BELAJAR MENGENAL ALKITAB
PEMBERITAAN FIRMAN DALAM
KEBAKTIAN KELUARGA – MINGGU, 10 PEBRUARI 2013
HIDUP BERSAMA DALAM MASYARAKAT
MATIUS 5 : 13 - 15
by
ARIE
A. R. IHALAUW
A.
PENDAHULUAN
Hidup bersama dalam
masyarakat tak dapat dihindari siapapun, apalagi dalam keadaan sekarang ini.
Tidak ada sebuah masyarakatpun yang bersifat homogen (tunggal) seperti dulu, di
mana hanya ada satu suku, satu agama, satu pekerjaan, satu partai politik.
Hampir dapat dipastikan, bahwa dalam sebuah masyarakat maju, kita akan
menemukan banyak unsur di dalamnya. So pasti, kita akan menemukan orang Kristen
dalam lingkungan masyarakat nont-kristen, sebaliknyapun demikian.
Menurut pemahaman iman
Kristen, Tuhan Yesus memanggil dan mengutus Gereja / Jemaat ke tengah dunia, di
mana orang-orang tinggal bersama dan berasal dari beragam latar belakang
pendidikan, pandangan politik, kepercayaan dan agama, sosial budaya, dan lain-lain.
Bila keragaman itu ditata baik benar, maka tiap anggota masyarakat akan
menikmati keindahan hidup bersama. Sebaliknya, jika masing-masing mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompok, maka akan timbul masalah. Ke dalam dunia
itulah orang-orang Kristen secara individual maupun sebagai persekutuan (Gereja
/ Jemaat) menjalankan pekerjaan Yesus Kristus; dan, oleh karena itu, tiap orang
kristen dan persekutuan jemaat, selayaknya, mengkaji dan mengembangkan
pelayanan menurut konteks sosial di mana ia melakukan kegiatannya.
B.
TEKS
INJIL MATIUS
Saya menggunakan teks
Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan LAI sebagaimana tertulis di bawah ini :
"Kamu adalah garam dunia. Jika
garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya
selain dibuang dan diinjak orang.
|
|
Kamu adalah terang dunia. Kota yang
terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
|
|
Lagipula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu.
|
1.
Masalah
di sekitar Kitab, Penulisan dan Penulisnya
a. Walaupun masih harus dibuktikan
identitas penulisnya karena dipersoalkan kalangan akademis; akan tetapi kita berangkat dari pernyataan
Gereja, bahwa penulis
Injil Matius ini adalah seorang murid Yesus, orang Nazaret.
b. Kitab Injil Matius, bukanlah
Injil. Kitab ini
adalah sebuah karya
tulis biograpi mengisahkan kehidupan dan karya Yesus, orang Nazaret.
Kitab itu memuat tradisi kristen terkait ucapan-ucapan dan karyaNya.
c. Inti
pemberitaan Injil adalah Yesus Kristus. Kita harus membedakan kedua hal ini : Injil
dan Kitab Injil.
d. Perikop
yang ditelaah saat ini (Mat. 5 : 13 – 15) merupakan tradisi budaya Israel, yang
disebut perumpamaan. Ia digunakan dalam masyarakat untuk menasihati dan
mengajarkan nilai-nilai etis-moral kepada umat maupun pendidikan budi pekerti
kepada anak-anak.
2.
Kewibawaan
Yesus
Penulis Injil
Matius sering menggunakan kalimat : “Aku berkata kepadamu : ...” (sim. Psl 5 : 18, 20,
22, 26, 28, 32, 34, 39, dll) untuk menonjolkan kuasa Yesus dibndingkan Musa
yang dihormati umat Israel. Penalarannya demikian : jika umat Israel PL menghormati
Musa dan
nabi-nabi sebagai perwakilan (representasi) yang berbicara atas nama
Allah serta memberikan hukum dan pengajaran; demikian pula penulis menegaskan
bahwa melalui
kehadiran Yesus, orang Nazaret, Pada masa Perjanjian Baru Allah tidak lagi berbicara melalui
perantara, Dia sendiri datang menyapa umat. Yesus adalah Allah sendiri
yang datang dan tinggal bersama umatNya (bd. nama Yesus
=> psl. 1:21; dan Imanuel => psl. 1 : 23). Oleh karena Yesus-lah
Allah, maka Dia memiliki otoritas yang patut diakui dan ucapan-ucapanNya menjadi
tuntutan etis-moral bagi para pengikutNya. Begitulah pemaham-an dan pengakuan iman Gereja / Jemaat.
3.
Tempat
Pasal 5 : 13 – 15 dalam Kitab Injil Matius
Karena
pengetahuannya yang cukup luas dan baik tentang tradisi-tradisi dalam Agama
Israel Kuno, maka penulis Matius menyusun kerangka Injilnya menurut pola Kitab Suci Perjanjian
Lama (disebut TA-NA-CH => Taurat, NAvi’im, CHatubim).
Ia memakai kerangka ke – 5 Musa (Kejadian, Keluaran,
Imamat,
Bilangan
dan Ulangan),
disebut juga Pentateukh
atau kitab-kitab
Taurat Musa, misalnya :
a. Pasal 1 : 1 – 18 merupakan narasi kelahiran
Yesus menurut gaya penulis Injil Matius [dibandingkan penciptaan
Israel selaku bangsa).
b. Pasal 2 : 16 – 19 menceritakan Yusuf dan Maria
kembali ke Israel bersama Yesus kecil (2: 6–18 dibandingkan cerita
kematian anak-anak sulung di Mesir; sedangkan 2 : 19 – 23 merupakan refleksi
pembebasan Israel)
c. Pasal 5 – 7 berisikan pengajaran Yesus
{bandingkan pengajaran Musa sepanjang pengembaraan di padang gurun (Sinai
atau Sin
sebutan masyarakat Yehuda-Yerusalem bagi Gunung Tuhan, sedangkan Horeb
atau Hor
adalah sebutan masyarakat Israel Utara)}.
Marilah kita
mengupas ayat demi ayat !
4.
PENDALAMAN
AYAT
a)
GARAM.
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan
apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
Penggunaan
kata Yunani :
1.
ἅλας –
bc. halas, artinya : garam
2.
γῆς – bc. ges
artinya : dunia
(secara hurufiah : bumi)
3.
μωρανθῇ bc. moranthe, artinya menjadi tawar
4.
βληθὲν – bc. blethen,
artinya : dibuang,
dlemparkan
5.
καταπατεῖσθαι – bc. katapateistha,
artinya : diinjak-injak
|
Garam dapat
ditemukan di darat maupun di pantai laut (seperti di Laut Mati). Garam dibutuhkan
manusia. Berfungsi sebaga pengawet dan pengobatan tradisional.
Yesus memakai
garam sebagai perumpaman
(Ibr. mitzal;
Arb. amsal)
untuk mengandaikan pelaksanaan tugas umat Israel --- beragama Yudais --- menurut fungsi dan peran. Untuk itulah Ia mengingatkan mereka mengenai kehendak Allah yang tertulis dalam Hukum Musa (hukum Taurat) dan nubuat para nabi (Mat. 5:17-48); sebab mereka kurang mengamalkan perintah-perintah Allah. Dan, meskipun mereka melakukannya untuk memenuhi tuntutan legalitas saja. Oleh karena itu, Yesus bertanya : “Jika garam itu
menjadi tawar (kehilangan fungsi hidup) dengan apakah ia diasinkan ?
atau, saya merumuskan pertanyaan baru : ”Jikalau fungsi hidupmu telah hilang, maka bagaimanakah
engkau membuatnya seperti semula ?”
Kepada orang banyak yang mengikutiNya, Yesus mengajarkan
pandanganNya tentang tugas : fungsi fungsional serta peran sosial manusia sepanjang perja-anannya di atas bumi
(Yun. γῆς – bc. ges) ciptaan Allah. AMemang benar, so pasti ada tantangan
(challenges), hambatan (barriers) dan ancaman (threats) baik dari
dalam maupun dari luar dirinya. Keadaan yang tak menyenangkan akan menggerogoti
motivasi, hingga melemahkan fungsi hidup dan tugasnya. Dalam kondisi seperti itu,
marilah kita merumuskan pertanyaan Yesus ke dalam bentuk baru : “Bagaimanakah caranya anda mengembalikan motivasi
pelayanan, se-dangkan hati telah tawar dan pikiran menjadi kacau ?”
Hanya ada satu jalan menurut penulis Injil yang mengutip tradisi umat di
sekitar ucapan Yesus : “Aku berkata kepadamu (Mat. 5:18) : Barangsiapa
yang mendengarkan perkataanKu, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang
membangun rumahnya di atas baru...” dst (7:24-27). So
pasti, ada berbagai tantangan (alam – Mat. 7:25, 27 serta tantangan dari lingkungan
sosial – Mat. 5:11, 12a) yang akan dihadapi; namun bila kita rajin dan tekun
membaca firman serta melakukan hal yang sama sebagaimana yang tekah diperlihatkanNya. Dia memberikan jaminan penuh; kataNya : “Upahmu besar di
sorga !” (5:12b). Itulah yang bisa menguatkan motivasi.
b)
PELITA
Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
|
|
Lagipula
orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan
di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Penggunaan kosa kata Yunani :
1. φῶς – bc. psos, artinya terang, cahaya, sinar.
2. Κόσμου –
bc. kosmou, artinya : dunia.
|
Pelita adalah alat / benda penerang, jikalau
hari telah gelam, malam. Tugas : fungsi dan peran hidupnya jelas : bersinar
mengusir kegelapan, supaya orang dapat melihat arah yang tepat untuk
berjalan menyongsong masa depan yang dijadikan Allah.
Dua tradisi
narasi yang saling berkaitan :
a. Yesus bersaksi tentang jati diriNya : “Akulah Terang dunia
!” (Ἐγώ εἰμι τὸ φῶς τοῦ κόσμου – bc. “ego eimi to
psos tou kosmon” – Yoh. 8:12;
9:5).
b. Yesus menyatakan pendapatnya tentang tugas
: fungsi dan peran manusia : “ὑμεῖς
ἐστὲ τὸ φῶς τοῦ κόσμου” – bc.
“humeis este to psos tou kosmon” (Mat.
5:14) --- simaklah frasa berwarna biru pada kedua tradisi tersebut di atas.
1. Penulis Injil Yohanes.
Terasa ada unsur kesengajaan penulis yang menggunakan narasiitu.
Rasul Yohanes (Injil Yohanes) menuliskan, bahwa Yesus meletakkan prinsip dasar
: “Aku adalah...”
Pernyataan itu merupakan refleksi Yohanes tentang “Allah selaku Terang” (bd. Maz.
36:10) dan “Firman yang
menciptakan terang” (bd. Kej. 1:3). Di dalam ucapan “Aku adalah
Terang,” Yesus bermaksud menyatakan DiriNya sebagai “sumber” yang mengalirkan “kekuatan hidup”, agar manusia
menikmati kelimpahan
hidup (Yoh. 10:10b) serta mampu berbuah ketika melaksanakan
tugas hidup dalam fungsi dan perannya. Caranya : selalu memelihara hubungan baik dengan Dia (frasa
yang suka dipakai Yohanes : tinggal
di dalam Aku – Yoh. 15:4-5, dll).
Itulah sebabnya Yesus berkata : “Kita harus
mengerjakan pekerjaan Dia yang telah mengutus Aku selama masih siang; akan
datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di
dalam dunia, Aku adalah terang dunia” (Yoh. 9:4-5).
Inilah kalimat pengutusan yang dituliskan Yohanes menurut gayanya sendiri.
Indahnya, Yohanes meemakai kata ganti orang ketiga jamak : Kita. Rasul
menekankan tugas (misi) bersama yang
harus dijalankan oleh pengikut Kristus bersama Tuhannya, yakni : mengerjakan pekerjaan Dia (Allah Bapa) yang telah
mengutus Aku (Yesus).
2. Penulis
Injil Matius
Penulis Injil Matius menyoroti masalah praktis
pelaksanaan tugas fungsional dan peran orang-orang yang mengasihi Allah : “Kamu adalah terang dunia.” Dalam hal
inilah Yesus bermaksud mengingatkan umat Israel pada masa kerjanya, khususnya mereka yang mengikut Dia, agar melaksanakan tugas fungsional serta berperan
serta di masyarakat sebagai terang dan garam.
Jika kita
sungguh-sungguh mengikuti Ibadah Minggu, 03 Pebruari 2013, meka kita akan
menemukan benang merah antara Yohanes 1:1–9 dan Matius 5:13–15, yakni :
sumber terang
dan alat penerang. Allah telah menerangi (dalam arti : menebus)
manusia dari cengkeraman kuasa kegelapan. Sekarang, manusia yang telah ditebus
itu ditugaskan untuk melakukan perbuatan yang sama di dalam dunia ciptaan
Allah.
5.
HIDUP BERSAMA
DALAM MASYARAKAT
Masyarakat
bersifat plural
dan dinamis, berarti : terbangun dari beberapa komponen yang memiliki
berbagai latarbelakang, serta selalu mengalami perubahan. Orang Kristen maupun
persekutuan umat Allah merupakan salah satu komponennya. Predikat “kristen”
menunjuk pada jati diri dan karakter Kristus. “Ia tinggal di dalam dunia”
tetapi “tidak
berasal dari dunia.” Ia ada di dalam dunia, tetapi bukan bekerja untuk kemuliaan
Kristus semata, melainkan juga menyelamatkan / membebaskan seluruh makhluk dari
penindasan kuasa kegelapan
Garam dan terang hanyalah
“tanda”
dari kehadiran Kristus-yang-tidak-kelihatan
dalam dunia. Garam
dan terang
menunjuk pada tugas fungsional yang dipamerkan melalui peran sosial.
Di sinilah orang kristen dan persekutuan umatNya berfungsi menjadi transformator
sekaligus
mediator. Selaku transformator ia mengaktualisasikan
nilai-nilai Kerajaan Allah (kasih dan damai sejahtera, kebenaran dan keadilan, dll) untuk memperkaya konsep ke-sama-an
dan keber-sesama-an
menurut contoh yang dibuat Yesus. Selaku mediator ia “menjadi Kristus” di antara
manusia dan Allah; sekaligua berjuang mengubah kehidupan ke arah lebih baik
sesuai kehendak Allah yang dilakukan Yesus Kristus, sambil memelihara iman –
kesetiaan – kasih – pengharapannya.
SELAMAN
MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
MEDAN –
SUMATERA UTARA,
05 PEBRUARI
2013
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar