Jumat, 25 Februari 2011

7. Rancangan Pengajaran MINGGU, 27 Pebruari 2011 - Matius 18 : 8 - 10


RANCANGAN PENGAJARAN
HARI  MINGGU, 27 PEBRUARI 2011


I. POKOK UTAMA

KESETIAAN DALAM UJIAN

TUJUAN UTAMA
Penyesatan selalu dialami orang Kristen       sepanjang perjalanan, akan tetapi orang Kristen tidak boleh saling menyesatkan seorang akan yang lain.
II. POKOK BAHASAN
SIKAP KRISTEN
MENGHADAPI PENYESATAN


TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Mempersiapkan Warga Gereja menghadapi
penyesatan dalam masyarakat maupun ajaran
sesat dalam Gereja.

III. SUB-POKOK BAHASAN

ETIKA TENTANG
PERILAKU KRISTEN DALAM PERSEKUTUAN KELUARGA ALLAH

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Masyarakat-agama selalu menguji, menganalisa dan menguji sesuatu hal berdasarkan nilai-nilai yang diajarkan turun temurun; katakanlah sebuah contoh tentang kebenaran dan keadilan. Kedua istilah ini bagaikan sebuah koin yang memiliki 2 (dua) macam gambar berbeda pada sisinya, namun mempunyai nilai sama : Rp. 100,-. Kebenaran ditentukan oleh Perkataan / Sabda / Firman Allah. Ia menjadi landasan pembangunan hukum-hukum yang tidak tertulis maupun tertulis. Ia menjadi petunjuk / amanah yang wajib dilakukan oleh setiap orang menurut keyakinan agamanya masing-masing. Sementara keadilan adalah tindakan (ucapan) etis-moral yang lahir dari pengenalan (pengetahuan) akan Allah dan akan Firman-Nya. Itulah sebabnya Alkitab bersaksi : Segala sesuatu yang baik datangnya dari pada Allah, sumber kehidupan. Pemahaman yang demikian akan mengakibatkan :
a). Bertumbuhnya sikap eklusif anggota masyarakat-agama, atau katakanlah sikap fanatis. Cenderung mencurigai dan menyalahkan kebenaran yang dianut orang lain.
b). Menutup kemungkinan untuk menerima dan mengakui, bahwa ada kebenaran Allah yang lain yang dapat ditemukan di luar rukun/ norma dan kitab keagamaan yang diakuinya. Tidak mengakui adanya “motif dari cara” Allah menyatakan kebenaran-Nya di dalam kitab keagamaan pihak lain.
c). Masyarakat-agama menjadi lupa, bahwa kebenaran Allah bisa dibengkokkan oleh penafsir-penafsir kitab suci dan kitab-kitab keagamaan (saya memakai istilah : Kitab Suci untuk menunjuk pada Alkitab, Tanach, Al-Quran, Wedanta, dan sebagainya. Sementara istilah Kitab-Kitab Keagamaan digunakan untuk menunjuk semua tulisan-tulisan suci, berupa Hadits, Talmud Babilonia, Deutero-kanonika, Apokripa, dan lain-lain yang lahir dari penafsiran terhadap ucapan ilahi di dalam Kitab Suci).
Penyesatan mempunyai makna yang luas dan bias. Ia merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan sikap dan ucapan seseorang yang bertentangan dengan doktrin ideal dari sebuah agama, paham politik, dan sebagainya. Katakanlah contoh : Soekarno adalah tokoh nasional yang mencetuskan gagasan marhaenisme. Gagasan Soekarno ini tidak bersifat tertutup, melainkan sebuah gagasan terbuka yang perlu dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman. Soekarno adalah generasi pertama yang mencetuskan marhaenisme yang melahirkan gerakan marhaenis.
Ketika generasi kedua yang lahir dalam situasi berbeda, maka marhaenisme-Soekarno ditafsirkan dan dirumuskan ulang untuk kepentingan umum. Akan tetapi jika si penafsir menuliskan sebuah konsep baru yang tidak mengikuti garis berpikir ideal sama seperti terkandung dalam konsep marhaenisme- Soekarno, maka kita dapat menyebutnya pseudo-soekarno, yakni : tulisan-tulisan yang mirip seperti marhaenisme-Sekarno, namun berbeda isinya. Inilah salah satu contoh tentang bentuk penyesatan. Akibatnya, masyarakat tersesat karena setiap penafsir politik mengklaim diri sebagai penerus marhaenisme-Soekarno.
Contoh tersebut di atas akan kita kupas berkaitan dengan penyesatan yang dimaksudkan oleh Yesus-Kristus.
Tujuan Pengajaran ini adalah :

1.    Tiap warga jemaat sebagai anggota mengetahui dan mengerti kehendak Allah yang dinyatakan dalam kesaksian Alkitab

2.       Tiap warga jemaat dapat dikuatkan, diteguhkan dan dikokohkan motivasi dan mental sipiritualnya, jikalau mereka menghadapi penyesatan dalam kekristenan.
3.        
4.    Tiap warga jemaat berpartisipasi dan berperan serta untuk memberitakan kabar baik, meskipun ada banyak penyesatan sedang terjadi di tengah persekutuan umat Kristen.

5.    Warga jemaat menjalankan kehidupan pribadi dan keluarga serta kegiatan pekerjaan sesuai dengan kesaksian Alkitab yang berintikan firman Allah, sehingga semua orang yang melihatnya memuliakan Allah dan diselamatkan.

 BACAAN UNTUK MATERI URAIAN

INJIL  MATIUS 18 : 8 – 10

6. “Tetapi barangisapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebh baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. 7. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya : memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang menyesatkannya.
8. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kakimu dicampakkan ke dalam api yang kekal. 9. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
10. Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena AKU BERKATA KEPADAMU : Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 11. Karena Anak-Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.
MEDAN – SUMATERA UTARA

Senin, 17 Pebruari 2011

disusun oleh

PDT. ARIE A. R. IHALAUW

-----oooo000oooo-----

URAIAN MATERI


A.    PENDAHULUAN

Saya telah menjelaskan Kitab Injil Matius dan penulisnya dalam RANCANGAN PENGAJARAN untuk Ibadah Keluarga pada Hari Rabu, 02 Maret 2011 mendatang. Dengan demikian tidak perlu lagi mengulangi hal tersebut. 

Konteks Masa Yesus dan Jemaat Kristen Abad I sampai sekarang

Bacaan perikop ini dapat kita pahami, jika kita mengetahui jelas kondisi :

a)    Masa kerja Yesus, dan
b)   Gereja Masa Rasul – Rasul
c)    Masa Bapa – Bapa Gereja sampai sekarang ini

a). Masa Kerja Yesus-Kristus.

§  Pada masa kerja-Nya belum ada Alkitab Perjanjian Baru. Yang  ada dan telah dikanonkan hanyalah TA (urat Musa), NA (vi’im) dan CH (etubim) : Kitab Suci Orang Israel serta kitab-kitab keagamaan Israel lainnya. Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan berita (kerugma) lain, kecuali ucapan – ucapan ilahi yang tertulis dalam TA–NA–CH.

§  Dia adalah penganut Agama Israel yang setia. Dia bukan pemeluk Agama Kristen. Yesus juga bukan pencetus kekristenan, sekalipun Gereja menyatakan, bahwa Dialah tokoh pendiri kekristenan.

§  Menurut tradisi lisan terkait ucapan Yesus, Ia mengajak semua orang Israel untuk memberlakukan kehendak TUHAN, Allah Israel, sejalan dengan perubahan dan perkembangan konteks masyarakat pada waktu itu. Inti pengajaran dan pekerjaan-Nya adalah KASIH YANG MENYELAMATKAN DAN MEMBEBASKAN.

§  PENYESATAN yang dimaksudkan Yesus, tidak sama dengan apa yang dimaksudkan orang Kristen sepanjang sejarah gereja. Menurut pandangan Yesus, sebagaimana dituliskan Injil-Injil Sinoptis, PENYESATAN adalah sikap pengkhianatan Israel terhadap kehendak Allah sesuai kesaksian Kitab Suci Agama Israel (TAurat Musa, NAvi’im dan CHetubim, dan bukan menurut ajaran Gereja yang membentuk opini orang Kristen saat ini). 

Pendapat saya ini patut disimak dari ucapan Yesus yang dituliskan oleh Penulis Matius :

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapi-nya. Karena AKU BERKATA KEPADAMU : Sesungguh-nya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat, sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkan demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka AKU BERKATA KEPADAMU : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 5 : 17 – 20).
Secara tersurat maupun tersurat, ucapan Yesus yang dituliskan Penulis Matius : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat. 5:17) memperlihatkan, bahwa telah terjadi kesalah pahaman tentang maksud dan tujuan pelayanan Yesus di tengah-tengah umat Israel. Seakan-akan kehadiran-Nya bertujuan untuk menghapus hukum Taurat yang diberikan TUHAN Allah. 

Pertanyaannya : siapakah yang menjadi aktor intelektual di belakang sikap antipasti masyarakat Israel ? Yesus berkata : “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, sesungguh-nya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:20). Secara tersurat juga tersirat, Yesus menonjolkan sikap keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi sebagai yang terbaik (the best) di antara umat Israel. Mereka adalah penganut dan penganjur Ajaran Musa, yang sungguh-sungguh mengajarkan hukum Taurat serta mendesak semua orang melakukannya. Mereka itulah yang dianggap semua orang Israel, akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Jadi jika ukuran yang dipakai  Allah untuk menentukan masuknya seseorang ke dalam Kerajaan Sorga berdasarkan sikap hidup orang-orang Parisi dan ahli-ahli Taurat, maka umat Israel lainnya tidak akan bisa lolos. Oleh karena itu, hidup keagamaan umat Israel harus melebihi orang-orang Parisi dan ahli-ahli Taurat.

Ketika Yesus mengajarkan ajaran-Nya ini, banyak orang Israel semakin tertarik (Mat. 7:28), lalu mereka mengikuti Dia. Lama kelamaan keadaan itu menimbulkan keresahan di kalangan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, lalu mereka menghasut orang banyak dengan ucapan-ucapan yang menyesatkan. Jadi secara tersirat pandangan ini menunjukkan, bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi, juga alim-ulama adalah aktor intelektual yang menyesatkan umat Allah (bd. Mrk. 15:11; Luk. 22:65). Merekalah yang membuat kabar burung (menciptakan opini umum), seakan-akan Yesus mengajarkan ajaran baru yang tidak bersumber pada tradisi Musa (Taurat; bd. Mat. 5 : 17 -> Janganlah kamu menyangka,  …). 

§  PENYESATAN telah terjadi jauh sebelum Yesus. Pada zaman nabi-nabi pun sudah ada (bd. Yer. 28). Hal itu wajar saja. PENYESATAN itu terjadi karena 2 (dua) faktor : pertama, pentafsiran Kitab Suci Agama, dan kedua, karena dipengaruhi situasi-kondisi masyarakat yang sedang berubah.

§  PENYESATAN yang dialami Yesus, sesungguhnya, merupakan refleksi tentang peristiwa-perista yang sedang dan akan dilalui oleh Gereja / Jemaat dan orang Kristen umumnya.

b). Masa Rasul – Rasul 

Catatan-catatan sejarah Gereja memperlihatkan, bahwa penyesatan itu cenderung berhubungan dengan pokok-pokok pemberitaan Injil Kristus dan ajaran para rasul. Masalah hukum Taurat dan Sunat pun telah menimbulkan kesalahpahaman yang meluas di kalangan warga Jemaat Kristen Abad I. Orang Kristen-israeli bersikeras mempertahankan pemberlakuan hukum Taurat dan sunat atas orang-orang non-israeli yang menjadi Kristen. Padahal orang Kristen non-israeli menolak praktik tersebut, sebab mereka berprinsip : hanya oleh iman kepada Yesus-Kristus saja, manusia diselamatkan, bukan karena perbuatan baik untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat. Pemahaman iman ini dikembangkan oleh Rasul Paulus, ketika memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Israel. 

Pada waktu itu, Jemaat Kristen Abad I mengalami banyak peristiwa pembantaian (genocide), karena mereka dianggap sebagai penganut ajaran sesat yang diajarkan oleh Yesus, orang Nazareth. 

Kisah perjalanan pekabaran Injil oleh Paulus mengemukakan, bahwa banyak masalah ditimbulkan oleh perantau Israel-Yudais di kota-kota, di mana Jemaat Kristen bertumbuh, seperti : Korintus, Efesus, Kolose, Galatia, Tesalonika dan sebagainya. Surat-Surat Rasul Paulus dan Rasul Yohanes menceritakan  tentang penyesatan yang terjadi di dalam Jemaat-Jemaat. 

c). Masa Bapa – Bapa Gereja (Abad II – IV Masehi)

Di awal pertumbuhannya Jemaat-Jemaat Abad I (thn 40 – 90 an) memusatkan pemberitaan dan pengajaran sekitar ucapan-ucapan Yesus. Setelah banyak orang menjadi penganut kekristenan, bermunculan gagasan-gagasan baru yang bergerak  dari ucapan-ucapan Yesus menuju Pribadi Yesus. Di sinilah letak masalahnya. Yesus menjadi tokoh keselamatan (Mesiah dan Ebed YHWH), baik dalam keilahian maupun kemanusiaan. 

Perkembangan baru ini menimbulkan perselisihan sampai menjadi perpecahan (skisma) dalam Gereja. Bapa-Bapa Gereja mempelajari ucapan Yesus untuk membela kebenaran Kristen (apologi) terhadap para penyesat dari dalam tubuh Gereja (seperti Marcion, dkk) serta yang menyerang dari luar. Masalahnya Cuma satu : Siapakah Yesus Kristus : Allah ataukah Manusia ?. Untuk menyelesaikan masalah penyesatan di dalam Gereja, maka oleh dorongan Kaisar Roma, Gereja mengadakan Sidang Sinode (Koncili) di Kota Nicea tahun 325. Di situlah diputuskan KANON ALKITAB PERJANJIAN BARU & PERJANJIAN LAMA serta PENGAKUAN IMAN EKUMENIS. Tujuannya : untuk memelihara kemurnian pemberitaan dan pengajaran Gereja, serta penggembalaan umat.
 
Saya ulangi, pada awal pertumbuhannya kekristenan itu lahir, karena pemahaman iman jemaat tentang ucapan dan karya Yesus. Setelah itu barulah Gereja menjelaskan pemahaman teologinya tentang Yesus yang menjadi Kristus (bd. Kis. 2:36 -> “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus !”).

Gagasan-gagasan teologi Kristen semakin berkembang dalam Abad XX, ketika Bultman (Teolog Jerman) mulai membedah Alkitab Perjanjian Baru dengan menggunakan metode kritik-literer. Ia berusaha menguraikan (memisahkan) mitos keagamaan yang membungkus Yesus dari pada kebenaran Allah. Perkembangan ini semakin serius, ketika pakar teologi liberal memusatkan perhatian pada YESUS YANG TERTULIS DALAM PENGAKUAN GEREJA dan YESUS SEJARAH (simaklah karya dan tulisan sdr Ioaner Rakhmat, DTh tentang YESUS SEJARAH).

Penjelasan di atas tidak brtujuan untuk membingungkan, melainkan untuk mendorong warga jemaat tekun dan rajin membaca Alkitab, supaya iman semakin kokoh pada musim pancaroba.

B.    PENDALAMAN PERIKOP BACAAN

STUDI KOMPARASI INJIL SINOPTIS

BAHAGIAN I   Pengajaran Yesus perihal menjadi Manusia Baru menurut kesaksian Injil-Injil Sinoptis.

Untuk tujuan mencerdaskan dan mencerahkan wawasan serta pemahaman tentang Alkitab, maka saya mengajak warga dan pejabat Gereja mengikuti penjelasan di bawah ini (mengenai sumber-sumber Injil Sinoptis, silahkan buka dan baca kembali tulisan saya yang terdahulu).

1. Penulis Matius menulis perikop ini setelah pasal 18 : 1 – 5 (bd. Mrk. 9 : 33 – 37; Luk. 9 : 46 – 48) tentang kedudukan dalam Kerajaan Sorga. Sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat, jika seseorang memiliki hubungan dekat dengan penguasa, maka ia kecipratan rezeki, diangkat menduduki jabatan lebih tinggi dari pada lainnya.  Pandangan seperti ini terdapat pula dalam benak murid-murid Yesus (Mat. 18:1). 

2.  Untuk tujuan pengajaran (pembelajaran) Yesus mengambil seorang anak kecil sebagai contoh, sambil menjelaskan pandangan-Nya berhubungan dengan pertengkaran para murid sepanjang perjalanan menuju Kapernaum (Mrk. 9:33-34 -> Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya : “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan ?” Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka). Inilah intinya :

REKONSTRUKSI CERITA


MARKUS  IX


MATIUS XVIII

LUKAS IX



MASALAH
MASALAH
MASALAH



33. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kaper- naum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepa-da murid-murid-Nya : “Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan ? “





34. Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.
1. Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus dan bertanya : “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga”
46. Maka timbullah pertengkar-an di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.




METODE  PENGAJARAN


METODE PENGAJARAN

METODE PENGAJARAN





47a Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka.



35a Lalu Yesus duduk dan me – maggil kedua belas murid itu.






36. Maka Yesus mengambil se- orang anak kecil dan me-nempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka

2.  Maka Yesus memanggil seo-rang anak kecil dan menem-patkannya di tengah-tengah mereka.

47b Karena itu Ia mengambil se-orang anak kecil dan me-nempatkannya di samping-Nya.




INTI PENGAJARAN YESUS


INTI PENGAJARAN YESUS
PERUBAHAN PERILAKU

INTI PENGAJARAN YESUS




3.  Lalu berkata: “AKU BERKATA KEPADAMU : sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga


SASARAN 1


SASARAN 1

SASARAN 1
35.  Kata-Nya kepada mereka : “Jika seseorang ingin men-jadi yang terdahulu, hen-daklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.
4. Sedangkan barangsiapa me-rendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga.


SASARAN 2


SASARAN 2


SASARAN 2

37. “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia me – nyambut Aku.
5. Dan barangsiapa menyam-but seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyam-but Aku”
48a Dan berkata kepada mere-ka  “Barangsiapa menyam-but anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku,




SASARAN 3



SASARAN 2



37b  Dan barangsiapa menyam – but Aku, bukan Aku yang disambut-Nya, tetapi Dia yang mengutus Aku”.

48b dan barangsiapa menyam-but Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar”




Simaklah pembagian ayat-ayat di atas menurut pandangan saya. Anda bisa melakukannya sendiri sesuai yang anda pikirkan.



Melalui contoh anak kecil Yesus bertujuan 
 
a). Untuk membandingkan sikap hati dan cara berpikir orang dewasa (para murid, ahli Taurat, kaum Parisi, kaum Saduki, alim-ulama) dan anak-anak kecil.

b). Melalui cara mengajar demikian, Yesus menyindir  secara halus, sekaligus menyadarkan para murid tentang bagaimana seharusnya mereka mengikuti Dia.

c). Istilah “mengikuti Dia” (HansKung : On Being a Christian; Teolog Katolik Roma : Imitatio Christi) bermakna : “menjadi serupa dengan Kristus-Yesus” atau “mencontohi teladan Kristus-Yesus”. Hal itu hanya bisa terjadi, jikalau setiap orang dewasa bersedia bertobat (Mat. 18:3) dan menanggalkan karakter manusia lama, yakni : meninggikan diri, ingin menjadi yang terdahulu (terbesar, terpandang, terhormat, termulia, menjadi nomor satu); lalu mengenakan karakter manusia baru, yaitu : merendahkan diri, menjadi yang terakhir.

d). Perubahan karakter manusia lama menjadi manusia baru hanya bisa tercipta, jika orang dewasa menyambut atau menerima dan mengakui Yesus-Kristus. Dengan kata lain, orang dewasa bersedia dan memrelakan diri dipimpin oleh Rohkristus (Gal. 5:25 -> “Jika kita  hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”; Efs. 4:21,23-24 -> “Karena kamu telah mendengar tentang Dia, dan menerima ajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus…, supaya kamu dibaharui oleh roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”). 

e). Menurut Yesus, perubahan karakter itu sangat berhubungan dengan pekerjaan misi-Nya. Seorang Kristen dewasa yang ingin berperan dan berpartisipasi dalam pekerjaan Yesus yang dilaksanakan oleh Gereja, maka ia wajib merendahkan diri dan mendahulukan kepentingan orang lain. Hal itu dikatakan-Nya : “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Sebab Anak-Manusia (Yesus-Kristus) juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan banyak orang” (Mrk. 10 : 43 – 45).

     Hanya dengan cara itulah orang Kristen dapat menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah (Kerajaan Sorga) melalui pekerjaan pelayanan secara pribadi maupun kolektif (Gereja/Jemaat).

BAHAGIAN IIPengajaran Yesus tentang Penyesatan

Sekarang kita akan memasuki penjelasan perikop bacaan MATIUS 18 : 6 – 11 yang akan diberitakan dan diajarkan pada Hari Minggu, 27 Pebruari 2011 mendatang. Saya meminta perhatian anda untuk menyimak komparasi yang disusun di bawah ini. 


MATIUS 18 : 6 – 11

MARKUS 9 : 42 – 48

LUKAS 17 : 1 – 2


6. “Tetapi barangisapa menyesat-kan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
42. Barangsiapa menyesatkan sa-lah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini. Lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan di-ikatkan pula pada lehernya lalu dibuang ke dalam laut.
1. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya : “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi cela-kalah orang yang mengadakannya.

7. Celakalah dunia dengan sega-la penyesatannya : memang pe-nyesatan harus ada, tetapi cela-kalah orang yang menyesatkan-nya.

2. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menye-satkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini

8. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kakimu dicampakkan ke dalam api yang kekal.
43. Dan jika tanganmu menyesat-kan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tangan-mu di buang ke dalam neraka


9. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu ma-suk ke dalam hidup dengan ber-mata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
44. [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam]


10. Ingatlah, jangan mengang-gap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena AKU BERKATA KEPADAMU : Ada ma-laikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.
45. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicam-pakkan ke dalam neraka;


11. Karena Anak-Manusia da-tang untuk menyelamatkan yang hilang.
46. [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam]



47. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, lebih baik eng-kau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicam-pakkan ke dalam neraka.



48. di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam


1.       WARNA MERAH adalah kesejajaran tulisan ketiga Injil Sinoptis.

2.       WARNA BIRU adalah kekhasan Injil Matius.

3.       WARNA HIJAU adalah kehakasan Injil Lukas

4.       WARNA COKELAT adalah kehkasan Injil Markus

Pembaca diminta untuk mempelajari perbedaan tersebut dan mencari kesejajaran makna dari cerita keriga penulis Injil Sinoptis ini (Markus, Matius, dan Lukas)




1. Dengan menggunakan kalimat : “AKU BERKATA KEPADAMU” Matius menegaskan otoritas Yesus atas Jemaat. Hal itu berarti bahwa setiap orang yang dibenarkan dan diselamatkan Allah, oleh iman kepada Yesus-Kristus(Mat. 18:11 -> “Karena Anak-Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang”), wajib melaksanakan seluruh ucapan-ucapan Yesus : Tuhan, Guru dan Juruselamat.

2.  Yesus mengingatkan murid-murid-Nya (Simon Petrus, dkk) juga “orang-orang yang menjadi percaya oleh pemberitaan mereka” (Yoh. 17:20), yaitu sekalian warga jemaat, agar berhati-hati terhadap penyesatan (Mat. 18:7b -> “memang penyesatan harus ada”) yang mengancam pertumbuhan iman maupun kehidupan persekutuan umat-Nya. Jika Yesus mengatakan : memang penyesatan harus ada, maka  yang dimaksudkan-Nya, orang Kristen akan menghadapi ancaman penyesatan akan selalu terus menerus berlangsung sepanjang sejarah bangsa-bangsa. Penyesatan itu bertujuan untuk menguji kesetiaan orang percaya kepada-Nya. 

3.  Penyesatan itu bisa timbul dari dalam persekutuan (Mat. 18:6 -> “barangisapa menyesat-kan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku”) maupun dari luar (Mat. 18:7a -> “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya”). 

     Ancaman penyesatan yang datang dari luar bisa diantisipasi. Namun yang paling berbahaya, jika penyesatan itu dimulai dari dalam persekutuan orang Kristen (Jemaat). Keadaan ini sulit diantisipasi, sebab kita berpikir, bahwa semua orang Kristen berpikir dan berperilaku baik; padahal ada juga di antaranya yang suka menyesatkan sesama seimannya (Mat. 18:7b -> “tetapi celakalah orang yang menyesatkannya”)

4.  Istilah “anak-anak kecil yang percaya kepada-Ku” dapat ditafsirkan secara harfiah; akan tetapi secara alegoris istilah ini juga dapat dipakai untuk menunjuk orang-orang dewasa yang baru menjadi Kristen. Mereka bagaikan anak-anak kecil yang baru mulai belajar mengenal dan mengikuti Yesus-Kristus (Lukas memakai kalimat “orang-orang yang lemah ini” -> 17:2). 

C.  HUBUNGAN GAGASAN TEOLOGI DALAM BAG. I DAN BAG. II UNTUK DISAMPAIKAN PADA IBADAH MINGGU, 27 PEBRUARI 2011

     Menurut saya, kedua gagasan dalam Injil-Injil Sinoptis yang dipaparkan di atas saling menerangkan dan saling mendukung. Pengertiannya begini :

1.  Jika Injil-Injil Sinoptis menuliskan ucapan Yesus tentang anak-anak kecil, maka kita perlu melihatnya dalam arti : pertama, secara hurufiah sungguh-sungguh anak kecil dari sudut pandang bio-genetis. Kedua, anak-anak kecil (dalam Injil Matius dan Markus) dapat juga ditafsirkan menurut pandangan Lukas (secara alegoris) : “orang-orang yang lemah ini” (Luk. 17:2), yaitu mereka yang baru berpindah keyakinan agama, orang-orang yang baru menjadi Kristen.

2.  Orang-orang yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen, tidak boleh menyesatkan orang-orang yang baru menjadi Kristen, karena mereka baru mulai belajar mengenal Yesus. Mereka baru mulai belajar berjalan mengikuti jejak Yesus, sama seperti anak-anak kecil yang lemah belajar berjalan. 

3.  Cinta-kasih dan perhatian yang diberikan Yesus kepada mereka yang sudah lama menjadi Kristen sama besar diberikan-Nya kepada mereka yang baru menjadi Kristen. Kuantitas dan kualitasnya tidak berbeda sedikitpun ! Oleh karena itu, sama seperti orang Kristen lama memelihara kepercayaannya kepada Yesus-Kristus, demikianlah mereka wajib menolong orang-orang Kristen baru. Jangan menjadi penyesat, dan jangan saling menyesatkan !

4.  Ucapan Yesus ini dipakai oleh para penulis Injil-Injil Sinoptis untuk mengajar dan menggembalakan anggota-angota jemaat, supaya dapat memperhatikan tanda-tanda zaman, sehingga mereka tidak tersesat.

SELAMAT MENYUSUN PENGAJARAN

MEDAN – Sumatera Utara
Sabtu, 26 Pebruari 2011

Salam dan Doaku

Pendeta Arie Arnold Remals Ihalauw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar