Dok-B/001/28-II-12/HOM./ARIE.-
PENGAJARAN – RABU, 29 PEBRUARI 2012
IBADAH YANG BARU
DALAM LANGIT DAN BUMI BARU
KEJADIAN VIII : 6 – 14
DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI SELASA, 28 PEBRUARI 2012
OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
KEJADIAN VIII
6. Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. 7. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. 8. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. 9. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. 10. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; 11. menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. 12. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. 13. Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. 14. Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering.
CATATAN – CATATAN
1. SEJARAH MENURUT PENULIS ALKITAB. Penulis Alkitab, khususnya Kejadian I – XI, tidak bermaksud menjelaskan secara rinci / mendetail kronologis peristiwa bersejarah, sebagaimana dilakukan para peneliti sejarah dan arkeologi umumnya.
a. KEJADIAN I – XI dikelompokkan sebagai zaman pra-pejarah menurut penulisnya. Di dalamnya tertulis penciptaan alam semesta sampai dengan migrasi suku-suku bangsa dari wilayah Mesopotamia, sesudah keruntuhan Kerajaan (Menara) Babel.
b. KEJADIAN VI – X, khususnya VI : 9 – X : 32, berisikan cerita bahagian kedua yang menguraikan keadaan manusia sesudah peristiwa Taman Eden (Kej. III). Penulis Kitab Kejadian memberi kesimpulan yang tepat : “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN : "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.” (Kej. VI : 5 - 7). Kejahatan manusia di bumi bersumber dari KECENDERUNGAN HATINYA YANG MEMBUAHKAN KEJAHATAN.
2. AIR BAH / BANJIR BANDANG. Sesudah penciptaan (Kej. I – II) bumi mengalami pendinginan hebat. Proses ini telah menyebabkan sebagian daratan (Wilayah Mesopotamia Kuno ?) mengalami pembekuan (es / salju di musim dingin). Diperkirakan sesudah pemanasan (musim panas ?) es / salju yang menutupi bumi mencari cepat. Proses ini menambah debet air sungai (mungkinkah sungai yang dimaksudkan seperti tertulis dalam Kej. II : 4 – 5 : GIHON, PISON, TIGRIS dan EFRAT yang melintasi dataran rendah Mesopotamia ?) meluap menyebabkan banjir bandang / air bah. Diperkirakan airbah / banjir bandang itu terjadi pada ZAMAN PALEISTOSEN III (?).
3. Jika penjelasan butir 2 itu sungguh-sungguh ada, maka kita perlu bertanya kepada penulis Kitab Kejadian : APAKAH MAKSUD DAN TUJUAN PEMAKAIAN CERITA INI ? Dengan mudah penulis Kitab Kejadian menghubungkannya pada DOSA MANUSIA DAN HUKUMAN ALLAH. Ia menuliskan bahwa Allah melihat “KECENDERUNGAN HATINYA YANG MEMBUAHKAN KEJAHATAN” (Kej. VI : 5), karena itu Dia “menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka,… dan akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi…“ (Kej. VI:6-7).
4. KEJADIAN ALAM DIPAKAI ALLAH UNTUK MENEGUR MANUSIA. Acapkali manusia perlu memahami dan mengerti, bahwa TUHAN memakai bencana alam (natural disaster) sebagai alat untuk menyadarkan manusia akan dosanya. Jika manusia tidak bertobat, maka keadaan itu akan menghancurkan kehidupan manusia dan peradabannya.
5. KARYA PENYELAMATAN ALLAH. Meskipun Allah memutuskan “akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi” (Kej. IV : 7), namun di antara umat manusia pada waktu itu, Allah menemukan Nuh melakukan kehendak-Nya. Oleh karena itu, Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN, … Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; Nuh itu hidup bergaul dengan Allah (Kej. VI : 8 – 9). Allah mengasihi dan memberkati siapapun yang “yang benar,… tidak bercela … dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”
6. KARYA PENYELAMATAN ADALAH ANUGERAH ALLAH. Menurut kesaksian Alkitab, penyelamatan maupun pembebasan dari dosa dan penderitaan bukanlah hasil karya manusia, melainkan tindakan Allah yang dinyatakan dalam sejarah. Tindakan / karya Allah itu disebut ANUGERAH atau KASIH KARUNIA-Nya. Dengan demikian manusia tidak boleh menyombongkan pekerjaan-Nya, melainkan ia selayaknya mengakui akan kasih-karunia Allah yang membuatnya berhasil (II Taw. 26 : 5 -> “selama ia mencari TUHAN, maka Allah membuat segala usahanya berhasil”, juga Ul. 8 : 17, 18 -> “janganlah kaukatakan dalam hatimu : Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya”).
7. PELANGI SEBAGAI TANDA PERJANJIAN ALLAH. Kejadian VIII : 6–14 menceritakan peristiwa sesudah banjir bandang surut. Penghukuman manusia di zaman Nuh telah berakhir. Pengakhirannya tergantung pada kebaikan hati Allah, bukanlah hasil usaha manusia. Sebab manusia tidak dapat mengendalikan bencana alam (natural disaster). Hal itu jelas sekali dalam pernyataan Allah : “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kej. VIII : 21 – 22). Pernyataan Allah tersebut diikuti oleh TANDA PERJANJIAN -> “Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya : Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi. Apabila kemudian Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku yang telah ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, segala yang bernyawa, sehingga segenap air tidak lagi menjadi air bah untuk memusnahkan segala yang hidup. Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi.” (Kej. IX : 12 – 15).
8. EKSODUS DAN IBADAH YANG BARU. Penulis Kitab Kejadian menceritakan, bahwa sesudah peristiwa banjir bandang / air bah, Nuh dan anak-anaknya beserta seluruh hewan keluar (exodus) dan memulai HIDUP BARU. Nuh mengadakan syukur dan mempersembahkan korban kepada Allah (Kej. VIII : 20 -> “Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN…, lalu ia mempersembahkan korban bakaran”).
9. PERINTAH ALLAH DIULANGI. So pasti, seluruh dataran dari daratan di mana banjir bandang terjadi, menghapuskan semua kehidupan di atasnya. Oleh karena itu, Allah mengulangi pesannya : “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka : Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi” (Kej. IX : 1).
IBADAH YANG BARU
DALAM LANGIT DAN BUMI BARU
Saudara saudara seiman,
PENCIPTAAN DAN DOSA MANUSIA. Sejak Allah menyelesaikan pekerjaan-Nya menciptakan alam semesta; kemudian menjadikan manusia (Kej. I : 26 – 27). Ia memberkati dan mengutus mereka untuk melaksanakan misiNya, yakni : “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej. I : 28) juga “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. II:15). Akan tetapi manusia melanggar perintah yang diberikanNya (Kej. II : 16-17). Dan, oleh karena itu, manusia jatuh ke dalam dosa, lalu Allah menghukumnya. Dia membuang manusia keluar dari Taman Eden (Kej. III). Namun Dia tidak menghancurkan manusia dan peradabannya.
CARA HIDUP MANUSIA LAMA DAN TUJUAN PENGHUKUMAN. Sayangnya, manusia tidak menginsyafi dan bertobat meninggalkan CARA HIDUP LAMA. Kejahatan manusia semakin meningkat, dikarenakan “kecenderungan hatinya yang membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. IV : 5). Penulis Kitab Kejadian ingin menegaskan, bahwa perilaku dan karakter manusia bersumber dari HATI (Ibr. lebah -> kata ini dipakai untuk menunjuk pada seluruh aspek dari aktifitas batin manusia : intelektual, emosional, psikologikal, dsb-nya) yang membuahkan kejahatan dan dosa. Pepatah lama : “Dari hati keluar segala perkataan dan perbuatan yang kotor”. Allah tidak membenci manusia, tetapi Dia tidak menyukai dosa yang menguasai pikiran dan hati manusia. Oleh karena itu, Dia menghukum dosa. Hukuman itu bertujuan mendidik dan menyadarkan manusia, bahwa ia harus “hidup bergaul dengan Allah (Kej. VI : 8 – 9), sama seperti CARA HIDUP NUH.
HIDUP BERGAUL DENGAN ALLAH. Allah menghendaki manusia berdiam dalam persekutuan bersama Dia. Dengan kata lain, manusia bergaul akrab, membina dan memelihara hubungan baik dengan DiriNya. Hubungan baik dan pergaulan yang akrab itu menumbuhkan pengenalan akan Allah dan kehendakNya. Jika manusia mengenal dan mengerti akan kehendakNya, maka ia diberkati untuk menyelenggarakan ibadah kepada Allah. Jadi, berkat yang dikaruniaiNya bertujuan untuk menguatkan manusia melaksanakan tugas yang diberikan oleh Dia.
BERIBADAH DALAM DUNIA BARU. Tindakan Allah menghapuskan manusia melalui peristiwa air bah / banjir bandang menlukiskan kedahsyatan murka Allah ke atas orang-orang yang HATINYA CENDERUNG BERBUAT KEJAHATAN SEMATA-MATA. Itu berarti, Allah tidak menciptakan manusia untuk berbuat jahat, melainkan menjadi CO-WORKER (teman sekerja) yang berfungsi peran untuk membawa berkat kepada semua kaum di muka bumi (Kej XII:3b).
Untuk tujuan itulah Dia menyelamatkan Nuh dan keturunannya menjadi TEMAN SEKERJA. Salah satu keturunan Nuh dari anaknya, SEM, yakni : TERAH, ayah ABRAHAM (Kej. XI : 11 – 26). Melalui Abraham, anak Terah, anak Sem, anak Nuh, Allah memanggil dan menugaskannya “membawa berkat bagi semua kaum di muka bumi” (Kej. XII.3b). Jadi pusat ibadah umat manusia adalah ALLAH MAHABAIK, yang memelihara dan melimpahkan berkat yang tidak terbatas. Dan tujuan penugasan keturunan Nuh -> Sem -> Terah -> Abraham -> Ishak -> Yakub -> Israel adalah MENJADI BERKAT BAGI BANGSA-BANGSA.
IBADAH YANG BARU DIMULAI SEJAK ALLAH MENCIPTAKAN MASA DEPAN BARU. Alkitab memberikan kesaksian, bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, termasuk masa depan. Nabi Yesaya menubuatkan firman Allah : “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” (Yes. 65 : 17). Sama seperti pada masa Nuh, Allah melihat kejahatan manusia semakin parah, demikianpun Dia menemukan keturunan Nuh, yakni : SEM -> TERAH -> ABRAHAM -> ISHAK -> YAKUB -> ISRAEL melakukan hal sama. Israel dihukum Allah. Mereka diasingkan (dibuang) ke Babilonia. Dari sanalah Allah bekerja menyaring orang-orang pilihan, yakni : SISA-SISA ISRAEL, untuk kembali ke Yerusalem dan menyelenggarakan ibadah yang baru. Tujuannya masih tetap sama : MEMULIAKAN ALLAH DAN MEMBAWA BERKAT BAGI SELURUH UMAT MANUSIA.
YESUS KRISTUS DAN ORANG KRISTEN. Meskipun Israel, selaku keturunan Nuh dari anaknya Sem, telah diampuni oleh Allah; akan tetapi mereka selalu berkanjang dalam dosa. Mereka mengkhamiri dirinya. Akan tetapi Allah tidak putus asa. Ia senantiasa bekerja merealisasikan tujuan penyelamatan / pembebasan sampai pada waktu yang ditentukanNya sendiri. Oleh karena itu, Dia menghadirkan DiriNya dalam nama YESUS, yang artinya : Dialah yang menyelamatkan umat-Nya (Mat. 1 : 21). Di dalam dan melalui pekerjaanNya, TUHAN, Allah Israel, melancarkan pembaharuan dan pemulihan keadaan manusia. Itulah sebabnya Rasul Petrus menyatakan : “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”(Kis. 4:12). Yesus Kristus adalah keturunan NUH dari anaknya SEM -> TERAH -> ABRAHAM -> ISHAK -> YAKUB -> ISRAEL (bd. Kej. 11 : 11 – 26; Lukas 3 : 23 – 38; Mat. 1 : 1 – 18). Dialah yang menjadi Pemimpin, Tuhan dan Kristus (bd. Kis. 2:36; Plp. 2 : 10). Dia melaksanakan misi yang sama : ALLAH DIMULIAKAN dan SEMUA KAUM DI MUKA BUMI MEMPEROLEH BERKAT. Suruhan Allah yang dikerjakan Yesus Kristus itulah yang, seharusnya, juga dikerjakan oleh Gereja dan orang kristen.
SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN
DALAM IBADAH KELUARGA - HARI RABU, 29 PEBRUARI 2012
SALAM DAN DOA
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar