Dok-B/005/14-III-12/HOM./ARIE.-
PENGAJARAN – HARI RABU, 21 MARET 2012
BERDOALAH BAGI
MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU
KELUARAN VIII : 20 - 32
NATS PEMBIMBING
Kami harus pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya
untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, seperti yang
difirmankan-Nya kepada kami." Lalu kata Firaun: "Baik, aku akan membiarkan kamu
pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun;
hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh. Berdoalah untuk aku."
KELUARAN VIII : 27 – 28
DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI RABU, 14 MARET 2012
OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----
PENGANTAR
Perdebatan Bapa – Bapa Gereja (The Founding Fathers) sejak Jemaat-Jemaat Kristen Abad I, di sekitar perlakuan diskriminatif dari pihak Pemerintahan Kaisar (atau Negara maupun Kerajaan) telah memicu Jemaat-Jemaat menyoal : PATUTKAH GEREJA / JEMAAT PERLU MENDOAKAN PEMERINTAHAN NEGARA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN HAK-HAK AZASI DAN BERBUAT KEJAHATAN ? Hasil perdebatan itu membelah sikap dan pandangan Jemaat – Jemaat, sejak dahulu sampai sekarang ini. Ada kelompok yang mengikuti ajaran Yesus : Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. (Mat. 5 : 44); akan tetapi ada yang menganjurkan sikap nonkompromis (simaklah pandangan kristen aliran Yehova); ada pula yang bersikap mendoakan namun tidak berkompromi atau tidak boleh membantu pemerintahan kekaisaran yang bersikap diskriminatif.
Sejarah di Indonesia mencatat, bahwa banyak peristiwa diskriminatif telah menimpa kekristenan, seperti : pembatalan Sidang Dewan Gereja-Gereja se-Dunia di sekitar tahun 1970-an, penghambatan terhadap kebebasan beragama sesuai UUD 1945 Psl. 29, penghancuran dan pelarangan pembangunan rumah-rumah ibadah kristen, dan lain-lain sejenisnya. Padahal banyak Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN telah berpartisipasi penuh dengan mengorbankan jiwa dan harta milik, sejak Gerakan dan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia. Namun MASIH DIRASAKAN adanya perlakuan diskriminatif terhadap Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN sebagai warga Negara kelas dua / pinggiran sampai hari ini. Lalu persoalan klasik yang disebutkan di atas perlu dikaji kembali : PATUTKAH GEREJA / JEMAAT PERLU MENDOAKAN PEMERINTAHAN NEGARA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN HAK-HAK AZASI DAN BERBUAT KEJAHATAN ?
Pengalaman yang sama dirasakan oleh suku-suku IBRANI (artinya : budak belian) di bawah dwi-tunggal kepemimpinan MUSA – HARUN. Mereka menghadap Paraoh (Kaisar) Mesir dan berkata : “Kami harus pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami, seperti yang difirmankan-Nya kepada kami” (Kel. 8:27); akan tetapi permohonan itu ditolak. So pasti, kemungkinan ada alasan-alasan yang melatar – belakangi penolakan tersebut.
1. Alasan SOSIO-EKONOMI. Dari sudut pandang ekonomi para budak belian (Orang Ibrani) merupakn tenaga kerja yang terampil serta murah bayarannya (bd. Kel. 1 : 10 – 11 -> pekerja rodi / paksa).
2. Alasan SOSIO-POLITIK dan HANKAMNAS. Di pihak lain pertumbuhan dan perkembangan jumlah keturunan Yakub di Mesir semakin banyak (bd. Kel. 1:7 -> “Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka”). Keadaan seperti itu menimbulkan kekuatiran Paraoh (Kaisar) Mesir akan keamanan tahtanya (bd. Kel. 1:10b -> “jika terjadi peperangan -- jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini”). Bisa saja orang-orang itu melakukan kudeta untuk merebut tahta kekaisaran Mesir ataupun tanpa kudetapun mereka akan menjadi tuan atas warga Mesir.
Menyimak alasan-alasan di atas, kita menemukan persoalan dilematik yang sedang dihadapi Paraoh (Kaisar) Mesir. Dia harus memilih dan menentukan sebuah sikap : MEMBIARKAN PERGI ataukah MEMPERTAHANKAN ORANG-ORANG IBRANI ITU MENETAP DI MESIR. Persoalan ini telah menimbulkan pandangan kemenduaan (dikotomis) yang terkesan seolah-olah Paraoh (Kaisar) Mesir bersikap plin-plan, terkesan tidak tegas. Sikap ini tampak dalam seluruh cerita tentang 10 (sepuluh) tulah yang dilakukan MUSA – HARUN di Mesir (Kel. 7:14 – 12:42). Bukankah kedua alasan itu pula sedang dirasakan dan masih akan digumuli Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN sekarang dan ke depan ? Pertanyaan ini bukan bersifat provokatif tetapi antisipatif.
BACAAN ALKITAB DAN PENJELASANNYA
KELUARAN VIII : 20 – 32
20. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai, dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman TUHAN : Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku;
PENJELASAN
Sesuai dengan firman yang disampaikan Allah kepada Musa : “Maka engkau harus berkata kepada Firaun : Beginilah firman TUHAN : Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu : Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku…” (Kel. 4 : 22-23).
21. sebab jika engkau tidak membiarkan umat-Ku itu pergi, maka Aku akan melepaskan pikat terhadap engkau, terhadap pegawai-pegawaimu, rakyatmu dan rumah-rumahmu, sehingga rumah-rumah orang Mesir, bahkan tanah, di mana mereka berdiri akan penuh dengan pikat.
PENJELASAN
Ucapan ilahi “sebab jika engkau tidak membiarkan umat-Ku itu pergi, maka Aku akan melepaskan pikat terhadap engkau,” merupakan penegasan ulang dari Keluaran 4 : 23 “… tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.” Inilah dasar bagi pembangunan Hak-Hak Azasi Manusia di bidang keagamaan. Ibadah itu selayaknya dilakukan dalam suasana kemerdekaan, di mana setiap orang bebas menyembah Allah sesuai keyakinan iman dan ajaran agamanya. Jika ada orang yang tidak menghormati kebebasan pihak lain untuk menjalankan ibadah : Allah Mahaesa yang disembah semua orang, maka Dia akan menghukum pelakunya (Hukum Etika-Moral).
22. Tetapi pada hari itu Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat, supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini.
PENJELASAN
22.a. PEMELIHARAAN ALLAH. “Aku akan mengecualikan tanah Gosyen, di mana umat-Ku tinggal, sehingga di sana tidak ada terdapat pikat.” Pernyataan ini menunjuk pada karya pemilihan dan penyelamatan. Allah mengasihi Israel berdasarkan perjanjian yang telah diberikanNya kepada leluhur mereka : ABRAHAM – ISHAK – YAKUB. Oleh karena itu, Dia memelihara umatNya. Bukan saja di tempat yang baru, tetapi juga di negeri ini, yaitu : di Mesir.
22.b. TUJUAN IBADAH. “…supaya engkau mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini.” Salah satu tujuan ibadah Israel adalah “supaya engkau mengetahui / mengenal TUHAN.” (bd. Kel. 8:10b -> “supaya tuanku mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti TUHAN, Allah kami”; juga Kel. 7:5) So pasti, kata ganti orang II tunggal itu ditujukan kepada Paraoh (Kaisar) Mesir, agar ia mengetahui / mengenal Allah yang berkuasa atas dirinya. Akan tetapi pada pihak lain, kalimat tersebut SECARA TERSIRAT juga ditujukan kepada Israel, supaya mereka sungguh-sungguh percaya, bahwa TUHAN, Dialah Allah ABRAHAM – ISHAK – YAKUB, Dialah satu-satunya Allah (bd. teologi monoteisme -> Ul. 6:4; bd. ayat-ayat dalam Kitab Yesaya 45) yang mengerjakan penyelamatan. Kalimat tersebut sangat menggema dalam teologi Nabi Yeheskiel (carilah dan simaklah seluruh ayat yang mengungkapkan hal itu).
23. Sebab Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu. Besok tanda mujizat ini akan terjadi.
PENJELASAN
23.a. MAKNA PENGUDUSAN. “Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu.” Salah satu makn yang terkandung dalam kalimat ini adalah pengudusan umat Allah. Pengudusan itu dilakukanNya berdasarkan KASIH PEMILIHAN atas umat. Bertolak dari pemahaman itu, Israel memahami eksistensi (keberadaan)-nya di tengah bangsa-bangsa sebagai UTUSAN YANG DIKHUSUSKAN OLEH ALLAH. Israel bukanlah bangsa yang kudus (khusus) bagi Allah, karena mereka melakukan kehendakNya; akan tetapi ia MENJADI KUDUS sejak Allah MEMILIH sebagai umat dan MENGANGKAT (teologi adopsianisme) selaku ANAK-ANAK-Nya. KEKUDUSAN adalah ANUGERAH Allah semata-mata dan bukan oleh KELAYAKAN Israel.
24. TUHAN berbuat demikian; maka datanglah banyak-banyak pikat ke dalam istana Firaun dan ke dalam rumah pegawai-pegawainya dan ke seluruh tanah Mesir; negeri itu menderita karena pikat itu.
PENJELASAN
“TUHAN berbuat demikian…” Kata kerja “berbuat” bersifat aktif. Melalui penggunakan kata kerja aktif tersebut, penulis menegaskan bahwa Allah sajalah yang aktif mengerjakan segala sesuatu menurut waktu dan kehendakNya yang bebas. Bukan karena Israel, Dia bertindak, tetapi karena kemauan / kehendakNya sendiri (bd. Yeh. 36 : 22b -> “Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus…”; ay. 32a -> “Bukan karena kamu Aku bertindak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu”).
25. Lalu Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata : "Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini."
PENJELASAN
25.a. “Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allahmu…” Inilah TRADISI AGAMA ISRAEL tentang MISI UMAT ke dalam dunia.
25.b. “… persembahkanlah korban kepada Allahmu …” Penyelenggaraan ibadah Israel terpusat pada PERSEMBAHAN KORBAN.
25.c. “…di negeri ini.” Paraoh (Kaisar/Raja) Mesir menambahkan kata “di negeri ini” ke dalam pengutusan Allah. So pasti, ada tujuan tertentu dalam pikirannya (simak PENGANTAR butir 1 & 2).
26. Tetapi Musa berkata : "Tidak mungkin kami berbuat demikian, sebab korban yang akan kami persembahkan kepada TUHAN, Allah kami, adalah kekejian bagi orang Mesir. Apabila kami mempersembahkan korban yang menjadi kekejian bagi orang Mesir itu, di depan mata mereka, tidakkah mereka akan melempari kami dengan batu ?
PENJELASAN
26.a. “Tidak mungkin kami berbuat demikian, sebab korban yang akan kami persembahkan kepada TUHAN, Allah kami, adalah kekejian bagi orang Mesir.” Kalimat ini menegaskan KEUNIKAN IMAN umat, sekaligus PERBEDAAN pelaksanaan ibadah mereka. Keunikan agama Israel terletak pada pemahaman dan pengakuan imannya kepada TUHAN, ALLAH ISRAEL, YANG MAHAESA yang oleh karena kasih telah memilih dan memelihara umatNya (Ul. 6:4). So pasti, kita dapat menemukan ritual persembahan korban dalam semua budaya-agama-suku, termasuk Agama Mesir; akan tetapi qiblat ataupun tujuan penyembahannya berbeda.
26.b. “Apabila kami mempersembahkan korban yang menjadi kekejian bagi orang Mesir itu, di depan mata mereka, tidakkah mereka akan melempari kami dengan batu ?” Musa menolak menyelenggarakan usulan Paraoh (Kaisar / Rja) Mesir untuk persembahkanlah korban kepada Allahmu di negeri ini karena alasan KEAMANAN DAN KENYAMANAN beribadah. Secara tersirat Musa ingin menegaskan, bahwa tujuan fungsional dari misi AGAMA ISRAEL berbeda dari AGAMA MESIR. So pasti, Israel akan dihambat dan pelaksanaan ibadahnya pun dipersulit rakyat Mesir, termasuk penguasanya, yang berbeda keyakinan agama. Sebab itu, Musa menyampaikan pesan Allah Israel : BIARKANLAH UMATKU PERGI UNTUK BERIBADAH KEPADAKU (ay. 27; bd. Kel 3:22-23)
27. Kami harus pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembah-kan korban kepada TUHAN, Allah kami, seperti yang difirmankan-Nya kepada kami."
PENJELASAN -> simak ulasan ayat 26
28. Lalu kata Firaun: "Baik, aku akan membiarkan kamu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di padang gurun; hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh. Berdoalah untuk aku."
PENJELASAN
28.a. Ucapan Paraoh (Kaisar / Raja) Mesir bersifat diplomatis politik, sebab di dalamnya ditemukan kalimat : “hanya janganlah kamu pergi terlalu jauh.” Artinya, Israel dapat menyelenggarakan ibadahnya dalam batas geograpis yang dikuasai dan dapat diawasi olehnya; karena jika Israel melewati batas wilayah kekuasaan Mesir, maka hal itu akan membawa dampak politik internasional. Mesir akan mengalami kesulitan berhadapan dengan kekuasaan kerajaan lain, di mana Israel akan melaksanakan ibadahnya.
28.b. “Berdoalah untuk aku.” Pada mulanya permintaan ini bukan diucapkan oleh Paraoh tetapi dikemukakan Musa (bd. Kel. 8 : 10b -> “Kata Musa kepada Firaun : "Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu…”). Jadi sesungguhnya Paraoh kurang percaya, bahwa TUHAN, Allah Israel, dapat melakukan segala sesuatu, termasuk tanda ajaib di Mesir.
Oleh karena itu, ketika ia berkata : “Berdoalah untuk aku,” maka muncul kesan bahwa Paraoh telah berubah pikirannya. Ia mulai mengenal Allah Israel yang mampu melakukan segala sesuatu menurut kehendakNya sendiri.
29. Lalu kata Musa: "Sekarang aku keluar meninggalkan tuanku dan akan berdoa kepada TUHAN, maka pikat itu akan dijauhkan besok dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; hanya janganlah Firaun berlaku curang lagi dengan tidak membiarkan bangsa itu pergi untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN."
PENJELASAN
Mendengar permintaan Paraoh, Musapun melakukannya, dengan catatan : “hanya janganlah Firaun berlaku curang lagi.” Ucapan Musa mengesankan, bahwa ia meragukan sikap dan tutur Paraoh. Sebab sudah 3 (tiga) kali sebelumnya, Paraoh berubah-ubah (plin-plan) sikapnya.
PENJELASAN -> simak ayat 29
31. Dan TUHAN membuat seperti yang dikatakan Musa : pikat itu dijauhkan-Nya dari Firaun, dari pegawai-pegawainya dan rakyatnya; seekorpun tidak ada yang tinggal.
PENJELASAN -> simak ayat 29
32. Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.
PENJELASAN
Umumnya, para pengajar / pemberita yang menyampaikan pemberitaannya berdasarkan bahagian ini (Kel. 8) menegaskan, bahwa Allah MENGERASKAN HATI Paraoh (bd. Kel. 7:3 _> “tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun”). Hal itu idak salah ! Akan tetapi kita tidak boleh menggeneralisasikan pemhaman seperti itu. Sebab pandangan demikian akan membawa dampak negatif bagi pemahaman umat, seakan-akan segala kejahatan manusia bersumber pada Allah. Di dalam pasal 8 ini, kita dapat membacakan nuansa lain dari pada yang disebutkan sebelumnya. Penulis Kitab Keluaran menuliskan : “Tetapi hati Firaun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka -- seperti yang telah difirmankan TUHAN.” (Kel. 8:15, 19; bd. 7:13). Tetapi di dalam ayat ini (Kel. 8:32) tidak terdapat penjelasan seperti di dalam pasal dan ayat sebelumnya, yakni : “seperti yang telah difirmankan TUHAN.”
Keluaran 8 : 20 – 32 diakhiri pernyataan penulis : “Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.” Sebab itu, muncul pertanyaan : Apakah penulis LUPA mencatat hal ini : seperti yang telah difirmankan TUHAN ? Apakah yang dimaksudkan penulis ? atau adakah sumber-sumber lain yang dipakai penulis, di mana keterangan seperti yang telah difirmankan TUHAN tidak ditemukan ? Bagaimanakah kita mendamaikan KELUARAN 8:15, 19; bd. 7:13 dan KELUARAN 8 : 32 ?
SOLUSI PERTAMA
Kita bisa mengatakan, bahwa TUHANLAH YANG MENGERASKAN HATI FIRAUN (Kel. 18:15, 19 “seperti yang telah difirmankan TUHAN“ yang tertulis dalam Kel. 7:13). Akan tetapi kita tidak boleh menggeneralisasikan pernyataan Keluaran 7 : 13, seakan semua KEKERASAN HATI manusia (Paraoh) dikerjakan oleh Allah. Jika kita menggeneralisasikan hal itu, maka akan timbul kesalahpahaman tentang DOSA, seakan-akan Allah ikut mengambil bahagian dalam kejahatan dan kesalahan manusia. Tidak benar !
SOLUSI KEDUA
2.1. Di lain pihak, pernyataan penulis Keluaran 8 : 32 -> “Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi” berhubungan pada alasan-alasan yang dijelaskan dalam PENGANTAR butir 1 & 2.
2.2. Dan, oleh karena itu, penulis ingin mengatakan, bahwa sikap Paraoh yang berubah-ubah (plin-plan) bersumber dari “kecenderungan hati–nya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5). Sangat manusiawi ! Sebab Paraoh tidak mengenal atau mengetahui SIAPAKAH ALLAH ISRAEL ? Dengan demikian Allah dalam 10 (sepuluh) tulah di Mesir itu bertujuan dan bermaksud, agar Paraoh dan Israel “mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, ada di negeri ini” (8:22c). Jadi melalui pengadaan mujizat-mujizat itu, KEYAKINAN IMAN Israel dikuatkan, agar mereka tidak saja menerima KEPERCAYAAN ABRAHAN sebagai sebuah WARISAN / TRADISI KEAGAMAAN saja, melainkan sungguh-sungguh hidup dalam iman leluhurnya. Pada pihak lain, Allah juga bertujuan mendidik Paraoh dan rakyat Mesir, bahwa TUHANlah, Allah Israel, yang MAHAESA dan MAHAKUASA. Dia yang menciptakan dan Dia menghukum semua orang berdosa. Jadi, sikap Paraoh yang berubah-ubah (plin-plan) juga dipengaruhi KECENDERUNGAN HATI –nya sendiri. Oleh karena itu, sebagai penguasa kekaisaran Mesir, ia bertanggungjawab atas setiap peristiwa yang membaw petaka dalam kehidupan rakyatnya.
SEBUTIR PERENUNGAN
BERDOALAH BAGI
MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU
Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus !
Acapkali kecenderungan hati melahirkan berbagai ucapan dan tindakan yang tidak berkenan kepada Allah. Di selang beberapa waktu sampai hari ini Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN mengalami tekanan luar biasa dari saudara-saudara sebangsa yang beragama lain. Banyak alasan yang diada-adakan untuk menepis pandangan umum terhadap kasus penolakan ijin dan pembongkaran pembangunan rumah ibadah (Gereja). Alasan yang paling kuat dan aman adalah KECEMBURUAN SOSIAL, KARENA ORANG KRISTEN KURANG BERMASYARAKAT SECARA BAIK. Padahal alasan itu muncul karena latarbelakang kekuatiran dan ketakutan sekelompok orang yang mengembangkan sikap fanatik ekstrim dengan menggunakan dalil-dalil agamawi sebagai pembenaran atas tindakan-tindakan anarkhis (perbuatan melanggar hukum Negara).
Menghadapi kondisi seperti ini, masih ada pula pengajar / pemberita Kristen yang melakukan pembelaan diri untuk menyalahkan sekelompok orang tersebut dengan menggunakan sikap yang sama seperti mereka, yakni : memakai ajaran-ajaran alkitabiah untuk memprovokasi dan menyerang mereka. Sikap dan pandangan seperti ini (kaum fundamentalis yang fanatik ekstrim) tidak / kurang berkenan di hati Allah. Marilah kita menyimak peristiwa di Mesir dan sikap Paraohnya terhadap pembebasan Israel.
Saudara – saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus !
Pembebasan (exodus) dari Mesir merupakan ANUGERAH ALLAH yang diberikan secara cuma-cuma (gratis, prodeo) ke atas keturunan Israel, yang disebut Ibrani (budak belian). Pembebasan itu terkait EKSISTENSI umat yang dilakukan berdasarkan PERJANJIAN KASIH KARUNIA yang diikatkan oleh Allah kepada Abraham. Melalui pembebasan itu Allah bertujuan MENGUTUS UMAT UNTUK MENYELENGGARAKAN IBADAH ke mana saja mereka pergi. Oleh karena itu, pembebasan yang dimaksudkan penulis Kitab keluaran, bukn semata-mata berlatarbelakang sosial – politik – keamanan – ekonomi; akan tetapi pembebasan itu bertujuan agar “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3b) sesuai suruhan Allah kepada leluhur Israel, ABRAHAM. Meskipun kita patut menyadari, bahwa berlatarbelakang sosial – politik – keamanan – ekonomi selalu menjadi fenomena kontekstual bagi sebuah karya pembebasan.
Sering MUSA – HARUN yang dipanggil dan ditugaskan Allah mengalami kekecewaan, bahkan hampir-hampir putus asa mengahadapi sikap pemerintah Mesir berubah-ubah (plin-plan) mengatasi masalah perbedaan agama antara umat Israel dan rakyat Mesir. Umumnya rakyat Mesir menyembah Dewa Ra (Matahari), sedangkan umat Israel beribadah kepada TUHAN, Allah Mahaesa (Ul. 6:4-5). Perbedaan ini sangat menonjol, bahkan mengakibatkan dampak negatif terkait penyelenggaraan ritual penyembahan (bd. Kel. 8:26). Musa – Harun menyadari kondisi ini. Oleh karena itu, mereka mengusulkan, agar Paraoh membebaskan umat Israel untuk melaksanakan ibadah kepada Allah (Kel. 8:23-24). Ternyata usulan Musa-Harun yang sesuai kehendak Allah (Kel. 4:22-23) ditepis Paraoh. Raja itu berkata : “Pergilah, persembahkanlah korban kepada Allah DI DALAM NEGERI INI” (Kel. 8:25). Firaun tidak mau membebaskan Israel pergi beribadah di luar wilayah kekuasaannya. Hal itu disebabkan alasan ekonomis dan keamanan (simak PENGANTAR butir 1 – 2). Oleh karena itu, sesuai firman Allah : “Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi” (Kel. 4:23a), maka Dia akan menghukum Mesir. Jadi peristiwa LALAT PIKAT yang dialami bangsa dan raja Mesir itu merupakan hukuman Allah. Namun TUHAN, Allah Israel, menyelamatkan Mesir oleh DOA YANG DINAIKKAN MUSA.
Saudara – saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus !
Apakah pelajaran / hikmat ilahi yang dapat diperoleh dari peristiwa yang diceritakan (Kel. 8:20-32) oleh penulis Kitab Keluaran ?
Pertama, JIKA ENGKAU BERKUASA DALAM SEBUAH NEGERI, HORMATILAH KEBERAGAMAN AGAMA SERTA MEMBEBASKAN SIAPAPUN UNTUK MENJALANKAN KEWAJIBAN AGAMANYA. Sikap yang sekarang dialami orang-orang kristen di Indonesia, kemungkinan, disebabkan kekristenan --- menurut kelompok mayoritan --- merupakan kelompok minoritas di dalam Negara Indonesia. Seandainya saja, jika kekristenan menjadi kelompok mayoritas yang berkuasa, apakah tindakan yang sama seperti yang sedang terjadi tidak dilakukan oleh orang-orang kristen berdasarkan keyakinan agamanya ? Dalam catatan-catatan sejarah dunia, sejak dahulu sampai sekarang ini, sikap tersebut pernah dan sedang dilakukan orang kristen atas minoritas kelompok beragama, seperti : yang dilakukan pada Abad Pertengahan oleh Kepausan Roma, dan sekarang juga sedang berlangsung antara kelompok Protestan dan Katolik Roma di Scottlandia – Inggris. Keadaan itu bisa tercipta, karena kesalah pahaman tentang pengelolaan KEKUASAAN NEGARA oleh kelompok kepentingan tertentu (seperti yang dilakukan Paraoh atas nama kepentingan rakyat dan agamanya dan atau yang dialami oleh Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN saat ini). TUHAN Allah menghendaki kita menghormati keberagaman keyakinan iman serta membebaskan siapapun untuk menyelenggarakan ibadahnya sesuai ajaran agamanya. Dan, oleh karena itu, tiap orang kristen wajib melaksanakannya, bukan karena takut akan hukuman Negara, melainkan karena CINTA-KASIH KEPADA ALLAH YANG DIWUJUDKAN KE DALAM PELAYANAN KEMASYARAKATAN.
Kedua, Yesus berkata : KASIHILAH MUSUHMU, DAN BERDOALAH UNTUK MEREKA YANG MENGANIAYA KAMU (Mat. 5:44). Jauh sebelum Yesus mengatakannya, MUSA telah berbuat demikian. Meskipun ia tahu persis sikap Paraoh yang sering berubah-ubah (plin-plan); akan tetapi ia mendoakan sesuai permohonan sang raja Mesir.
Dalam masa PRA PASKAH IV (atau sesuaikn dengan Tap PS-GPIB 1990), marilah kita melihat dan memandang Tuhan Yesus yang menderita di bukit Golgota. Ia telah berdoa kepada Allah, BapaNya, demi penyelamatan/pembebasan orang-orang yang menkhianati serta menyalibkan DiriNya : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34). Tuhan Yesus memohonkan ampunan, agar Allah memberikan waktu kelonggaran, supaya orang-orang yang memusuhiNya dapat menerima keselamatan. DoaNya diserukan dari hati penuh cinta, tulus dan mengampuni. Di sinilah Warga Negara Indonesia BERAGAMA KRISTEN belajar untuk mendoakan saudara-saudara yang berbeda keyakinan agama serta pemerintah, meskipun sedang mengalami tindakan ketidakadilan dan diskriminatif.
SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN / PENGAJARAN
SALAM DAN DOA
DARI
PUTRA SANG FAJAR
ARIE ARNOL REMALS IHALAUW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar