Senin, 04 Februari 2013

MEMPERSIAPKAN PEMBERITAAN MINGGU, 10 Pebruari 2013 - MATIUS 5 : 13 - 15



BELAJAR MENGENAL ALKITAB

PEMBERITAAN FIRMAN DALAM
KEBAKTIAN KELUARGA – MINGGU, 10 PEBRUARI 2013

HIDUP BERSAMA DALAM MASYARAKAT
MATIUS 5 : 13 - 15

by
ARIE A. R. IHALAUW

A.  PENDAHULUAN

Hidup bersama dalam masyarakat tak dapat dihindari siapapun, apalagi dalam keadaan sekarang ini. Tidak ada sebuah masyarakatpun yang bersifat homogen (tunggal) seperti dulu, di mana hanya ada satu suku, satu agama, satu pekerjaan, satu partai politik. Hampir dapat dipastikan, bahwa dalam sebuah masyarakat maju, kita akan menemukan banyak unsur di dalamnya. So pasti, kita akan menemukan orang Kristen dalam lingkungan masyarakat nont-kristen, sebaliknyapun demikian.

Menurut pemahaman iman Kristen, Tuhan Yesus memanggil dan mengutus Gereja / Jemaat ke tengah dunia, di mana orang-orang tinggal bersama dan berasal dari beragam latar belakang pendidikan, pandangan politik, kepercayaan dan agama, sosial budaya, dan lain-lain. Bila keragaman itu ditata baik benar, maka tiap anggota masyarakat akan menikmati keindahan hidup bersama. Sebaliknya, jika masing-masing mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, maka akan timbul masalah. Ke dalam dunia itulah orang-orang Kristen secara individual maupun sebagai persekutuan (Gereja / Jemaat) menjalankan pekerjaan Yesus Kristus; dan, oleh karena itu, tiap orang kristen dan persekutuan jemaat, selayaknya, mengkaji dan mengembangkan pelayanan menurut konteks sosial di mana ia melakukan kegiatannya.

B.  TEKS INJIL MATIUS

Saya menggunakan teks Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan LAI sebagaimana tertulis di bawah ini :

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

1.    Masalah di sekitar Kitab, Penulisan dan Penulisnya

a.  Walaupun masih harus dibuktikan identitas penulisnya karena dipersoalkan kalangan akademis; akan tetapi kita berangkat dari pernyataan Gereja, bahwa penulis Injil Matius ini adalah seorang murid Yesus, orang Nazaret.

b.  Kitab Injil Matius, bukanlah Injil. Kitab ini adalah sebuah karya tulis biograpi mengisahkan kehidupan dan karya Yesus, orang Nazaret. Kitab itu memuat tradisi kristen terkait ucapan-ucapan dan karyaNya.

c.    Inti pemberitaan Injil  adalah Yesus Kristus. Kita harus  membedakan  kedua hal ini : Injil dan Kitab Injil.

d.    Perikop yang ditelaah saat ini (Mat. 5 : 13 – 15) merupakan tradisi budaya Israel, yang disebut perumpamaan. Ia digunakan dalam masyarakat untuk menasihati dan mengajarkan nilai-nilai etis-moral kepada umat maupun pendidikan budi pekerti kepada anak-anak.

2.    Kewibawaan Yesus

Penulis Injil Matius sering menggunakan kalimat : “Aku berkata kepadamu : ...” (sim. Psl 5 : 18, 20, 22, 26, 28, 32, 34, 39, dll) untuk menonjolkan kuasa Yesus dibndingkan Musa yang dihormati umat Israel. Penalarannya demikian : jika umat Israel PL menghormati Musa dan nabi-nabi sebagai perwakilan (representasi) yang berbicara atas nama Allah serta memberikan hukum dan pengajaran; demikian pula penulis menegaskan bahwa melalui kehadiran Yesus, orang Nazaret, Pada masa Perjanjian Baru Allah tidak lagi berbicara melalui perantara, Dia sendiri datang menyapa umat. Yesus adalah Allah sendiri yang datang dan tinggal bersama umatNya (bd. nama Yesus => psl. 1:21; dan Imanuel => psl. 1 : 23). Oleh karena Yesus-lah Allah, maka Dia memiliki otoritas yang patut diakui dan ucapan-ucapanNya menjadi tuntutan etis-moral bagi para pengikutNya. Begitulah pemaham-an dan pengakuan iman Gereja / Jemaat.

3.    Tempat Pasal 5 : 13 – 15 dalam Kitab Injil Matius

Karena pengetahuannya yang cukup luas dan baik tentang tradisi-tradisi dalam Agama Israel Kuno, maka penulis Matius menyusun kerangka Injilnya menurut pola Kitab Suci Perjanjian Lama (disebut TA-NA-CH => Taurat, NAvi’im, CHatubim). Ia memakai kerangka ke – 5 Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), disebut juga Pentateukh atau kitab-kitab Taurat Musa, misalnya :

a.  Pasal 1 : 1 – 18 merupakan narasi kelahiran Yesus menurut gaya penulis Injil Matius [dibandingkan penciptaan Israel selaku bangsa).

b.   Pasal 2 : 16 – 19 menceritakan Yusuf dan Maria kembali ke Israel bersama Yesus kecil (2: 6–18 dibandingkan cerita kematian anak-anak sulung di Mesir; sedangkan 2 : 19 – 23 merupakan refleksi pembebasan Israel)

c. Pasal 5 – 7 berisikan pengajaran Yesus {bandingkan pengajaran Musa sepanjang pengembaraan di padang gurun (Sinai atau Sin sebutan masyarakat Yehuda-Yerusalem bagi Gunung Tuhan, sedangkan Horeb atau Hor adalah sebutan masyarakat Israel Utara)}.

Marilah kita mengupas ayat demi ayat !

4.    PENDALAMAN AYAT

a)   GARAM.

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

Penggunaan kata Yunani :

1.     ἅλας – bc. halas, artinya : garam
2.     γῆς – bc. ges artinya : dunia (secara hurufiah : bumi)
3.     μωρανθῇ bc. moranthe, artinya menjadi tawar
4.     βληθὲν – bc. blethen, artinya : dibuang, dlemparkan
5.    καταπατεῖσθαι – bc. katapateistha, artinya : diinjak-injak

Garam dapat ditemukan di darat maupun di pantai laut (seperti di Laut Mati). Garam dibutuhkan manusia. Berfungsi sebaga  pengawet dan pengobatan tradisional.  

Yesus memakai garam sebagai perumpaman (Ibr. mitzal; Arb. amsal) untuk mengandaikan pelaksanaan tugas umat Israel ---  beragama Yudais --- menurut fungsi dan peran.  Untuk itulah Ia mengingatkan mereka mengenai kehendak Allah yang tertulis dalam Hukum Musa (hukum Taurat) dan nubuat para nabi (Mat. 5:17-48); sebab mereka kurang  mengamalkan perintah-perintah Allah. Dan, meskipun mereka melakukannya untuk memenuhi tuntutan legalitas saja. Oleh karena itu, Yesus bertanya : “Jika garam itu menjadi tawar (kehilangan fungsi hidup) dengan apakah ia diasinkan ? atau, saya merumuskan pertanyaan baru : ”Jikalau fungsi hidupmu telah hilang, maka bagaimanakah engkau membuatnya seperti semula ?” 

Kepada orang banyak yang mengikutiNya, Yesus mengajarkan pandanganNya tentang tugas : fungsi fungsional serta peran sosial manusia sepanjang perja-anannya di atas bumi (Yun. γῆς – bc. ges) ciptaan Allah. AMemang benar, so pasti ada tantangan (challenges), hambatan (barriers) dan ancaman (threats) baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Keadaan yang tak menyenangkan akan menggerogoti motivasi, hingga melemahkan fungsi hidup dan tugasnya. Dalam kondisi seperti itu, marilah kita merumuskan pertanyaan Yesus ke dalam bentuk baru :  “Bagaimanakah caranya anda mengembalikan motivasi pelayanan, se-dangkan hati telah tawar dan pikiran menjadi kacau ?” Hanya ada satu jalan menurut penulis Injil yang mengutip tradisi umat di sekitar ucapan Yesus : “Aku berkata kepadamu (Mat. 5:18) : Barangsiapa yang mendengarkan perkataanKu, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang membangun rumahnya di atas baru...” dst (7:24-27). So pasti,  ada berbagai tantangan (alam – Mat. 7:25, 27 serta tantangan dari lingkungan sosial – Mat. 5:11, 12a)  yang akan dihadapi; namun bila kita rajin dan tekun membaca firman serta melakukan hal yang sama sebagaimana yang tekah diperlihatkanNya. Dia memberikan jaminan penuh;  kataNya : “Upahmu besar di sorga !” (5:12b). Itulah yang bisa menguatkan motivasi.

b)   PELITA

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Penggunaan kosa kata Yunani :

1.       φῶς – bc. psos, artinya terang, cahaya, sinar.
2.       Κόσμου – bc. kosmou, artinya : dunia.

Pelita adalah alat / benda penerang, jikalau hari telah gelam, malam. Tugas : fungsi dan peran hidupnya jelas : bersinar mengusir kegelapan, supaya orang dapat melihat arah yang tepat untuk berjalan menyongsong masa depan yang dijadikan Allah.

Dua tradisi narasi yang saling berkaitan :

a.   Yesus bersaksi tentang jati diriNya : “Akulah Terang dunia !” (Ἐγώ εἰμι τὸ φῶς τοῦ κόσμου – bc. “ego eimi to psos tou kosmon – Yoh. 8:12; 9:5).

b.     Yesus menyatakan pendapatnya tentang tugas : fungsi dan peran manusia : ὑμεῖς ἐστὲ τὸ φῶς τοῦ κόσμου” – bc. “humeis este to psos tou kosmon” (Mat. 5:14) --- simaklah frasa berwarna biru pada kedua tradisi tersebut di atas.

1.    Penulis Injil Yohanes.

Terasa ada unsur kesengajaan penulis yang menggunakan narasiitu. Rasul Yohanes (Injil Yohanes) menuliskan, bahwa Yesus meletakkan prinsip dasar : “Aku adalah...” Pernyataan itu merupakan refleksi Yohanes tentang “Allah selaku Terang” (bd. Maz. 36:10) dan “Firman yang menciptakan terang” (bd. Kej. 1:3). Di dalam ucapan “Aku adalah Terang,” Yesus bermaksud menyatakan DiriNya sebagai “sumber” yang mengalirkan “kekuatan hidup”, agar manusia menikmati kelimpahan hidup (Yoh. 10:10b) serta mampu berbuah ketika melaksanakan tugas hidup dalam fungsi dan perannya. Caranya : selalu memelihara hubungan baik dengan Dia (frasa yang suka dipakai Yohanes : tinggal di dalam Aku – Yoh. 15:4-5, dll).

Itulah sebabnya Yesus berkata : “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang telah mengutus Aku selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Aku adalah terang dunia” (Yoh. 9:4-5). Inilah kalimat pengutusan yang dituliskan Yohanes menurut gayanya sendiri. Indahnya, Yohanes meemakai kata ganti orang ketiga jamak : Kita. Rasul menekankan tugas (misi) bersama yang harus dijalankan oleh pengikut Kristus bersama Tuhannya, yakni : mengerjakan pekerjaan Dia (Allah Bapa) yang telah mengutus Aku (Yesus).

2.    Penulis Injil Matius

Penulis Injil Matius menyoroti masalah praktis pelaksanaan tugas fungsional dan peran orang-orang yang mengasihi Allah : “Kamu adalah terang dunia.” Dalam hal inilah Yesus bermaksud mengingatkan umat Israel pada masa kerjanya, khususnya mereka yang mengikut Dia, agar  melaksanakan tugas fungsional serta berperan serta di masyarakat sebagai terang dan garam.

Jika kita sungguh-sungguh mengikuti Ibadah Minggu, 03 Pebruari 2013, meka kita akan menemukan benang merah antara Yohanes 1:1–9 dan Matius 5:13–15, yakni : sumber terang dan alat penerang. Allah telah menerangi (dalam arti : menebus) manusia dari cengkeraman kuasa kegelapan. Sekarang, manusia yang telah ditebus itu ditugaskan untuk melakukan perbuatan yang sama di dalam dunia ciptaan Allah.

5.    HIDUP BERSAMA DALAM MASYARAKAT

Masyarakat bersifat plural dan dinamis, berarti : terbangun dari beberapa komponen yang memiliki berbagai latarbelakang, serta selalu mengalami perubahan. Orang Kristen maupun persekutuan umat Allah merupakan salah satu komponennya. Predikat “kristen” menunjuk pada jati diri dan karakter Kristus. “Ia tinggal di dalam dunia” tetapi “tidak berasal dari dunia.” Ia ada di dalam dunia, tetapi bukan bekerja untuk kemuliaan Kristus semata, melainkan juga menyelamatkan / membebaskan seluruh makhluk dari penindasan kuasa kegelapan  

Garam dan terang hanyalah “tanda” dari kehadiran Kristus-yang-tidak-kelihatan dalam dunia. Garam dan terang menunjuk pada tugas fungsional yang dipamerkan melalui peran sosial. Di sinilah orang kristen dan persekutuan umatNya berfungsi menjadi transformator sekaligus mediator. Selaku transformator ia mengaktualisasikan nilai-nilai Kerajaan Allah (kasih dan damai sejahtera, kebenaran dan keadilan, dll) untuk memperkaya konsep ke-sama-an dan keber-sesama-an menurut contoh yang dibuat Yesus. Selaku mediator ia “menjadi Kristus” di antara manusia dan Allah; sekaligua berjuang mengubah kehidupan ke arah lebih baik sesuai kehendak Allah yang dilakukan Yesus Kristus, sambil memelihara iman – kesetiaan – kasih – pengharapannya.

SELAMAN MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN

MEDAN – SUMATERA UTARA,
05 PEBRUARI 2013

PENULIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar