Sabtu, 23 Oktober 2010

PENGAJARAN MINGGU 24 OKTOBER 2919 - Yeheskiel 3. 16 - 19


YEHESKIEL III : 16 – 19 RANCANGAN PENGAJARANHARI MINGGU, 24 OKTOBER 2010
 YEHESKIEL III : 16 – 19

BERITAKANLAH
KEHENDAK ALLAH KEPADA SIAPAPUN JUGA
ARIE A. R. IHALAUW

PENGANTAR
Fenomena sosial memperlihatkan kepada kita sebuah kebiasaan dari para penguasa, yakni:
1.     Memakai kekuasaan untuk mematikan kehidupan orang-orang yang menentang kebijakannya;
2.     Memperkaya diri saat menjabat kedudukan penting;
3.     Mengeksploitir kepentingan umum demi memenuhi kebutuhan pribadi dan atau kelompoknya.
Perbuatan seperti itu dilakukan hampir oleh semua penguasa di semua negara merdeka di dunia. Hanya saja volume kejahatannya berbeda pada tiap daerah. Dan, di negara-negara maju kejahatan penguasanya kurang dieksploitir media, seperti yang dilakukan media Indonesia. Keadaan yang sama pun terjadi dalam Gereja TUHAN.  Pemimpin Gereja di manapun berbuat hal sama. Mereka mencari kepuasan sendiri, tanpa memperhatikan kehidupan warga jemaat. Mereka memeras warga jemaat secara terselubung dengan cara : menikmati kelezatan makan-minum ketika Rapat Majelis Jemaat diadakan. Mereka membisniskan aktivitas program pelayanan, bagaikan proyek yang ditenderkan pemerintah. Mereka menaikkan tunjangan pelayanan Majelis Jemaat, tetapi kurang memperhatikan pelayanan kasih (karitas) kepada kaum papa (bd. Yeh. 34). Keadaan seperti itu menjadi alasan kuat bagi Allah untuk memanggil dan mengutus nabi ke tengah-tengah umat-Nya.
YEHESKIEL ben Busi.
Yeheskiel ben Busi adalah seorang nabi. Dia ada di antara orang-orang Yerusalem – Yehuda yang diangkut ke pembuangan oleh Nebukadnezar dalam Abad V sb.M. Nabi melukiskan panggilan Allah dengan memakai gaya apokaliptik. Gaya penulisan ini mulai berkembang kira-kira menjelang pembuangan sampai zaman rasul-rasul. Nabi menceritakan panggilannya penuh gambaran tentang kemuliaan TUHAN (1:28) yang luar biasa dahsyatnya. Ia menggelari dirinya : “anak manusia” (2:1, 6, 8; 3:1, 4, 10 dan lain-lain yang tersebar di seluruh kitab ini). Sebutan itu dipakainya berhadap-hadapan dengan “Dia Yang Berfirman” (1:28). TUHAN memanggil Yeheskiel  sebagai nabi (2:5 -> mereka akan mengetahui, bahwa seorang  nabi  ada di tengah-tengah mereka). Yeheskien bukan saja ditugaskan untuk memberitahukan firman Allah, tetapi juga penjaga / pengawas kaum Israel (3:17).
TUGAS YEHESKIEL SEBAGAI PEMBERITA DAN PENGAWAS UMAT
Kedua fungsi ini : PENGAWAS / PENJAGA dan PEMBERITA, sama seperti sebuah koin mata uang yang sama sisi dan sama nilainya.  Sebagai Yeheskiel wajib memberitakan tentang firman Allah; dan pengawas / penjaga, ia wajib pula menegur / mengingatkan Israel, jika mereka melanggarnya. Israel yang ditegur (diperingatkan) bukan saja rakyatnya, tetapi terutama para pemimpin kerajaan dan pemuka Bait Allah. Para pemimpin agama dan penguasa kerajaan yang disebut gembala (Yeh. 34) telah menggembalakan dirinya sendiri (34:2).
Frasa menggembalakan dirinya sendiri berarti para pemimpin agama dan penguasa kerajaan di Yerusalem telah menggunakan kekuasaan yang dipercayakan Allah untuk memuaskan diri sendiri, membuat keluarganya kaya raya, menyelewengkan kekuasaan untuk mengamankan keluarga dan kelompok pendukungnya. Sementara rakyat / umat Allah diterlantarkan. Melalui mulut nabi Yeheskiel, TUHAN Allah berfirman :
“34 : 2. Celakalah gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri ! Bukankah domba-domba yang harus digembalakan oleh gembala-gembala itu ? 3. Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. 4. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesar tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. 5. Dengan demikian mereka terserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-bomba-Ku berserak 6 dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau mencarinya.”
Dari gembala-gembala Israel, yakni : pemimpin agama dan penguasa kerajaan, TUHAN Allah akan meminta pertanggungjawaban, karena Dia-lah yang memberikan otoritas (kuasa dan tanggungjawab) kepada mereka untuk memimpin dan menggembalakan umat Israel.
PENGAMPUNAN KARENA PERTOBATAN
Jika para pemimpin agama dan penguasa kerajaan Yehuda – Yerusalem mendengarkan teguran, lalu mereka bertobat dari kejahatannya, maka TUHAN Allah akan mengampuni kesalahan dan dosanya (3:19). Akan tetapi jika mereka menolak mendengarkan suara TUHAN Allah, maka sopasti akan dihukum.
APLIKASI KE DALAM KEHIDUPAN MASA KINI
Jabatan Gembala, yang dahulu dikenakan kepada pemimpin agama dan penguasa kerajaan, dapat diaplikasikan ke dalam Pejabat Gereja dan Pejabat Pemerintahan di Indonesia sekarang ini.
Saat ini keta melihat banyak orang berlomba-lomba mengejar status dan jabatan dalam Pemerintahan Masyarakat-Bangsa (civil-society). Banyak di antara mereka menjual janji-janji yang mennggiurkan, supaya rakyat memilih. Akan tetapi setelah pemilihan usai, dan mereka telah menduduki takhta singgasana, hampir-hampir dapat dipastikan bahwa mereka melalaikan janji-janjinya. Mereka mencari peluang kesempatan untuk mengisi ulang kantong pribadi yang terkuras selama masa kampanye. Mereka harus berbagi porsi kekuasaan dan lahan garapan kepada tim suksesnya. Mereka memperkaya keluarganya sendiri. Dan, jika didemonstrasi rakyat, mereka pun tak segan-segan menmadamkan dengan memakai kekerasan. Para penguasa tidak lagi mendengarkan getaran suara hati rakyatnya.
Jika di antara orang-orang bijak negeri menyampaikan nasihat, orang-orang yang berkuasa memberangus mulut orang bijak, mendiamkannya dengan uang sogokan. Dan, jika kritikan atau protes itu semakin tajam terdengar, maka acapkali penguasa mencari-cari kesalahan, agar dapat menjebloskan orang bijak dan orang benar ke dalam rumah tahanan.
PERBUATAN JAHAT PARA GEMBALA DI DALAM GEREJA.
Sama halnya di dalam pelaksanaan kekuasaan negara, pemimpin agama pun melakukan tindak kekerasan. Jika ada kritikan dan protes yang diajukan terhadap penatalayanan, maka pera pemimpin agama itu tidak segan-segan merancangkan penggembalaan khusus untuk menutup mulut para penentangnya.
Tidak jarang kita melihat Penatua, Diaken dan Pendeta menghambur-hamburkan kekayaan TUHAN untuk membiayai Sidang Majelis Jemaat. Mereka makan minum tanpa merasa kasihan kepada orang-orang menderita di dalam Jemaat. Mereka suka betandang ke rumah donatur Jemaat, supaya mencari keuntungan pribadi. Di antara mereka cenderung memilih milah rumah orang kaya atau orang miskin untuk memimpin Ibadah Syukur, dengan harapan akan mendapat amplop pengucapan syukur. Itulah dosa para gembala, yakni : perjabat Gereja di dalam jemaat maupun di tingkat sinodal. Sekalipun mereka menimbun tanah menutupi dosanya supaya tidak kelihatan, namun TUHAN Allah mengetahui semuanya. Dan frirman-Nya yang disampaikan oleh Yeheskiel menegur keras para pejabat gereja dan pejabat pemerintahan di Indonesi saat ini.
TUHAN MENGHENDAKI BELAS KASIHAN DAN KEADILAN
Nabi Mikha,  yang bekerja jauh sebelum nabi Yeheskiel, menyerukan kehendak TUHAN Allah  (Mik. 6:8) :
Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik; dan yang dituntut TUHAN dari padamu : selain berlaku adil dan mencintai kesetiaan, serta hidup dengan rendah hati di hadapan Allah ?
DOSA DAN PENGHUKUMAN PARA PEMIMPIN
TUHAN memberikan kekuasaan kepada Pemimpin Gereja dan Penguasa Negara, agar mereka mengelola sumber daya untuk membawa kemakmuran (keadilan sosial) ke dalam kehidupan orang-orang yang dipimpinnya. TUHAN mengaruniakan kursi kepemimpinan, agar setiap orang yang diduk di atasnya memfungsikan potensi/talenta anugerah Allah, supaya melalui kepemimpinannya banyak orang menikmati kesejahteraan. Akan tetapi, jika mereka memanfaatkan kursi kepemimpinan untuk “menggembalakan dirinya sendiri”, maka TUHAN akan turun dari sorga dan berperang melawan mereka. Karena itu, setiap pemimpin harus menyadari, bahwa kursi kepemimpinan itu merupakan anugerah Allah ke atas manusia. Jika pemimpin bekerja membawa keadilan ke dalam kehidupan warga gereja dan masyarakat, maka ia akan diberkati Allah dan dihormati manusia. Sebaliknya, jika ia menggunakan kepemimpinan untuk maksud jahat, maka TUHAN akan melawan mereka, dan manusiapun pasti mengutukinya.
Marilah berbuat baik, bukan karena kita memimpin; tetapi karena Allah memimpin kita untuk menyatakan damai sejahtera-Nya kepada semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar