SEDIA BERKORBAN
MEMPERJUANGKAN IDEALISME
Jakarta, Januari 2013
ditulis oleh
BENNI AMOR
SE
-----ooo00ooo-----
PENDAHULUAN
Sering kita lupa, bahwa Agama Kristen dan
Kristus Yesus itu berbeda. Meskipun orang Kristen menyatakan kedua hal itu
sama, namun perlu juga diperhatikan, bahwa dogma atau doktrin Kristen
sebagaimana diajarkan berbagai aliran Gereja memperlihatkan keragaman
interpretasi terhadap ucapan Yesus, orang Nazaret. Dan, masing-masing
aliran kekristenan cenderung saling menyerang demi memperlihatkan
keunggulannya, padahal Kristus yang diberitakan itu hanya satu, esalah Dia,
Kristus, Tuhan kita.
Selanjutnya kita kurang menyadari,
kekristenan bertujuan memberitakan dan mengajarkan tentang konsep Kristus
(Ibr. Mosiach, Messiah) dalam sejarah keselamatan. Konsep
ini hampir-hampir terlupakan, digantikan hal-hal terkait unsur-unsur legalitas
dan praktek ibadah Gereja. Jika kita sungguh-sungguh memerhatikan fenomena
ibadah Gereja, maka kita menyaksikan bagaimana warga jemaat dibawa menikmati
ritual ibadah, sementara pemberitaan tentang Kristus kurang begitu ditonjolkan.
Pelayan Firmanpun kurang memperhatikan hal ini. Mengapa demikian ? Marilah kita
menyimak perikop bacaan di bawah ini :
BACAAN
& PENJELASAN
Akhirnya mulailah Imam Besar dan
pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab
mereka sangat iri hati.
PENJELASAN
MAZHAB SADUKI.
Jauh sebelum Yesus, orang Nazareth, bekerja di
Israel telah muncul beberapa fraksi keagamaan, seperti : Essen, Parisi, dan Saduki.
Tiap mazhab mengajarkan ajarannya berdasarkan pentafsiran mereka atas kesaksian
Kitab Suci Perjanjian Lama, misalnya : ajaran tentang Mesiah, tentang kebangkitan
orang mati, dll. Saduki adalah mazhab dalam Agama Israel. Pengikut
mazhab ini cukup dekat dengan sumber kekuasaan politik, dikarenakan pemahaman mereka
tentang Messiah (= Mosiach) sebagai tokoh
politik yang diutus Allah Israel untuk membangun kembali Kerajaan Daud.
Selain itu pula, mazhab ini kurang menekankan ajaran tentang kebangkitan
orang mati. Dan, oleh karena itu, mereka berselisih paham dengan
Mazhab Parisi, yang percaya akan kebangkitan orang mati.
|
|
Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan
mereka ke dalam penjara kota.
PENJELASAN
TINDAKAN TERHADAP KEKRISTENAN
Pertama, pada awal pemunculan dalam sejahar
keagamaan di Israel, kekristen merupakan mazhab baru yang ajaran-ajarannya
bersumber pada tradisi di sekitar ucapan Yesus. Ajaran Yesus terkait
kesaksian Perjanjian Lama cukup sederhana serta mudah dipahami kebanyakan
orang.
Kedua, Yesuspun memberitakan dan mengajarkan tentang
Messiah, utusan Allah, yang akan datang ke tengah bangsaNya. Namun Yesus
berbeda pandangan dengan aliran-aliran keyahudian waktu itu. Ia kurang (jika tak mau dikatakan ‘tidak’)
menekankan, bahwa Messiah (= Mossiach) adalah tokoh spiritual yang
akan membimbing Israel mengenal Allah. Yesus banyak kali menafsirkan
ayat-ayat Perjanjian Lama (Kitab Suci Israel : TANACH) tentang Mesiah sebagai
pemimpin
spiritual, dan bukan pemimpin politik sesuai harapan Israel. Inilah salah satu masalah yang dituduhkan
pemuka Agama Yahudi kepada Yesus, orang Nazaret, dihadapan Herodes maupun
Pontius Pilatus.
Ketiga, sesudah kematian
– kebangkitan – kenaikan Yesus ke sorga, para murid (rasul) dan
pengikutNya mulai memberitakan dan mengajarkan
ucapan-ucapan Yesus. Pusat pengajaran dan pemberitaan mereka adalah
karya penyelamatan Allah yang dikerjakan oleh Yesus, yang diakui mereka
selaku Guru dan Tuhan (bd. Yoh. 13 : 13 -> “Kamu menyebut
Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”).
Ketika
Yesus masih berada bersama-sama, mereka belum menyebut Yesus selaku Tuhan
secara terang-terangan. Akan tetapi sesudah Ia terangkat ke sorga dan setelah
masa Pentakosta, para murid dan pengikutNya mulai mengembangkan ajaranNya,
bukan hanya ucapan-ucapanNya saja, melainkan menyatakan ke-Mesiah-an (ke-Allah-an) Yesus di depan
umuam. Hal itu jelas dalam pidato Petrus di bait Allah : “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Dan keselamatan
tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 2 :
36; 4 : 12). Jadi kita perlu menjadi sadar, pertama-tama, murid-murid belum
mewartakan ke-Mesiah-an (ke-Allah-an) Yesus semasa hidupNya. Perkembangan
pengajaran itu terjadi setelah Dia dimuliakan Allah.
Keempat,
latarbelakang
kebencian. Irihati yang mebuahkan kebencian pemuka Agama Israel, bukan
hanya dikarenakan semakin bertambahnya jumlah orang percaya, tetapi
juga harus ditelusuri latarbelakangnya, yakni : ajaran Yesus yang bertentangan
dengan pakem doktrin Agama Israel. Dengan kata lain, kebencian atau
irihati itu disebabkan Yesus melakukan reformulasi ajaran dan
reformasi sistem pengajaran agama yang tidak lazim di Israel. Keadaan
itu semakin memuncak pada masa rasul-rasul. Jika saja Yesus tidak melakukan
hal sedemikian, niscaya Ia menjadi sahabat baik para pemuka agama, serta para
pengikutNya tidak akan dianiaya dan dibunuh. Penganiayaan dan pembunuhan itu
bukan bertujuan mematikan orang kristen, melainkan untuk meniadakan ajaran
tentang Yesus selaku Mesiah
(Yun. Kristos).
Kelima,
pembunuhan karakter. Usaha penganiayaan dan
pembunuhan pisik tidak membuahkan hasil baik. Semakin dihambat semakin
berakar kuat dan merambat. Oleh karena itu, strategi lain dikembangkan, yakni
: penghujatan.
Mereka menggelari penganut ajaran Yesus (jalan Tuhan) selaku ‘orang
kristen’ (Kis. 11:26 -> “Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”). Sebutan
itu bukanlah sebuah pujian, melainkan penghinaan untuk mempermalukan orang
percaya, agar mereka ditolak oleh masyarakat luas. Sebaliknya, orang percaya
memakainya sebagai simbol kesahidan (martirdom) bagi
kemuliaan Yesus, orang Nazaret, yang disebut Kristus.
|
|
Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka
pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya:
|
|
"Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan
beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak."
|
|
Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi
masuklah mereka ke dalam Bait Allah, lalu mulai mengajar di situ. Sementara
itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul,
yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil
rasul-rasul itu dari penjara.
|
|
Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara,
mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan
memberitahukan,
|
|
katanya: "Kami mendapati penjara terkunci
dengan sangat rapihnya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu,
tetapi setelah kami membukanya, tidak seorangpun yang kami temukan di dalamnya."
|
|
Ketika kepala pengawal Bait Allah dan imam-imam
kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah
terjadi dengan rasul-rasul itu.
|
|
Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan
kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara,
ada di dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak."
PENJELASAN
KUASA & KARYA PEMBEBASAN ALLAH
Cerita ini diakhiri dalam proklamasi tentang kuasa dan
karya pembebasan yang dilakukan oleh Allah atas para rasul. Si
pencerita, Tabib Lukas, sahabat seperjalanan rasul Paulus, mengilustrasikan perwujudan
kuasa Allah melalui penampakan ‘malaikat Tuhan’ (ay. 19).
Ilustrasi (personifikasi) semacam ini biasa digunakan oleh para penulis
Alkitab (PL maupun PB) untuk menyatakan kekuatan kuasa dan kemuliaan Allah
yang menyertai utusan-utusanNya. Oleh karena itu, kurang baik jika orang kristen
menyembah malaikat-malaikat. Orang kristen wajib menyembah Allah
yang bekerja melalui berbagai cara menurut kehendakNya untuk membebaskan,
menyelamatkan, memerdekakan dan melepaskan dari kesengsaraan.
Catatan :
Kepercayaan kepada tahyul mengenai malaikat
pelindung, sesungguhnya, bukan berasal dari ajaran kristen melainkan dari
aliran kepercayaan (mistik) dan astrologi (ramalan bintang anda). Dan, ajaran
seperti itu sesat adanya, sebab yang melindungi orang percaya adalah
TUHAN Allah sendiri. Ia mengutus utusanNya untuk melakukan pekerjaan tersebut
sesuai janjiNya (bd. Yer. 1:8 -> “Aku menyertai
engkau untuk melepaskan engkau”; Mat. 28:20b -> “Aku menyertai engkau sampai akhir zaman”).
DIBEBASKAN UNTUK BEKERJA BAGI
ALLAH.
Gagasan ini, seharusnya, ditanamkan dalam-dalam pada
hati dan pikiran orang percaya. Allah bekerja melepaskan umatNya dari dosa,
agar melaksanakan tugas ibadah. Seperti itu pula Allah melakukannya atas
rasul-rasul yang dipenjarakan.
Catatan untuk direnungkan :
Pertama, selama ini orang kristen hanya menekankan
makna pembebasan dari dosa dan penderitaan. Hanya itu saja ! Dan, dalam
prakteknya, para pengkhotbah dari mimbar-mimbar Gereja maupun Kebaktian
Kebangunan Rohani (KKR) HANYA menekankan hal itu semata-mata. Akhirnya,
khotbah-khotbah itu tidak memotivasi umat untuk meningkatkan karya ibadah
hidupnya kepada Allah dan sesama. Umat kristen berpikir : “Ach...,
yang penting saya selamat. Biarlah masing-masing orang mengurusi urusan
dosanya sendiri.” Kepicikan ini menjadi SUMBER PENYAKIT yang mematikan
iman dan karya kristen dalam dunia ciptaan Allah.
Kedua, jika kita menyimak ayat 20, di sana muncul
perintah Allah : “Pergilah, berdirilah di Bait Allah dan
beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.”
Dan suruhan itu dikerjakan para rasul, seperti tertulis dalam ayat 25 : “Datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar :
"Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di
dalam Bait Allah dan mereka mengajar orang banyak.” Cerita
ini, sesungguhnya, bertujuan mengingatkan Gereja dan setiap orang kristen,
bahwa kita ditebus dari dosa, dihapuskan kesalahan, dan dilepaskan dari
kesengsaraan pisik maupun pisik, jasmaniah – rohaniah, material – spiritual, bukan hanya untuk beribadah di dalam ruang
gedung Gereja yang terkunci erat, melainkan pergi keluar dari
ikatan-ikatan gerejawi (dogma), lalu menemui semua orang yang masih
terbelenggu untuk menyaksikan dan menceritakan, bahwa TUHAN Allah akan
melepaskan siapapun yang percaya kepadaNya dalam nama Kristus, sama
seperti yang dilakukan atas rasul-rasul. Jadi jika ada Gereja maupun orang
kristen yang kurang aktif menjalankan tugas pemberitaan (kesaksian atau
Marturia), maka ia telah berdosa kepada Allah yang membebaskannya. Ia telah
mangkir terhadap suruhanNya, dan karena itu ia layak menerima hukuman Allah
TANTANGAN DAN PERLINDUNGAN ALLAH
Jangan pernah ada di antara Gereja dan orang kristen
yang berpikir, bahwa perjalanan pemberitaan Injil tidak menemukan hambatan,
kendala, tantangan dan ancaman. Justru, sebaliknya yang terjadi. Semakin kita
aktif memberitakan Injil Kristus, semakin muncul kebencian yang
ujung-ujungnya muncul penghujatan, pemfitnahan, pembunuhan karakter,
penganiayaan, penyegelan Gereja, pembantaian... malahan pembunuhan. Jangan
pernah bermimpi, bahwa kehidupan kristen akan enak sebagaimana yang dinikmati
manusia duniawi. JANGAN PERNAH BERMIMPI ! Orang yang bermimpi demikian,
sesungguhnya, bagaikan narapidana yang baru keluar penjara dan menghirup
kebebasan, atau seperti sifat orang kaya baru dan orang
baru kaya.
Justru ketika kita mengikrarkan pengakuan iman
dengan nyata-nyata (Naik Sidi, diteguhkan sebagai anggota sidi jemaat), kita
menanamkan keyakinan, bahwa keputusan mengikut Yesus dan mengerjakan suruhanNya
akan menempatkan kita pada posisi dan ke dalam kondisi berbahaya.
Kesadaran iman seperti itu perlu dibarengi oleh keyakinan, bahwa Allah
yang memanggil, Dia jugalah yang akan bekerja untuk melepaskan kita dari
berbagai kondisi berbahaya, seperti yang telah dilakukanNya atas
semua utusanNya terdahulu. Inilah pokok penghiburan kita dalam menghadapi
persoalan. Benarlah pikiran rasul Paulus yang dituliskan : “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan
mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti
bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku
didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus --
itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini
karena kamu.” (Pil. 1 : 21 - 24).
BERJUANGLAH DEMI MEWUJUDKAN
IDEALISME.
Mungkin saja akan muncul olok-olokan terkait pokok
ini, sebab masih asing terdengar dalam pemberitaan firman. Akan tetapi saya
mendorong Gereja dan orang kristen mempertimbangkan hal ini : Manusia
akan hidup, jika ia memiliki akar idealisme yang kokoh teguh. Idealisme
kristen bukan saja tujuan (visi, mimpi) tentang masa depan yang akan
dicapai, tetapi sekaligus juga menjadi landasan berangkat bagi
pengoperasian tujuan. Akar (dasar) dan buah (tujuan) kristen terkandung dalam
nama KRISTUS. Orang yang bekerja mewujudnyatakan idelismenya tidak
akan pernah takut, tidak akan pernah menyerah, tidak
akan pernah tunduk menghadapi ancaman, tidak akan pernah kehabisan
alak untuk mewujudkan cita-citanya, bertanggungjawab, memiliki integritas
tinggi dalam pelaksanaan tugas, tetapi juga bersedia mengorbankan yang
terbaik dari miliknya; karena dari dalam idealisme itu selalu mengalir semangat yang tak
pernah berhenti seluruh pekerjaan diselesaikan. Bagi seorang yang memiliki idelisme,
mati atau hidup tidak lagi dipersoalkan, sebab yang menjadi tujuan hidupnya
adalah hasil akhir dari seluruh pekerjaan. Perhatikanlah baik-baik !, idealisme adalah spiritualitas kerja.
Dan, idealisme kristen adalah “menjadi serupa dengan Kristus.”
Menjadi serupa dalam karya dan kata, serupa dalam pengorbanan untuk membawa
seluruh ciptaan menerima anugerah Allah (Injil), serupa dalam pemikiran
cemerlang yang diajarkanNya, serupa dalam pelayanan dan kesaksian, serupa
dalam persekutuan dengan Allah dan sesama ciptaan. Serupa di dalam segala
sesuatu demi dan oleh karena Dia, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat. Orang
yang menganut dan memiliki idealisme Kristus, tidak akan
pernah dilupakan, meskipun tubuhnya telah dimuliakan Allah.
|
SELAMAT
MENYUSUN PEMBERITAAN
Salam
BENNI AMOR
BENNI AMOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar