MEMBERI YANG TERBAIK
KEPADA ALLAH
“Janganlah engkau mempersembahkan bagi TUHAN, Allahmu, lembu atau domba, yang ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk;
sebab yang demikian adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu."
ULANGAN 11 : 1
disusun oleh
ARIE A. R. IHALAUW
I. PENDAHULUAN
I.1.
Mengenal Kitab Ulangan
Memang benar, jika kita mengatakan, bahwa selurut tulisan di dalam
Alkitab yang berhubungan dengan “ucapan ilahi” adalah Firman Allah; akan tetapi
kita juga patut memperhatikan, tidak semua ayat-ayat dan pasal-pasal di
dalamnya diucapkan langsung (direct sentence) oleh Allah. Oleh karena itu, kita
membutuhkan waktu untuk menafsir (eksegese) secara baik dan benar (bd. II
Pet. 1:20 => “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah
bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut
kehendak sendiri”). Himbauan inipun bertujuan mengingatkan, agar
kita berhati-hati menafsirkan Kitab Ulangan (Hebrew Bible. DEBARIM;
Vulgata. DEUTERONOMI).
a. Kitab Ulangan (Hebrew Bible. DEBARIM; Vulgata. DEUTERONOMI) merupakan
sebuah kumpulan “tradisi
lisan” yang dimiliki masyarakat Agama Israel pada masa Kerajaan.
Awalnya, ia bukanlah sebuah kitab utuh seperti yang kita miliki sekarang. Ia
terdiri dari fragmen-fragmen
narasi (sejarah, ucapan ilahi, aturan-aturan, dll)
yang tersebar dalam persekutuan umat Israel.
b. Nama Kitab
Nama DEBARIM (Ibr. םרִ֗יבָדְּ)
diambil dari kata pertama dalam Kitab Ulangan 1 : 1 dalam Alkitab Bahasa
Ibrani. Berasal dari DEBARIM (kata dasarnya : DABAR)
yang berarti : Ucapan-ucapan atau Perkataan-Perkataan. Terkait DEBARIM
(Ibr. םרִ֗יבָדְּ)
kata ini bermakna : ucapan-ucapan yang diucapkan di padang gurun
(atau kumpulan
perkataan yang diucapkan selama pengembaraan umat di padang gurun).
Alkitab
Bahasa Latin (Vulgata) menterjemahkan DEBARIM (Ibr. םרִ֗יבָדְּ)
menjadi DEUTERONOMI.
So pasti, penterjemahannya bertolak dari latar belakang yang sama. DEUTERONOMI
berasal dari 2 (dua) kata : DEUTERO artinya : kedua, salinan, kutipan atau kopian.
Dengan demikian DEUTERONOMI
berarti salinan
perkataan-perkataan yang diucapkan sepanjang masa pengembaraan di padang gurun.
d. Kapankah Kitab Ulangan dituliskan ?
Pada
butir a
di atas dikatakan, bahwa kitab ini merupakan tradisi lisan yang diwariskan
turun-temurun. Oleh karena itu, banyak pakar teologi APL (Alkitab Perj. Lama)
menelitinya berdasarkan kesaksian Alkitab juga bukti-bukti tertulis lainnya.
Salah satu
bukti dikemukakan terkait reformasi keagamaan yang dilakukan oleh Raja Josia
bin Amon dalam tahun 622/621 yang tertulis dalam kitab II Taw. 34:15 => Kata
Inan Besar Hilkia kepada Panitera Safan : "Aku telah menemukan kitab Taurat di rumah TUHAN
!" (bd. II Rj. 22:10). Temuan kitab Taurat itulah yang
dimaksudkan DEBARIM
(Ibr. םרִ֗יבָדְּ) atau DEUTERONOMI
atau Kitab
Ulangan.
Gulungan Kitab Taurat temuan
Hilkia ini dijadikan sumber penulisan Kitab Ulangan {DEBARIM (Ibr. םרִ֗יבָדְּ) atau DEUTERONOMI
}. Ia disebut juga sumber Deuteronomi (inisialnya : Sumber D).
Setelah seluruh Kerajaan Israel runtuh, maka para pemimpin
kerajaan dan pemuka agama diasingkan ke Babilonia. Di sanalah para alim-ulama, aliran teologi
Deuteronomi, menyalin kembali fragmen-fragmen Hukum Taurat, Sejarah
Pengembaraan Israel serta Ucapan-Ucapan Ilahi di Padang Gurun. Penyusunan Kitab
itu diperkirakan pada Abad V sb. M.
I.2. Konteks Masyarakat Israel Masa Penulis Kitab
Ulangan (Deuteronomi)
Untuk mengetahui jelas keadaan masyarakat Israel pra-eksilis
(sebelum pembuangan) sampai ke masa pos-eksilis (sesudah pembuangan). Kita
harus menyimak Kitab Raja-Raja dan Kitab Tawarik. Kedua kita tersebut merupakan
Kitab Sejarah. Di samping itu masih ada juga beberapa kitab lain yang
berhubungan, yakni : Kitab Nabi-Nabi, antara lain : Kitab Nabi Yeremia (masa
pra-eksilis), juga Kitab Nabi Yeheskiel (sebagian nubuatnya diucapkan
sebelum pembuangan dan sebahagian lagi selama masa pembuangan), sedangkan Kitab Deutero Yesaya
(psl. 40-55), Kitab
Trito-Yesaya (psl. 56-66). Kedua kitab yang disebut belakangan itu
merupakan karya alim ulama Israel pada masa eksilis sampai pos-eksilis.
a. Kondisi sosial keagamaan pada masa pra-eksilis.
Bahan-bahan
yang ditemukan dalam Kitab Raja-Raja dan Kitab Tawarikh kurang lengkap
melukiskan keadaan masyarakat Yehuda-Yerusalem pra eksilis. Kita wajib
membandingkannya dengan kesaksian Nabi Yeremia yang bekerja sejaman dengan
Josia bin Amon, raja di Yerusalem.
Menurut
kesaksian Yeremia, kondisi masyarakat memprihatinkan, karena keluarga dan
bangsawan kerajaan, kelompok bisnismen (pedagang) serta rohaniwan (penguasa)
Baith Allah berbuat jahat (bd. Yer. 7 : 1–15, dll). Fungsi Baith Allah sebagai “lambang
kehadiran TUHAN, tempat pengajaran di mana umat mencari namaNya dan memperoleh
shaloom” telah berubah menjadi “sarang penyamun” (Yer. 7:11). Akibatnya
seluruh umat menderita, karena penghakiman (peradilan) dan penghukuman (pelaksanaan
eksekusi) oleh Allah. Israel-Yehuda diasingkan ke Babilonia (587 sb. M)
b. Kondisi Israel-Yehuda dalam Pengasingan di
Babel.
Pada waktu itu, mereka mengalami kemerosotan mental-spiritual. Mereka
putus asa. Keadaan itu dikatakan Nabi Trito Yesaya (masa kerjan nabi ini menjelang akhir pengasingan)
:
Pandanglah dari sorga dan lihatlah dari kediamanMu yang kudus
dan agung ! Di manakah kecemburuanMu dan keperkasaanMu, hatiMu yang tergerak
dan kasih sayang-Mu ? Janganlah kiranya Engkau menahan diri ! Bukankah Engkau
Bapa kami ? Sungguh, Abraham tidak tahu
apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau
sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalanMu,
dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepadaMu ? Kembalilah
oleh karena hamba-hambaMu, oleh karena suku-suku milik kepunyaanMu ! Keadaan kami seolah-olah kami dari dahulu kala tidak pernah berada di
bawah pemerintahanMu, seolah-olah namaMu tidak pernah disebut atas kami. (Yes.
63 : 15-19).
Israel-Yehuda
menyanyikan lagu penderitaan dan perkabungan (bd. Mz. 137 : 1 – 9), karena
mengenang masa-masa di mana TUHAN memberkatinya. Mereka merasa perih, karena
tidak bisa menyelenggarakan ibadah di Bait Suci di Bukit Zion. Bait Suci itu
telah porak poranda.
c. Mempersiapkan “umat baru” (sisa Israel) yang
akan kembali membangun Yerusalem dan Bait Allah.
Nabi Yeheskiel (bekerja pada masa pengasingan) sengaja menegur
Israel-Yehuda, katanya : “Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel : Beginilah firman Tuhan ALLAH : Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena namaKu yang kudus yang kamu
najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu
datang” (36:22;
bd. 36:32).
Menurut Nabi
Yeheskiel, Babilonia bukan saja tempat pengasingan umat Israel-Yehuda; akan
tetapi di sanalah Allah bekerja mereformasi sebuah bangsa-baru, yang dimulai dari manusia-baru.
Di sanalah Allah
membaharui hati dan pikiran umatNya. Dia memberi Roh yang baru,
agar mereka melaksanakan ibadah yang baru dengan ketaatan dan kesetiaan
(bd. Yeh. 36:25-27). Itulah masa baru yang dimaksudkan oleh nabi Yeremia (Yer.
31; bd. Trito-Yes. 65:17). Jadi, Allah tidak menuliskan lagi Hukum Taurat Baru,
seperti yang dilakukanNya di kaki Gunung Horeb / Sinai, ketika Israel membakar
korban bakaran kepada patung anak lembu emas; akan tetapi Dia sendiri
menuliskan Taurat itu dalam bathin umatNya (Yer. 31:33 =>
“... perjanjian
yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN :
Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka
akan menjadi umat-Ku). Suatu umat
baru yang menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran (hukum).
II. NASKAH PERIKOP DAN PENJELASAN
Janganlah engkau mempersembahkan
bagi TUHAN, Allahmu, lembu atau domba, yang
ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk; sebab yang demikian adalah kekejian
bagi TUHAN, Allahmu."
|
. Ritual Persembahan dan Korban dalam Budaya-Agama-Suku.
a.1. Ritual Persembahan
Kisah tentang ritual persembahan bukan hanya dimiliki
Israel-Yehuda (termasuk tradisi kristen) saja. So dari dolo, ritual tersebut
tersebar dalam budaya-agama-suku
di seantero jagad raya. Aktifitas keagamaan ini dilakukan tiap penganut untuk
menghaturkan puji sembah kepada Sang Hyang Widhi (dewa-dewi, ilah-ilah, TUHAN,
Allah). Contoh konkrit penyelenggaraan ritual ini terbaca dalam Kitab Kejadian
4 : 4 – 5 (persembahan Kain dan Habel).
a.2. Korban Persembahan
Korban persembahanpun amat tergantung pada pola budaya masyarakat
: pertanian (masyarakat
menetap) atau peternakan
(masyarakat semi-nomaden, pengembara). Masyarakat pertanian memberi
korban persembahan sesuai hasil usahanya : padi, gandum, ubi-ubian dan
lain-lain sejenisnya; demikian pula masyarakat peternakan : kambing domba,
lembu, dan lain-lain sejenisnya.
Korban persembahan yang diberikan Kan – Habel menunjuk pada kedua
tipe masyarakat yang disebutkan di atas. Dengan sengaja Penulis Kitab Kejadian
mempertentangkan ritual persembahan korban Agama Israel contra Budaya-Agama-Suku
Kanaan. Seakan penulis menempatkan dan ingin membenarkan, bahwa
model praktik persembahan korban yang diselenggarakan Israel sudah ada sejak
dahulu kala, sekaligus model yang dipakai Habel itulah yang berkenan kepada
Allah.
a.3. Motivasi dan Tujuan Penyelenggaraan Ritual
Persembahan Korban.
Umumnya
pelaku budaya-agama-suku memiliki tujuan dan motivasi ibadah. Ritual itu
dilaksanakan untuk memuja, menyenangkan dan menjaga relasi vertikal dengan ilahnya,
supaya ia memenuhi semua keinginan penyembahnya. Ia memberkati hasil usaha
serta melindungi dari bencana alam yang mematikan. Dalam hal ini ilah-ilah
dijadikan alat untuk mencapai keinginan pelaku ritus.
b. Ritual Persembahan dan Korban dalam Agama Israel-Yehuda.
b.1. Motivasi dan Tujuan Ibadah Umat.
* Tuhan yang menciptakan Ibadah
Israel (Allah Abraham, Ishak dan Yakub) bukanlah objek ibadah
seperti yang dilakukan oleh penganut budaya-agama-suku. Dia adalah kiblat (pusat)
ibadah umat perjanjian. Dialah yang menciptakan manusia (Kej. 1:26-27; bd. Yes.
43:7; 45:12) juga umat Israel beserta leluhurnya (bd. Yes. 43:1; 45:15).
Malahan, menurut Trito-Yesaya, “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka
yang jauh dan bagi mereka yang dekat --- firman TUHAN --- Aku akan menyembuhkan dia !” (Yes. 57:19). TUHANlah yang menciptakan Ibadah Umat
Perjanjian !
* Bagaimanakah saya dapat menyimpulkan seperti itu ?
Kesimpulan ini
didasarkan pada pemahaman iman Israel-Yehuda fungsi dan peran Hukum. Taurat (Ibr. hattorah),
menurut katanya, berarti petunjuk / jalan yang diberikan Allah kepada umatNya
melalui perantaraan Musa. Petunjuk bagaimana umat harus
menyelenggarakan karya-ibadah-hidup dalam relasi vertikal dengan Allah (dalam hal ini
Taurat menjadi petunjuk pelaksanaan ibadah umat perjanjian kepada TUHAN => penekanan dalam
TEOLOGI HUKUM KEKUDUSAN --- Imamat &
Bilangan --- sumber P)
dan relasi
horisontal bersama sesamanya (dalam hal ini Taurat adalah Hukum / norma yang mengatur
interaksi manusia dalam sistem kehidupan masyarakat => penekanan
dalam TEOLOGI KITAB ULANGAN / sumber D).
Simaklah contoh Ulangan 17 : 1 ini.
* Tujuan Allah memanggil (menciptakan dan membentuk)
Umat Israel-Yehuda
a). Keluaran 4 : 22 – 23
4:22 Beginilah
firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; 4:23 Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."
Allah membebaskan (Kel. 20:2; Ul. 5:6) dan
menciptakan Israel-Yehuda sebagai bangsa, agar mereka menyelenggarakan ibadah
kepadaNya. Ibadah
itu tidak hanya dilakukan di tanah perjanjian saja; akan tetapi diadakan
sepanjang perjalanan mereka, sejak dari Mesir sampai ke tanah Kanaan.
Dengan demikian, sepanjang perjalanan sejarahnya Israel berfungsi sebagai
pelaksana penyelmatan bangsa-bangsa.
b). Yesaya 42 : 6
42:6 "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau
untuk maksud penyelamatan, telah memegang
tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi
engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia,
menjadi terang
untuk bangsa-bangsa, 42:7 untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang
hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap
dari rumah penjara.
Sesungguhnya,
Israel-Yehuda itu sama seperti bangsa Palestina dan Ethiopia (bd. Am. 9:7).
Akan tetapi berdasarkan --- kedaulatan yang tak terbatas dan oleh kasihnya yang besar
--- telah memilih dan memanggil Israel-Yehuda menjadi umat kesayanganNya. Allah
mengutus mereka menjadi
perjanjian dan menjadi terang di tengah bangsa-bangsa. Dengan
kata lain, Dia ingin menjadikan umatNya selaku alat untuk maksud penyelamatan bangsa-bangsa.
Oleh karena itu, karya-ibadah-hidup umat Israel-Yehuda, seharusnya, membuka
mata semua bangsa untuk mengenal dan datang menerima berkat keselamatan dari
tangan Allah (bd. janji Allah kepada Abraham => Kej. 12:3b => “.... olehmu semua kaum di muka
bumi akan mendapat berkat”).
* Tujuan Ibadah Umat Perjanjian
a) Untuk
Melayani TUHAN (Ulangan 18 : 5)
18:5 ...dipilih oleh TUHAN, Allahmu,...senantiasa melayani TUHAN dan -kebaktian demi nama-Nya, ia dan anak-anaknya.
b) Hati
yang bersyukur dan bukan korban (Maz. 50 : 14, 23)
Persembahkanlah
syukur sebagai korban kepada Allah
dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
|
|
Siapa
yang mempersembahkan
syukur sebagai korban,
ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah
akan Kuperlihatkan kepadanya."
|
Pemasmur
tidak mengatakan : “Persembah-kanlah korban syukur kepada Allah;”
akan tetapi ia bermaksud menegaskan : “korban itu adalah pernyataan hati yang bersyukur, karena umat
telah memperoleh keselamatan yang datang dari tangan Allah”.
Pemahaman kedua inilah yang benar, dan dikembangkan rasul-rasul, khusunya
Paulus.
* Sifat Korban
Penulis
Ulangan mengatakan sifat korban itu “yang
ada cacatnya, atau sesuatu yang buruk.” Menunjuk pada keadaan
korban : belum berjantan, tidak cacat tubuhnya, tidak belang-belang, tidak
sakit, melainkan utuh sempurna.
Rasul Paulus menyatakan hal itu dalam Surat Roma : “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rom. 12:1). Ketiga sifat itu : yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sesungguhnya, menunjuk pada kesempurnaan dan kesucian hati.
* Jumlah Persembahan
Acapkali bertanya : “Berapakah jumlah persembahan yang kita berikan ?” Seharusnya, kita menjawab sendiri, jika membandingkannya dengan kasih karunia TUHAN dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan kita. Berapakah yang telah TUHAN berikan kepada kita ?
Mengatasi kesulitan ini, Paulus menegaskan : “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah menga-sihi orang yang memberi dengan sukacita” (II Kor. 9:7). Jumlah pemberian itu, sesungguhnya, muncul dari hati yang bersyukur, bukan disebabkan oleh dorongan karena terpaksa.
PERTANYAAN :
Rasul Paulus menyatakan hal itu dalam Surat Roma : “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rom. 12:1). Ketiga sifat itu : yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sesungguhnya, menunjuk pada kesempurnaan dan kesucian hati.
* Jumlah Persembahan
Acapkali bertanya : “Berapakah jumlah persembahan yang kita berikan ?” Seharusnya, kita menjawab sendiri, jika membandingkannya dengan kasih karunia TUHAN dalam kehidupan keluarga dan pekerjaan kita. Berapakah yang telah TUHAN berikan kepada kita ?
Mengatasi kesulitan ini, Paulus menegaskan : “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah menga-sihi orang yang memberi dengan sukacita” (II Kor. 9:7). Jumlah pemberian itu, sesungguhnya, muncul dari hati yang bersyukur, bukan disebabkan oleh dorongan karena terpaksa.
PERTANYAAN :
1. Menurut
pemahaman saudara, apakah alasan untuk memberikan persembahan ?
2. Menurut
pendapat saudara, berapakah jumlah uang yang harus diberikan
untuk mendukung pekerjaan TUHAN yang dilakukan oleh Gereja ?
3. Menurut
pandangan saudara, apakah tujuan saudara memberikan persembahan kepada Allah ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar