Kamis, 09 Februari 2012

BERHARAPLAH AKAN KEKUATAN KUASA DAN KASIH ALLAH



SPIRITUAL TERAPEUTIC

SAYA SEMAKIN MEMAHAMI KUASA DAN KASIH ALLAH,
JUSTRU BUKAN DALAM KONDISI YANG SEHAT, AKAN TETAPI
DALAM TITIK TERENDAH DARI KONDISI TUBUH YANG MENGIDAP
DIABETES MELITUS. DAN, KARENA ITU SAYA BERSYUKUR KEPADA BAPAKU

DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI JUMAT – 10 FEBRUARI 2012

OLEH
ARIE A. R. IHALAUW

Artikel ini merupakan kesaksian iman yang kutuliskan kepada semua orang kristen yang sedang menderita penyakit apapun, baik di rawat di rumah sakit ataupun di rumah-rumah, terutama kepada saudara-saudara seimanku yang sudah bertahun-tahun mengalami penderitaan karena sakitnya. Mintalah KEKUATAN KUASA dan KASIH ALLAH, agar engkau selalu dikuatkan ketika penyakit itu sedang melanda tubuhmu.

PANDANGAN TENTANG PENYAKIT. Berbagai pandangan bermunculan, ketika masyarakat membahas munculnya sebuah penyakit. Pada masa kini menularnya sebuah penyakit dihubungkan pada kebersihan lingkungan hidup. Sementara di dalam dunia keagamaan, penyakit dihubungkan dengan dosa dan kutukan Allah. Ada pula yang menghubungkannya dengan kuasa kegelapan (ilmu hitam), dan sebagainya. Yang jelas, penyakit menjadi salah satu ancaman mematikan bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia.

PENYAKIT DAN PENYEMBUHANNYA. Sama seperti banyak dan berbagai pandangan terkait peyakin, demikian pula usaha-usaha penyembuhan yang dilakukan melalui perawatan medis, pengobatan alternatif (sinshe, refleksi, pedukunan, dsb-nya) serta penyembuhan ilahi (mujizat). Banyak orang kristen yang menderita penyakit mematikan, seperti : kanker ganas, lumpuh, darah tinggi dan sebagainya selalu berbondong-bondong mengikuti KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI, di mana ada PENYEMBUHAN ILAHI.  Banyak pula orang kristen telah berdoa bertahun-tahun memohonkan kesembuhan, tetapi tidak sedikit di antara mereka mengalami keputus asaan, karena tidak memperoleh mujizat. Akhirnya mereka menyerah dan masuk ke dalam kematian dalam suasana keputus asaan yang memaksa.

ADAKAH MUJIZAT YANG MENYEMBUHKAN ? Saya adalah penderita DIABETES MELITUS sejak tahun 1989, tepatnya Bulan Juli 1989 ketika berusia 34 tahun. Hal itu diketahui melalui general check up kesehatan di RS Cikini – Jakarta dan dilanjutkan di Palembang. Ketika saya mengetahui keadaan tubuh demikian, muncul depresi kuat, keputusasaan memandang hari esok, perasaan tidak berdayam kesulitan untuk menyesuaikan gaya hidup dengan kondisi baru tersebut. Saya berusaha sekuat tenaga mengkonsumsi obat-obatan secara regular sesuai anjuran dokter. Di samping itu mengikuti diet takaran makanan yang dianjurkan Ahli Gizi dan juga nasihat warga jemaat untuk minum ekstrak daun sirih, air ketan item dan lain-lain, tetapi semuanya tidak mampu menurunkan tekanan gula darah (sampai hari ini tensi pada Bulan Januari 2012 tekanan gula darah 309 paling-paling normalnya 200/160). Semuanya terasa masih kurang efektif, sebab batasan tensi gula darah terendah adalah 200/160, sementara tensi darah 90/70. Herannya, kadang-kadang semakin meningginya tensi gula darah, sedangkan tensi darah bisa merosot turun secara drastic (pernah 80/60). Dalam kondisi tubuh seperti itu, saya masih bisa bekerja normal. Dan, saya menikmatinya.

LANGKAH-LANGKAH PEMULIHAN. Menjalankan kehidupan sambil menderita penyakit kronis puluhan tahun merupakan sebuah kesulitan dan kesengsaraan. Setiap hari saya berdoa seperti kebanyakan penderita penyakit, agar Allah memberikan mujizat dalam hidupku. Namun sampai hari ini saya tidak atau belum memperoleh mujizat itu. Diabetes mellitus masih mencintaiku. Hampir selama 3 (tiga) bulan saya berdoa dan meratap memohonkan mujizat kesembuhan, tetapi semakin banyak berdoa bertambah pula penderitaan. Setahun setelah pernyataan dokter, bahwa saya menderita Diabetes Melitus, saya semakin tekun mempelajari firman TUHAN. Lalu saya tidak lagi berdoa : “YA TUHAN, SAYA PERCAYA AKAN MUJIZAT YANG KAUBUAT SEMASA HIDUPMU UNTUK MENYEMBUHKAN BANYAK ORANG SAKIT”. Saya mengubahnya : “YA TUHAN, AJARLAH SAYA MENCINTAIMU SERTA BERIKANLAH KEKUATANMU, SUPAYA SAYA MENERIMA AKAN KETERBATASAN TUBUHKU, KARENA DIABETES MELITUS YANG KUIDAP. DENGAN DEMIKIAN AKU BERSANDAR PADA KUASAMU DAN MELETAKKAN AKAN HARAPAN HARI ESOK DI DALAM PEMELIHARAANMU”. Mulai sejak waktu itu saya berusaha atas bantuan TUHAN untuk mengobati diri sendiri.

1.   MENGENAL KETERBATASAN TUBUH. Pengenalan diri mengantar saya pada kesimpulan, bahwa tidak ada penyakit dalam tubuh manusia. Yang ada hanyalah KETERBATASAN AKTIFITAS TUBUH, karena kelemahan pisik. Bagiku DIABETES MELITUS, meskipun oleh dunia medis dijuluki PENYAKIT, tetapi ia hanyalah BENTUK DARI KETERBATASAN ALAMI yang bertumbuh bersama pertumbuhan tubuh jasmaniku. Oleh karena pengenalan akan keterbatasan itu, saya mulai mengelola tubuhku menurut apa yang dikehendaki TUHAN, dan bukan berdasarkan keinginan / kecenderungan hatiku. Bagaimana saya memanfaatkan tubuh jasmaniah untuk berkarya sepanjang waktu yang diberikan Allah untuk kujalani di atas bumi.

2.   BUKAN MUJIZAT YANG KUMINTA TETAPI KEKUATAN ALLAH YANG MENGHIDUPKAN. Perubahan semakin kurasakan, ketika saya mengubah permohonan doaku : “YA TUHAN, AJARLAH SAYA MENCINTAIMU SERTA BERIKANLAH KEKUATANMU, SUPAYA SAYA MENERIMA AKAN KETERBATASAN TUBUHKU, KARENA DIABETES MELITUS YANG KUIDAP. DENGAN DEMIKIAN AKU BERSANDAR PADA KUASAMU DAN MELETAKKAN AKAN HARAPAN HARI ESOK DI DALAM PEMELIHARAANMU.” Saya berhenti memohonkan mujizat Allah, bukan karena keputus asaan menantikannya, melainkan kesadaran mendalam, bahwa MUJIZAT ITU DIBERIKAN ALLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG BELUM PERCAYA AKAN KUASANYA YANG DINYATAKAN OLEH YESUS KRISTUS. Saya adalah seorang percaya akan KEKUATAN KUASA Allah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Inilah MUJIZAT yang terbesar yang dilakukan Allah sepanjang sejarah manusia di atas bumi.

      MUJIZAT adalah PERISTIWA / KEJADIAN yang menunjuk pada KEKUATAN KUASA dan KASIH Allah yang menghidupkan ciptaannya, khususnya manusia. Inti mujizat adalah KEKUATAN KUASA  dan KASIH ALLAH. Oleh karena itu, saya berpikir, biarlah MUJIZAT itu diberlakukan-Nya dalam kehidupan siapapu yang tidak percaya; tetapi saya akan selalu memohonkan KEKUATAN KUASA dan KASIH-Nya. Bagiku : berharap akan MUJIZAT membuat IMAN tidak akan bertumbuh menjadi dewasa; tetapi berharap akan KEKUATAN KUASA dan KASIH-Nya akan mendorong orang menghormati dan mengelola kehidupan yang diberikan Allah secara bertanggungjawab. Itulah kedewasaan iman. Berharap akan MUJIZAT akan membuat orang tidak pernah mengakui kegagalan, dan sulit untuk menerima kematian sebagai jalan satu-satunya untuk tiba kepada Bapa sorgawi; akan tetapi siapapun yang bersandar pada KEKUATAN KUASA dan KASIH-Nya akan mememasuki kematian sebagai sebuah jalan yang ditentukan (secara kondrati) untuk menikmati hidup kekal bersama Dia. Orang yang mengharapkan mujizat bagaikan bermimpi dalam tidur, sedangkan orang yang mengandalkan KEKUATAN KUASA dan KASIH-Nya akan mampu menaklukkan realitas kehidupan yang menderita dengan hati tabah dan sikap pasrah kepada Allah. Mujizat tidak menguatkan mentalitas siapapun untuk berperang dan keluar sebagai pemenang, tetapi orang yang mengandalkan KUASA – KASIH Allah  serta mengelolanya secara bertanggung jawab akan dijadikan-Nya penakluk yang tangguh. Sampai hari ini saya selalu berdoa : YA TUHAN BERIKANLAH KEPADAKU KEKUATAN KUASAMU, AGAR AKU SANGGUP MENANGGUNG SALIB YANG KAU TENTUKAN, SUPAYA DI DALAM PEPERANGAN INI AKU DAPAT MEMULIAKAN NAMAMKU BAIK DALAM KEHIDUPANKU MAUPUN DALAM KEMATIANKU.

3.   ALLAH ADALAH LANDASAN KEKUATAN SPIRITUAL YANG MENGHIDUPKAN KELEMAHAN TUBUH JASMANI. Rehabilitasi kesehatan, sepenuhnya, tegantung pada KEYAKINAN IMAN si penderita. Jika seseorang penderita tidak lagi memiliki SPIRITUALITAS (semangat) yang kokoh, niscaya pengobatan (therapeutic) medis tidak akan mampu menghidupkannya. Upaya medis tidak pernah dapat menghidupkan, tetapi merupakan USAHA UNTUK MEMBATASI KEKUATAN BIBIT PENYAKIT YANG BERGERAK MEMATIKAN METABOLISME ORGAN TUBUH. Tidak ada sebuah virus / bibit penyakit yang dapat dimatikan oleh obat-obatan kimiawi. Akan tetapi tindakan medis dilakukan untuk melokalisir meluasnya serangan virus/ bibit penyakit ke organ tubuh yang belum terserang. Tubuh itu sendiri yang akan melakukan reproduksi sel-sel hidup untuk merajut kembali fungsi sel-sel yang telah dirusakkan oleh obat-obatan.

      Oleh karena itu, si penderita menyembuhkan (memulihkan) kondisi SPIRITUAL-nya sendiri. Jika si penderita kehabisan KEKUATAN SPIRITUAL (SEMAGAT, ROH ALLAH), maka ia kehilangan pendukung kehidupan tubuh jasmaninya. Dalam hal inilah saya menghayati dan memahami, bahwa saya membutuhkan KEKUATAN KUASA dan KASIH Allah. Saya bukanlah manusia yang melulu bertahan karena kekuatan tubuh jasmani; akan tetapi saya hidup karena ALLAH MENGASIHI dan MERACHMATI HIDUPKU OLEH KEKUATAN KUASANYA YANG DAHSYAT. Keyakinan iman ini mendorong saya selalu memohonkan KEKUATAN KUASA dan KASIH-Nya bukan di saat-saat penyakit diabetes mellitus menyerang tubuhku saja, melainkan juga ketika masalah-masalah bermunculan dalam pelayanan. Dan pada saat seperti itu rohku dikuatkan oleh KUASA-Nya, lalu saya tahu persis bahwa Dia MENGASIHIku. Hatiku senang dan berbahagia. Sukacitaku semakin melimpah ruah, karena SPIRITUALITASku bertambah dan pengenalan akan Allah semakin mendalam. Sama seperti Rasul Paulus menuliskan pengalamannya : sebab aku tahu persis, di dalam kelemahanku sebagai manusia, di sana kasih karunia-Nya semakin melimpah.

4.   JAWAB YESUS : “ANAKKU, IMANMU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU”. Apakah hikmah di balik penyakit yang diidap ?  Pertumbuhan IMAN MENUJU KEDEWASAAN. Tak seorangpun dapat berkata, bahwa tidak ada hikmah di dalam penderitaan ! Memang benar, menderita sebuah penyakit bukanlah keadaan menyenangkan. So pasti, keadaan itu merugikan siapapun dari segala sudut pandang. Persoalannya : bagaimanakah membuat hati senang bahagia sekalipun dalam keadaan sakit. Hanya satu jalan : “Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.” (Maz. 36:10). Pemazmur mengingatkan orang kristen, bahwa ALLAH ADALAH SUMBER HAYAT (HIDUP). Pemazmur memiliki berbagai pengalaman tidak menyenangkan sepanjang usianya : terancam bahaya kematian, penyakit, permusuhan dan sebagainya. Menghadapi keadaan tak menyenangkan itu, ia meletakkan harapannya kepada Allah dan berseru meminta KUASA-Nya. Akhirnya TUHAN menghuatkan tubuh – jiwa – rohnya, sehingga ia sanggup berjuang menaklukkan penderitaan. Belajar dari Pemazmur, kita juga dapat memenangkan pergumulan apapun.

      PENYAKIT hanyalah sebuah keadaan sementara yang membatasi aktifitas tubuh jasmani. Kadang-kadang penyakit dapat menjadi “setan – iblis” yang menggoda kita untuk tidak menjalankan ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, hendaklah setiap orang kristen yang menderita penyakit memohonkan KEKUATAN KUASA Allah, agar ia selalu setia mengasihi-Nya dan taat menjalankan ibadah, meskipun secara jasmaniah ia tidak menghadiri kegiatan ibadah jemaat. Andalkan KUASA-Nya dan jalankan ibadahmu, meskipun sedang tergeletak di atas pembaringan. Pasti TUHAN menguatkan hidupmu.

SALAM DAN DOA

PENULIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar