Jumat, 15 Juni 2012

APAKAH MAKNA KEMATIAN BAGIMU, KAWAN ?


34. 

KEMATIAN,

 Kesempatan ataukah Kekalahan ?

oleh
ARIE A. R. IHALAUW

a).   Sering kita membahas ‘kematian’ sebagai sebuah keterbatasan kodrati, kehilangan kekasih, atau kekalahan manusia. Semua rumusan itu merupakan usaha manusia untuk saling menghibur dan menguatkan siapapun yang sedang menghadapinya. Hal itu wajar saja. 

b).  Banyak filosof dan teolog juga berbuat demikian. Dengarkan renungan yang disampaikan seorang Pendeta / Penatua / Diaken pada Kebaktian Penghiburan atau Pemakaman dan Pelepasan. So pasti, banyak kata-kata penghiburan dan penguatan diucapkan di sana. Simaklah tulisan para filosof tentang kematian. Mereka memberikan jawaban spekulatif atas masalah ini. Namun semua ucapan penghiburan dalam renungan Pendeta maupun spekulasi filofosis terasa kurang pas. Dan, luka masih membekas karena duka di bathin orang yang menghadapi peristiwa itu.

c).   Mempersiapkan mentalitas (bathiniah) seseorang yang akan memasuki kematian merupakan pekerjaan yang paling sulit dari seorang Pendeta. Apalagi jika orang itu, sungguh-sungguh, masih memiliki keinginan kuat untuk tetap bertahan hidup. Paling-paling Pendeta akan mengatakan : “Marilah kita menyerahkan segala sesuatu kepada Allah. Biarlah Dia memutuskan manakah yang terbaik bagi kita.” Tanpa disadari, Pendeta telah mengecewakan si pasien yang sedang sekarat… hehehhehee…. Pendeta kurang memperhatikan aspek psikologis dari si pasien itu.

d).  Menurut keyakinan iman saya, siapapun yang berada sebagai sahabat si pasien yang sekarat itu, perlu mensugesti/memotivasinya, agar ia memiliki keberanian untuk memasuki kematian tanpa perasaan terpaksa karena takut mati.

  Bagaimanakah nasihat yang sebaiknya disampaikan kepada pasien sekarat yang sedang menghadapi sakratul maut ? Mulailah dari “pemahaman iman” si pasien atas pemeliharaan Allah. Katakan begini :

1.  Allah memelihara hidupnya sekalipun ia memasuki kematian.

2.  Kematian adalah satu-satunya “jalan” yang wajib ditempuh siapapun, jikalau ia ingin berjumpa Allah. Tidak ada”jalan” lain.

3.  Kematian bukanlah kutukan atas dosanya.

4. Kematian adalah “kesempatan yang dianugerahkan oleh Allah” kepada setiap orang percaya. Jika seseorang menolak”kesempatan baik” itu, maka ia sedang melakukan perlawanan atas kodratnya sebagai manusia, sekaligus menolak panggilan Allah untuk masuk ke dalam “persekutuan hidup kekal” bersamaNya.

5.  Katakanlah kepada si pasien sekarat itu, bahwa kematian hanya dapat ditaklukkan oleh “kecintaan kepada Allah.” Ia harus memiliki “kekuatan cinta sejati kepada Allah.” Tidak perlumerasa cemas dan bimbang, sebab suasana kematian itu berlangsung sesaat saja. Ia akan melewatinya dengan tenang, semuanya karena “the power of love” dan oleh pertolongan Allah.

6.  Kematian akan mengantarkan dirinya memasuki kehidupan baru bersama Alah. Sama seperti seorang pekerja membutuhkan waktu istirahat, demikianlah manusia ingin beristirahat, sambil menikmati buah-buah iman yang ditaburkan selama perjalanannya di bumi. Rasul Yohanes menuliskan ucapan Rohkristus : Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka. (Why. 14:13).

Dengan demikian si pasien sekarat itu yakin teguh, bahwa kuasa kematian tidak akan mengalahkan dirinya. Kematian bukan sebuah kekalahan, tetapi kemenangan oleh iman. Dengan demikian diharapkan akan memperoleh keberanian untuk memasuki kematian dalam suasana hati penuh damai, karena keyakinan imannya kepada Allah.

MEDAN - SUMATERA UTARA,
HARI SABTU, 16 JUNI 2012

SALAM DAN DOA

PUTERA SANG FAJAR
Arie A. R. Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar