Minggu, 03 Maret 2013

NYANYIAN HAMBA TUHAN - Deutero Yesaya 42 : 1


FUNGSI JEMAAT SELAKU

HAMBA TUHAN

Sebuah Refleksi Atas
PANGGILAN DAN PENGUTUSAN JEMAAT
Selaku HAMBA TUHAN

Medan – Sumatera Utara
Minggu Pra Paskah II

ditulis oleh
ARIE A. R. IHALAUW

A. PENDAHULUAN

Acapkali Warga dan Pejabat GPIB (Penatua – Diaken) khususnya serta orang kristen umumnya, salah mengartikan tugas dan fungsi hamba Tuhan. Atribut hamba Tuhan itu ditujukan kepada para Pendeta. Memang pandangan ini sah-sah saja, jika disoroti secara struktural gerejawi; akan tetapi pada prinsipnya semua warga dan pejabat Gereja dalam Jemaat adalah hamba Tuhan. Mengapa demikian ? Oleh karena Allah --- di dalam Kristus ---- tidak hanya memilih dan mengutus para pendeta saja. Ia memanggil semua orang Kristun untuk memberitakan Injil Kerajaan dan melayankan kasihNya kepada semua makhluk di dalam alam semesta (Mrk. 16:16). 

Artikel yang saya tulis ini bermaksud meluruskan kembali pemahaman yang menyimpang yang selama ini berkembang dalam Jemaat – Jemaat GPIB, karena ditulari ajaran-ajaran yang sehat.

B. PENGANTAR KE DALAM BAHASAN YESAYA 42 : 1

Yesaya 42 : 1 – 9 merupakan salah satu dari kumpulan nubuat tentang tugas panggilan hamba Tuhan (Ibr. ebed YHWH); akan tetapi kita perlu menyimak secara cermat identitas sang hamba, apakah ia menunjuk pada sebutan individual ataukah kolektif. Jika kita salah menafsirkan, maka kita telah memperkosa ayat-ayat ini untuk membenarkan pendapat sendiri. Marilah kita mulai menelaah bahagian ini :

Lihat, itu hamba-Ku (Ibr. עַבְדִּי֙; bc. ab.di) yang Kupegang, orang pilihan-Ku (Ibr. בְּחִירִ֖י; bd. be.hi.ri), yang kepadanya Aku berkenan (Mat. 3:17). Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya (bd. Yes. 61:1a), supaya ia menyatakan hukum (Ibr. מִשְׁפָּ֖ט; bc. mis.pat) kepada bangsa-bangsa.

C.  PENJELASAN KATA DAN PRASA

a.    Hamba-Ku ( Ibr. עַבְדִּי֙; bc. abdi )

1.    Bahasa Ibrani sering menggunakan kata benda (noun) sebagai kata kerja (verb). Hal ini sudah menjadi kebiasaan berbahasa di Israel-Kuno. Kata benda “hamba” (pelayan, abdi, pesuruh, pembantu, dll) dijadikan kata kerja “menghamba, menghambakan diri, menjadi hamba.

2.    Nabi Yesaya II (Deutero-Yesaya) memakai istilah hamba-Ku (Ibr. עַבְדִּי֙; bc. abdi) dalam bentuk kata benda bersifat singular (tunggal) tetapi bermakna luas. Artinya, sifat ketunggalan itu dipakainya untuk menunjuk sekelompok orang (kolektif) yang dimiliki tuannya. Biasanya disebut “individual corporate” (korporasi individual). Jadi, kata benda hamba dapat diartikan : “seorang individu” dan atau “persekutuan orang-orang.” Katakanlah, Yeremia bisa disebut hamba (bermakna tunggal, bersifat pribadi), dan, selain itu Israel juga disebut hamba (bermakna tunggal, tetapi terdiri dari banyak pribadi).

Jadi, jika kita menghubungkan istilah “hamba” (ay. 1) dengan ayat-ayat selanjutnya, maka kita mendapat kesimpulan, bahwa sebutan itu ditujukan kepada Israel sebagai korporasi individual (persekutuan orang-orang pilihan Allah).

b.    Orang Pilihan-Ku ( Ibr. בְּחִירִ֖י; bc. be.hi.ri )

1.    Kata benda בְּחִירִ֖י (orang pilihanKu) dari kata dasar רבָּחַ (bc. bachar atau bahar), jika dikaitkan pada hubungan Allah <-> Israel, berarti “Allah berinisyatif memilih Israel selaku umatNya.” Pilihan itu bukan disebabkan Israel adalah bangsa yang besar ataupun kuat, melainkan karena “perjanjian kasih-karunia” yang dibuatNya dengan Abraham (Kej. 17: 13 => “Orang yang lahir dalam rumahmu..., dalam dagingmu-lah perjanjianKu itu menjadi perjanjian kekal”).

2.    Dengan demikian, pertama-tama kita harus mengetahui, bahwa perjanjian Allah itu bersifat lahiriah. Perjanjian itu dikaruniakan kepada “orang-orang yang lahir dalam rumah, dan dari darah daging Abraham” atau disebut juga “keturunan Abraham secara lahiriah.” Itulah latarbelakang wawasan kebangsaan Israel selaku bangsa pilihan.

c.    Yang kepadanya Aku berkenan ( Mat. 3:17 )

1.    Prasa ini mengungkapkan intiminasi hubungan Allah <-> Israel selaku yang memilih dan yang dipilih. Pandangan ini berlatarbelakang penciptaan makhluk (Kej. 1 : 1 – 28). Namun di antara berbagai jenis makhluk ciptaan, Allah memilih manusia dan memberikan mandat untuk melaksanakan rencanaNya dan tugas (Kej. 1:28; 2:15). Sama seperti itu pula Deutero-Yesaya ingin menegaskan, bahwa Allah telah memilih keturunan Abraham, memisahkan dan menguduskan mereka (bd. gambaran yang tersirat dalam Kej. 3:15 => Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya”) untuk mengerjakan tugas tersebut.

2.    Pengudusan dan pengkhususan Abraham dan keturunannya dari antara segala bangsa di muka bumi dilakukan oleh Allah, agar melaksanakan rencana penyelamatan (bd. Yes. 42:6 dst).

3.    Pilihan (pengudusan dan pengkhususan) itu merupakan sebuah misteri ilahi. Hal itu dinyatakan nabi: Aku berkenan kepadanya, sekaligus mengungkapkan kedaulatan dan kasih Allah yang tak dapat dipertanyakan siapapun (yang ingintahu, silahkan bertanya setelah meninggal dunia).

d.    Hukum ( Ibr. טמִשְׁפָּ֖; bc. mis.pat )

1.    טמִשְׁפָּ֖ (bc. mis.pat) terdiri dari dua kata : min (= dari) + sapat (= sopet artinya hakim). Jadi secara hurufiah טמִשְׁפָּ֖ berarti : ucapan yang keluar dari mulut hakim. Acap kata טמִשְׁפָּ֖ berarti kebenaran ataupun keadilan, tergantung di mana ia diletakkan dalam kesatuan perikop bacaan dan menurut gagasan teologi kitabnya.

2.    Ucapan itu disebut juga sabda atau firman. Ucapan itu mengandung kekuatan hukum tetap, tidak dapat berubah sejak purbakala sampai akhirkala (sebelum bumi diciptakan sampai bumi ditiadakan).

3.    Siapakah Hakim itu ? Menurut keyakinan Israel, Hakim itu adalah TUHAN, Allah Israel. Ia tidak berubah, sama seperti itu pula seluruh firman yang diucapkan melalui perantaraan para utusan dan hambaNyapun tidak akan berubah.

4.    Jikalau Deutero-Yesaya (42:10) menggunakan טמִשְׁפָּ֖, maka yang dimaksudkannya kebenaran Allah. Jadi penunjukkan Israel selaku hamba dan pengangkatannya sebagai anak-anak Allah bertujuan, agar mereka menjadi terang di tengah bangsa-bangsa (Yes. 42:6). Dengan demikian bangsa-bangsa dapat melihat arah jalan keselamatan.

D. TRANSFORMASI

1. Terhubung pada Yesus, Orang Nazaret, yang disebut Kristus.

a)   Para penulis Injil Sinoptis mentrasformasikan prasa ini (“Yang kepadaNyalah Aku berkenan” – versi Mat. 3:15; “kepadaMulah Aku berkenan” – versi Mrk. 1:11. Injil Lukas -- 9:22 -- sama dengan Markus) dan dikenakan pada waktu baptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di Sungai Yarden.

b)   Sementara pernyataan “Roh Allah seperti burung merpati ke atasNya” (Mat. 3:17; Mrk 1:11; Luk. 9:22), sesungguhnya, merupakan refleksi yang dipakai ketiga penulis Injil Sinoptis atas nubuat Deutero-Yesaya “Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya” (Yes. 42:1); yang kemudian diucapkan oleh Yesus ketika mengajar di Sinagoge : “Roh Tuhan ada padaKu...” (Luk. 4:18 yang dikutip dari Yes. 61;1).

c)    Penulis Injil-Injil Sinoptis --- terutama penulis Injil Matius --- tidak bermaksud mengatakan, bahwa Yesus menerima Roh Allah setelah dibaptis. Mereka ingin menegaskan, bahwa Roh Allah (Ibr. םאֱלֹהִ֔י ר֣וּחַ; bc. ruach elohim - red. Jiwa, Semangat Ilahi; bd. Kej. 2:7) ada di dalam dan terbungkus oleh tubuh lahiriah / jasmaniah Yesus. 

d)   Transformasi teologi Deutero dan Trito Yesaya dilakukan sempurna oleh penulis Injil Matius, ketika ia memroklamasikan kelahiran Yesus, tulisnya : “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut : Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri (Mat. 1:18, 20). Sangat cemerlang !

e)   Mengapa para penulis Injil Sinoptis mentransformasikan keyakinan Israel dan mengenakannya pada Yesus, Orang Nazareth ? Alasan terkuat ditemukan  dalam nubuat para nabi tentang kedatangan Messiah (Ibr. Mossiach, Messiach) dari dinasti Daud, sebagai Raja (Ibr. mlk) ditunjuk (simak Maz. 2) dan Hamba TUHAN (Ibr. abd Elohim) yang dipilih (Yes. 52:13 – 53:12).

f)     Meskipun sumber khusus Matius (Quelle Matius) dan Lukas (Quelle Lukas) berbeda; akan tetapi keduanya menceritakan fakta yang sama tentang subtansi Yesus, Orang Nazareth, bahwa Ia adalah Roh Allah. Kedua narasi (Mat. 1:18, 20; Luk. 4:18)  mengemukakan kepada kita --- sudah ada tradisi tentang figur dan ketokohan Yesus pada kalangan masyarakat luas ---, bahwa Dia adalah Mesiah, Anak Allah dan sekaligus hamba TUHAN yang dinantikan Israel. “Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka” (Mat. 1:21) dan memberitakan kebenaran Allah kepada bangsa-bangsa.

Oleh karena itu, janganlah sesat pikiranmu !

2. Terhubung pada Gereja : Warga dan Pejabatnya ( Sebuah kajian Teologi Kristen yang sedang dikembangkan oleh GPIB )

Saya telah menjelaskan di atas tentang eksistensi hamba Tuhan, yakni : orang perorangan dan persekutuan orang-orang percaya (korporasi individual), yang disebut juga : Gereja / Jemaat / umat Allah dalam Perjanjian Baru. Mengapa demikian ?

a.    SATU SAJA SUMBER TRADISI BAGI SELURUH UMAT KRISTEN.

Kita, selaku Warga GPIB, wajib bertolak dari tradisi Gereja yang diturunkan sejak zaman rasul-rasul sampai hari ini. Sumber tradisi itu didasarkan atas kesaksian Alkitab dan pengakuan iman ekumenis (Creedo Apostolicum & Creedo Niceae Constantinapolum; sedangkan Creedo Athanasius adalah pengakuan pribadi Bapa Gereja).

b.    SATU SAJA PENGAKUAN IMAN GEREJA.

Hanya ada satu Pengakuan Iman Gereja, yakni : Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah sebagaimana disaksikan oleh para penulis Alkitab Perjanjian Baru (APB); dan satu pula ajaranNya yang diwariskan oleh para rasul.

c.    KESATUAN IMAN YANG MENGAYOMI KERAGAMAN.

Sepanjang sejarah pertumbuhan dan perkembangan Gereja muncullah berbagai penafsiran yang dirumuskan menjadi dogma / dotrin Gereja. Di dalam hal inilah muncul beragam denominasi gerejawi. Namun  umat Kristen yang bernaung di setiap denominasi mengakui akan kesatuan iman yang menjadikannya sebagai Keluarga Allah (dasar ekumenikal => Yoh. 17 : 21 – 23 => “Supaya mereka menjadi satu”). Dan, oleh karena itu, semua orang Kristen dipilih dan dipanggil Allah menadi hamba yang ditugaskan memberitakan keselamatan, menjadi perjanjian, menjadi terang di tengah bangsa-bangsa (Yes. 42:6). Itulah yang disebut tradisi Reformasi Protestan, panggilan lahir-bathin.

d.    PANGGILAN UNTUK MENJADI HAMBA / PELAYAN ALLAH

1.    Sama seperti Allah memilih dan memanggil Israel menjadi anak-anakNya berdasarkan perjanjian kasih karunia yang dibuatNya dengan Abraham, demikianlah umat manusia dari segala bangsa dihimpunNya menjadi persekutuan hidup bersamaNya (1 Pet. 2:9).

2.    Kitalah orang Israel baru yang diikatkan oleh sebuah perjanjian, bukan berdasarkan darah sunat, melainkan oleh darah AnakNya, Kristus Yesus. Dan, darah AnakNya itu jauh lebih berharga dari pada sunat secara lahiriah.

3.    Pengenalan --- yang lahir dari penghayatan oleh tuntunan Rohkristus --- telah membuka mata hati kita untuk memahami dan mengakui, bahwa keselamatan itu bukanlah hasil usaha manusia, melainkan hanyalah anugerah Allah yang dimeteraikan oleh darah Kristus Yesus.

4.    Oleh RohNya kita diyakinkan, bahwa kita adalah anak-anak Allah, yang dipanggil untuk melayani Dia, Allah, Bapa kita. Dan di dalam bimbingan Rohkristus kita mengakui pula, bahwa kita adalah hamba / pelayanNya.

e.    ORANG KRISTEN SELAKU HAMBA / PELAYAN TUHAN.

Sesuai pemahaman dan pengakuan iman kita kepada Allah yang bernama Yesus Kristus, kita mengaminkan sepenuh hati, bahwa Dia --- Yesus Kristus, Tuhan dan Kepala Gereja --- telah menunjuk kita selaku hamba yang ditugaskan untuk memberitakan Injil (Mrk. 16:15), mengajarkan ucapan-ucapan Yesus Kristus (Mat. 28:20) dan menjadi saksi (Kis. 1:9) kepada bangsa-bangsa. Tugas itu kita lakukan secara pribadi karena tanggungjawab iman kepada Kristus Yesus --- yang oleh karena Allah --- telah bersedia menebus dosa dan membebaskan kita dari penderitaan.

f.     GEREJA SELAKU HAMBA / PELAYAN TUHAN.

1.    Oleh karena pekerjaan RohNya, maka kita yang mengakui Allah selaku Bapa (Rom. 8:15; Gal. 4:6) dan Yesus adalah Tuhan (I Kor. 12:3; bd. Flp. 2:11) dihimpunkan menjadi satu persekutuan (bd. Eps. 2:21-22) yang atasnya nama Kristus diserukan (bd. Kis. 11:26). Kita juga menerima berkat perjanjian kasih karunia berdasarkan iman kepada Kristus, sama seperti Abraham.

2.    Persekutuan orang-orang percaya itu kita sebut Gereja / Jemaat (Mat. 16:18; I Pet. 2:9). Dialah “tubuh Kristus” (I Kor. 12:8) yang kelihatan dan “keluarga Allah” (Eps. 2:19-20) yang diutus untuk menjadi terang (Mat. 5:13-16) bagi umat manusia serta memberitakan Injil keselamatan kepada bangsa-bangsa.

3.    Untuk menjalankan tugas pemberitaan dan pelayanan, kita mengadakan jabatan-jabatan gerejawi (Kis. 6:1-6; I Kor. 12:28; Eps. 4:12) demi menatalayani tugas Gereja selaku hamba / pelayan Tuhan. Jabatan gerejawi itu lebih bersifat fungsional ketimbang stuktural.

SELAMAT MENIKMATI !

MEDAN – SUMATERA UTARA,
HARI JUMAT – 01 MARET 2013

SALAM

PENULIS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar