Senin, 04 Februari 2013

PENJELASAN ATAS PERTANYAAN BAPAK LAODE KIM dalam AKUN FB GPIB



IBRANI 1 : 1

TULISAN INI DIKERJAKAN UNTUK MENJAWAB
PERTANYAAN BAPAK LAODE KIM DALAM AKUN FB GPIB

oleh
Arie A. R. Ihalauw

A. PENDAHULUAN

Melalui Pembelajaran yang dimasukkan dalam Akun FB, saya diminta menjawab pertanyaan terkait “iman” yang dituliskan dalam Ibrani 1 : 1. Saya senang membaca pertanyaan tersebut. Mungkin bagi yang lain pertanyaan itu “sederhana dan konyol;” akan tetapi saya menanggapinya sebagai sebuah “pertanyaan berkualitas.” Artinya, si penanya mendalami benar pesoalan dalam Ibrani 1 : 1; dan, dan oleh karena itu, yang bersangkutan ingin berdiskusi untuk berbagi pengalaman iman bersama. Salut ! Terima kasih Pak Laode Kim.

B. NASKAH IBRANI 11 : 1

Saya menafsir teks Ibrani 11 : 1 dengan memakai Alkitab berbahasa Indonesia (terjemahan LAI), bunyinya :

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Jika saya menyimpulkan ayat itu, maka akan disalin begini : “Iman adalah dasar pengharapan, dan bukti dari keyakinan percaya.” Apakah alasan hingga kesimpulannya demikian ?

1.  Apakah yang diharapkan seseorang, ketika ia menjadi percaya kepada Allah ?

       JANJI ALLAH.
      
       Manusia (kita, saudara dan saya) yang hidup di atas bumi selalu merindukan kesuksesan dan kebahagiaan. Hidup menikmati keadaan penuh kelimpahan. Inilah yang disebut “cita-cita” (visi tenang suatu keadaan yang akan dimasuki di masa depan). Untuk itulah kita menyusun rencana (planning) bekerja, menikah dan memperoleh keturunan (Kej. 1:28). Namun kita sering mengalami berbagai tantangan (challenges), hambatan (barriers) dan ancaman (threats) yang bisa saja menggagalkan usaha maupun menyebabkan kematian. Hal-hal itu menimbulkan ketegangan jiwa, rasa kecewa, putus asa, takut, dan sebagainya. Malahan ada pula di antara kita terpaksa menerima kenyataan tanpa bisa berbuat apapun (bayangkanlah seorang pekerja keras yang tiba-tiba menderita kelumpuhan tubuh total). Pada saat seperti itu akan menggagalkan cita-cita. Persoalannya : apakah kegagalah mencapai cita-cita akan dapat menghancurkan harapan (asa) ? Sangat mungkin ! Penderitaan bathin jauh lebih mematikan ketimbang penyakit yang menyerang tubuh. Kita bisa mengalami kematian, sebelum masuk ke liang lahat.

CITA – CITA DAN HARAPAN
      
       Sepintas lalu kita menyamakan arti kedua kata tersebut. Namun dalam pemahaman iman Kristen, jelas-jelas kedua kata tersebut berbeda maknanya.

a. Cita-cita (dapat disamakan dengan mimpi terkait keadaan hidup di hari esok). Ia bersifat manusiawi. Ia dipikirkan dan diupayakan. Tanpa usaha kita tak mungkin mencapai impian / cita-cita.

b Harapan merupakan pemberian / anugerah Allah. Harapan tidak bisa dikerjakan siapapun; katakanlah contoh, sewaktu masih berpacaran di kota yang sama, si Polan berjanji akan menikahi kekasihnya di Medan. Sebulan kemudian dikarenakan tugas pekerjaannya Polan dimutasikan ke Papua. Muncullah pertanyaan : bagaimanakah kelanjutan janji tersebut ? Dapatkah dua sejoli itu memperjuangkan cintanya sampai waktu pernikah-an ? Kasus ini mengajari kita, bahwa baik si Polan maupun wanita pilih-annya itu harus setia memelihara hubungan baik. Perempuan itu setia memelihara dan sabar menanti pemenuhan janji kekasihnya, Polan. Ia bukanlah subjek yang memberikan perjanjian, tetapi subjek yang menerima perjanjian. Ia menghidupkan cinta dan kesetiaan berdasar-kan janji kekasihnya. Meskipun tantangan, hambatan dan ancaman mem-bahayakan, namun perempuan itu selalu percaya akan janji Polan, kekasihnya. Itulah sikap pengorbanan dalam memperjuangkan janji akan masa depan. Perempuan itu hidup dari janji kekasihnya, si Polan. Itulah yang dimaksudkan harapan: HIDUP DARI DAN DEMI MENIKMATI KEADAAN MASA DEPAN SEBUAH IKATAN PERJANJIAN, bukan oleh usaha sendiri.

c Contoh tersebut membantu kita --- orang kristen --- untuk memaknai kehidupan iman sepanjang perjalanan di bumi. Kita dipanggil untuk masuk ke dalam persekutuan hidup bersama Allah. Pada mulanya, kita bukanlah orang-orang yang tidak pernah menderita, selalu bermasalah dan selalu menderita. Oleh karena masalah dan penderitaan itu, maka kita memutuskan untuk menjawab panggilan (tawaran) Allah, dalam keyakinan iman dan pengharapan penuh akan “janjiNya” yang selalu mengkuatkan sepanjang masa. Apakah janji Allah ? “Aku menyertai engkau sampai akhir zaman !” Bukankah hal ini yang menjadi salah satu pokok pengharapan kristen ? IMAN ITU BERTUMBUH ATAS JANJI ALLAH. Dan JANJI ALLAH adalah DASAR PENGHARAPAN KITA.

Dengan demikian, saya menegaskan, bahwa kalimat pertama dari Surat Ibrani 11 : 1, yang berbunyi : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkanadalah JANJI ALLAH yang kita HARAPKAN dan yang termaktub dalam kesaksian Alkitab (PL dan PB). Dengan demikian kita, orang kristen, menjalankan kehidupan ini, sambil menyongsong pemenuhan janji Allah yang akan hadir bersama dengan kedatangan Raja TUHAN : Yesus Kristus. Sementara berjalan dan bekerjapun,  kita selalu mengharapkan janjiNya : “Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguh-kan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya” (1 Petrus 5 : 10). Jalanilah jalan hidupmu ke masa depan sambil terus menerus meletakkan PENGHARAPAN IMAN-mu atas JANJI-Nya, maka HARAPAN-mu tidak akan sia-sia. Cita-cita bisa tidak tercapai, tetapi orang yang berharap akan Allah tidak akan mati, sebab jangkar PENGHARAPAN kita hanyalah KASIH DAN RACHMAT Allah. Narasi yang dituliskan oleh penulis surat ibrani, mengisahkan pengalaman orang beriman yang berpegang teguh akan JANJI Allah dalam Perjanjian Lama. Itulah pelajaran iman bagi kita sekarang ini.

2.  Apakah bukti dari pengharapan itu ?

Kalimat kedua dalam Ibrani 11 : 1 berbunyi : “... dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Pertanyaan : apakah yang dimaksudkan dengan “bukti” ?

2.a. Pengalaman Orang Beriman yang diceritakan dalam Alkitab.

      Dengan sengaja penulis Ibrani menuliskan catatan-catatan tentang pengalaman hidup leluhur Israel Kuno sepanjang perjalanan bersama Allah (Ibr. 11 : 8 – 31). Malahan ia memasukan juga cerita Habel -> Nuh (ay. 3–7). Apakah inti cerita itu ? Agar kita mengerti bagaimana caranya seorang  beriman menjalankan kehi-dupannya.

2.b.      Apakah yang dimaksudkan bukti iman ?

       Pemenuhan janji Allah yang dituliskan para penulis Perjanjian Lama dan yang digenapi oleh Yesus Kristus. Di dalam Dia, Allah telah memperlihatkan pekerjaan-Nya yang menyelamatkan dan membebaskan, agar kita yang masihhidup pada zaman akhir ini percaya, setia mengasihi dan taat memberakukan firmanNya serta hidup berdasarkan janjiNya.

       Jadi apakah yang dimaksudkan dengan iman menurut Penulis Surat Ibrani ? karya Yesus Kristus ! Di dalam karyaNya itu kita melihat pemenuhan janji dan rachmat Allah dalam Perjanjian Lama, serta rencanaNya yang indah bagi kita sebelum dunia diciptakan.

C.   APAKAH TUJUAN PENULIS SURAT IBRANI DALAM PASAL INI ?

Saya mengutip langsung catatan penulisnya : “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah (bd. Yoh. 1:5), sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” (ay. 4)

Aklhirul’kalam

Semoga dapat menjawab pertanyaan Bapak Laode Kim dan menambah rasa cinta para sahabat akan Alkitab. Terpujilah Allah ! – SOLI DEO GLORIA !

Medan – 04 Pebruari 2013

Salam dan doaku
PENULIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar