IBRANI 1 : 1
TULISAN INI DIKERJAKAN UNTUK
MENJAWAB
PERTANYAAN BAPAK LAODE KIM DALAM
AKUN FB GPIB
oleh
Arie A. R. Ihalauw
A.
PENDAHULUAN
Melalui Pembelajaran
yang dimasukkan dalam Akun FB, saya diminta menjawab pertanyaan terkait “iman” yang dituliskan dalam Ibrani 1 : 1.
Saya senang membaca pertanyaan tersebut. Mungkin bagi yang lain pertanyaan itu “sederhana dan konyol;” akan tetapi saya menanggapinya
sebagai sebuah “pertanyaan berkualitas.”
Artinya, si penanya mendalami benar pesoalan dalam Ibrani 1 : 1; dan, dan oleh
karena itu, yang bersangkutan ingin berdiskusi untuk berbagi pengalaman iman bersama.
Salut ! Terima kasih Pak Laode Kim.
B.
NASKAH IBRANI 11
: 1
Saya menafsir teks
Ibrani 11 : 1 dengan memakai Alkitab berbahasa Indonesia (terjemahan LAI),
bunyinya :
Iman adalah dasar dari
segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Jika saya menyimpulkan
ayat itu, maka akan disalin begini : “Iman adalah
dasar pengharapan, dan bukti dari keyakinan percaya.” Apakah
alasan hingga kesimpulannya demikian ?
1. Apakah yang diharapkan seseorang,
ketika ia menjadi percaya kepada Allah ?
JANJI
ALLAH.
Manusia (kita,
saudara dan saya) yang hidup di atas bumi selalu merindukan
kesuksesan dan kebahagiaan. Hidup menikmati keadaan penuh kelimpahan. Inilah
yang disebut “cita-cita” (visi tenang suatu keadaan yang akan dimasuki di masa
depan). Untuk itulah kita menyusun rencana (planning)
bekerja, menikah dan memperoleh keturunan (Kej. 1:28). Namun kita sering
mengalami berbagai tantangan (challenges), hambatan
(barriers) dan ancaman
(threats) yang bisa saja menggagalkan usaha
maupun menyebabkan kematian. Hal-hal itu menimbulkan ketegangan jiwa, rasa
kecewa, putus asa, takut, dan sebagainya. Malahan ada pula di antara kita
terpaksa menerima kenyataan tanpa bisa berbuat apapun (bayangkanlah
seorang pekerja keras yang tiba-tiba menderita kelumpuhan tubuh total).
Pada saat seperti itu akan menggagalkan cita-cita.
Persoalannya : apakah kegagalah mencapai cita-cita
akan dapat menghancurkan harapan
(asa) ? Sangat mungkin ! Penderitaan bathin
jauh lebih mematikan ketimbang penyakit yang menyerang tubuh. Kita bisa
mengalami kematian, sebelum masuk ke liang lahat.
CITA – CITA DAN HARAPAN
Sepintas lalu kita menyamakan arti kedua
kata tersebut. Namun dalam pemahaman iman Kristen, jelas-jelas kedua kata
tersebut berbeda maknanya.
a. Cita-cita (dapat disamakan dengan mimpi terkait keadaan hidup di hari esok).
Ia bersifat manusiawi. Ia dipikirkan dan diupayakan. Tanpa usaha kita tak
mungkin mencapai impian / cita-cita.
b Harapan merupakan pemberian
/ anugerah Allah. Harapan tidak bisa dikerjakan siapapun;
katakanlah contoh, sewaktu masih berpacaran di kota yang sama, si Polan
berjanji akan menikahi kekasihnya di Medan. Sebulan kemudian dikarenakan tugas
pekerjaannya Polan dimutasikan ke Papua. Muncullah pertanyaan : bagaimanakah
kelanjutan janji tersebut ? Dapatkah dua sejoli itu memperjuangkan cintanya
sampai waktu pernikah-an ? Kasus ini mengajari kita, bahwa baik si Polan maupun
wanita pilih-annya itu harus setia memelihara
hubungan baik. Perempuan itu setia memelihara dan sabar menanti pemenuhan janji kekasihnya, Polan.
Ia bukanlah subjek yang memberikan perjanjian,
tetapi subjek yang menerima perjanjian.
Ia menghidupkan cinta dan kesetiaan berdasar-kan janji kekasihnya.
Meskipun tantangan, hambatan dan ancaman mem-bahayakan, namun perempuan itu selalu percaya akan janji
Polan, kekasihnya. Itulah sikap
pengorbanan dalam memperjuangkan janji akan masa depan.
Perempuan itu hidup dari janji
kekasihnya, si Polan. Itulah yang dimaksudkan harapan: HIDUP DARI DAN DEMI MENIKMATI KEADAAN MASA DEPAN SEBUAH IKATAN PERJANJIAN, bukan oleh usaha
sendiri.
c Contoh tersebut membantu kita ---
orang kristen --- untuk memaknai kehidupan iman sepanjang perjalanan di bumi. Kita
dipanggil untuk masuk ke dalam persekutuan hidup bersama Allah. Pada mulanya, kita
bukanlah orang-orang yang tidak pernah menderita, selalu bermasalah dan selalu
menderita. Oleh karena masalah dan penderitaan itu, maka kita memutuskan untuk
menjawab panggilan (tawaran) Allah, dalam keyakinan iman dan pengharapan penuh akan “janjiNya” yang selalu
mengkuatkan sepanjang masa. Apakah janji Allah ? “Aku
menyertai engkau sampai akhir zaman !” Bukankah hal ini yang
menjadi salah satu pokok pengharapan kristen ? IMAN ITU BERTUMBUH ATAS JANJI ALLAH. Dan JANJI ALLAH adalah DASAR
PENGHARAPAN KITA.
Dengan
demikian, saya menegaskan, bahwa kalimat pertama dari Surat Ibrani 11 : 1, yang
berbunyi : “Iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan” adalah JANJI ALLAH yang kita HARAPKAN dan yang termaktub dalam kesaksian Alkitab (PL dan PB). Dengan demikian kita, orang kristen,
menjalankan kehidupan ini, sambil menyongsong pemenuhan janji Allah yang akan hadir
bersama dengan kedatangan Raja TUHAN : Yesus Kristus. Sementara berjalan dan
bekerjapun, kita selalu mengharapkan
janjiNya : “Allah, sumber segala kasih karunia, yang
telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguh-kan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”
(1 Petrus 5 : 10). Jalanilah jalan hidupmu ke masa depan sambil terus menerus
meletakkan PENGHARAPAN IMAN-mu atas JANJI-Nya, maka HARAPAN-mu
tidak akan sia-sia. Cita-cita bisa tidak tercapai, tetapi orang yang berharap
akan Allah tidak akan mati, sebab jangkar PENGHARAPAN kita
hanyalah KASIH DAN RACHMAT Allah.
Narasi yang dituliskan oleh penulis surat ibrani, mengisahkan pengalaman orang beriman
yang berpegang teguh akan JANJI Allah dalam Perjanjian Lama.
Itulah pelajaran iman bagi kita sekarang ini.
2. Apakah bukti dari pengharapan itu ?
Kalimat kedua
dalam Ibrani 11 : 1 berbunyi : “... dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Pertanyaan : apakah yang dimaksudkan dengan “bukti” ?
2.a. Pengalaman Orang
Beriman yang diceritakan dalam Alkitab.
Dengan sengaja
penulis Ibrani menuliskan catatan-catatan tentang pengalaman hidup leluhur
Israel Kuno sepanjang perjalanan bersama Allah (Ibr. 11 : 8 – 31). Malahan ia
memasukan juga cerita Habel -> Nuh (ay. 3–7). Apakah inti cerita itu ? Agar kita mengerti bagaimana caranya seorang beriman menjalankan kehi-dupannya.
2.b. Apakah yang dimaksudkan bukti iman ?
Pemenuhan janji
Allah yang dituliskan para penulis Perjanjian Lama dan yang digenapi oleh Yesus
Kristus. Di dalam Dia, Allah telah memperlihatkan pekerjaan-Nya yang
menyelamatkan dan membebaskan, agar kita yang masihhidup pada zaman akhir ini
percaya, setia mengasihi dan taat memberakukan firmanNya serta hidup
berdasarkan janjiNya.
Jadi apakah yang
dimaksudkan dengan iman menurut Penulis Surat Ibrani ? karya Yesus Kristus ! Di
dalam karyaNya itu kita melihat pemenuhan janji dan rachmat Allah dalam
Perjanjian Lama, serta rencanaNya yang indah bagi kita sebelum dunia
diciptakan.
C. APAKAH TUJUAN PENULIS
SURAT IBRANI DALAM PASAL INI ?
Saya
mengutip langsung catatan penulisnya : “Karena
iman kita mengerti, bahwa alam semesta
telah dijadikan oleh firman Allah (bd. Yoh. 1:5),
sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.”
(ay. 4)
Aklhirul’kalam
Semoga dapat menjawab
pertanyaan Bapak Laode Kim dan menambah rasa cinta para sahabat akan Alkitab.
Terpujilah Allah ! – SOLI DEO GLORIA !
Medan – 04 Pebruari
2013
Salam dan doaku
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar