Selasa, 23 April 2013

Pengajaran Dalam IBADAH PEMAKAMAN 1


RENUNGAN PADA
IBADAH PEMAKAMAN

BERBAHAGIALAH
ORANG YANG MATI DI DALAM TUHAN

Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka"

WAHYU 14 : 13

disusun oleh

Arie A. R. Ihalauw


PENDAHULUAN

Makna Kematian. Acapkali kita menyaksikan bagaimana orang-orang menghadapi kematian, baik yang akan meninggal maupun orang  sekitarnya. Kematian menjadi momok menakutkan semua orang. Lihatlah, betapa banyak upaya yang ditempuh untuk memperpanjang usianya. Akan tetapi jika hal itu tak tercapai, maka si penderita akan kehilangan sukacita.

Kematian bukan disebabkan oleh dosa. Kematian merupakan sebuah fenomena wajar yang akan dimasuki semua makhluk ciptaan Allah. Secara definitif kematian berarti “berhenti bekerjanya organ tubuh (misalnya paru dan jantung).” Keadaan seperti itu wajar saja. Lihatlah selembar daun. Ia bertunas, menjadi hijau, kemudian warnanya berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya kecoklatan. Itu tandanya daun memasuki proses kematian (disebut gugur). Belajarlah dari ikan di akuarium, ketika seseorang memisahkannya dari air, maka ikan itu akan menggelepar lalu mati. Jadi kematian itu alamiah.

Jalan menuju kematian. Bukan hanya subtansi kematian yang ditakuti orang; akan tetapi jalan menuju kematian juga. Banyak orang membahas hal ini, seperti : bunuh diri, hukuman mati (eutanasia), kesambar petir, penyakit berbahaya, kecelakaan lalulintas, dan lain-lain. Keadaan demikian cukup menggetirkan orang-orang yang ditinggalkan. Dan, hal itu akan menjadi buah bibir masyarakat.

MENINGGAL DALAM PENGHARAPAN

Kematian kristen. Apakah kesaksian Alkitab tentang kematian ? Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Why. 14 : 13).

Tidak semua orang mati berbahagia, menurut Rasul Yohanes. Hanya kematian orang berimanlah yang berbahagia. Yohanes, sang rasul, menekankan “kematian yang dijalani seseorang karena imannya kepada TUHAN.” Artinya, orang-orang itu telah berkorban demi kemuliaa Kristus. Kepada mereka ini, Yesus berkata : “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh. 14:1, 3). Bagi orang yang mati karena mengerjakan pekerjaan Allah (Lat. martyr), Roh berkata : “mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka” (Why. 14:13b). Pengorbanan (jerih lelah) mereka dihargaiNya.

Bagaimanakah kematian yang dialami orang yang tidak beriman ?  Yohanes menyatakan,  “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Kematian tidak akan membawa mereka kepada Allah Yang Benar, yang disembah dalam nama Yesus Kristus. Tidak mengejutkan, jikalau kita mendengar banyak kata sambutan berbunyi : “Semoga arwah almarhum diterima di sisi Allah oleh amal baiknya.” Bagi orang yang tidak percaya kepada Kristus, masa depannya belum jelas. Akan tetapi bag kita yang beriman serta melakukan kehendak Kristus, masa depan hidup sesudah kematian, so pasti jelas. Sebab masa depan itu bukan lagi sebuah pengharapan yang tak pasti, melainkan sebuah bukti yang dinikmati oleh iman.

Kematian adalah sahabat. Lantas apakah kematian itu harus dimusuhi orang yang beriman kepada Yesus Kristus ? Tidak ! Kita patut bersyukur kepada Allah, sebab Dia telah menciptakan kematian-yang-alamiah sebagai sahabat manusia. Ia bukan kematian-kekal (Ibr. me’ot; Arb. maut). Kematian seperti itu tidak perlu ditakuti. Ia patut dimengerti sebagai suatu keadaan konkrit, di mana Allah menyatakan kemuliaanNya di hadapan seluruh ciptaan. Kematian seperti ini harus ada, sebab secara alamiah ia menguji pengharapan iman kristen, apakah kita setia kepada Yesus Kristus sepanjang perjalanan hidup sampai ke dalam kematian ataukah tidak. Jika tetap percaya sampai mati, maka hal itulah yang dimaksudkan, kita adalah “berbahagialah orang yang mati di dalam Tuhan.” Benarlah pernyataan Rasul Paulus : “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rom. 14:8).

Ciluar – Bogor
Selasa, 26 Maret 2013

Penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar