Jumat, 15 April 2011

Materi Bina : 7 – bgn I/IV-2011/Arie/Antropologi - MANUSIA CIPTAAN ALLAH


Materi Bina : 7 – bgn I/IV-2011/Arie/Antropologi

BAHAGIAN  PERTAMA

MANUSIA CIPTAAN ALLAH

PENDAHULUAN

Sejak dahulu Ilmu Pengetahuan telah membahas secara mendetail tentang MANUSIA. Siapakah manusia itu ? Pembahasan tentang manusia telah dilakukan para ilmuan dari Asia : Sumer – Akadian, Persia – Media, Mesir, China, Yunani dan juga di Indonesia. Tiap pakar pengetahuan memiliki argumentasi sendiri untuk mendukung pendapatnya. Malahan Charles Darwin pun melakukan penelitian spektakuler tentang munculnya makhluk manusia di atas bumi : dari manakah asal-usul manusia ? Berbagai disiplin ilmu melakukan analisa kritis tentang keberadaan manusia secara pisik (materi) maupun non-pisik (non-materi). Orang Kristen patut menghormati hasil-hasil pencarian ilmu terkait dengan penjelasan tentang manusia.

Jauh lebih penting dari penjelasan ilmu pengetahuan, orang Kristen dituntut untuk mempertanggungjawabkan kesaksian Alkitab tentang manusia ciptaan Allah. Pertanggungjawaban Kristen perlu dilakukan secara arif dengan menjelaskan pokok-pokok kesaksian Alkitab, merumuskannya dalam bahasa pengetahuan, sehingga orang banyak dapat mengerti hikmat Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Oleh karena itu, marilah kita mulai memasuki penjelasan ini tahap demi tahap.


Penulis Kitab Kejadian menyatakan, berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi”. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:26-27).

Ayat-ayat ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan antara manusia dari makhluk ciptaan lain. Manusia diciptakan untuk hidup dalam relasi dengan Allah. Allah menciptakan manusia dengan unsur materi (pisik) dan non-pisik (jiwa-roh). Unsur materi (pisik) itu tubuh, organ-organ tubuh, dll. Tubuh secara pisik berada selama masih bernafas. Unsur non-pisik (non-materi) tidak dapat dilihat: jiwa, roh, akalbudi, keinginan, hati nurani, dll. 

Setiap manusia memiliki unsur materi (pisik) dan non-materi (non-pisik) dalam keberadaannya. Setiap orang memiliki tubuh, terdiri dari daging, darah, tulang, organ dan sel-sel. Yang sering dipercakapkan adalah unsur non-pisik, sebab ia tidak kelihatan. Apa kesaksian Alkitab tentang hal ini ? 

1.  Penulis Kejadian 2 : 7 berbunyi : “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang hidup

2.  Kitab Bilangan 16:22 -> “"Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk ! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini ?" Ayat ini menyebutkan, bahwa Allah dari roh segala makhluk

3.  Kitab Amsal 4:23 -> “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Kutipan ini menunjuk pada hati-manusia sebagai pusat kehendak dan perasaan

3.  Kitab Kisah Rasul 23:1 -> Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."” 

4.  Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” 

Melalui kutipan-kutipn itu dapat dilihat berbagai unsur non-pisik dari manusia, dan bahwa setiap manusia memiliki unsur yang bersifat pisik (materi) dan non-pisik (non-materi). 

Jadi walaupun banyak orang mempercakapkan unsur non-pisik (non-materi) manusia yang terfokus pada jiwa dan roh; namun Alkitab menggambarkan hal yang lebih mendalam ketimbang apa yang dipercakapkan para ahli. Kita tidak mengetahui dan tidak mengerti hubungan dari unsur-unsur yang disebutkan di atas (jiwa, roh, hati, hati nurani dan akal budi); juga bagaimana unsur-unsur itu saling bersangkut paut satu dengan yang lainnya. Jelas-jelas jiwa dan roh adalah unsur non-pisik yang utama dalam diri manusia. Melihat akan hal itu : pisik (materi) dan non-pisik (non-materi), mungkin kita berpikir : apakah terjadi dikotomi (pembelahan menjadi dua unsur : tubuh vs jiwa dan roh) dalam diri manusia ? Ataukah manusia terdiri dari tiga unsur berbeda : tubuh, jiwa, roh ?

Teologi Dogmatik mengalami kesulitan untuk merumuskan hal itu, oleh karena kedua pandangan diatas memiliki dasar argumentasinya sendiri. Penulis Ibrani menuliskan (4:12) : “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Ayat ini menambah pengetahuan kita tentang 2 (dua) hal : 

a). Jiwa dan roh dapat dipisahkan. 

b). Perbedaan antara jiwa dan roh adalah sesuatu yang hanya dapat dilakukan Tuhan Allah, sebab Dialah yang menciptakan manusia.

Kita tahu pasti bahwa manusia memiliki tubuh, jiwa, roh dan banyak hal lagi ! Daripada memusatkan pembahasan pada unsur-unsur ini, lebih baik kita memusatkan perhatian pada Allah, Sang Pencipta, yang oleh karena Dia, kita telah dijadikan dengan “dahsyat dan ajaib” (Mazmur 139:14).


Apa perbedaan antara roh dan jiwa ? Kata “roh” menunjuk pada unsur non-materi dari manusia. Manusia memiliki roh, tetapi bukannya roh semata-mata. Namun demikian Alkitab menyaksikan, bahwa hanya orang-orang percaya, mereka yang didiami oleh Roh Kudus, yang disebut sebagai “makhluk hidup secara rohani” (1 Kor. 2:11; Ib. 4:12; Yak. 2:26). Orang-orang yang tidak percaya “mati secara rohani” (Ef. 2:1-5; Kol. 2:13). Dalam tulisan Paulus, “roh” sangatlah penting bagi kehidupan rohani orang percaya (1 Kor. 2:14; 3:1; 15:45; Ef. 1:13; 5:19; Kol. 1:9; 3:16). Roh adalah unsur dalam diri manusia yang memungkinkan manusia memiliki hubungan dekat dengan Tuhan. Setiap kali kata “roh” dipakai, biasanya kata itu merujuk pada unsur non-materi (non pisik), termasuk jiwanya.

Kata “jiwa” menunjuk bukan saja pada unsur non-materi (non pisik) manusia, namun juga unsur materi (pisik). Jadi ada perbedaan makna antara manusia memiliki “roh”. Manusia juga adalah jiwa. Arti kata “jiwa” secara mendasar adalah “hidup”. Namun demikian, dalam Alkitab, kata jiwa bukan berarti “hidup” saja, melainkan juga memiliki banyak pengertia-pengertian lain. Salah satunya adalah keinginan manusia untuk berbuat dosa (Luk. 12:26). Pada galibnya manusia itu jahat dan jiwanya telah dikotori (bd. Maz. 14:1-3; Rom. 3 : 10 -12). 

Pada dasarnya hiidup dan kehidupan manusia terbatas. Ia berakhir pada saat kematian pisik (Kej. 35:18; Yer. 15:2). “Jiwa” dan “roh” bersifat tidak terbatas, tidak dapat mati. Jiwa dan roh adalah pusat dari banyak pengalaman rohani dan aktifitas emosional (Ayb 30:25; Maz. 43:5; Yer.13:17). Setiap kali kata “roh” dipergunakan, kata tsb dapat menunjuk pada pribadi orang itu secara keseluruhan, baik dalam hidup di atas bumi maupun dalam hidup setelah kematian.

Kadang-kadang para penulis Alkitab menggunakan istilah “jiwa” dan “roh” sama artinya, ketika menunjuk pada kehidupan rohani orang percaya. Perbedaannya : “jiwa” adalah pandangan manusia secara horizontal terhadap dunia. Sementara istilah “roh” dihubungkan dengan pandangan manusia secara vertikal dengan Tuhan. Adalah penting untuk memahami bahwa keduanya merujuk pada bagian non-materi (no-pisik) manusia, namun hanya “roh” yang menunjuk pada kehidupan manusia dalam hubungan dengan Tuhan. “Jiwa” menunjuk pada kehidupan manusia dalam dunia, baik secara materi (pisik) maupun non-materi (non pisik).

MEDAN – SUMATERA UTARA

Minggu Pra-Paskah V

Pdt. Arie A. R. Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar