RENUNGAN
PADA
IBADAH PEMAKAMAN
BERBAHAGIALAH
ORANG YANG MATI DI DALAM TUHAN
“Berbahagialah orang-orang mati
yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh
beristirahat dari jerih lelah mereka, karena
segala perbuatan mereka menyertai mereka"
WAHYU 14 :
13
disusun oleh
Arie A. R. Ihalauw
Arie A. R. Ihalauw
PENDAHULUAN
Makna Kematian.
Acapkali kita menyaksikan bagaimana orang-orang menghadapi kematian, baik yang
akan meninggal maupun orang sekitarnya. Kematian
menjadi momok menakutkan semua orang. Lihatlah, betapa banyak upaya yang
ditempuh untuk memperpanjang usianya. Akan tetapi jika hal itu tak tercapai,
maka si penderita akan kehilangan sukacita.
Kematian bukan disebabkan oleh dosa.
Kematian merupakan sebuah fenomena wajar yang akan dimasuki semua makhluk
ciptaan Allah. Secara definitif kematian berarti “berhenti bekerjanya organ tubuh (misalnya paru dan jantung).” Keadaan
seperti itu wajar saja. Lihatlah selembar daun. Ia bertunas, menjadi hijau,
kemudian warnanya berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya kecoklatan.
Itu tandanya daun memasuki proses kematian (disebut gugur). Belajarlah dari
ikan di akuarium, ketika seseorang memisahkannya dari air, maka ikan itu akan
menggelepar lalu mati. Jadi kematian itu alamiah.
Jalan menuju kematian.
Bukan hanya subtansi kematian yang ditakuti orang; akan tetapi jalan
menuju kematian juga. Banyak orang membahas hal ini, seperti : bunuh diri, hukuman mati (eutanasia), kesambar petir, penyakit berbahaya, kecelakaan lalulintas, dan
lain-lain. Keadaan demikian cukup menggetirkan orang-orang yang ditinggalkan. Dan,
hal itu akan menjadi buah bibir masyarakat.
MENINGGAL
DALAM PENGHARAPAN
Kematian kristen. Apakah kesaksian
Alkitab tentang kematian ? “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang
ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih
lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai
mereka" (Why. 14
: 13).
Tidak semua orang mati berbahagia, menurut Rasul Yohanes. Hanya kematian orang berimanlah yang
berbahagia. Yohanes, sang rasul, menekankan “kematian yang dijalani seseorang karena imannya kepada TUHAN.” Artinya, orang-orang itu telah berkorban demi kemuliaa
Kristus. Kepada mereka ini, Yesus berkata : “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ
dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh. 14:1, 3). Bagi orang yang mati karena mengerjakan pekerjaan Allah
(Lat. martyr), Roh berkata : “mereka boleh
beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”
(Why. 14:13b). Pengorbanan
(jerih lelah)
mereka dihargaiNya.
Bagaimanakah kematian yang dialami orang yang tidak beriman ? Yohanes menyatakan, “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Kematian
tidak akan membawa mereka kepada Allah Yang Benar, yang disembah dalam nama
Yesus Kristus. Tidak mengejutkan, jikalau kita mendengar banyak kata sambutan berbunyi
: “Semoga
arwah almarhum diterima di sisi Allah oleh amal baiknya.” Bagi orang
yang tidak percaya kepada Kristus, masa depannya belum jelas. Akan tetapi bag
kita yang
beriman serta melakukan kehendak Kristus, masa depan hidup sesudah
kematian, so pasti jelas. Sebab masa depan itu bukan lagi sebuah pengharapan
yang tak pasti, melainkan sebuah bukti yang dinikmati oleh iman.
Kematian adalah sahabat. Lantas apakah
kematian itu harus dimusuhi orang yang beriman kepada Yesus Kristus ? Tidak !
Kita patut bersyukur kepada Allah, sebab Dia telah menciptakan kematian-yang-alamiah
sebagai sahabat manusia. Ia bukan kematian-kekal (Ibr. me’ot; Arb. maut). Kematian
seperti itu tidak perlu ditakuti. Ia patut dimengerti sebagai suatu keadaan konkrit,
di mana Allah menyatakan kemuliaanNya di hadapan seluruh ciptaan. Kematian
seperti ini harus ada, sebab secara alamiah ia menguji pengharapan iman
kristen, apakah kita setia kepada Yesus Kristus sepanjang perjalanan hidup sampai
ke dalam kematian ataukah tidak. Jika tetap percaya sampai mati, maka hal
itulah yang dimaksudkan, kita adalah “berbahagialah orang yang mati di dalam Tuhan.”
Benarlah pernyataan Rasul Paulus : “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika
kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik
hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rom. 14:8).
Ciluar
– Bogor
Selasa,
26 Maret 2013
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar