MENELUSURI KESAKSIAN ALKITAB
TENTANG
IBADAH UMAT ALLAH
ALLAH TIDAK MEMANGGIL UMAT
UNTUK MEMBANGUN MENARA KACA. IA MENGUTUS
ISRAEL UNTUK BERIBADAH KEPADANYA DI SEGALA TEMPAT
DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI RABU, 25 JANUARI 2012
OLEH
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
UNIVERALISME GAGASAN IBADAH. Sekarang ini siapapun memerlukan sebuah uraian jelas mengenai per-IBADAH-an pengajar dan penganut agama-agama langit. Hal ini dikarenakan berbagai kasus sosio-politik yang melanda kehidupan kemanusiaan di seluruh dunia, bukan saja bersumber dari kebijakan-kebijakan penyelenggara pemerintahan an sich, melainkan juga dipengaruhi oleh tekanan-tekanan (pressures) kelompok agama mayoritas dalam Negara, atau sekurang-kurangnya berlatarbelakangkan keyakinan / keagamaan yang dianut. Kasus-kasus diskriminasi dan perlakuan ketidak adilan yang dialami kelompok agama tertentu dalam sebuah pemerintahan yang “terkontaminasi” ajaran kelompok agama mayoritas, sekurang-kurangnya telah mengubah wajah Negara.
Meskipun disapa dalam NAMA dan SEBUTAN berbeda menurut bahasa pemakai, kepercayaan akan Allah itu bersifat universal. Dia adalah KEKUATAN KREATIF yang bekerja dalam berbagai fenomena sosial dan peristiwa-peristiwa alam. Saya belum membahasakan CARA ALLAH MENGHADIRKAN DIRI-Nya ke tengah manusia di dalam alam semesta; akan tetapi menyoroti MAKSUD TUJUAN DARI PANGGILAN ALLAH UNTUK MENGAJAK MANUSIA BERPARTISIPASI MENGERJAKAN PEMBANGUNAN ATAS KEHIDUPAN MASA DEPAN.
Pendekatan (metode) yang digunakan bersumber dari kesaksian Kitab Suci Kristen (Alkitab). Berangkat dari keadaan tersebut, saya terdorong untuk melakukan penelitian, pengkajian dan pengujian terhadap tradisi kekristenan yang merupakan kelanjutan dari keyahudian (Agama Israel) sesuai kesaksian Alkitab. Upaya ini ditujukan untuk menggali akar penghayatan Agama Kristen (bukan seperti kekristenan yang diajarkan Tuhan Yesus) terkait ajaran/dogma/doktrin/ ideolog-nya. Saya menyadari penuh bahwa, di satu sisi, artikel ini sekurang-kurangnya akan mempengaruhi cara pandang pemuka dan penganut agama-agama langit, khususnya Agama Kristen, untuk mengusahakan paradigm baru untuk menyelesaikan berbagai kasus sosial yang sedang dan akan terjadi kelak.
Para pemuka agama-agama langit telah menyempitkan makna IBADAH sesuai pentafsiran ilham dan perumusannya ke dalam ajaran/dogma/doktrin/ideologi agamanya. Hal ini terjadi turun temurun sesuai tradisi yang diterima. Biasanya, sikap dan pandangan eksklusif itu muncul setelah sang pengajar pertama wafat, maka penerusnya “mengembangkan ajarannya” dengan tujuan-tujuan khusus pula.
PENELITIAN, PENGKAJIAN DAN PENGUJIAN TRADISI AGAMA DALAM KITAB SUCI KRISTEN. Katakanlah sebuah contoh tentang PANGGILAN DAN TUGAS FUNGSIONAL Abraham yang diberikan oleh Allah :
"PERGILAH DARI NEGERIMU dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini KE NEGERI YANG AKAN KUTUNJUKKAN kepadamu; AKU AKAN membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan MEMBERKATI ENGKAU serta membuat namamu masyhur; dan ENGKAU AKAN MENJADI BERKAT. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan OLEHMU SEMUA KAUM DI MUKA BUMI AKAN MENDAPAT BERKAT." (KEJ. 12 : 1 – 3).
1. PERGILAH DARI NEGERIMU … KE NEGERI YANG AKAN KUTUNJUKAN.
Suruhan Allah ini tidak bersifat tertutup tetapi terbuka. Pada saat Dia berfirman menyuruh Abraham PERGI DARI NEGERI-nya, tidak ditunjukkan-Nya nama tempat yang pasti, melainkan keterangan tempat, yakni : NEGERI YANG KUTUNJUKKAN. Tradisi ini diulangi pada tujuan Allah membebaskan umat Israel dari Mesir : “Beginilah firman TUHAN : ISRAEL IALAH ANAKKU, ANAKKU YANG SULUNG; Aku berfirman kepadamu : Biarkanlah anak-Ku itu PERGI, supaya IA BERIBADAH KEPADA-KU; tetapi jika engkau menolak membiarkannya PERGI, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.” (KEL. 4 : 22 – 23).
Di dalam kedua kutipan tersebut (KEJ. 12 : 1 – 3 dan KEL. 4 : 22 – 23) menggunakan kata kerja yang sama : PERGI, tanpa menunjuk pada keterangan tempat yang jelas. Tidak satu nama tempatpun yang disebutkan di awal Allah memanggil Abraham dari Negeri Ur di Kasdim maupun membebaskan Israel dari Mesir. Dia hanya mengatakan : PERGI (Abraham + Israel) BERIBADAH KEPADA-KU (Israel di Mesir) KE NEGERI YANG AKAN KUTUNJUKKAN KEPADAMU (Abraham dari Ur di Kasdim) serta tujuan-Nya yang harus dilakukan : OLEHMU SEMUA KAUM DI MUKA BUMI AKAN MENDAPAT BERKAT (Abraham dan keturunannya).
2. REINTREPRETASI DAN REFORMULASI TRADISI UNTUK MEMBANGUN MASA DEPAN.
2.a. LATARBELAKANG SEJARAH SOSIAL. Kedua latarbelakang yang dialami Abraham dan Israel cukup mirip : KEKACAUAN dan PENDERITAAN. Keluarga TERAH, ayah Abraham, meninggalkan Babel setelah terjadi kekacauan di sana (KEJ. 11:9); sedangkan Israel dibebaskan dari penindasan hak-hak azasi manusia (KEL. 3:7).
2.b. PERGI. Ketika Allah menyuruh Abraham PERGI dari Negeri Ur-Kasdim dan bekerja membebaskan Israel dari Negeri Mesir. Kata kerja aktif itu menunjuk pada maksud dari pekerjaan Allah. PERGI berarti “bergerak meninggalkan” sebuah tempat lama menuju tempat baru. Dengan demikian penulis Kejadian dan Keluaran (Sumber JE) memberikan makna teologis (spiritual), bahwa kemauan dan kekuatan manusia untuk melepaskan diri, dari sebuah keadaan lama menuju keadaan baru, untuk membangun masa depan bersumber dari Allah.
1. Pada awal perkembangan tradisi Agama Israel (Tradisi Agama Abraham) dituliskan, bahwa Allah menyuruh leluhur Israel itu PERGI (terj. LAI; sementara The Holy Hebrew-English Bible menterjemahkannya : “GET OUT, atau bisa juga LEAVE”); oleh karena itu, sebaiknya diterjemahkan : PERGI KELUAR atau PERGI MENINGGALKAN.
2. Meskipun kata Ibrani yang dipakai dalam Keluaran 4 : 23 tidak sama secara harfiah (dalam Kej. 12 : 1), tetapi di terjemahkan LAI : PERGI dalam konotasi sama.
2.c. KE NEGERI YANG AKAN KUTUNJUKKAN KEPADAMU.
1. Jelaslah bagi kita, tradisi (sumber JE) tidak menunjuk tanah yang dimiliki suku-suku Kanaan (KEJ. 15 : 19 – 21 -> “tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.”) sebagai tujuan akhir dari pengembaraan Abraham.
3. Abram / Abraham adalah seorang pengembara kaya (saudagar) “yang berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan” (KEJ. 13 : 2 – 3; 23 : 4).
2. Tradisi JE menjelaskan bahwa kepemilikan tanah suku-suku Kanaan yang dikuasai berdasakan pembelian Abraham (contoh KEJ. 23 : 14 – 20) maupun pemberian / hibah dari penduduk pribumi kepadanya (KEJ. 20 : 16; 23 : 6 – 13).
Cerita itu menjelaskan, bahwa secara sosial telah terjadi transaksi jual beli ataupun hibah harta milik (tanah) kepada Abraham. Dan, di kemudian hari para teolog merumuskan pandangan / pemahamn teologis, bahwa TUHAN Allah leluhurnya memenuhi janji-Nya dengan memberikan tanah milik suku-suku Kanaan kepada keturunan Abraham (bd. Kej. 12 : 2) sebagai BERKAT PERJANJIAN.
2.d. TUJUAN ALLAH : OLEHMU SEMUA KAUM DI MUKA BUMI AKAN MENDAPAT BERKAT. Sejak awal TUHAN Allah menyuruh Abraham untuk “MENJADI BERKAT” bagi bangsa-bangsa. Pemberian / hibah kepada maupun pembelian tanah Kanaan oleh Abraham diartikan sebagai kasih karunia (sumber daya) yang, selayaknya, diberdayakan bagi kesejahteraan umat manusia : keturunan Abraham maupun lingkungan masyarakat di sekitarnya.
2.e. PERKEMBANGAN TEOLOGI AGAMA ISRAEL PADA MASA KERAJAAN ISRAEL RAYA DI BAWAH PEMERINTAHAN DINASTI DAUD.
1. PEMAHAMAN AGAMA ISRAEL TENTANG TANAH.
Pemahaman ini diletakkan pada cerita PENCIPTAAN LANGIT – BUMI (KEJ. 1 : 1 – 25). TUHAN, Allah Israel, adalah pencipta segala sesuatu. Dia-lah pemilik langit dan bumi serta isinya. TANAH, salah satu unsur bumi, adalah milik-Nya. Sama seperti Dia menjadikan manusia (Adam) untuk mengelola dan mengolah bumi (TANAH -> KEJ. 3 : 17 – 19), demikianlah Allah menciptakan (memanggil) keturunan Abraham melakukan hal sama. Oleh karena itu, penaklukan / pendudukan atas tanah suku-suku Kanaan, sebaiknya, dimengerti dari pandangan tersebut. Pendudukan itu dipahami Israel sebagai pembebasan atas hak milik TUHAN, Allah Israel, yang dijanjikan kepada keturunan Abraham.
2. REINTERPRETASI DAN REFORMULASI TRADISI DEMI PEMBANGUNAN BANGSA ISRAEL.
a). MASA PEMERINTAHAN DAUD. Penaklukan / pendudukan Israel dilanjutkan sampai ke masa pemerintahan Daud, anak Isai. Sedikit berbeda dari sikap Abraham, pendudukan tanah Kanaan dilakukan Daud melalui 2 (dua) cara : membeli (II SAM. 24:18-25; I TAW. 21:18-27) dan menguasai melalui perang (simaklah seluruh cerita tentang Daud dalam Kitab II SAMUEL).
b). REPRESENTASI UMAT DAN RAJA SEBAGAI ANAK ALLAH.
Pertama, Israel yang dibebaskan Allah dari Mesir mengembangkan ajaran agamanya tentang eksistensinya selaku bangsa / umat. Pandangan teologis ini menjadi catatan awal, sebagaimana yang diucapkan Musa kepada Paraoh : ISRAEL ADALAH ANAKKU, ANAKKU YANG SULUNG (KEL. 4 : 22 -> Ibr. benni bechorah Yitzra’el). Istilah ANAKKU YANG SULUNG menunjuk pada STATUS ISRAEL dihadapan Allah, sementara ISRAEL ADALAH ANAKKU menunjuk pada PROSES MENJADI. Dengan kata lain, Allah memilih sebuah bangsa / umat (Ibr. AM) yang diangkat / diadopsi untuk menerima STATUS UTAMA (KESULUNGAN) dari antara bangsa-bangsa. Proses memilih Israel dilakukan berdasarkan perjanjian Allah kepada Abraham. Tradisi dalam sumber YED merumuskan : “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi HARTA KESAYANGAN-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku KERAJAAN IMAM dan BANGSA YANG KUDUS. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” (KEL. 19: 5-6; UL. 4:20; 7:6; 14:2; bd. I PET. 2:9).
1. HARTA KESAYANGAN menunjuk pada gagasan tentang KEPEMILIKAN Allah atas berdasarkan perjanjian, juga karya pembebasan yang dianugerahkan Allah kepada Israel.
2. KERAJAAN IMAM menunjuk pada tugas fungsional Israel sebagai PELAYAN (bd. pernyataan Allah tentang pengangkatan suku Lewi -> UL. 18:5 -> Sebab dialah yang dipilih oleh TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu, supaya ia senantiasa MELAYANI TUHAN dan MENYELENGGARAKAN KEBAKTIAN demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya) untuk mengerjakan ibadah sesuai rencana Allah bagi penyelamatan seluruh ciptaan.
3. BANGSA YANG KUDUS menunjuk pada gagasan tentang PENGUDUSAN dan PENGKHUSUSAN Allah atas Israel. Kekudusan Israel bukan dikarenakan ibadah yang dilakukan, melainkan karena karya TUHAN Allah.
Uraian teologis ini menjelaskan bagaimana ulama Israel menafsirkan dan merumuskann jatidiri / identitas Israel sebagai UTUSAN REPRESENTATIF serta PENUGASAN TUHAN, Allah Pencipta langit dan bumi.
Kedua, Pada masa kerajaan ulama Israel mengembangkan ajaran mengenai RAJA SELAKU ANAK ALLAH (bd. MAZ. 2) untuk meletakkan landasan kokoh bagi Dinasti Daud sebagai “raja yang diurapi TUHAN di Zion”, agar ia menyelenggarakan ibadah / kebaktian melalui pelaksanaan pemerintahan, agar Israel AKAN MENJADI BERKAT kepada semua bangsa (sesuai janji Allah kepada Abraham -> KEJ. 12 : 2 – 3).
Gagasan tampak jelas dituliskan Sumber D (Deuteronomi – Kitab Ulangan – diperkirakan pada Abad V sb. Masehi) : "Apabila engkau telah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, dan telah mendudukinya dan diam di sana, kemudian engkau berkata: Aku mau mengangkat raja atasku, seperti segala bangsa yang di sekelilingku, maka hanyalah RAJA YANG DIPILIH TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. DARI TENGAH-TENGAH SAUDARA-SAUDARAMU haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kauangkat atasmu.” (UL. 17:14-15). Gagasan teologi ini juga besumber dari pemahaman mengenal TUHAN, Allah Israel, selaku RAJA atas seluruh ciptaan-Nya (TEOKRASI). Jadi RAJA ISRAEL adalah representasi (wakil) Allah untuk memimpin umat / bangsa menyelenggarakan ibadah / kebaktian kepada-Nya di tengah alam semesta.
-> PART II under reconstruction
Tidak ada komentar:
Posting Komentar