Kamis, 04 Juli 2013

Rancangan Pemberitaan Firman - IBADAH KELUARGA - Rabu, 11 Juli 2013

RANCANGAN PEMBERITAAN
IBADAH KELUARGA – 11 JULI 2013

CARA HIDUP
MENENTUKAN KEBAHAGIAAN

AMSAL XIV : 6 – 10

GPIB Jemaat PETRA di Bogor
Hari Jumat, 05 Juli 2013

ditulis oleh

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

KONTEKS SOSIAL BUDAYA

Umumnya kita mendengar ungkapan : “Tujuan menghalalkan cara.” Dalam kenyataannya hal itu dipraktikkan. Asalkan bisa mencapai cita-cita yang dimimpikan, walaupun mengorbankan sesama, begitulah cara berpikir orang yang ambisius. Penulis Kitab Amsal (Ibr. Mitzal) bertujuan mendidik warga masyarakat, yang adalah umat Allah, agar mereka memberlakukan cara–cara sesuai pengajaran (Taurat)  Nya. Taurat, menurut ajaran Agama Israel, adalah salah satu sumber pengenalan akan Allah yang membentuk karakter serta kepribadian tiap anggota persekutuan umatNya.

PERIKOP DAN PENJELASANNYA



PENJELASAN
Si pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan mudah diperoleh.

Pencemooh disejajarkan artinya dengan orang bebal (ay. 7) dan orang bodoh (ay.9). Pencemooh selalu berpikir menurut pandangan sendiri, tanpa memperhatikan dan membandingkan pendapat orang lain. Malahan si pencemooh selalu bertindak atau berbicara tanpa berpikir sehat.

Menurut penulis Kitab Amsal, Pencemooh (orang bodoh dan bebal), sesungguhnya, tidak memiliki pengetahuan, atau mereka mempunyai pengetahuan semu. Sesuai ajaran agama, menurut penulis Amsal, standar pengajaran adalah HUKUM TAURAT (bd. UL. 6 : 6 – dst => “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan; haruslah engkau mengajarkan-nya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”). Tanpa mengenalan akan TUHAN melalui pembelajaran akan titah-titahNya, manusia tidak memiliki hikmatNya.



PENJELASAN

Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya.

Istilah PENGETAHUAN, menurut penulis kitab, bukan sama makna dengan kata yang dipakai sekarang, yakni : ILMU PENGETAHUAN. Istilah itu menunjuk pada arti kata HOQMAH dalam kosak kata Ibrani. HOQMAH ini akan diperoleh seseorang, jika ia rajin dan tekun mempelajari TANACH (Kitab Suci Israel), khususnya Kitab Taurat Musa (Ibr. TORATHO). Di dalam Kitab Suci Agama Israel tertulis Firman Allah yang memberi petunjuk tentang bagaimana tiap orang percaya wajib menjalankan aktifitas (kegiatan)-nya sehari-hari.

Orang bebal tidak memiliki pengetahuan itu, karena mereka tidak suka atau kurang mencenderungkan hati dan pikirannya kepada firman TUHAN. Mereka menjalankan rancangannya sendiri (bd. psl 3 : 5, 7 => Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan).


PENJELASAN
Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.

Seseorang memiliki hikmat, karena ia rajin bergaul akrab dengan Allah dan tekun membaca firman TUHAN. Orang berhikmat mengerti apa yang dilakukannya. Bagaimana ia mengetahui bahwa perbuatan dan jalannya benar ? Ia menakar menurut firman (Taurat) TUHAN. Sementara orang bebal mengukur kebenarannya menurut pikiran sendiri.


PENJELASAN
Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.

Kebodohan bukanlah sebuah hasil usaha. Ia lahir dari sikap hati yang malas dan selalu menentang kebenaran firman Allah. Orang bodoh selalu beranggapan, bahwa ia mengetahui segala sesuatu menurut pandangan sendiri. Sesungguhnya orang itu tidak mengetahui apa-apa, tetapi sok tahu.

Berbeda dari sikap orang bodoh, orang jujur (benar) selalu menunjukkan perilaku hidup sesuai perintah Allah.


PENJELASAN
Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya.

Inilah inti persoalan yang dimaksudkan dalam perikop bacaan ini menurut penulis Kitab Amsal. Akibat dari perilaku yang benar maupun tidak benar akan dirasakan oleh hati tiap pelakunya. Jika seseorang menjalankan hidupnya menurut perintah Allah atau menurut keinginan sendiri, ia akan memikul risikonya. Dengan kata lain, baik buruk dari sebuah perbuatan akan ditanggung setiap orang kadar perbuatannya.

MAKNA PERIKOP BAGI PEMBERITAAN FIRMAN

Menurut penulis Kitab Amsal, tiap tiap orang akan menanggung risiko : baik – buruk, sukses – gagal, dari sebuah tindakan yang dijalankanBila seseorang ingin cepat menjadi kaya, lantas ia berbuat curang dalam pekerjaannya, maka ia akan mendapat ganjaran sesuai perbuatannya, lambat atau cepat waktunya (Lihatlah para koruptor yang ditangkap KPK dan diadili dalam Pengadilan TIPIKOR). Janganlah kita irihati terhadap mereka, dan janganlah kita meniru cara hidupnya. Sebab Allah menghukum manusia menurut perbuatannya sendiri. Siapa menanam kebaikan akan menuai kebahagiaan. Siapa menabur angin akan menuai puting beliung.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN

Bogor, Jumar – 05 Juli 2013


PDT. ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar