RANCANGAN MATERI
PEMBERITAAN FIRMAN DALAM
KEBAKTIAN RUMAHTANGGA JEMAAT
HARI RABU – 20 JUNI 2012
DENGARKAN FIRMANNYA
DAN KASIHLAH SESAMAMU
NEHEMIA 5 : 1 – 13
DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI KAMIS, 14 JUNI 2012
OLEH
PUTERA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
A. PENGANTAR
Belakangan ini Sumatera-Utara
sedang mengalami gerakan sosial yang cukup menarik perhatian nasional
berhubungan hak atas lahan tanah yang ditata kelola Perusahan-Perusahan BUMN
dan swasta. Pergolakan itu dipicu karena kemiskinan rakyat. Tanah leluhur
mereka diambil paksa melalui proses sewa-pakai yang kurang transparan, di mana
pemerintah setempat bekerja sama dengan pemilik modal, tanpa melibatkan
masyarakat pemangku adat. Kadang usul-saran masyarakat tidak didengar. Pemerintah
dan pemilik modal kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat; padahal,
seharusnya, pengelolaan hasil produkti Perusahan Swasta dan BUMN, selayaknya, bertujuan
mensejahterakan rakyat di mana berusakan itu beraktifitas.
Tanah itu bukan milik pemerintah,
sebab pemerintah bukan penciptanya. Allahlah Pencipta langit-bumi. Ia
memberikan tanah itu kepada manusia untuk dikelola dan diolah (Kej. 1:15).
Penyelenggara pemerintahan dipercayakan orang-orang (rakyat) melalui
undang-undang untuk mengelola tanah demi memajukan kesejahteraan bersama. Oleh
karena itu, pemerintah wajib menyuruh semua rekanan kerjanya (perusahan
pengelola tanah : di bidang perkebunan maupun pertambangan), agar berbagi hasil
bersama rakyat. Jika kepentingan pemerintah bertabrakan dengan kebutuhan
rakyat, so pasti, akan memicu perlawanan rakyat.
NEHEMIA 5 : 1 – 13
5:1 Maka terdengarlah
keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari pihak para isteri terhadap sesama
orang Yahudi.
5:2 Ada yang
berteriak: "Anak laki-laki dan anak perempuan kami banyak dan kami harus
mendapat gandum, supaya kami dapat makan dan hidup."
5:3 Dan ada yang
berteriak : "Ladang dan kebun anggur dan rumah kami gadaikan untuk
mendapat gandum pada waktu kelaparan."
5:4 Juga ada yang
berteriak: "Kami harus meminjam uang untuk membayar pajak yang dikenakan
raja atas ladang dan kebun anggur kami.
5:5 Sekarang, walaupun
kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara sebangsa kami dan anak-anak
kami sama dengan anak-anak mereka, namun kami terpaksa membiarkan anak-anak
lelaki dan anak-anak perempuan kami menjadi budak dan sudah beberapa anak
perempuan kami harus membiarkan diri dimiliki orang. Kami
tidak dapat berbuat apa-apa, karena ladang dan kebun anggur
kami sudah di tangan orang lain."
5:7 Setelah
berpikir masak-masak, aku menggugat para pemuka dan para penguasa.
Kataku kepada mereka : "Masing-masing kamu telah makan riba
dari saudara-saudaramu !" Lalu kuadakan terhadap mereka suatu sidang
jemaah yang besar.
5:8 Berkatalah aku
kepada mereka : "Kami selalu berusaha sedapat-dapatnya untuk
menebus sesama orang Yahudi yang
dijual kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi kamu ini justru
menjual saudara-saudaramu, supaya mereka dibeli lagi oleh kami !" Mereka
berdiam diri karena tidak dapat membantah.
5:9 Kataku:
"Tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu ! Bukankah kamu harus berlaku
dengan takut akan Allah kita untuk menghindarkan diri dari cercaan
bangsa-bangsa lain, musuh-musuh kita?
5:10 Juga aku dan
saudara-saudaraku dan anak buahku telah membungakan uang dan gandum pada
mereka. Biarlah kita hapuskan hutang mereka itu !
5:11 Biarlah kamu
kembalikan kepada mereka hari ini juga ladang mereka, kebun anggur, kebun
zaitun dan rumah mereka, pula hapuskanlah hutang mereka, yakni uang serta
gandum, anggur dan minyak yang kamu tagih dari pada mereka !"
5:12 Berkatalah mereka :
"Itu akan kami kembalikan ! Dan kami tidak akan menuntut apa-apa dari
mereka. Kami akan lakukan tepat seperti yang engkau perintahkan !" Lalu
aku memanggil para imam dan menyuruh mereka bersumpah, bahwa mereka akan
menepati janji mereka.
5:13 Juga kukebas
lipatan bajuku sambil berkata : "Demikianlah setiap orang yang tidak
menepati janji ini akan dikebas Allah dari rumahnya dan hasil jerih payahnya.
Demikianlah ia dikebas dan menjadi hampa !" Dan seluruh jemaah berkata:
"Amin," lalu memuji-muji TUHAN. Maka rakyat berbuat sesuai
dengan janji itu.
B. PERCIKAN PERMENUNGAN
Saudara-saudara yang dikasihi Allah !
Nehemia bekerja se-zaman Ezra. Keduanya pegawai
di istana raja Babel sampai Koresh Agung mengambil alih kekaisaran Babel dan
membangun Kerajaan Media – Persia. Pada saat itu orang Israel di pengasingan
diijinkan Koresh untuk pulang ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah dan
Tembok Kerajaan yang hancur (bd. Ez. 1:1-14). Nehemia diijinkan sesuai perintah
Kaisar Artahsasta (Neh. 2 : 8).
Keadaan masyarakat Israel telah berubah,
setelah 70 tahun pengasingan (bd. Yer. 29:10). Sesungguhnya, pada saat Raja
Babel menaklukkan Yerusalem, ia hanya membawa para punggawa kerajaan dan pemuka
agama serta beberapa tokoh masyarakat Israel. Sementara penduduk yang miskin masih
menetap di tanah itu. Selama 70 tahun mereka mengalami penindasan yang
menyengsarakan. Tanah mereka digadai untuk bertahan hidup. Mereka diperlakukan
tidak adil oleh penguasa suku-suku yang dahulu telah ditaklukan Daud dan
Salomo.
Selama 70 tahun di Babel, orang-orang buangan
kurang berkomunikasi dengan saudara-saudaranya di Israel. Ketika pulang ke Yerusalem-Yehuda,
mereka mengambil menguasai hak atas tanah miliknya. Orang-orang buangan itu
semakin Berjaya, karena sukses mengusahakan tanahnya.
Sementara saudara-saudara sebangsanya yang
miskin, yang dulu tinggal di Israel mengalami kekurangan. Tanah mereka tergadai
dan tidak bisa ditebus lagi. Mereka mengeluhkan keadaan itu. Keluhan orang
miskin sebangsa (5:1-5) didengar oleh Nehemia. Ia menjadi marah (5:6), karena
orang-orang buangan itu bersikap tidak adil sesuai tuntutan Taurat (5:7; bd.
Im. 25:36 -> “Janganlah engkau mengambil bunga
uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu,
supaya saudaramu dapat hidup di antaramu”).
Saudara – saudara yang dikasihi Allah !
Mengapa Nehemia marah mendengar dan melihat
perilaku sosial yang salah ?
Pertama,
oleh karena melanggar firman Allah (Hukum Taurat). Allah telah menebus Israel
dari Mesir. Itu berarti mereka bukan lagi orang-orang yang tergadai, bukanl
lagi hamba / budak belian, bukan orang-orang yang berhutang; tetapi mereka
adalah orang-orang merdeka !
Jikalau TUHAN Allah telah menebus hutangnya
sebagai budak tergadai di Mesir, maka mereka harus mendengarkan dan melakukan
firmanNya : KASIHILAH
TUHAN (Ul. 6:5) dan KASIHILAH SESAMA (Im. 19:18). So pasti, Israel mudah berkata
: “Aku mengasihi TUHAN”, tetapi manakah buktinya ?
Bagaimanakah ucapan didengungkan, padahal perilaku tetap jahat, menindas,
membungakan uang dan mencari riba ? Mengasihi Allah HARUS terbukti melalui
sikap konkrit mengasihi sesama yang sengsara. Jadi sama seperti Israel telah
ditebus dan dibebaskan Allah, maka ia wajib berbuat hal sama kepada
saudara-saudaranya sendiri.
Kedua,
kekuatan sebuah bangsa tidak berada di tangan penguasa pemerintahan. Kekuatan
bangsa itu ada di dalam tangan rakyat. Bayangkan saja kalo penguasa,
konglomerat dan kelas menengah dalam masyarakat menikmati kekayaan, sementara
80 persen rakyatnya hidup miskin ? Jika penguasa pemerintahan tidak membagi
secara merata kesejahteraan sosial, dan orang-orang miskinpun kurang menikmati
hidup-layak, bisakah bangsa bertahan terhadap serangan dari luar ? Mustahil
bukan ? Keadaan inilah yang menjadi alasan kemarahan Nehemia, sehingga ia
menegur Israel agar melakukan perintah Allah.
Saudara – saudara yang dikasihi Allah !
Sebagai penganut ajaran Tuhan, kita juga
diingatkan, sama seperti Nehemia menegur Israel. Janganlah kita rajin ke
tempat-tempat ibadah, rajin membaca kitab suci, rajin mengikuti
kebaktian-kebaktian, tetapi firman Tuhan yang kita dengar tidak menjadi
motivasi untuk melakukan perbuatan baik. Memang penampilan kita dalam setiap
ibadah kelihatannya seperti orang salEh, tetapi setelah malakukan
aktifitas dalam lingkungan kerja kita menjadi orang salAh. Saleh dan salah
beda-beda tipis saja. Malahan kadang-kadang kita menggunakan ayat-ayat suci
untuk membenarkan perbuatan salah yang kita lakukan. TUHAN pasti murka, dan Dia
pasti menghukum kita.
Tahukah anda arti kata JUDES ? kata itu
berasal dari bahasa Inggris untuk menyebut ORANG YAHUDI. Jadi, jika kita
disebut JUDES, maka sesungguhnya kita sedang disindir seakan-akan perilaku kita
seperti orang Yahudi (kikir, pelit dan licik) yang hanya mementingkan diri
sendiri.
Firman ini hendak menegur kita sebagai
penganut agama yang cenderung memperhatikan diri sendiri, sekaligus
mengingatkan kita untuk selalu menolong orang sengsara, seperti yang dilakukan
Tuhan atas kehidupan kita.
SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
SALAM KASIH
DAN DOA
PUTERA SANG
FAJAR
Arie A. R.
Ihalauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar