Sabtu, 25 Februari 2012

SAGUS -> Tinjauan Filosofis bagi Upaya Pembangunan AMBON YANG BARU


DOK 004/27-II-12/ARIE/SOCIO-CULTURAL

SAGU,

MENCARI AKAR JATIDIRI MALUKU

SAGU ADALAH SEBANGSA TUMBUHAN YANG DIJADIKAN
MAKANAN POKOK SUKU-SUKU MALUKU. IA BUKAN SAJA MAKANAN,
TETAPI SUMBER INSPIRASI FILOSOFIS YANG DAPAT DIPAKAI MEMBANGUN KEMBALI
PERSEKUTUAN “PELA-GANDONG” DAN “PELA-BATUKARANG”.

DAPATKAH ORANG-ORANG AMBON
MEMAHAMINYA SEBAGAI “JEMBATAN-BUDAYA” MEMPERSATUKAN KEMBALI
 MASYARAKAT MALUKU DI MALUKU TENGAH ?

DITULIS DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI MINGGU, 27 PEBRUARI 2012

OLEH
AKULAH PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----

PENGANTAR

Satu-satunya suku-suku di Indonesia yang pertama terprovokasi, sehingga muncul “perang saudara” adalah suku-suku di Maluku Tengah di Kawasan Indonesia Timur. Sesungguhnya, kerawanan itu telah terpupuk lama sejak zaman kolonial (penjajahan Belanda). Beberapa alasan dapat dikemukakan menjadi bahan penelitian – pengkajian – pengujian untuk menegakkan hipotesa tentang karakter suku-suku di Maluku Tengah mulai dari alasan :

1.   Politik Pemerintahan.
2.   Agama.
3.   Psiko-Sosial.
4.   Kepentingan kelompok.
5.   dan sebagainya.-

MALUKU SATU DARAH. Etos ini merupakan harapan yang dilagukan untuk membangun kembali kehancuran budaya suku-suku di Maluku Tengah. Mitos suku-suku Maluku Tengah menceritakan, bahwa penduduk yang tersebar di Pulau Ambon, Pulau Saparua, Pulau Haruku, Pulau Nusalaut, Pulau Buru, Pulau Kaibobu, Pulau Teon – Nila – Sarua (TNS) berasal dari PULAU SERAM (disebut : NUSA INA atau PULAU IBU). Mereka adalah orang-orang yang berdomisili di kaki Gunung Binaya. Oleh karena alasan-alasan khusus, mereka bermigrasi menuju pulu-pulau di sekitar Pulau Seram.

Catatan -> Sejarawan dan Etnolog perlu meneliti – mengkaji – menguji asal-usul suku-suku di Maluku Tengah : dari manakah mereka berasal, budayanya, sistem masyarakatnya, dan sebagainya. Pusat informasi dan benyak referensi tertulis masih bisa ditemukan pada Museum dan Perpustakaan di Negeri Belanda.

UPU LATANA-LABUMI. Sistem kepercayaan -> budaya-agama-suku <- suku-suku Maluku Tengah bersifat ANIMIS dan DINAMIS, bukan HINDUISM seperti yang dikemukakan beberapa artikel atau referensi lainnya. Kepercayaan itu diinspirasi oleh mitos-mitos, fable-fabel terkait asal-usul keluarga -> puak -> kaum -> suku, yang tergabung dalam sebuah ‘mata-ruma’, yang kemudian membentuk ‘SOA’ (seorang yang mewakili beberapa marga/fam dalam Pemerintahan Kampung/Desa).  UPU LATANA-LABUMI adalah Ilah Tertinggi yang diakui sebagai PENCIPTA ALAM SEMESTA (Pulau Seram) dan seluruh makhluk hidup di atasnya. Menurut mitos, pertama-tama Sang Ilah menciptakan binatang-binatang. Makhluk ini memiliki perilaku yang berbeda sesuai kodrat ciptaannya. Barulah kemudian diciptakan manusia. Setiap manusia menghubungkan diri dan atau mengidentifikasikan diri kepada binatang-binatang tersebut. Katakanlah salah satu contoh : BUAYA PUTIH yang menjadi sesembahan suku-suku dan marga yang berdomisili di KAMPUNG / DESA TUHAHA (nama asli kampungnya : BEINUSA AMALATU) di Jazirah HATAWANO – di Pulau Saparua. Buaya Putih itu diyakini, pada hari-hari khusus, akan muncul di Sungai OLONO yang mengalir membelah KAMPUNG TUHAHA. Pemunculannya dapat ditafsirkan sebagai PERTANDA sehubungan dengan kondisi masyarakat TUHAHA, jika ada persoalan. Inilah yang disebut MISTIK, dan yang menjadi BIBIT KEPERCAYAAN (semen-religionum).

MITOS KEPERCAYAAN MENJADI ETHOS KEHIDUPAN SOSIAL. Mitos (fable) ini dijadikan SUMBER INSPIRASI bagi pembangunan sistem kehidupan masyarakat. Pertama-tama, ia menjadi landasan bagi pembangunan organisasi masyarakat-adat; dan sesudah itu, menjadi nilai-nilai etika tentang perilaku, kebiasaan dan karakter anggota masyarakat. Jadi, jika para pmimpin suku-suku di Maluku Tengah berkeinginan kuat untuk membangun kembali model masyarakat-baru, mereka patut mempelajari latarbelakang budaya-agama-suku dari setiap suku-suku di sana.

ANJURAN BAGI PEMUKA AGAMA DI MALUKU. Acapkali pemuka agama beranggapan, bahwa unsur-unsur (anasir-anasir) budaya-agama-suku dalam masyarakat Maluku Tengah bersifat KAFIR. Malahan muncul reaksi keras menentang unsur-unsur (anasir-anasir) tersebut. Upaya pemuka agama ini dijalankan secara intensif dengan memakai kitab-kitab suci agama untuk membenarkan tindakannya. Akibatnya, masyarakat di Maluku Tengah mengalami KRISIS JATIDIRI yang sangat parah dan berpenyakit akut. Masyarakat Maluku Tengah mengalami krisis identitas. Hal itu dapat dibuktikan, jika kita mengajukan pertanyaan kepada generasi Maluki saat ini terkait budayanya. Generasi Baru, mulai dari tahun 1960 sampai sekarang ini jarang mengetahui dan mengenal baik lapisan-lapisan mitos yang mengandung ethos yang benar dan baik, yang diilhami budaya-agama-suku. Saya, salah seorang ANAK MALUKU, berpendapat : sikap mengkafirkan budaya-agama-suku, merupakan sebuah arogansi yang akan bermuara ke dalam tindakan teror kepada MANUSIA BERBUDAYA di Maluku Tengah. Oleh karena itu, saya mengusulkan, agar setiap institusi agama di sana perlu mengadakan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Budaya Maluku, sehingga dapat memelihara nilai-nilai keluhuran yang positif yang terkandung di dalamnya. Ingatlah, bahwa sikap dan pandangan merendahkan budaya-agama-suku merupakan penindasan (tindakan diskriminatif) atas manusia yang diciptakan Allah untuk membangun masyarakat sesuai kebiasaan (adat-istiadat) yang diwariskan turun temurun. Hargailah anasir-anasir budaya-agama-suku yang mengandung nilai positif-konstruktif demi membangun masa depan AMBON MANIS E….

SAGU

MAKANAN POKOK DAN FALSAFAH HIDUP
ORANG – ORANG AMBON

MATAPENCAHARIAN MASYARAKAT MALUKU TENGAH. Pada hakekatnya, masyarakat Ambon bukanlah bersifat agraris (pertanian). Masyarakat Ambon adalah PELAUT YANG TANGGUH. Maluku dijuluki PROPINSI SERIBU PULAU, karena banyak pulau dan matapencaharian penduduknya adalah nelayan. Masyarakat Maluku Tengah kurang mengenal sistem pertanian seperti yang dikenal oleh masyarakat Jawa – Bali. Kehidupan sehari-hari dinikmatinya menjala ikan. Makanan pokoknya adalah SAGU, sejenih tumbuhan yang bertumbuh di dekat tanah berair (rawa) dalam hutan dan di tepi pantai (habitat Sagu). Sepanjang sejarah, dan masih tampak dalam budaya beberapa kampung / desa, mereka tidak pernah mengenal PADI (BERAS). Padi atau beras adalah bahan pangan import yang bukan berasal dari bumi Maluku Tengah. Budi-daya pertanian terkait mata pencaharian masyarakat adalah REMPAH-REMPAH (Cengkeh, Pala, Damar, dll).

FALSAFAH HIDUP ORANG – ORANG MALUKU TENGAH

Ingatlah syair lagi daerah (folksong) ini : MALUKU TENGAH – UTARA DAN TENGGARA E E E… SUNGGUH BANYAKLAH HASIL-HASIL YANG NYATA DI DALAM WILAYAH  E E…. O MALUKU TANAH YANG KAYA DI HUTAN DAN LAUTAN E… Syair lagu tersebut menyiratkan dan menyuratkan kondisi alam Maluku dan kekayaannya.  Salah satu tumbuhan yang dianugerahkan Allah adalah SAGU.

1.   POHON SAKU

      Ciri dan bentuk pohonnya tinggi lurus, berkulit coklat gelap, kulit pohonnya berduri, batangnya berisi putih atau merah (mirip Pohon Nibung). Cara memperoleh isi pohon sagu : dirubuhkan – dibelah – diambil sari pohonnya.

      FILOSOFI POSTUR TUBUH DAN KEPRIBADIAN.

Hal positif -> umumnya orang-orang Maluku Tengah mengidentifikasikan diri bagai POHON SAGU. Berpostur tubuh tinggi (170 cm), berkulit coklat-gelap; wajahnya tampan / ganteng / manis, berambut ikal (bukan keriting seperti suku Negrito. Maluku termasuk rumpun Austronesia, tidak murni Melanesia). Susunan giginya kuat dan putih. Sinar matanya tajam menatap. Meskipun kulitnya coklat-gelap, tetapi hati dan perasaanya selembut sutra.

1.   Berpenampilan (postur tubuh, kulit) menyeramkan, tetapi berhati lembut.
2.   Kepekaan sosial cukup tinggi, khususnya bagi kaum pendatang (tetapi kurang bersahabat dengan keluarga sendiri).
3.   Karena penampilannya keren dan rasa percaya diri yang kuat, orang-orang Ambon dapat disebut “playboy”, suka bergonta-ganti pacar. Romantis dalam bercinta.
4.   Berpendirian keras dan bertindak tegas dalam hal-hal yang diyakininya benar, atau disebut juga non-kompromis.
5.   Sama seperti pokok sagu yang bertumbuh sendiri-sendiri, demikianlah orang-orang Ambon mampu mandiri, meskipun ia berada di dalam kondisi tertekan.
6.   Karena ketegasan sikap dan rasa percaya diri yang kokoh (bagaikan pokok sagu), orang-orang Ambon terkesan keras kepala, tidak mau mengalah jika ia selalu berjuang mempertahankan harga dirinya.

Hal negatif -> tumbuhan SAGU tidak sama seperti bambu. Sekalipun hidup berumpun, akarnya kuat tetapi berdiri sendiri-sendiri dan berjarak 2 – 3 meter di antara masing-masing pohon. Inilah sisi buruk orang-orang Maluku Tengah.

1.   Sikap individualis (perasaan egois, perihal mementingkan diri) cukup tinggi.
2.   Ikatan kekerabatan (kekeluargaan) kurang begitu kuat, karena kepentingan dan kebutuhan berbeda.
3.   SENANG lihat kesusahan (kejatuhan), tetapi SUSAH melihat kesenangan saudaranya.
4.   Rasa Percaya Diri (RPD) cukup kuat, sewaktu-waktu, muncul sikap sombong.

2.   CINTA BERTUMBUH DAN MENGIKAT BAK PAPEDA DALAM SEMPE.

      Isi / sari pohon sagu dijadikan bahan makanan pokok orang-orang Maluku Tengah. Setelah disaringkan isinya dimasukkan ke dalam SEMPE (sejenis basi dari tanah liat) kemudian diaduk dengan air panas menjadi PAPEDA.

      NILAI FILOSOFIS PEMBANGUN MASYARAKAT AMBON YANG BARU

a).  SEMPE sebagai lambang rahim ibu. SEMPE adalah WADAH KESATUAN UTUH TAK TERPECAHKAN. Bagaikan Pulau Seram (Nusa Ina – Pulau Ibu) tempat asal semua suku-suku dan marga orang Maluku Tengah. Masyarakat Maluku Tengah menghayati dan mengakui, bahwa mereka berasal dari satu wilayah : Nusa Ina. Berasal dari satu rahim bumi : Pulau Ibu, di kaki Gunung Binaya – Seram.

b).  Untuk mewujudkannya dipakai SEMPE sebagai LAMBANG KESATUAN. Di dalamnya PAPEDA (makanan sebagai simbol berkat Allah) diletakkan. Secara filosofis dipahami bahwa Maluku Tengah adalah wilayah yang dikaruniakan Allah kepada penduduknya. Wilayah itu kaya hasil bumi dan lautan. Allah (Upu Latana – Labumi) memperkaya penduduk wilayah ini dengan kelimpahan nikmat-Nya.

c). PAPEDA memiliki dua warna : MERAH dan PUTIH. Warna itu menunjuk pada sikap hati yang berani (MERAH) menempuh kehidupan meskipun mendapat berbagai tantangan; akan tetapi mereka mampu menaklukkan tantangan dengan hati nurani dan akalbudi yang bersih, suci, penuh cinta dan keiklasan (PUTIH). Di sinilah kita mengerti dan mengenal watak orang-orang Maluku Tengah (Ambon) yang suka mengalah demi kebahagiaan bersama.

d).  PAPEDA adalah MAKANAN PERSAUDARAAN. Betapapun banyak jenis makanan di atas meja makan, tetapi semuanya terasa kurang sempurna, bila tidak ada PAPEDA. Di setiap kesempatan PERAYAAN KELUARGA (PANAS – PELA) masing-masing KEPALA DESA (Bapa Raja) akan saling suap menyuapkan PAPEDA seorang kepada yang lain sebagai BUKTI / TANDA IKATAN KEKELUARGAAN. PAPEDA bagaikan TALI TEMALI CINTA yang mengikat dua hati dalam satu rasa : RASA SATU GANDONG, orang-orang basudara, tanpa mengenal latarbelakang keagamaan !

e).  SAGU LEMPENG adalah sejenis makanan yang terbuat dari bahan pokok tepung sagu. Sari Pohon Sagu yang sudah diambil dijemur kemudian diayak menjadi tepung (bagai tepung gandum). Ia dibakar di dalam PORNA, wadah memasak. Kadang bahagian bawahnya ada yang hangus, dan ada pula yang baik. Itu menandakan, bahwa meskipin orang-orang Ambon berasal dari satu ibu, akan tetapi memiliki berbagai keragaman. Jadi ada pemahaman yang baik dan benar tentang keragaman latar belakang. Orang Ambon bisa berbeda pandangan tetapi TETAP BASUDARA ! Bisa berbeda RASA dan KATA, tetapi TETAP SATU GANDONG ! Semua saling menghargai dan menjunjung tinggi persaudaraan, karena CINTA-KASIH.

MENCIPTAKAN KEMBALI AMBON YANG BARU

KONTEKS SOSIAL MASA KINI. Sebagai ANAK MALUKU yang dilahirkan (istilah Ambon : POTONG PUSAR) di TIANG BELAKANG di Kota Saparua – Minggu, 29 Juli 1956, saya sudah 40 tahun merantau meninggalkan tanah kelahiran. Tetapi HATI dan BENAK ini masih tertanam di sana. Melewati berbagai perubahan dan perkembangan masyarakat, saya menyimak berbagai konflik sosial yang muncul di sana, dikarenakan KRISIS JATIDIRI masyarakat Ambon. Isue utama adalah kurang kuatnya HUMAN RELATIONSHIP yang berakar pada LAHAN CULTURAL dan ENKULTURASI NILAI BUDAYA LELUHUR.

TUJUAN ALLAH YANG DITULISKAN DALAM AL-QUR’AN DAN ALKITAB. Allah memiliki rencana utama dalam pembangunan alam semesta serta manusia di Ambon, yakni : MEMBEBASKAN MASYARAKAT AMBON DARI KETERBELAKANGAN YANG MEMBUAT KEHIDUPAN SOSIALNYA TERANCAM. Sayangnya pendekatan (paradigm) terhadap budaya masyarakat disoroti dari masing-masing ajaran / dogma agama. Pemuka Agama Islam dan Agama Kristen di Ambon kurang mengembangkan NILAI-NILAI KEPERCAYAAN sesuai ajarannya dengan menggunakan BUDAYA LOKAL yang diwariskan leluhur kita. Oleh karena mereka berpandangan, bahwa ADAT ISTIADAT yang diwariskan itu ber-DOSA. Katakanlah contoh : masyarakat TITAWAI di Pulau Nusalaut yang beragama Kristen dan PELAU di pulau Haruku beragama Islam, sejak dahulu kala mewarisi pemahaman, bahwa keduanya berasal dari sebuah keluarga (PELA-GANDONG). Bagaimanakah PANAS PELA dibuat, jika pemuka masing-masing agama saling mengharamkan NILI-NILAI BUDAYA YANG MENGHORMATI KERUKUNAN HIDUP ORANG SATU GANDONG ? Di sinipun terletak kekeliruan dari Kementrian Agama dan fatwa yang dikeluarkan oleh Institusi Agama, ketik mengharamkan pemeluk agama tertentu tidak diperkenankan mengikuti kegiatan keagamaan dari pemeluk agama berbeda. Kebijakan seperti itu kurang KONTEKSTUAL, karena kurang mempertimbangkan BUDAYA LOKAL sebagai NILAI-NILAI PEMBANGUN BANGSA sebagai BANGSA.

Cilakanya ajaran agama telah membentuk sikap fundamentalis yang fanatic dengan tujuan mempertahankan kebenaran FIRMAN menurut agama masing-masin, tanpa memperhatikan TUJUAN ALLAH UNTUK MENYELAMATKAN MANUSIA tanpa mengenal kaidah-kaidah keagamaan. FIRMAN ALLAH diberitakan oleh Tuhn Yesus/Nabi Isa, as dan Nabi Muhammad, saw berdasarkan tujuan tersebut. Keber-agama-an patut bertujuan yang sama pula. Allah, swt tidak mengutus Nabi Isa,as (Tuhan Yesus Kristus) dan Nabi Muhammad, saw untuk membela kepentingan-Nya; melainkan membina umat manusia untuk mengetahui, menerti dan mengamalkan hakekat agama demi membangun kehidupan bersama manusi dan bersama alam semesta. Kekacauan yang terjadi dalam masyarakat Ambon merupakan tanggungjawab pemuka agama yang membina masing-masig umat-Nya. Kekeliruan itu telah melahirkan pemeluk agama yang ateis dan yang bertindak anarkis.

TUJUAN ALLAH MENGHADIRKAN PEMELUK AGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI AMBON. Allah menghendaki DAMAI SEJAHTERA di Kota Ambon. KehendakNya tertuang dalam Alkitab dan Al-Qur’an. Meskipun pemerintah menurunkan KEBIJAKAN NASIONAL di bidang keagamaan, namun kebijakan tersebut perlu dilaksanakan dengan MENGHORMATI KEARIFAN LOKAL yang terkandung dalam kemasan, yakni  BUDAYA LOKAL dan NILAI-NILAI KEMANUSIAAN YANG BERSIFAT UNIVERSAL. Dengan demikian perlu adanya wadah kebersamaan (semacam DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA dan PENGHAYAT BUDAYA) untuk mempercakapkan KEARIFAN LOKAL sebelum pelaksanaan KEBIJAKAN NASIONAL demi kenyamanan hidup bermasyarakat.

QUO VADIS AMBON MANIS E

Salam Penulis

PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar