Kamis, 14 April 2011

Materi Bina : 6/IV-2011/Arie/Agama-Agama : -AGAMA DAN SPIRITUALISAS


AGAMA DAN KEPERCAYAAN / SPIRITUALITAS

Sudah sejak tahun 1980-an masyarakat-agama di Indonesia, khususnya Muslim, mendebatkan pendefinisian mengenai Agama dan Aliran Kepercayaan. Perdebatan ini amat berkaitan dengan : 1). Apakah status Aliran Kepercayaan sama dengan Agama berdasarkan UUD 45. 2). Apakah Aliran Kepercayaan merupakan sebuah sistem keagamaan ? Artikel ini berusaha menyorotinya. 

Sebelum kita menelusuri perbedaan antara agama dan aliran kepercayaan, pertama-tama kita perlu mendefinisikan kedua istilah. 

a). Agama dapat didefinisikan sebagai “kepercayaan kepada Allah atau illah-illah yang disembah. Biasanya kepercayaan itu diekspresikan dalam perilaku dan ritus / upacara” atau “sistem kepercayaan, penyembahan tertentu yang mencakup pedoman perilaku tertentu.”

b).  Aliran kepercayaan dapat didefinisikan sebagai “kualitas kerohanian, tidak bersifat jasmani" atau "ciri rohani yang ditunjukkan melalui pemikiran, cara hidup, dll; kecenderungan atau nada rohani."

Kesimpulannya, agama mengklaim dapat membawa seseorang ke dalam hubungan yang benar dengan Allah; sementara aliran kepercayaan adalah berfokuskan pada hal-hal rohani dan dunia rohani, bukan hal-hal fisik / duniawi

Bertolak dari kesimpulan di atas, masyrakat luas telah salah memandang kekristenan sebagai sekedar sistem keagamaan, seperti : Islam, Yudaisme, Budhisme, Hinduisme, dll. Celakanya, orang Kristenpun memahami dan mempraktikkan kekristenan sebagaimana agama-agama umumnya. Bagi banyak orang, kekristenan tidak lebih dari serangkaian peraturan dan ritual yang harus diikuti oleh seseorang supaya masuk surga setelah meninggal; padahal kekristenan bukanlah demikian. Kekristenan sejati bukanlah agama. Kekristenan adalah keyakinan kepada Allah dalam hubungan yang benar dengan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat-Mesias oleh anugrah melalui iman. Memang, kekristenan memiliki “upacara” yang diikuti (contohnya : Sakramen Baptisan dan Sakramen Perjamuan). Memang benar, kekristenan memiliki "peraturan” yang ditaati (seperti : jangan membunuh, kasihilah satu dengan yang lain, dll). Namun demikian, upacara dan peraturan ini bukanlah inti dari kekristenan. Upacara dan peraturan kekristenan merupakan hasil keselamatan. Ketika seorang Kristen menerima keselamatan melalui Yesus Kristus, ia dibaptis sebagai pernyataan/sikap imannya. Orang Kristen  merayakan Sakramen Perjamuan semata-mata untuk mengingat pengorbanan Kristus. Jadi semua orang Kristen perlu mengetahui dan mengerti benar, bahwa mentaati perintah dan larangan karena mengasihi Allah dan rasa syukur untuk apa yang telah Dia perbuat.

Kekristenan sebagai Spiritualitas / Kepercayaan

Umumnya kesalah pahaman mengenai aliran kepercayaan, karena ada banyaknya bentuk kepercayaan, dan semuanya mempunyai kebenaran yang sama. Dalam aliran kepercayaan diajarkan, bahwa untuk bisa diselamatkan seseorang perlu melakukan meditasi dalam posisi tubuh yang berlawanan, bersekutu dengan alam, berbicara dengan dunia roh, dll. Mungkin cara tersebut kelihatannya amat "rohaniah" namun sebetulnya keliru. Pemahaman seperti itu tidak dapat dipakai untuk mengukur kekristenan.

Di dalam kekristenan, kepercayaan / spiritualitas sejati  dimengerti dan dihayati, apabila menerima karunia Roh Kudus dari Allah, yang berdiam di dalam dan menguasai tubuh, jiwa dan roh (seluruh kehidupan) - nya. Rohkudus adalah Allah sendiri. Rohkudus adalah Rohkristus. Ia dianugerahkan oleh karena iman kepada Allah melalui Yesus Kristus. Spiritualitas / kepercayaan sejati adalah buah yang dihasilkan Roh Kudus dalam hidup seseorang : “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal. 5:22-23). Bukan hasil usaha manusia. Spiritualitas / kepercayaan menuntun manusia semakin menuju keserupaan dengan Allah yang adalah Roh (Yoh. 4:24) dan karakternya juga menjadi serupa dengan Kristus-Yesus (Rom. 12:1-2). Dalam hal ini, sebaiknya, kita menyebut kepercayaan / spiritualitas itu adalah IMAN. Iman adalah Anugerah ALLAH (Gal. 3 : 17 – 27).

Apa yang sama antara agama dan kepercayaan ?

Baik agama maupun aliran kepercayaan, keduanya dapat menjadi metode yang salah dalam membangun dan membina hubungan dengan Allah. Pertama, agama cenderung menggantikan hubungan yang sejati dengan Allah dengan upacara yang tidak lahir dari hati nurani yang mengasihi Allah (bd. Yes. 29 : 13; Ams. 5 :21 – 27). Kedua, aliran kepercayaan cenderung menggantikan hubungan dengan Allah dengan hubungan dengan dunia roh. Keduanya bisa, dan acapkali bisa menjadi jalan yang salah menuju Allah. 

Pada saat yang sama, agama bisa merupakan sesuatu yang bernilai dalam arti bahwa agama menunjuk pada fakta bahwa Alah itu ada dan kita harus bertanggung jawab kepada-Nya. Satu-satunya nilai agama yang sejati adalah kemampuannya untuk menunjukkan, bahwa manusia telah berdosa dan membutuhkan seorang Juruselamat. 

Spiritualitas atau kepercayaan bisa bermakna, saat ia menunjukkan bahwa dunia fisik dan materi bukanlah segalanya. Manusia bukan hanya terdiri dari unsur materi, namun memiliki roh-jiwa juga. Ada dunia roh di sekeliling kita yang harus kita sadari. Nilai kepercayaan atau spiritualitas yang sejati ialah : menunjuk pada fakta bahwa ada sesuatu dan Pribadi yang berada di balik dunia fisik ini, yang dengannya kita perlu berhubungan.

Spiritualitas / kepercayaan sejati, menurut kesaksian Alkitab, adalah Kristus-Yesus. Dia adalah penggenapan dari agama dan kerohanian. Yesus adalah Dia yang kepada-Nya kita mempertanggungjawabkan kehidupan pribadi.. Yesus adalah satu-satunya Pribadi dengan siapa kita perlu berhubungan dan kepada siapa spiritualitas / keercayaan yang sejati diarahkan.

MEDAN, 14 APRIL 2011

PENDETA ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar