Rabu, 28 Maret 2012

Racangan Pengajaran dan Pemberitaan Firman dalam Kebaktian Keluarga - Rabu, 04 April 2012


GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT
( G P I B )
MAJELIS JEMAAT KASIH KARUNIA MEDAN
Sekretariat : Jalan Kapten Muslim 94 A – Medan


SALIB KRISTUS
DALAM PENDERITAAN YEREMIA

KITAB YEREMUA XV : 10 – 21

NATS PEMBIMBING

Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu,
maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku,
dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan
atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.

KITAB YEREMIA  XV : 16

DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI RABU, 28 MARET 2012

OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----

PENJELASAN AWAL

Acapkali para warga dan presbiter salah mengartikan pengutusan Allah atas umatNya. Ada warga dan presbiter yang berpandangan, bahwa Allah memanggil dan menugaskan para pelayan untuk melayani warga jemaat. Pandangan seperti ini bersifat sempit dan cenderung keliru, karena pentafsiran frasa untuk melayani warga jemaatdiartikan sama denganmelayani keinginan jemaat. Sesungguhnya, Alkitab bersaksi : ALLAH MEMANGGIL UMAT UNTUK MENJADI PELAYANNYA, BUKAN MENJADI PELAYAN JEMAAT, termasuk BUKAN MENJADI PELAYAN ORGANISASI. Jika seorang pelayan berpandangan demikian, maka ia telah keliru menafsirkan kesaksian Alkitab. Kitab Suci Kristen mengatakan : “Biarlah umatKu pergi dan beribadah kepadaKu” (bd. Kel. 4 : 22 – 24). BERIBADAH kepada Allah sama artinya MENJADI PELAYAN / HAMBA Allah, BUKAN hamba / pelayan manusia maupun organisasi. Beribadah kepada Allah bertujuan mewujudnyatakan kehendak Allah di hadapan mata banyak orang, agar mereka yang melihat menjadi percaya, lalu melakukannya.

Menurut arti katanya IBADAH berarti “bersujud menyembah Allah, menjadi hamba / pelayan / pesuruh bagi Allah.” Oleh karena itu, IBADAH yang dilakukan orang Kristen (orang-percaya-yang-setia) BUKAN dijalankan menurut keinginan manusia dan aturan organisasi, melainkan MENURUT FIRMAN ALLAH YANG DISAKSIKAN OLEH ALKITAB. Sebab itu, aturan-aturan organisasi, selayaknya mencerminkan firman Allah, dan bukan diadakan karena keinginan manusia.

Demikianpun PEMBERITAAN FIRMAN. Tidak seorangpun boleh berkata-kata berdasarkan keinginan hatinya, dan atau menurut keinginan warga / presbiter. Semua pemberita firman wajib menyatakan kehendak Allah, entahkan disukai atau tidak disukai.

PENJELASAN EXEGETIS
YEREMIA XV : 10 - 21
BD. Psl. XX : 7 – 18

A.  RATAPAN NABI DALAM PEKERJAANNYA

10.     Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.
11.     Sungguh, ya TUHAN, aku telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, dan telah membela musuh di depan-Mu pada masa kecelakaannya dan kesesakannya !
12.     Dapatkah orang mematahkan besi, besi dari utara dan tembaga ?

PENJELASAN

a)      Ayat 10 – 13 merupakan keluhan Nabi Yeremia terkait pelaksanaan tugas jabatan fungsional / pengutusan selaku nabi oleh Allah (bd. Yer. 20:7 – 18). Acapkali nabi menderita karena sikap permusuhan yang diperlihatkan oleh pemimpin bait Allah (Yer. 20:1-6) dan penguasa Kerajaan (Yer. 26:1-24), malahan perlawanan nabi palsu (Yer. 28:1-17) serta sikap orang-orang sekampungnya (Yer. 11:18-23).

b)      Inti persoalan dalam ayat 10-12 terletak pada ayat 10a Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku (bd. Yer. 20 : 14-15 -> “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan. Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku”), seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeridi mana nabi menggumili kehadirannya sebagai utusan TUHAN. Nabi Yeremia serba salah. Ia telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, tetapi pelayanannya tidak diterima baik oleh seluruh umat di Yerusalem-Yehuda, bahkan di kampung halamannya sendiri. Kehadirannya “menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri.

      APLIKASI PEMBERITAAN FIRMAN

      Keadaan seperti ini akan terus menerus dialami oleh setiap pelayan TUHAN, siapapun dia dan dalam status apapun yang didudukinya. Acapkali seorang pelayan TUHAN telah menyatakan kebenaran Allah, tetapi pernyataannya itu dipersoalkan oleh Pimpinan Bait Allah (sekarang : Gereja / Jemaat), bahkan warga jemaat. Seakan-akan pernyataannya bukanlah firman Allah. Kadang muncul celoteh warga dan pimpinan Gereja dengan angkuhnya berkata : “Itukan pikirannya sendiri, dan bukan firman Allah ! Masakah dia menubuatkan penghukuman atas umat TUHAN !? Celoteh seperti inilah yang menyakitkan hati pelayan Firman.

Selanjutnya, bila nubuat sang pelayan digenapi Allah, maka muncul cacian : “Masakan seorang pelayan Firman mengutuki umat TUHAN !” Padahal awalnya si pelayan hanya mengingatkan umat Allah : “Jika kamu melanggar firmanNya, maka kamu pasti dihukum oleh Allah.” Di dalam hal inilah si pelayan firman merasakan beban pelayanan yang dipikulnya, karena cinta akan Allah dan kesetiaan melakukan seluruh titahNya. Pada satu pihak, sebagai bahagian dari persekutuan umat, si pelayanan mengetahui persis bahwa hukuman TUHAN akan segera dilaksanakan, jika umat tidak mau meninggalkan perbuatan yang berdosa. Di pihak lain, ia bergumul di hadapan Allah untuk memohonkan pengampunan atas umatNya. Sementara umat terus berkanjang pada dosa, tanpa mau bertobat.

-----oo00oo-----

c)      Karena itu, Nabi Yeremia bertutur kepada Allah : “Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku” (bd. Yer. 20 : 14-15 -> “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan. Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku”). Nabi menyesali kelahirannya. Sesungguhnya, ungkapan ini merupakan penolakan secara halus atas pengutusan Allah. Mungkin seperti inilah maksudnya : “Mengapa dahulu Allah telah membuat aku keluar dari rahim ibuku. Mengapa aku tidak menjadi seperti bayi yang mati di dalam kandungan. Mengapa Allah memanggil dan mengutus aku serta membiarkan aku mengalami banyak penderitaan ketika melakukan pekerjaanNya.” Refleksi seperti ini merupakan gugatan Nabi Yeremia terhadap panggilan Allah (Yer. 1:14-15).

      APLIKASI PEMBERITAAN FIRMAN
                          
Situasi psikologis ini rata-rata dirasakan oleh setiap pekerja / pelayan di dalam Gereja atau Jemaat. Pada awalnya setiap orang bersemangat berpartisipasi dalam pekerjaan Allah. Ia berpikir, bahwa pekerjaan pelayanan itu indah, tidak ada kesulitan, tidak ada perbantaan dan percecokan. Setelah memasuki karya pelayanan, barulah si pelayan menyadari betapa beratnya beban, alangkah dahsyatnya pergumulan yang dialami, dan sungguh sulitnya jalan salib yang harus dilalui sepanjang karya pelayanan dalam Gereja atau Jemaat. Menghadapi keadaan pelayanan seperti itu, kadang-kadang muncul rasa penyesalan dalam hati : Mengapa aku harus memilih jalan ini ?” Justru bukan TUHAN Allah yang menciptakan penderitaan, tetapi sebaliknya orang-orang yang menyebut nama TUHAN-lah yang membuat masalah yang dipikul oleh tiap pelayan. Padahal tiap pelayan itu diutus oleh Allah untuk membimbing dan memberitahukan jalan yang selayaknya dijalani, supaya umat memperoleh rachmat kebaikanNya.

-----oo00oo-----

d)      Sungguh, ya TUHAN, aku telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, dan telah membela musuh di depan-Mu pada masa kecelakaannya dan kesesakannya ! (ay. 11).

      Nabi Yeremia kecewa, bukan karena Allah mengecewakannya; akan tetapi karena sikap penolakan umat Yehuda-Yerusalem, bahkan orang sekampungnya di Anatot. Ia mengeluh telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya artinya, nabi telah berusaha sekuat tenaga melakukan apa yang baik di mata TUHAN demi menolong umat untuk menerima keselamatan; tetapi sebaik-baik apapun yang dilakukannya, umat tetap menganggapnya tidak baik dan benar. Sebab mereka menginginkan nabi Yeremia harus membelanya di hadapan Allah, padahal Yeremia tahu persis, bahwa Allah menyuruhnya menyatakan hukumanNya, karena Yehuda-Yerusalem telah melanggar firmanNya. Inilah situasi kontradiksi yang dialami nabi : antara SETIA KEPADA ALLAH atau MENGIKUTI KEINGINAN / PERASAAN UMAT YANG BERDOSA.

      APLIKASI PEMBERITAAN FIRMAN

      Antara SETIA KEPADA ALLAH atau MENGIKUTI KEINGINAN UMAT YANG BERDOSA. Keadaan kontradiksi seperti ini selalu hadir di tengah pekerjaan Gereja atau Jemaat. Hal ini dapat terbaca jelas sebagai berikut :

      Pertama, acapkal Pimpinan Gereja memaksakan kehendak organisasi untuk dilakukan oleh Jemaat, padahal tidak semua Jemaat Lokal memiliki kesamaan dalam berbagai hal. Akibatnya si pelayan terjepit di antara 2 (dua) keadaan bertentangan. Di satu pihak, ia menggumuli masalah pelik (kompleks) dalam kehidupan berjemaat, di mana jemaat menolak keinginan Pimpinan Gereja; tetapi di lain pihak, ia harus tunduk di bawah ancaman Pimpinan Gereja, jika tidak melaksanakan kebijakan organisasi yang diwajibkan.

Si pelayan selalu terjepit : jika ia memilih untuk setia melaksanakan kewajiban sinodal, maka ia akan aman dilindungi oleh Pimpinan Gereja. Dalam kasus ini Jemaat Lokal dikorbankan karena kebijakan / keputusan Pimpinan Gereja. Sebaliknya, jika si pelayan bersikap memihak pada kebutuhan Jemaat Lokal, maka Pimpinan Gereja mencapnya sebagai pembangkang / penyesat.  Sementara si pelayan sering mengalami kebingungan di antara kedua sikap kontradiktif Pimpinan Gereja contra Jemaat Lokal. Padahal si pelayan, sama seperti Nabi Yeremia telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya.”

MELAYANI TUHAN ATAUKAH MELAYANI KEPENTINGAN ORGANISASI ?

Persoalan ini perlu ditanyakan kembali kepada setiap Pimpinan Gereja dan Pimpinan Jemaat : apakah seorang pelayan Allah dipanggil untuk melayani kepentingan Gereja secara sinodal atau Gereja dalam Jemaat Lokal ? Allah tidak memanggil dan mengutus kita (warga dan presbiter) untuk melayani kepentingan siapapun. Allah menyuruh kita untuk mengerjakan pekerjaanNya. PekerjaanNya itu adalah KESELAMATAN yang sesuai dengan kebenaran (kesaksian Alkitab) dan keadilan (anugerahNya). Kita dipanggil UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH, bukan kepada organisasi dan bukan pula melayani perasaan / keinginan manusia. Kita disuruh membawa manusia untuk melakukan firman Allah. Organisasi bukanlah tujuan ibadah Gereja atau Jemaat. Organisasi hanyalah alat pelayanan saja, bukan tujuan ibadah Gereja. Jika siapapun menggunakan organisasi (kekuasaan organisasi) untuk menjalankan tindakan yang bertentangan dengan KEBENARAN dan KEADILAN ALLAH YANG MENYELAMATKAN, maka kita tidak perlu menyatakan ketaatan kepadanya. Oleh karena itu, selayaknya kita perlu bersikap kritis terhadap penyelenggaraan organisasi Gereja sesuai kesaksian Alkitab. Betapapun aturan Gereja menata ketertiban pelayanan; akan tetapi seluruh aturan itu selayaknya disoroti oleh terang Firman Allah. Hal ini perlu dilakukan demi mengawasi (mengontrol) pemanfaatan kekuasaan oleh Pimpinan seturut keinginannya sendiri dengan mengatasnamakan kepentingan Gereja, dan bukan kehendak Allah, Pemilik Gereja atau Jemaat.

Sebaliknya, KITA TIDAK DIPANGGIL ALLAH UNTUK MELAYANI KEINGINAN WARGA JEMAAT. Kita disuruh untuk menyatakan APA YANG BENAR DAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH. Dan, oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri sepenuhnya, agar tidak tergoda oleh pemberian yang menggiurkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, yang pada akhirnya mengorbankan KEBENARAN dan KEADILAN Allah. Layanilah TUHAN, dan bukan manusia !

PILIHAN DILEMATIS

Kita selalu berada di antara pilihan dilematis : TAAT KEPADA PIMPINAN GEREJA ataukah SETIA PADA ALLAH --- MENYENANGKAN HATI WARGA JEMAAT ataukah BERPEGANG TEGUH PADA FIRMANNYA. Pilihan atas keadaan tersebut akan membawa kita ke dalam risiko jabatan : DIUSIR atau DIHORMATI. Nabi Yeremia menjadi contoh yang baik dan benar. Hati dan pikirannya cenderung memilih setia kepada Allah ketimbang banyak kenyamanan yang ditawarkan.

Di lain pihak Nabi Yeremia pun kerapkali cenderung berdiam diri, tidak menyatakan firman atas umat TUHAN; itulah sebabnya, Allah menegurnya dengan keras : “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka” (ay. 19). Nabi Yeremia dipanggil dan disuruh menjadi pelayan bagi Allah di tengah umat Yehuda-Yerusalem, bagaikan pelayan di tengah Gereja / Jemaat. Ia diangkat Allah untuk menjadi PENYAMBUNG LIDAH-Nya (bd. 1:7, 9-10). Ia wajib menyampaikan firmanNya entahkan bersifat teguran maupun penghukuman juga pengajaran. Jikalau ia melayani KEINGINAN / KEPENTINGAN PIMPINAN Baith Allah dan Kerajaan maupun MENGIKUTI SELERA umat, maka Allah akan menolak Yeremia sebagai PENYAMBUNG LIDAH-Nya; demikian pula terhadap para pelayanNya saat ini.

-----oo00oo-----

B.   NUBUAT MELAWAN BANGSA YANG TIDAK SETIA.

13.   "Harta kekayaanmu dan barang-barang perbendaharaanmu akan Kuberikan dirampas sebagai ganjaran atas segala dosamu di segenap daerahmu.
14.   Aku akan membuat engkau menjadi budak musuhmu di negeri yang tidak kaukenal, sebab dalam murka-Ku telah mencetus api yang akan menyala atasmu."

PENJELASAN

a)      Ay. 13 menubuatkan 2 (dua) hal : pertama, alasan penghukuman “ganjaran atas segala dosamu”; dan kedua, penghukuman “harta kekayaanmu dan barang-barang perbenda-haraanmu akan Kuberikan dirampas.

b)      Ay. 14 menubuatkan tentang pengasingan ke luar wilayah Yehuda-Yerusalem “engkau menjadi budak musuhmu”; akan tetapi nama wilayah itu belum disebutkan negeri yang tidak kaukenal.”

-----oo00oo-----

C.  KELUHAN NABI KEPADA ALLAH DALAM PELAKSANAAN TUGASNYA

15.   Engkau mengetahuinya; ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku. Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau !
16.   Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.
17.   Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.
18.   Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan ? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.

PENJELASAN

a)      Ayat 15, 17 – 18 mengungkapkan keluahan nabi yang tertekan oleh ulah “orang-orang yang mengejar” (ay. 15) dirinya dengan celaan karena Engkau.” Keadaan psikologis itu dilukiskan Yeremia sebagai “lukaku sangat payah, sukar disembuhkan” (bd. Yer. 20:7-9).
b)      Ayat 16 menceritakan sikap iman Yeremia. Firman-Mu menjadi penghiburan dan pengharapan nabi.
c)      “…sebab nama-Mu telah diserukan atasku …” Kalimat ini menunjuk pada pengangkatan Yeremia selaku nabi (utusan) Allah. Dia adalah milik Allah (bd. Yer. 1 : 4 – 5).
                   
APLIKASI DALAM PEMBERITAAN FIRMAN

Hinaan, fitnahan, caci-maki merupakan keadaan yang akan dialami setiap orang yang melayani TUHAN. Keadaan itu sah-sah saja. Siapapun yang iklas dan jujur menyatakan kebenaran dan keadilan Allah, so pasti, menghadapi ancaman demikian. Pertanyaannya : BAGAIMANAKAH SIKAP IMAN SI PELAYAN MENGATASINYA ? Menurut Yeremia, berpegang pada firman Allah.

-----oo00oo-----

D. KETAATAN HAMBA YANG MENDERITA

19.   Karena itu beginilah jawab TUHAN : "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.
20.   Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.
21.   Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim."

PENJELASAN

a)      Penderitaan merupakan sebuah kalderon pengujian akan CINTA-KASIH dan KESETIAAN, MOTIVASI dan KESADARAN pelayan TUHAN. Di dalam keadaan itu pelayan membuktikan, bahwa ia bersandar teguh pada kekuatan kuasa Allah, sambil setia menyatakan segala titahNya, tanpa rasa takut dan gentar.
b)      Jika ia setia mengasihi Allah dan taat melakukan pekerjaanNya, maka Allah sendiri akan menyelamatkan, membebaskan, melepaskan dan menyertainya.
c)      Jika pelayan itu mencari keselamatan sendiri dengan bersikap tidak setia menjalankan pekerjaan Allah, maka Dia akan menolak sang pelayan sebagai PENYAMBUNG LIDAH-Nya. Sebaliknya, jika pelayan bertobat kembali serta mengubah cara hidupnya, maka Allah akan memberikan kesempatan berikut untuk menjadi utusannya (bd. percakapan Tuhan Yesus bersama Simon Petrus -> Yoh. 21 : 15 – 19)

SEBUTIR PERMENUNGAN

Saudara – saudara yang diutus Allah !

PANDANGAN TENTANG PENDERITAAN. Akhir-akhir ini kita mendengar dan menyaksikan penderitaan yang dialami oleh banyak orang, termasuk orang kristen, di berbagai tempat. Ada di antara kita mengatakan, bahwa penderitaan itu dikehendaki oleh Allah. Benarkah pandangan itu ? Kita patut berhati-hati menyebutnya demikian, sebab tidak semua orang kristen yang menderita, karena rencana Tuhan Allah (I Pet. 3: 17 -> “”). Ada orang kristen yang menderita dikarenakan ia bekerja bagi Tuhan; tetapi ada juga yang menderita oleh perbuatnnya sendiri. Jadi ketika berbicara tentang keadaan itu, kita perlu memahami latarbelakang penderitaan sebelum menyampaikan pendapat.

SALIB KRISTUS DALAM PENDERITAAN YEREMIA. Yeremia adalah seorang Nabi yang berasal dari desa Anatot, di propinsi Benjamin (Yer. 1:1). Ia dipanggil Allah sejak dalam kandungan ibu (Yer. 1 : 4 – 5) untuk menyampaikan firman TUHAN kepada penduduk Yehuda-Yerusalem. Masa kerjanya cukup panjang, sebab Yeremia diperkirakan masih belia, ketika diutus Allah selaku nabi (PENYAMBUNG MULUT ALLAH). Banyak penderitaan yang dialaminya, karena kecintaaan dan kesetiaannya menjalankan perintah Allah. Dia menjadi salah satu pendukung Raja Yosia dan ibu suri, ketika menjalankan reformasi keagamaan di Yerusalem sektar tahun 6222/21 sb. Masehi. Banyak teolog menyebut Yeremia selaku hamba TUHAN yang menderita pada masanya. Menurut Yeremia, risiko penderitaan yang dialaminya, disebabkan karena ia setia mengasihi Allah dan taat memberitakan firman. Ia tidak berkompromi dengan siapapun, malahan dengan nabi sezamannya (23 : 9-40; 28: 1-17). Ia selalu tenang menghadapi ancaman, karena kesetiaan menjalankan kehendak Allah.  

MENDERITA BAGI ALLAH. Yeremiapun manusia biasa. Acapkali ia tidak mampu menanggung penderitaan, malahan ia mengeluh kepada Allah katanya : “Engkau mengetahuinya; ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku. Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau !” (15:15). Nabi berseru : “ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku” sama seperti yang digumuli Yesus Kristus, Tuhan kita, dalam doanya di Salib : “Ya Allah, mengapa Engkau meninggalkan Daku” (bd. Maz. 22:1-2). Namun sama seperti Tuhan Yesus, nabi Yeremia menyadari, bahwa penderitaan yang dialaminya  oleh karena Engkau.” Allah menghendaki Yeremia menderita demi pencapaian rencana-Nya.  

Saudara – saudara seiman yang dikasihi Allah !

SERUAN DARI DALAM PENDERITAAN. Pada masa kini kita menyaksikan beberapa orang kristen yang mengalami penderitaan. Akan tetapi kita menyadari, bahwa penderitaan yang dijalani itu sangat tergantung pada sikap imannya kepad Allah.

Pertama, ada banyak orang yang mengalami penderitaan di luar kekristenan. Banyak orang berpindah keyakinan iman, setelah mereka mendengar ajakan Tuhan Yesus (bd. Mat. 11 : 28 – 30). Orang-orang ini dituntun oleh Rohkristus untuk datang kepada Allah, lalu menyerahkan kehidupan dan penghidupannya. Mereka (orang kristen baru) mengalami kebahagiaan dalam pemeliharaan Allah.

Kedua, ada orang kristen yang menderita, karena ulahnya sendiri, seperti : mencuri, berdusta, terikat utang piutang, menderita karena kegagalan berbisnis, dan sebagainya. Penderitaan seperti ini tidak dapat dikatakan “oleh karena melaksanakan kehendak Allah” seperti yang dialami Yeremia dan Tuhan Yesus.

Ketiga, ada pula orang kristen yang menderita sengsara, penganiayaan, pembantaian, karena permusuhan dan penolakan terhadap imannya kepada Yesus Kristus. Sejak pertumbuhan Jemaat Abad I di Yerusalem sampai sekarang ini, orang-orang kristen mengalami penderitaan yang dahsyat, dimusuhi dan dibenci, diperlakukan tidak adil dan diskriminatif di berbagai belahan bumi, di berbagai Negara yang mayoritas non-kristiani. Ada di antara mereka menjadi takut dan tawar hati, lalu meninggalkan imannya. Akan tetapi tidak sedikit yang rela mati sahid (martir) demi mempertahankan keyakinan iman serta memberitakan Injil Yesus Kristus. Dalam salah satu tulisannya, Rasul Petrus mengatakan : “Semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (I Pet. 5:9). Penderitaan seperti ini yang dimaksudkan oleh Nabi Yeremia “…ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku,… ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau !” (Yer. 15:15).

SIKAP MENGHADAPI PENDERITAAN SEBAGAI ORNG KRISTEN. Firman Tuhan yang diberitakan beberapa waktu lalu menegaskan : “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia akan memelihara kamu” (I Pet. 5:7; bd. Maz. 37:5). Petrus mengajak pembacanya menghayati akan pemeliharaan Allah. “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya” berarti percaya teguh sambil menyerahkan diri kepada Allah, bahwa Dia yang memanggil, Dia juga yang akan mememberikan kekuatan kepada kita, agar kita dapat menanggung penderitaan demi kemuliaan namaNya (Plp. 4:13); tetapi sekaligus memberikan jalan keluar bagi kita (I Kor. 10:13).

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN !

SALAM DAN DOA DARI

PUTERA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar