Minggu, 24 April 2011

MATERI BINA : 8 – bag. 6/IV-2011/Arie/Kristologi - APAKAH ARTINYA YESUS : ANAK ALLAH


MATERI BINA : 8 – bag. 6/IV-2011/Arie/KRISTOLOGI


PENGENALAN  AKAN

YESUS KRISTUS


PENDAHULUAN

Secara umum bahasa : kata, stuktur dan fungsi kalimat, pengucapan, tanda baca, dll  adalah “lambang” yang dipakai untuk menyatakan pemikiran dan mengungkapkan perasaan manusia agar diketahui dan dimengerti orang lain. Ketika seseorang mengucapkan sebuah kalimat, si pendengar tidak hanya menangkap berita yang disampaikan tetapi sekaligus menganalisa kata demi kata yang terdapat dalam kalimat tersebut. Katakanlah sebuah contoh saja : “Yesus Kristus, Anak Allah”. Untuk menalarnya setiap pembaca harus bisa maksud dan tujuan, juga kata-kata yang terdapat di dalam kalimat tersebut. Kalimat itu bukan merupakan pernyataan / pengakuan iman saja, melainkan sebuah kalimat yang padat makna : 

1.       Siapakah Yesus ?

2.       Siapakah Kristus ?

3.       Mengapa kata Yesus dan Kristus digabungkan menjadi satu ?

4.       Apakah yang dimaksudkan dengan Anak ?

5.       Siapakah Allah

6.       Apakah gagasan yang terkandung dalam istilah Anak Allah ?

7.       Dan sebagainya.

Jadi, orang Kristen bukan mengucapkan sebuah pengakuan saja. Ia juga perlu membuat penjelasna-penjelasan tentang rumusan (apa) yang diakuinya. Jika tidak demikian, maka rumusan pengakuan itu tidak ada bedanya dengan dongeng yang ditemukan dalam budaya-agama-suku atau agama-agama lainnya. 


Pertanyaan ini muncul, karena ia ada di dalam kesaksian Alkitab dan Pengakuan Iman Ekumenis (Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel). Dalam pertanyaan itu terkandung beberapa gagasan penting, yakni :

A.      Apakah arti kata Yesus ?

Sejarah sosial. Sejak peristiwa exodus dari Mesir, menurut tradisi Agama Musa yang kemudian berkembang sampai ke dalam Yudaisme modern, Israel memahami dan mengakui, bahwa TUHAN (YHWH) adalah Juruselamat dan Pembebas umat-Nya. Pemahaman dan pengakuan iman ini muncul dalam Mukadimah Hukum Taurat : “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.” (Kel. 20 : 1; bd. Ul. 5 : 6). Peristiwa eksodus dari Mesir merupakan tradisi tertua dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan gagasan-gagasan teologi dalam Agama Israel, sejak masa Musa sampai ke dalam Yudaisme modern. Peristiwa itu menjadi lahan untuk menanam semua gagasan teologi agama tersebut. Simaklah ucapan Musa, ketika Israel menghadapi kesulitan untuk menyeberangi Laut Mati : “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya” (Kel. 14:13). 

Arti kata. Yesus berasal dari kosa kata Bahasa Ibrani. Banyak orang Israel menamai anak / anak-anak mereka : Yoshua, Yehoshua, Yahoshua. Kata itu berarti : Tuhan yang menyelamatkan (bd. Mat. 1 : 20 -> “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”). Nama Yesus (Yesua, Yoshua, Yehoshua, Yahoshua) menunjuk pada kata kerja : menyelamatkan dan subjek yang melakukan pekerjaan itu adalah YHWH (TUHAN). TUHAN Allah sendiri yang melakukan penyelamatan / pembebasan (49:25 -> “Sungguh, beginilah firman TUHAN: "Tawanan pahlawanpun dapat direbut kembali, dan jarahan orang gagah dapat lolos, sebab Aku sendiri akan melawan orang yang melawan engkau dan Aku sendiri akan menyelamatkan anak-anakmu.”; Yes. 35:4 -> “Ia sendiri datang menyelamatkan kamu !”; Yes. 45:17 -> “Israel diselamatkan oleh TUHAN dengan keselamatan yang selama-lamanya; kamu tidak akan mendapat malu dan tidak akan kena noda sampai selamanya dan seterusnya”). Oleh karena itu, YHWH (TUHAN) disebut Juruselamat (Yes. 49 :26 -> “Aku akan memaksa orang-orang yang menindas engkau memakan dagingnya sendiri, dan mereka akan mabuk minum darahnya sendiri, seperti orang mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub”). Pada akhirnya, nama Yesus yang menunjuk pada pekerjaan Allah ditransformasikan para penulis Perjanjian Baru menjadi nama Pribadi : “… dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan”(Yes. 45:15 -> “Allah Israel, Juruselamat”; Mat. 1:21; bd. Kis.5:31 -> “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa”). Dengan demikian Yesus bukan saja kosa kata Ibrani yang menunjuk pada KARYA TUHAN semata-mata melainkan juga NAMA ALLAH yang lahir dalam wujud dan rupa manusia. Dia adalah Yesus !

B.      Apakah Allaberanak dan diperanakkan ?

Apakah Allah beranak dan memperanakan ? Pertanyaan ini sangat sering dikemukakan oleh banyak orang Kristen maupun non-kristen. Pertanyaan ini juga dihubungkan dengan status Yesus dalam Trinitas (Allah Tritunggal Mahakudus). Bagaimanakah orang kristen menjawabnya ? Sejak tahun 325 Gereja mengadakan Sidang Sinode di Nicea. Pada saat itu Bapa-Bapa Gereja menerima dan menetapkan kanon Alkitab Perjanjian Lama (APL) dan Alkitab Perjanjian Baru (APB) untuk dijadwalkan dalam setiap Liturgi Ibadah Gereja. Salah satu gagasan teologi alkitabiah yang terkenal adalah monoteisme (Keesaan Allah). Keesaan Allah ini telah dipopulerkan sejak zaman APL. Nabi Yesaya menyampaikan firman Allah : “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku(Yes. 45 : 5; bd. ay. 6 -> “tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”; ay. 18 -> “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain”; ay. 21 -> “Bukankah Aku, TUHAN ? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku !”). Allah sendirilah yang menyatakan keesaan-Nya, bukan manusia ! Yesaya ditugaskan menyampaikan kebenaran-Nya : Allah itu Mahaesa !
 
C.      Apakah yang dimaksudkan Yesus adalah Anak Allah ?

Yesus bukan Anak Allah dalam pengertian sebagaimana yang kita ketahui tentang hubungan antara ayah dan anak secara bio-genetik. Allah tidak menikah dan kemudian melahirkan seorang anak. Peng-arti-an Yesus adalah Anak Allah sama dengan tulisan Rasul Yohanes  : “Firman telah menjadi manusia dan diam di antara kita”
dalam pengertian Dia adalah Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1:1, 14). Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dikandung oleh Roh Kudus. Lukas menuliskan : “Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35). Dalam zaman Alkitab, frasa ”anak manusia” digunakan untuk menggambarkan seorang manusia. Anak manusia adalah manusia.

Contoh lain dapat dilihat dalam Yohanes 17:12 di mana Yudas dilukiskan sebagai ”anak kebinasaan.” Yohanes 6:71 memberitahu kita bahwa Yudas adalah anak Simon. Apa yang dimaksudkan oleh Yohanes 17:12 waktu menggambarkan Yudas sebagai ”anak kebinasaan?” Kata ”kebinasaan” berarti ”kehancuran, kesia-siaan.” Yudas bukan secara harafiah anak dari ”kehancuran, kesia-siaan” – tetapi hal-hal itu adalah ciri-ciri dari kehidupan Yudas. Yudas adalah manifestasi dari kebinasaan. Demikian pula, Yesus adalah Anak Allah. Anak dari Allah adalah Allah. Yesus adalah Allah yang menyatakan diri (Yoh. 1:1, 14).


MEDAN - SUMATERA UTARA

MINGGU PASKAH KRISTUS

ARIE IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar