalam hal itulah orang berzinah (Kel. 20:14, khususnya ayat 17 : “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”). Siapa yang melanggar peringatan TUHAN, ia menjerumuskan dirinya ke dalam permasalahan yang menyusahkan hati. Ia tidak mungkin menikmati kebahagiaan dan kebaikan Allah. Sebab di dalam hatinya ada perasaan dosa dan bersalah, serta maut mengintipnya.

b.     CINTA-KASIH dan HUBUNGAN DENGAN ALLAH

1.      Selain Kitab Kidung Agung menguraikan hubungan cinta-kasih antara Allah dan manusia dalam gambaran pertunangan / pacaran, Nabi Yeremia telah memakan gambaran hubungan pertunangan: “Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan : Beginilah firman TUHAN : Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya. Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN” (Yer. 2:2-3)[1]

Lukisan ini dipakai Yeremia untuk menguraikan pandangan teologinya tentang pembebasan Israel dari Mesir. Kutipan di atas menunjukkan perasaan Allah sebagai seorang kekasih yang dikhianati Israel.

2.      Namun dalam banyak kesempatan TUHAN, Allah Israel, mengingat akan perjanjian yang dibuat-Nya dengan leluhur umat, sehingga Dia senantiasa memperbaiki hubungan cinta-kasih. Ia memperisteri kembali Israel (bd. teologi Nabi Hosea – psl 1 – 3).  

C.      Membangun dan Membina Hubungan Cinta – Kasih

Penulis Kidung Agung mengingatkan siapapun yang membaca kitabnya, agar membangun dan membina hubungan cinta kasih sesuai kehendak Allah. Katanya : “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN ! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” (KA. 8:6).

Ada beberapa catatan praktis terkait kutipan di atas :

C.1. CINCIN PERKAWINAN

        Cincin perkawinan tidak menjamin keabadian hubungan cinta kasih antara suami-isteri ataupun sepasang kekasih. Cincin hanyalah simbol yang menandai perbuatan cinta-kasih. Penulis kitab ini mengusulkan hal terbaik : “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta”. Apalah arti sebuah cincin yang dikalungkan, sementara tidak ada cinta-kasih di dalam hati. Meskipun sepasang calon suami-isteri yang miskin, tak bisa membeli cincin perkawinan untuk dimasukkan ke jari manis pasangannya, lebih baik ia memberikan cinta-kasih yang utuh sepanjang perjalanan perkawinan ketimbang cincin dipakaikan kepada pasangan yang hatinya suka berselingkuh. Jadi tradisi pengalungan cincin dalam Liturgi Pemberkatan Perkawinan Kristen, bukan merupakan sebuah keharusan untuk memenuhi azas legalitas tanpa moral. Pengalungan cincin perkawinan, sebaiknya, merupakan unsur alternative dalam Liturgi Pemberkatan Perkawinan Kristen, sebab tidak semua orang dapat membeli cincin itu. Yang penting di sini adalah CINTA – KASIH. WITHOUT LOVE I’LL HAVE NOTHING, NOTHING AT ALL. Semua karena cinta Allah !

C.2. PAGARILAH HATI DAN JANGAN NODAI CINTA DENGAN NAFSU SEKSUAL

Penulis Kidung Agung mengngatkan semua orang, agar jangan membangkitkan gairah (nafsu seksual) atas nama cinta-kasih ! Katanya : “Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa betina di padang : jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya !” (KA 3:5). Kalimat tersebut menasihat setiap orang yang bercinta agar :

1).   Jangan memaksakan cinta-kasih, jika cinta bertepuk sebelah tangan. Jika lamaran / pingan ditolak, hentikanlah ! Jangan terbawa nafsu dan emosi, karena jikalau kita memaksakan kemauan, maka perjalanan cinta-kacih itu akan menyakitkan hati.

2).   Cinta-kasih tidak identik dengan ciuman. Ada juga ciuman Yudas. Karena itu, janganlah mencium sembarangan ! Berikanlah ciuman cinta-kasih kepada orang yang dapat menerianya, pada waktu dan tempat yang tepat. Jika tidak demikian, kata penulis : “Pasti akan dihina” (KA. 8:7).

3).   Jangan mencium seorang perempuan, sekalipun kekasihmu dengan mengatas namakan cinta ! Apalagi bukan sekedar ciuman di dahi atau di pipi, tetapi saling mengulum bibir ! Ini perwujudan dari nafsu seksual (ibido seksual, gairah seks) yang tak dapat dikendalikan. Ini perbuatan dosa dari orang yang tidak bermoral. Mengambil kesucian yang bukan miliknya, sebelum perkawinan. Sebab jika hubungan pacaran itu tidak dapat dilanjutkan karena alasan tertentu, maka yang tersisa hanyalah penyesalan dan sakit hati.

SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN

MEDAN, JUMAT – 8 JULI 2011

ARIE A R IHALAUW


[1]     Saya hanya memakai sebuah contoh dari sekian banyak contoh yang tertulis di dalam APL. Silahkan cari sendiri untuk memperkaya diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar