PEMBELAJARAN
DALAM PEMBERITAAN
KEBAKTIAN
KELUARGA, 13 PEBRUARI 2013
ETIKA BARU
MATIUS 5 : 38 - 42
by
PUTERA
SANG FAJAR
A.
PENDAHULUAN
A.1. Konteks
Sosial Yang Dihadapi Jemaat Kini.
Silahkan membaca
analisa dan pertanyaan dalam Sub Pokok Bahasan B terkait penjelasan TEKS MATIUS
5 : 38 – 42.
A.2. Konteks Jemaat Abad I
a. Sampai saat ini Gereja masih mempertahankan
penjelasannya tentang Penulis Injil Matius, bahwa ia adalah salah seorang di
antara murid Yesus, yang juga disebut rasul. Penulis juga adalah saksi mata
tentang pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
b. Penulis juga menjadi salah satu pemimpin
Jemaat Kristen yang sedang bertumbuh dan berkembang di wilayah Antiokia –
Siria, di mana warga jemaatnya terdiri dari orang Kristen-israeli dan non-israeli.
c. Keanggotaan jemaat yang terdiri dari berbagai
suku bangsa itu menimbulkan masalah cukup rumit. Warga Kristen-israeli
menginginkan, agar anggota asal non-israeli wajib memenuhi tuntutan Hukum
Taurat : harus
disunatkan. Sementara Kristen non-israeli berpendapat, bahwa karya
Allah yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus telah sempurna penuh. Sunat tidak
diwajibkan untuk dilaksanakan siapapun. Manusia hanya diselamatkan oleh iman
kepada Dia-Yang-Tersalib dan Dia-Yang-Bangkit. Menjadi seorang pengikut Yesus
berarti menjadi orang
merdeka. Perselisihan pendapat tentang fungsi Hukum Taurat dan Sunat telah
menimbulkan keresahan dalam persekutuan Jemaat di Antiokia-Siria.
d. Untuk mengatasi masalah ini Penulis Injil
Matius mengumpulkan tradisi Kristen terkait ucapan-ucapan Yesus, dengan
tujuan : pembinaan
dan
penggembalaan umat, supaya tidak terjadi keretakan hubungan yang
berakhir dalam perpecahan.
A.3. Matius 5 - 7
- Matius 5 – 7 dijadikan satu kesatuan dan diberi judul : Khotbah Yesus di Bukit (Lihat terjemahan LAI). Menurut saya, seharusnya, kita menggunakan kata kerja (verbum) yang terdapat dalam psl 5 : 2 => “Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka.” Hal itu menunjukan sikap konsistensi atas tradisi tentang ucapan-ucapan dalam pengajaran Yesus {khotbah bersifat indoktrinasi, sedangkan pengajaran bersifat pencerahan (enlightment) bathiniah dan akalbudi}
- Dalam pengajaran itu Penulis Injil Matius menegaskan sikap Yesus : "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga” (5:17-19). Yesus menegaskan kehadiranNya untuk menggenapi / memenuhi (Ing. to fulfull; Yun. πληρῶσαι bc. plērōsai -> http://biblos.com/matthew/5-17.htm) seluruh tuntutan Hukum Taurat dan Kitab Nabi-Nabi. Melalui catatan tersebut Penulis Injil Matius ingin mendamaikan perselisihan antara Kristen-israeli dan non-israeli. Ia bermaksud menjelaskan kepada kedua kelompok itu, bahwa “perintah-perintah hukum Taurat” tidak perlu didebatkan, tetapi agar mereka “melakukan dan mengajarkan” (Yun. ποιήσῃ καὶ διδάξῃ - bc. poiēsē kai didaxē - http://biblos.com/matthew/5-19.htm) sebagai petunjuk hidup keagamaan.
- Tidak mengherankan, jika kita membaca ucapan Yesus : “Aku berkata kepadamu : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (5:20). Penulis Injil Matius hendak menegaskan, bahwa Yesus menghendaki suatu hidup keagamaan yang berkualitas, bukan sekedar memenuhi tuntutan legalitas formal (Hukum Taurat). Kepada warga Kristen-Israeli, Yesus mengemukakan, jauh lebih baik melakukan hukum Taurat melalui perilaku sosial, agar warga Kristen non-israeli mengerti kehendak Allah, ketimbang mendebatkan isinya. Pengajaran akan nilai-nilai etis moral yang terkandung dalam Hukum Taurat, selayaknya, diperlihatkan melalui perbuatan konkrit ketimbang berpolemik. So pasti, Yesus ingin menghimbau para pengikutNya, bahwa mengajarkan Taurat lebih efektif, jikalau dilakukan, bukan didebatkan, suatu bentuk pengajaran konkrit yang divisualisasikan dalam perbuatan sehari-hari. Jadi, seseorang yang memiliki pengetahuan agama (pengenalan akan Allah melalui Huku Taurat) seharusnya mendasari perilaku sosial yang bermutu,
- Selanjutnya kita patut menganalisa kucapan Yesus: “Aku berkata kepadamu.” Kalimat tersebut (5:18, 20, 22, 26, 28, 32, 34, 39, 44, dll) banyak dipakai oleh penulis Injil Matius untuk menegaskan status Yesus sama dengan Allah-Yang-Berfirman kepada Musa di Gunung Sinai / Horeb. Jikalau pada masa Perjanjian Lama umat Israel menerima firmanNya melalui ‘mulut hamba-hambaNya’ (Yes. 15:19 => “Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku”); maka pada masa Perjanjian Baru, Allah berbicara langsung (bd. Ibr. 1:1-2a => “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya”) melalui kehadiran “Firman-yang-telah-menjadi-manusia, Yesus” (bd. Yoh. 1:14). Jadi kalimat : “Aku berkata kepadamu” menunjuk pada otoritas Kristus atas Jemaat.
- Di sisi lain sedang terjadi pergeseran status Hukum Taurat dalam tradisi Yuda-isme. Dahulu, pada masa Perjanjian Lama, status hukum Taurat dipandang sebagai jalan keselamatan (meskipun Allah tidak bermaksud demikian); tetapi setelah kedatangan Yesus Kristus, hukum itu telah dikembalikan pada fungsi semula : pengajaran Allah, petunjuk hidup sehari-hari. Ucapan Yesus adalah tuntutan etis moral yang wajib dilaksanakan persekutuan umat Kristen.
- Yesus mengembangkan pemahaman Israel mengenai fungsi hukum Taurat se -bagai standar petunjuk dan pengukur perilaku etis-moral, berdasarkan KASIH kepada Allah (Mat. 22:37; bd. Ul. 6:5) dan sesama (Mat. 22;39; bd. Im. 19:18).
B. TEKS PERIKOP BACAAN MATIUS 5
: 38 - 42
Kamu telah mendengar firman : Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Kondisi masyarakat saat ini :
Keadaan ekonomi
semakin sulit. Lapangan pekerjaanpun sempit. Akibatnya banyak penyakit sosial
bermunculan, karena warga masyarakat mengalami stress. Tiba-tiba muncul kasus
perambokan yang disertai pembunuhan. Peristiwa ini menimpa keluarga anda.
Suami dan anak anda dibunuh perampok. Kemudian perampok itu dapat ditangkap
masyarakat, lalu dihakimi sebelum kasusnya dilimpahkan ke pengadilan.
Masalah :
1. Apakah masyarakat dapat bertindak
bebas “main hakim sendiri” ?
2. Bagaimanakah reaksi anda, jika
pengadilan menjatuhkan hukuman ba-dan selama 5 tahun penjara, padahal hukuman
itu bertentangan dengan keinginan anda, agar perampok dihukum mati ?
3. Apakah yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam
ayat ini ?
|
|
Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu
melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
Kondisi masyarakat saat ini :
Sering kita
menemukan kasus di lingkungan kerja, seorang sekretaris atau bawahan dimarahi
/ ditegur kasar oleh atasannya, karena ia berbuat / berkata jujur.
Masalah :
1. Jika tiba-tiba pipi anda ditampar
seseorang tanpa menjelaskan kesalah-an, bagaimanakah sikap anda selaku
pengikut Kristus ?
2. Suatu waktu pimpinan anda didatangi
pemungut hutang (debt collec-tor), kemudian di lain kesempatan ia berkata : “Jika si Polan itu datang lagi, katakan
saya sedang keluar” padahal ia sedang duduk dalam ruang kerjanya.
Bagaimanakah sikap anda sebagai orang
Kristen : berkata jujur ataukah mengikuti suruhan atasan ? Jika anda jujur,
konsekwensinya dikatai atasan, padahal bukan kesalahan anda. Jika berbicara bohong,
anda melanggar perintah Allah. Bagaimanakah sikap anda ?
3. Bisakah anda menerima tamparan di
pipi, ketika sedang berada di depan umum, padahal anda tidak mengetahui kesalahan
anda ?
4. Apakah maksud Tuhan Yesus dalam ayat ini ?
|
|
Dan kepada orang yang hendak
mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
Kondisi masyarakat saat ini :
Tidak semua
orang Kristen memiliki kekayaan berlimpah. Ada juga yang tak berpunya. Jika
anda berpendapat, bahwa ucapan Yesus harus dilakukan siapapun tanpa pandang
kondisi ekonomi, maka bagaimanakah pandangan anda tentang hal ini :
Masalah :
1. Bagaimanakah ucapan Yesus dapat
dilakukan keluarga yang sungguh-sungguh tidak memiliki selembar bajupun untuk
dipakai atau baju miliknya telah sobek dan kumal ?
2. Bagaimanakah pandangan anda terhadap
ucapan ini : “Berikan saja pancing, dan jangan ikannya !” Padahal pada saat
yang sama ada seorang miskin yang benar-benar membutuhkan makanan ?
3. Apakah maksud Tuhan Yesus dalam ayat ini ?
|
|
Dan siapapun yang memaksa engkau
berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Kondisi masyarakat saat ini :
Manusia bersifat,
terutama kemampuan tubuh jasmaniah. Suatu saat datanglah seseorang meminta
bantuan mengantar ke rumah saudaranya yang berjarak 10 km dari rumah anda.
Sementara anda sedang sakit flu berat.
Masalah :
1. Apakah pendapat anda sebagai seorang
pengikut Yesus ? haruskah anda menempuh jarak 10 km dengan tubuh sakit ?
2. Jika anda katakan “Ya,
saya harus berbuat demikian !” Bagaimanakah jika akhirnya anda jatuh sakit di tengah
perjalanan ? Lantas bagaimanakah akibatnya bagi keluarga anda ?
3. Apakah maksud Tuhan Yesus di dalam ayat
ini ?
|
|
Berilah kepada orang yang meminta
kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Kondisi masyarakat saat ini.
Istilah “meminjam” berarti “memberikan sesuatu atas permintaaan seseorang dengan persyaratan
harus dikembalikan.” Kenyataannya
pemerintah mengadakan Jawatan Penggadaian, agar orang meminjam uang dengan memberikan
barang jaminan. Jika jatuh tempo si peminjam tak dapat mengembalikan
pinjamannya, maka barang jaminannya tak bisa diambil lagi.
Masalah :
1. Bagaimanakah pandangan Kristen yang
didasarkan atas ucapan Yesus ?
2. Bagaimanakah pandangan kristen, jika
seseorang tak sanggup memberi-kan pinjaman, karena secara ekonomis ia sendiri
berkekurangan ?
3. Bagaimanakah pandangan kristen,
seorang pengusaha memohon kredit bank, lalu kemudian ia tak mampu
mengembalikan pinjaman : apakah pihak bank harus memberlakukan suruhan Yesus
?
4. Jika seorang pengusaha meminjamkan
terus menerus, kemudian tiba-tiba perusahannya bangkrut, sementara si
peminjam makin makmur : apakah si pengusaha boleh menagih hutang untuk dapat
mengatasi kesulitannya ?
5. Apakah maksud Tuhan Yesus di dalam ayat
ini ?
|
Jawablah
pertanyaan – pertanyaan yang diajukan di atas. Semua jawaban itu dirangkumkan
dalam sebuah renungan untuk diberitakan kepada warga jemaat dalam Kebaktian
Keluarga – Hari Rabu, 13 Pebruari 2013 mendatang
MEDAN
– Hari Rabu, 03 Pebruari 2013
SELAMAT
MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
Penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar