FUNGSI JEMAAT SELAKU
HAMBA TUHAN
Sebuah Refleksi Atas
PANGGILAN DAN PENGUTUSAN JEMAAT
Selaku HAMBA TUHAN
Medan – Sumatera Utara
Minggu Pra Paskah II
ditulis oleh
ARIE A. R. IHALAUW
A. PENDAHULUAN
Acapkali Warga dan Pejabat
GPIB (Penatua – Diaken) khususnya serta orang kristen umumnya, salah
mengartikan tugas dan fungsi hamba Tuhan. Atribut hamba Tuhan itu ditujukan
kepada para Pendeta. Memang pandangan ini sah-sah saja, jika disoroti secara
struktural gerejawi; akan tetapi pada prinsipnya semua warga dan pejabat Gereja
dalam Jemaat adalah hamba Tuhan. Mengapa demikian ? Oleh karena Allah --- di
dalam Kristus ---- tidak hanya memilih dan mengutus para pendeta saja. Ia
memanggil semua orang Kristun untuk memberitakan Injil Kerajaan dan melayankan
kasihNya kepada semua makhluk di dalam alam semesta (Mrk. 16:16).
Artikel yang saya tulis ini
bermaksud meluruskan kembali pemahaman yang menyimpang yang selama ini
berkembang dalam Jemaat – Jemaat GPIB, karena ditulari ajaran-ajaran yang
sehat.
B. PENGANTAR KE DALAM BAHASAN YESAYA
42 : 1
Yesaya 42 : 1 – 9 merupakan
salah satu dari kumpulan nubuat tentang tugas panggilan hamba Tuhan (Ibr. ebed
YHWH); akan tetapi kita perlu menyimak secara cermat identitas sang hamba,
apakah ia menunjuk pada sebutan individual ataukah kolektif. Jika kita salah
menafsirkan, maka kita telah memperkosa ayat-ayat ini untuk membenarkan
pendapat sendiri. Marilah kita mulai menelaah bahagian ini :
Lihat, itu hamba-Ku (Ibr. עַבְדִּי֙; bc. ab.di) yang Kupegang, orang pilihan-Ku (Ibr. בְּחִירִ֖י; bd. be.hi.ri), yang kepadanya Aku berkenan (Mat. 3:17). Aku telah
menaruh Roh-Ku ke atasnya (bd. Yes. 61:1a),
supaya ia menyatakan hukum (Ibr. מִשְׁפָּ֖ט; bc. mis.pat) kepada bangsa-bangsa.
|
C. PENJELASAN KATA DAN PRASA
a.
Hamba-Ku ( Ibr. עַבְדִּי֙; bc. abdi )
1.
Bahasa Ibrani sering menggunakan kata benda (noun) sebagai kata kerja
(verb). Hal ini sudah menjadi kebiasaan berbahasa di Israel-Kuno. Kata benda “hamba” (pelayan, abdi, pesuruh, pembantu, dll) dijadikan kata kerja “menghamba, menghambakan diri, menjadi
hamba.”
2.
Nabi Yesaya II
(Deutero-Yesaya) memakai istilah hamba-Ku
(Ibr. עַבְדִּי֙; bc. abdi) dalam bentuk kata benda bersifat singular
(tunggal) tetapi bermakna luas. Artinya, sifat ketunggalan itu dipakainya
untuk menunjuk sekelompok orang
(kolektif) yang dimiliki tuannya. Biasanya disebut “individual corporate” (korporasi individual). Jadi, kata benda hamba dapat diartikan : “seorang individu” dan atau “persekutuan orang-orang.”
Katakanlah, Yeremia bisa disebut
hamba (bermakna tunggal, bersifat pribadi), dan, selain itu Israel juga disebut hamba (bermakna tunggal, tetapi terdiri dari
banyak pribadi).
Jadi, jika kita
menghubungkan istilah “hamba” (ay. 1) dengan ayat-ayat selanjutnya, maka kita
mendapat kesimpulan, bahwa sebutan itu ditujukan kepada Israel sebagai korporasi individual (persekutuan
orang-orang pilihan Allah).
b.
Orang Pilihan-Ku ( Ibr. בְּחִירִ֖י; bc. be.hi.ri )
1.
Kata benda בְּחִירִ֖י (orang pilihanKu) dari kata dasar רבָּחַ (bc. bachar atau bahar), jika dikaitkan pada hubungan Allah <->
Israel, berarti “Allah berinisyatif memilih
Israel selaku umatNya.” Pilihan itu bukan disebabkan Israel adalah bangsa yang besar ataupun
kuat, melainkan karena “perjanjian kasih-karunia” yang
dibuatNya dengan Abraham (Kej. 17: 13 => “Orang yang lahir dalam rumahmu...,
dalam
dagingmu-lah perjanjianKu itu
menjadi perjanjian kekal”).
2.
Dengan demikian,
pertama-tama kita harus mengetahui, bahwa perjanjian Allah itu bersifat lahiriah.
Perjanjian itu dikaruniakan kepada “orang-orang yang lahir dalam rumah, dan dari
darah daging Abraham” atau disebut juga “keturunan Abraham secara lahiriah.”
Itulah latarbelakang wawasan kebangsaan Israel selaku bangsa pilihan.
c.
Yang kepadanya Aku berkenan ( Mat. 3:17 )
1.
Prasa ini mengungkapkan intiminasi hubungan Allah <-> Israel
selaku yang memilih dan yang dipilih. Pandangan ini berlatarbelakang penciptaan
makhluk (Kej. 1 : 1 – 28). Namun di antara berbagai jenis makhluk ciptaan,
Allah memilih manusia dan memberikan mandat untuk melaksanakan rencanaNya dan tugas (Kej. 1:28; 2:15). Sama seperti itu pula Deutero-Yesaya ingin menegaskan, bahwa Allah telah
memilih keturunan Abraham, memisahkan dan menguduskan mereka (bd. gambaran
yang tersirat dalam Kej. 3:15 => “Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya”) untuk mengerjakan tugas tersebut.
2.
Pengudusan dan pengkhususan Abraham dan keturunannya dari antara segala bangsa
di muka bumi dilakukan oleh Allah, agar melaksanakan rencana penyelamatan (bd. Yes. 42:6 dst).
3.
Pilihan (pengudusan dan pengkhususan) itu merupakan sebuah misteri
ilahi. Hal itu dinyatakan nabi: Aku berkenan kepadanya, sekaligus
mengungkapkan kedaulatan dan kasih Allah yang tak dapat dipertanyakan siapapun
(yang ingintahu, silahkan bertanya setelah meninggal dunia).
d.
Hukum ( Ibr. טמִשְׁפָּ֖; bc. mis.pat )
1. טמִשְׁפָּ֖ (bc. mis.pat) terdiri dari dua kata : min
(= dari) + sapat
(= sopet artinya hakim).
Jadi secara hurufiah טמִשְׁפָּ֖ berarti : ucapan yang keluar dari mulut hakim. Acap kata
טמִשְׁפָּ֖ berarti kebenaran ataupun keadilan, tergantung di mana ia diletakkan
dalam kesatuan perikop bacaan dan menurut gagasan teologi kitabnya.
2. Ucapan itu disebut juga sabda atau
firman. Ucapan itu mengandung kekuatan hukum
tetap, tidak dapat berubah sejak purbakala sampai akhirkala (sebelum bumi
diciptakan sampai bumi ditiadakan).
3. Siapakah Hakim itu ? Menurut keyakinan Israel, Hakim itu adalah TUHAN,
Allah Israel. Ia tidak berubah, sama seperti itu pula seluruh firman yang
diucapkan melalui perantaraan para utusan dan hambaNyapun tidak akan berubah.
4. Jikalau Deutero-Yesaya (42:10) menggunakan טמִשְׁפָּ֖, maka yang dimaksudkannya kebenaran Allah.
Jadi penunjukkan Israel selaku hamba dan pengangkatannya sebagai anak-anak
Allah bertujuan, agar mereka menjadi terang di tengah bangsa-bangsa (Yes.
42:6). Dengan demikian bangsa-bangsa dapat melihat arah jalan keselamatan.
D. TRANSFORMASI
1. Terhubung pada Yesus, Orang Nazaret, yang
disebut Kristus.
a)
Para
penulis Injil Sinoptis mentrasformasikan prasa ini (“Yang kepadaNyalah Aku berkenan” – versi Mat. 3:15; “kepadaMulah
Aku berkenan” – versi Mrk. 1:11. Injil Lukas -- 9:22 -- sama
dengan Markus) dan dikenakan pada waktu baptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis
di Sungai Yarden.
b)
Sementara
pernyataan “Roh Allah seperti burung merpati ke
atasNya” (Mat. 3:17; Mrk 1:11; Luk. 9:22), sesungguhnya, merupakan
refleksi yang dipakai ketiga penulis Injil Sinoptis atas nubuat Deutero-Yesaya
“Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya” (Yes. 42:1); yang kemudian diucapkan oleh
Yesus ketika mengajar di Sinagoge : “Roh Tuhan ada
padaKu...” (Luk. 4:18 yang dikutip dari Yes. 61;1).
c)
Penulis
Injil-Injil Sinoptis --- terutama penulis Injil Matius --- tidak bermaksud
mengatakan, bahwa Yesus menerima Roh Allah setelah dibaptis. Mereka ingin
menegaskan, bahwa Roh Allah (Ibr. םאֱלֹהִ֔י ר֣וּחַ; bc. ruach elohim - red. Jiwa, Semangat Ilahi; bd. Kej. 2:7) ada di
dalam dan terbungkus oleh tubuh lahiriah / jasmaniah Yesus.
d)
Transformasi
teologi Deutero dan Trito Yesaya dilakukan sempurna oleh penulis Injil Matius,
ketika ia memroklamasikan kelahiran Yesus, tulisnya : “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut :
Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri” (Mat. 1:18, 20). Sangat cemerlang !
e)
Mengapa para penulis Injil Sinoptis
mentransformasikan keyakinan Israel dan mengenakannya pada Yesus, Orang
Nazareth ? Alasan terkuat ditemukan
dalam nubuat para nabi tentang kedatangan Messiah
(Ibr. Mossiach, Messiach)
dari dinasti Daud, sebagai Raja (Ibr.
mlk) ditunjuk (simak Maz. 2) dan Hamba TUHAN (Ibr.
abd Elohim) yang dipilih (Yes. 52:13 – 53:12).
f)
Meskipun sumber
khusus Matius (Quelle Matius)
dan Lukas
(Quelle Lukas) berbeda; akan
tetapi keduanya menceritakan fakta yang sama tentang subtansi Yesus, Orang
Nazareth, bahwa Ia adalah Roh Allah. Kedua narasi (Mat. 1:18, 20; Luk.
4:18) mengemukakan kepada kita --- sudah
ada tradisi tentang figur dan ketokohan Yesus pada kalangan masyarakat luas
---, bahwa Dia adalah Mesiah,
Anak Allah dan sekaligus hamba
TUHAN yang dinantikan Israel. “Dialah
yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka” (Mat. 1:21)
dan memberitakan kebenaran Allah kepada bangsa-bangsa.
Oleh karena itu, janganlah sesat pikiranmu !
Oleh karena itu, janganlah sesat pikiranmu !
2. Terhubung pada Gereja : Warga dan Pejabatnya (
Sebuah kajian Teologi Kristen yang sedang dikembangkan oleh GPIB )
Saya telah menjelaskan di atas tentang
eksistensi hamba Tuhan, yakni : orang perorangan
dan persekutuan orang-orang percaya (korporasi individual), yang disebut juga : Gereja / Jemaat / umat Allah dalam Perjanjian Baru.
Mengapa demikian ?
a.
SATU SAJA SUMBER TRADISI
BAGI SELURUH UMAT KRISTEN.
Kita, selaku Warga GPIB, wajib bertolak dari
tradisi Gereja yang diturunkan sejak zaman rasul-rasul sampai hari ini. Sumber tradisi itu didasarkan atas kesaksian Alkitab dan pengakuan
iman ekumenis (Creedo Apostolicum & Creedo Niceae
Constantinapolum; sedangkan Creedo Athanasius
adalah pengakuan pribadi Bapa Gereja).
b.
SATU SAJA PENGAKUAN IMAN
GEREJA.
Hanya ada satu Pengakuan Iman Gereja, yakni : Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah
sebagaimana disaksikan oleh para penulis Alkitab Perjanjian Baru (APB); dan
satu pula ajaranNya yang diwariskan oleh para rasul.
c.
KESATUAN IMAN YANG
MENGAYOMI KERAGAMAN.
Sepanjang sejarah pertumbuhan dan perkembangan
Gereja muncullah berbagai penafsiran yang dirumuskan menjadi dogma / dotrin
Gereja. Di dalam hal inilah muncul beragam denominasi gerejawi. Namun umat Kristen yang bernaung di setiap
denominasi mengakui akan kesatuan iman yang menjadikannya sebagai Keluarga
Allah (dasar ekumenikal => Yoh. 17 : 21 – 23 => “Supaya
mereka menjadi satu”). Dan, oleh karena itu, semua orang Kristen
dipilih dan dipanggil Allah menadi hamba yang ditugaskan memberitakan
keselamatan, menjadi perjanjian, menjadi terang di tengah bangsa-bangsa (Yes.
42:6). Itulah yang disebut tradisi Reformasi
Protestan, panggilan lahir-bathin.
d.
PANGGILAN UNTUK MENJADI
HAMBA / PELAYAN ALLAH
1.
Sama
seperti Allah memilih dan memanggil Israel menjadi anak-anakNya berdasarkan
perjanjian kasih karunia yang dibuatNya dengan Abraham, demikianlah umat
manusia dari segala bangsa dihimpunNya menjadi persekutuan hidup bersamaNya (1
Pet. 2:9).
2.
Kitalah
orang Israel baru yang diikatkan oleh sebuah perjanjian, bukan berdasarkan
darah sunat, melainkan oleh darah AnakNya, Kristus Yesus. Dan, darah AnakNya
itu jauh lebih berharga dari pada sunat secara lahiriah.
3.
Pengenalan
--- yang lahir dari penghayatan oleh tuntunan Rohkristus --- telah membuka mata
hati kita untuk memahami dan mengakui, bahwa keselamatan itu bukanlah hasil
usaha manusia, melainkan hanyalah anugerah Allah yang dimeteraikan oleh darah
Kristus Yesus.
4.
Oleh
RohNya kita diyakinkan, bahwa kita adalah anak-anak Allah, yang dipanggil untuk
melayani Dia, Allah, Bapa kita. Dan di dalam bimbingan Rohkristus kita mengakui
pula, bahwa kita adalah hamba / pelayanNya.
e.
ORANG KRISTEN SELAKU
HAMBA / PELAYAN TUHAN.
Sesuai pemahaman dan pengakuan iman kita
kepada Allah yang bernama Yesus Kristus, kita mengaminkan sepenuh hati, bahwa
Dia --- Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja --- telah menunjuk kita selaku
hamba yang ditugaskan untuk memberitakan Injil (Mrk. 16:15), mengajarkan ucapan-ucapan
Yesus Kristus (Mat. 28:20) dan menjadi saksi (Kis. 1:9) kepada bangsa-bangsa.
Tugas itu kita lakukan secara pribadi
karena tanggungjawab iman kepada Kristus Yesus --- yang oleh karena Allah --- telah bersedia menebus dosa dan
membebaskan kita dari penderitaan.
f.
GEREJA SELAKU HAMBA /
PELAYAN TUHAN.
1.
Oleh
karena pekerjaan RohNya, maka kita yang mengakui Allah selaku Bapa (Rom. 8:15;
Gal. 4:6) dan Yesus adalah Tuhan (I Kor. 12:3; bd. Flp. 2:11) dihimpunkan menjadi satu persekutuan (bd. Eps. 2:21-22) yang atasnya nama Kristus diserukan (bd. Kis.
11:26). Kita juga menerima berkat perjanjian kasih karunia berdasarkan iman
kepada Kristus, sama seperti Abraham.
2.
Persekutuan
orang-orang percaya itu kita sebut Gereja / Jemaat (Mat. 16:18; I Pet. 2:9).
Dialah “tubuh Kristus” (I Kor. 12:8)
yang kelihatan dan “keluarga Allah” (Eps. 2:19-20)
yang diutus untuk menjadi terang
(Mat. 5:13-16) bagi umat manusia serta memberitakan Injil keselamatan kepada
bangsa-bangsa.
3.
Untuk
menjalankan tugas pemberitaan dan pelayanan, kita mengadakan jabatan-jabatan
gerejawi (Kis. 6:1-6; I Kor. 12:28; Eps. 4:12) demi menatalayani tugas Gereja selaku
hamba / pelayan Tuhan. Jabatan gerejawi itu lebih bersifat fungsional ketimbang
stuktural.
SELAMAT
MENIKMATI !
MEDAN –
SUMATERA UTARA,
HARI JUMAT
– 01 MARET 2013
SALAM
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar