Senin, 29 April 2013

SEBUTIR PERENUNGAN Oleh Ben - Amor




SEDIA BERKORBAN
MEMPERJUANGKAN IDEALISME

Jakarta, Januari 2013
ditulis oleh
BENNI AMOR SE

-----ooo00ooo-----

PENDAHULUAN

Sering kita lupa, bahwa Agama Kristen dan Kristus Yesus itu berbeda. Meskipun orang Kristen menyatakan kedua hal itu sama, namun perlu juga diperhatikan, bahwa dogma atau doktrin Kristen sebagaimana diajarkan berbagai aliran Gereja memperlihatkan keragaman interpretasi terhadap ucapan Yesus, orang Nazaret. Dan, masing-masing aliran kekristenan cenderung saling menyerang demi memperlihatkan keunggulannya, padahal Kristus yang diberitakan itu hanya satu, esalah Dia, Kristus, Tuhan kita.

Selanjutnya kita kurang menyadari, kekristenan bertujuan memberitakan dan mengajarkan tentang konsep Kristus (Ibr. Mosiach, Messiah) dalam sejarah keselamatan. Konsep ini hampir-hampir terlupakan, digantikan hal-hal terkait unsur-unsur legalitas dan praktek ibadah Gereja. Jika kita sungguh-sungguh memerhatikan fenomena ibadah Gereja, maka kita menyaksikan bagaimana warga jemaat dibawa menikmati ritual ibadah, sementara pemberitaan tentang Kristus kurang begitu ditonjolkan. Pelayan Firmanpun kurang memperhatikan hal ini. Mengapa demikian ? Marilah kita menyimak perikop bacaan di bawah ini :

BACAAN & PENJELASAN

Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati.

PENJELASAN

MAZHAB SADUKI.

Jauh sebelum Yesus, orang Nazareth, bekerja di Israel telah muncul beberapa fraksi keagamaan, seperti : Essen, Parisi, dan Saduki. Tiap mazhab mengajarkan ajarannya berdasarkan pentafsiran mereka atas kesaksian Kitab Suci Perjanjian Lama, misalnya : ajaran tentang Mesiah, tentang kebangkitan orang mati, dll. Saduki adalah mazhab dalam Agama Israel. Pengikut mazhab ini cukup dekat dengan sumber kekuasaan politik, dikarenakan pemahaman mereka tentang Messiah (= Mosiach) sebagai tokoh politik yang diutus Allah Israel untuk membangun kembali Kerajaan Daud. Selain itu pula, mazhab ini kurang menekankan ajaran tentang kebangkitan orang mati. Dan, oleh karena itu, mereka berselisih paham dengan Mazhab Parisi, yang percaya akan kebangkitan orang mati.    

Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota.

PENJELASAN

TINDAKAN TERHADAP KEKRISTENAN

Pertama, pada awal pemunculan dalam sejahar keagamaan di Israel, kekristen merupakan mazhab baru yang ajaran-ajarannya bersumber pada tradisi di sekitar ucapan Yesus. Ajaran Yesus terkait kesaksian Perjanjian Lama cukup sederhana serta mudah dipahami kebanyakan orang.

Kedua, Yesuspun memberitakan dan mengajarkan tentang Messiah, utusan Allah, yang akan datang ke tengah bangsaNya. Namun Yesus berbeda pandangan dengan aliran-aliran keyahudian waktu itu. Ia kurang (jika tak mau dikatakan tidak) menekankan, bahwa Messiah (= Mossiach) adalah tokoh spiritual yang akan membimbing Israel mengenal Allah. Yesus banyak kali menafsirkan ayat-ayat Perjanjian Lama (Kitab Suci Israel : TANACH) tentang Mesiah sebagai pemimpin spiritual, dan bukan pemimpin politik sesuai harapan Israel.  Inilah salah satu masalah yang dituduhkan pemuka Agama Yahudi kepada Yesus, orang Nazaret, dihadapan Herodes maupun Pontius Pilatus. 

Ketiga, sesudah kematian – kebangkitan – kenaikan Yesus ke sorga, para murid (rasul) dan pengikutNya mulai memberitakan  dan mengajarkan ucapan-ucapan Yesus. Pusat pengajaran dan pemberitaan mereka adalah karya penyelamatan Allah yang dikerjakan oleh Yesus, yang diakui mereka selaku Guru dan Tuhan (bd. Yoh. 13 : 13 -> “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”).

Ketika Yesus masih berada bersama-sama, mereka belum menyebut Yesus selaku Tuhan secara terang-terangan. Akan tetapi sesudah Ia terangkat ke sorga dan setelah masa Pentakosta, para murid dan pengikutNya mulai mengembangkan ajaranNya, bukan hanya ucapan-ucapanNya saja, melainkan menyatakan  ke-Mesiah-an (ke-Allah-an) Yesus di depan umuam. Hal itu jelas dalam pidato Petrus di bait Allah : “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 2 : 36; 4 : 12). Jadi kita perlu menjadi sadar, pertama-tama, murid-murid belum mewartakan ke-Mesiah-an (ke-Allah-an) Yesus semasa hidupNya. Perkembangan pengajaran itu terjadi setelah Dia dimuliakan Allah.

Keempat, latarbelakang kebencian. Irihati yang mebuahkan kebencian pemuka Agama Israel, bukan hanya dikarenakan semakin bertambahnya jumlah orang percaya, tetapi juga harus ditelusuri latarbelakangnya, yakni : ajaran Yesus yang bertentangan dengan pakem doktrin Agama Israel. Dengan kata lain, kebencian atau irihati itu disebabkan Yesus melakukan reformulasi ajaran dan reformasi sistem pengajaran agama yang tidak lazim di Israel. Keadaan itu semakin memuncak pada masa rasul-rasul. Jika saja Yesus tidak melakukan hal sedemikian, niscaya Ia menjadi sahabat baik para pemuka agama, serta para pengikutNya tidak akan dianiaya dan dibunuh. Penganiayaan dan pembunuhan itu bukan bertujuan mematikan orang kristen, melainkan untuk meniadakan ajaran tentang Yesus selaku Mesiah (Yun. Kristos).

Kelima, pembunuhan karakter. Usaha penganiayaan dan pembunuhan pisik tidak membuahkan hasil baik. Semakin dihambat semakin berakar kuat dan merambat. Oleh karena itu, strategi lain dikembangkan, yakni : penghujatan. Mereka menggelari penganut ajaran Yesus (jalan Tuhan) selaku ‘orang kristen’ (Kis. 11:26 -> “Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”). Sebutan itu bukanlah sebuah pujian, melainkan penghinaan untuk mempermalukan orang percaya, agar mereka ditolak oleh masyarakat luas. Sebaliknya, orang percaya memakainya sebagai simbol kesahidan (martirdom) bagi kemuliaan Yesus, orang Nazaret, yang disebut Kristus.

Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya:
"Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."
Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara.
Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan memberitahukan,
katanya: "Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapihnya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorangpun yang kami temukan di dalamnya."
Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul itu.
Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."


PENJELASAN

KUASA & KARYA PEMBEBASAN ALLAH

Cerita ini diakhiri dalam proklamasi tentang kuasa dan karya pembebasan yang dilakukan oleh Allah atas para rasul. Si pencerita, Tabib Lukas, sahabat seperjalanan rasul Paulus, mengilustrasikan perwujudan kuasa Allah melalui penampakan ‘malaikat Tuhan’ (ay. 19). Ilustrasi (personifikasi) semacam ini biasa digunakan oleh para penulis Alkitab (PL maupun PB) untuk menyatakan kekuatan kuasa dan kemuliaan Allah yang menyertai utusan-utusanNya. Oleh karena itu, kurang baik jika orang kristen menyembah malaikat-malaikat. Orang kristen wajib menyembah Allah yang bekerja melalui berbagai cara menurut kehendakNya untuk membebaskan, menyelamatkan, memerdekakan dan melepaskan dari kesengsaraan.

Catatan :

Kepercayaan kepada tahyul mengenai malaikat pelindung, sesungguhnya, bukan berasal dari ajaran kristen melainkan dari aliran kepercayaan (mistik) dan astrologi (ramalan bintang anda). Dan, ajaran seperti itu sesat adanya, sebab yang melindungi orang percaya adalah TUHAN Allah sendiri. Ia mengutus utusanNya untuk melakukan pekerjaan tersebut sesuai janjiNya (bd. Yer. 1:8 -> “Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau”; Mat. 28:20b -> “Aku menyertai engkau sampai akhir zaman”).

DIBEBASKAN UNTUK BEKERJA BAGI ALLAH.

Gagasan ini, seharusnya, ditanamkan dalam-dalam pada hati dan pikiran orang percaya. Allah bekerja melepaskan umatNya dari dosa, agar melaksanakan tugas ibadah. Seperti itu pula Allah melakukannya atas rasul-rasul yang dipenjarakan.

Catatan untuk direnungkan :

Pertama, selama ini orang kristen hanya menekankan makna pembebasan dari dosa dan penderitaan. Hanya itu saja ! Dan, dalam prakteknya, para pengkhotbah dari mimbar-mimbar Gereja maupun Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) HANYA menekankan hal itu semata-mata. Akhirnya, khotbah-khotbah itu tidak memotivasi umat untuk meningkatkan karya ibadah hidupnya kepada Allah dan sesama. Umat kristen berpikir : “Ach..., yang penting saya selamat. Biarlah masing-masing orang mengurusi urusan dosanya sendiri.” Kepicikan ini menjadi SUMBER PENYAKIT yang mematikan iman dan karya kristen dalam dunia ciptaan Allah.

Kedua, jika kita menyimak ayat 20, di sana muncul perintah Allah : “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.” Dan suruhan itu dikerjakan para rasul, seperti tertulis dalam ayat 25 : “Datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar : "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak.” Cerita ini, sesungguhnya, bertujuan mengingatkan Gereja dan setiap orang kristen, bahwa kita ditebus dari dosa, dihapuskan kesalahan, dan dilepaskan dari kesengsaraan pisik maupun pisik, jasmaniah – rohaniah, material – spiritual, bukan hanya untuk beribadah di dalam ruang gedung Gereja yang terkunci erat, melainkan pergi keluar dari ikatan-ikatan gerejawi (dogma), lalu menemui semua orang yang masih terbelenggu untuk menyaksikan dan menceritakan, bahwa TUHAN Allah akan melepaskan siapapun yang percaya kepadaNya dalam nama Kristus, sama seperti yang dilakukan atas rasul-rasul. Jadi jika ada Gereja maupun orang kristen yang kurang aktif menjalankan tugas pemberitaan (kesaksian atau Marturia), maka ia telah berdosa kepada Allah yang membebaskannya. Ia telah mangkir terhadap suruhanNya, dan karena itu ia layak menerima hukuman Allah

TANTANGAN DAN PERLINDUNGAN ALLAH

Jangan pernah ada di antara Gereja dan orang kristen yang berpikir, bahwa perjalanan pemberitaan Injil tidak menemukan hambatan, kendala, tantangan dan ancaman. Justru, sebaliknya yang terjadi. Semakin kita aktif memberitakan Injil Kristus, semakin muncul kebencian yang ujung-ujungnya muncul penghujatan, pemfitnahan, pembunuhan karakter, penganiayaan, penyegelan Gereja, pembantaian... malahan pembunuhan. Jangan pernah bermimpi, bahwa kehidupan kristen akan enak sebagaimana yang dinikmati manusia duniawi. JANGAN PERNAH BERMIMPI ! Orang yang bermimpi demikian, sesungguhnya, bagaikan narapidana yang baru keluar penjara dan menghirup kebebasan, atau seperti sifat orang kaya baru dan orang baru kaya.

Justru ketika kita mengikrarkan pengakuan iman dengan nyata-nyata (Naik Sidi, diteguhkan sebagai anggota sidi jemaat), kita menanamkan keyakinan, bahwa keputusan mengikut Yesus dan mengerjakan suruhanNya akan menempatkan kita pada posisi dan ke dalam kondisi berbahaya. Kesadaran iman seperti itu perlu dibarengi oleh keyakinan, bahwa Allah yang memanggil, Dia jugalah yang akan bekerja untuk melepaskan kita dari berbagai kondisi berbahaya, seperti yang telah dilakukanNya atas semua utusanNya terdahulu. Inilah pokok penghiburan kita dalam menghadapi persoalan. Benarlah pikiran rasul Paulus yang dituliskan : “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” (Pil. 1 : 21 - 24).

BERJUANGLAH DEMI MEWUJUDKAN IDEALISME.

Mungkin saja akan muncul olok-olokan terkait pokok ini, sebab masih asing terdengar dalam pemberitaan firman. Akan tetapi saya mendorong Gereja dan orang kristen mempertimbangkan hal ini : Manusia akan hidup, jika ia memiliki akar idealisme yang kokoh teguh. Idealisme kristen bukan saja tujuan (visi, mimpi) tentang masa depan yang akan dicapai, tetapi sekaligus juga menjadi landasan berangkat bagi pengoperasian tujuan. Akar (dasar) dan buah (tujuan) kristen terkandung dalam nama KRISTUS. Orang yang bekerja mewujudnyatakan idelismenya tidak akan pernah takut, tidak akan pernah menyerah, tidak akan pernah tunduk menghadapi ancaman, tidak akan pernah kehabisan alak untuk mewujudkan cita-citanya, bertanggungjawab, memiliki integritas tinggi dalam pelaksanaan tugas, tetapi juga bersedia mengorbankan yang terbaik dari miliknya; karena dari dalam idealisme itu selalu mengalir semangat yang tak pernah berhenti seluruh pekerjaan diselesaikan. Bagi seorang yang memiliki idelisme, mati atau hidup tidak lagi dipersoalkan, sebab yang menjadi tujuan hidupnya adalah hasil akhir dari seluruh pekerjaan. Perhatikanlah baik-baik !,  idealisme adalah spiritualitas kerja. Dan, idealisme kristen adalah “menjadi serupa dengan Kristus.” Menjadi serupa dalam karya dan kata, serupa dalam pengorbanan untuk membawa seluruh ciptaan menerima anugerah Allah (Injil), serupa dalam pemikiran cemerlang yang diajarkanNya, serupa dalam pelayanan dan kesaksian, serupa dalam persekutuan dengan Allah dan sesama ciptaan. Serupa di dalam segala sesuatu demi dan oleh karena Dia, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat. Orang yang menganut dan memiliki idealisme Kristus, tidak akan pernah dilupakan, meskipun tubuhnya telah dimuliakan Allah.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN

Salam

BENNI AMOR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar