Selasa, 20 Maret 2012

Persiapan PEMBERITAAN FIRMAN pada Kebaktian Rumahtangga - Hari Rabu, 28 Maret 2012


 Dok-B/004/05-III-12/HOM./ARIE.-
PENGAJARAN – MINGGU, 25 MARET 2012

SIKAP KRISTEN DALAM MENGHADAPI PENDERITAAN

I PETRUS 5 : 1 – 11

NATS PEMBIMBING

Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus
kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan
dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.

I PETRUS V : 10

DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI SELASA – 20 MARET 2012

OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----

1. SIAPAKAH PENULIS SURAT I PETRUS ?
        
Jika ingin memiliki sebuah pengenalan yang benar tentang penulis SURAT I PETRUS, maka kita perlu menyoroti beberapa ayat yang ditemukan dalam surat ini sebagai bukti :

1.a.  “Dari PETRUS, RASUL YESUS KRISTUS kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia,…” (I Pet. 1:1)

Ayat tersebut menunjukkan, bahwa penulis adalah PETRUS, Rasul Tuhan Yesus Kristus. Dia juga adalah salah seorang Patriarkh Gereja Abad I. Tuhan Yesus memberikan nama panggilan kepada SIMON, yaitu : PETRUS (Aram : Kyp; Yun. Kephas = Petros). Nama itu berarti BATUKARANG (Mat. 16:18; Yoh. 1:42). Paulus menggunakan nama itu dalam kata PETROS (Gal. 2:7,8), tetapi sering sebagai KEPHAS (1 Kor 1:12; 3:22; 9:5; 15:5; Gal 1:18; 2:9, 11, 14) yang dikenal dalam kalangan Jemaat Kristen Abad I. Nama PETROS cenderung dipakai dalam Perjanjian Baru.

1.b.  “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan SAKSI PENDERITAAN KRISTUS, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.” (I Pet. 5:1)

        SAKSI PENDERITAAN KRISTUS menegaskan, bahwa Simon Petrus (Kephas) adalah seorang yang menyaksikan dari dekat penderitaan Kristus. Akan tetapi kata “penderitaan” dapat menunjuk pada makna ganda :

        Pertama, secara tersurat saksi itu adalah SIMON PETRUS, seorang murid dan rasul Tuhan Yesus yang menjadi saksi dari kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus mulai sejak ia menjadi murid sampai kepada peristiwa kematian – kebangkitan – kenaikan Tuhan Yesus.

        Kedua, secara tersirat SAKSI PENDERITAAN KRISTUS menunjuk pada seseorang yang HANYA menyaksikan peristiwa kematian Tuhan Yesus di Golgota (bd. I Pet. 1 : 8). Jika dugaan yang tersirat ini benar, maka PENULIS SURAT 1 PETRUS ini adalah seorang dari pengikut Petrus.

1.c.  Isi surat I Petrus ini memiliki banyak kesejajaran gagasan serta cara pengungkapan seperti yang dapat dibacakan dalam KHOTBAH PETRUS  pada Kisah Rasul. Bukti-bukti kesejajaran itu adalah :

a)      Kis.  4 : 11 = I Pet 2 : 4 tentang Kristus selaku BATU PENJURU YANG DIBUANG (bd. Maz. 118 : 22)
b)      Kis. 1 : 22; 5 : 32; 10 : 39 = I Pet. 5 : 1 tentang PETRUS sebagai SAKSI KRISTUS.
c)      Kis. 10 : 34 – I Pet. 1 : 17 tentang  Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.”
d)      Kis. 10 : 42 = I Pet. 4 : 5 tentang “Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.”
e)      Kis. 15 : 9 = I Pet. 1 : 22 tentang “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.”

        Kesejajaran itu menimbulkan kesan, bahwa RASUL PETRUS menjadi SUMBER UTAMA dalam proses penulisan Surat I Petrus ini. Akan tetapi sampai saat ini Jemaat berpegang pada pernyataan tradisi Gereja, bahwa RASUL PETRUS, murid Tuhan Yesus, adalah PENULIS SURAT I PETRUS.

2.  PETRUS DALAM PERJANJIAN BARU

     2.1. PETRUS, murid Yesus.

SIMON (SIMEON), yang dinamai PETRUS (KEPHAS), adalah seorang penduduk asli Galilea di kota Betseda (Yoh. 1:42, 44). Ayahnya bernama YONA atau YUNUS (Mat. 16:17; Yoh. 1:42). Pada waktu Yesus memulai pekerjaan, Ia memanggil PETRUS dan saudaranya : ANDREAS (Mrk. 1:16) menjadi muridNya. Kedua kakak beradik itu adalah nelayan di danau Galilea. Petrus menikah dan tinggal di Kapernaum (Luk. 4:31,38). Dialah satu-satunya murid yang mengakui keilahian Tuhan Yesus (Mrk. 8:29; Mat. 16:16; Luk. 9:20). Dia juga ditegur oleh Tuhan Yesus (Mrk. 8:31-33; Mat. 16:21-23), ditolong ketika hampir tenggelam di danau (Mat. 14:28-33).

Dalam tradisi Injil-Injil Sinoptis dan Injil Yohanes (Mat. 17:24-25; 26:35; Mrk. 14:27-29; Luk. 22:33; Yoh. 1:40-42; 6:68-69; 13:6; 18:10) Petrus juga dimasukkan sebagai murid yang cukup menonjol. Dia termasuk dalam kelompok inti dari persekutuan murid-murid, seperti YOHANES dan YAKOBUS. Dia ikut masuk ke dalam rumah keluarga Yairus (Mrk. 5:37; Luk. 8:51) serta menemani Tuhan Yesus berdoa, ketika berjumpa MUSA dan ELIA (Mrk. 9:2; Mat. 17:1; Luk. 9:28), juga mendampingi Tuhan Yesus berdoa di Getsemani (Mrk. 14:33; Mat. 26:37). Kepada Petrus, Yesus memberikan otoritas dalam pekerjaan JemaatNya : “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat. 16:18-19). Dalam sejarah pelayanan Tuhan Yesus, Petrus adalah MURID YANG MENYANGKAL DIA (Mrk. 14; Mat. 26; Luke 22; Yoh. 18), tetapi kemudian Tuhan Yesus mengampuninya (Yoh. 21:15-17).

2.2.  PERAN PETRUS SESUDAH PEMULIAAN TUHAN YESUS KRISTUS.

        PETRUS DAN OTORITAS KRISTUS. Sesudah Tuhan Yesus dimuliakan, Petrus menjadi pemimpin para murid di Yerusalem. Hal itu tampak ketika ia menyuruh memilih pengganti YUDAS ISKARIOT (Kis. 1: 15-26). Dia juga adalah rasul pertama yang berkhotbah di pelataran Bait Allah setelah peristiwa PENTAKOSTA (Kis. 2 : 14 – 36), sambil mengajak pendengarnya untuk dibaptiskan (Kis. 3 : 1 – 26), di mana ia bersama YOHANES, murid Tuhan, mengahadap Sanhedrin – Mahkamah Agama Yahudi (Kis. 4 : 1 – 31). Berdasarkan otoritas Kristus yang diberikan kepadanya, Petrus menghukum Ananias – Safira karena dosa mereka (Kis. 5:1-16). Sesudah peristiwa kematian sahid Stepanus, sang Diaken / Syamas, Petrus dan Yohanes diutus para rasul untuk menyelidiki kebenaran tentang pertobatan orang-orang Samaria. Di sana mereka berdoa dan menumpangkan tangan, lalu orang-orang Samaria yang percaya menerima Rohkudus. Petrus berdebat dengan Simon, tukang sihir, yang ingin membeli karunia Rohkudus (Kis. 8:14-24).

        PETRUS DAN PEMBERITAAN INJIL. Petrus berangkat menuju Lida, di mana dalam nama Yesus ia menyembuhkan seorang lumpuh bernama ANEAS (Kis. 9:32-35), ia melanjutkan perjalanan ke Yopa dan membangkitkan TABITHA / DORCAS dari kematian (Kis. 9:36-42). Dia menerima penglihatan dari Tuhan untuk memberitakan injil kepada bangsa-bangsa non-israeli. Pada waktu yang sama, KORNELIUS, tentara Romawi, mengutus seorang utusan untuk mengundah Petrus datang ke Kaesarea untuk memberitakan Injil. Ketika Petrus sedang berbicara tentang Injil Kristus, Rohkudus turun ke atas orang-orang percaya non-israeli yang mendengarnya (Kis. 10:1-48).

        PETRUS MENGHADIRI SIDANG SINODE DI YERUSALEM. Petruspun menghadiri Sidang Sinode di Yerusalem, pada saat itu Paulus dan Barnabaspun ada di sana (Kis. 15). Menurut Paulus, Petrus berada di Antiokhia sebelum Sidang Sinode Yerusalem, di mana Paulus menentang sikap Petrus yang tidak konsisten karena penginjilan kepada bangsa-bangsa non-israeli (Kis. Gal. 2:11-14).

        PENDERITAAN PETRUS DALAM PEKABARAN INJIL. Petrus dipenjarakan oleh Raja Agripa I, tetapi mujizat terjadi, karena malaikan Allah membebaskannya. Sesudah bebas dari penjara, Petrus meninggalkan Yerusalem (Kis. 12 : 1 – 17). Paulus menceritakan dalam surat-suratnya, bahwa Petrus bekerja memberitakan Injil Kristus di luar Palestina (I Kor. 9:5). Menurut seorang penulis sejarah kristen, EUSEBIUS, akhirnya Rasul Petrus pergi ke Kota Roma dan bekerja di sana. Tradisi Jemaat Kristen Abad I menceritakan, bahwa Rasul Petrus, murid Tuhan Yesus, wafat pada masa pembantaian Jemaat-Jemaat di bawah kekuasaan Kaisar Nero.

3.  APAKAH TUJUAN DAN MAKSUD PENULISAN SURAT I PETRUS ?
    
KEADAAN JEMAAT KRISTEN-ISRAEL DI PERANTAUAN. Petrus mengalamatkan surat ini kepada “…kepada ORANG-ORANG PENDATANG, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia, yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya” (I Pet. 1 : 1 – 2). Sesuai dengan isi uraian surat ini dapat disimpulkan, bahwa ORANG-ORANG PENDATANG itu adalah warga jemaat kristen-israeli. Surat ini diantar oleh SILWANUS (I Pet. 5:12a -> “Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai…”).

Jemaat kristen-israeli tersebar di lima kota : PONTUS, GALATIA, KAPADOKIA, ASIA KECIL, dan BITINIA. Keberadaan mereka di kota-kota itu dikarenakan beberapa alasan, tetapi yang terutama, dikarenakan mereka menghindari pemburuan --- penganiayaan --- pembantaian penganut Yudaisme di Israel.

SIKAP JEMAAT KRISTEN MENGHADAPI PENDERITAAN. Orang kristen-israeli tidak menduga, bahwa penganut Yudaisme itupun datang ke kota-kota tersebut dan mempengaruhi warga masyarakat serta pemerintah setempat, sehingga semua orang memusuhi orang kristen-israeli. Banyak di antara mereka mengalami penderitaan, dan tidak sedikit yang mati sebagai sahid (martir Kristen). Dalam keadaan seperti itu, beberapa di antara mereka menjadi putusasa, hampir-hampir meninggalkan keyakinan imannya; sebab itu, rasul Petrus berkata : “aku menulis dengan singkat kepada kamu UNTUK MENASIHATI KAMU DAN MEYAKINKAN KAMU, bahwa ini adalah KASIH KARUNIA YANG BENAR-BENAR DARI ALLAH. Berdirilah dengan teguh di dalamnya ! ” (I Pet.5: 12b). Petrus menghibur warga jemaat kristen-israeli, bahwa Allah telah memilih (I Pet. 2:9) mereka berdasarkan KASIH-KARUNIANya sendiri yang telah dinyatakanNya di dalam pekerjaan Tuhan Yesus Kristus.

Ia mengingatkan dan menasihati mereka : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian,…” (I Pet. 4 : 1), supaya mereka meneladani penderitaan Tuhannya yang telah menderita sampai mati di Golgota. JADI, sama seperti Kristus telah menderita secara badani, maka setiap orang, yang mengenal dan mengakuiNya selaku Tuhan, akan menjalani jalan salib yang telah dilalui Tuhannya.

PERIKOP BACAAN
I PETRUS V : 1 – 11

1.      Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. 2.  Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. 3. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. 4. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. 5. Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. 6. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. 7. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. 8. Sadarlah dan berjaga-jagalah ! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 9. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. 10. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. 11. Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya ! Amin.  

PENJELASAN – PENJELASAN

Ay. 1    :  Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.

1.a.  “Para penatua” Istilah ini menunjuk pada jabatan dalam jemaat -- orang-orang yang menyandang jabatan PENATUA.

1.b.  “Teman penatua”. Sebutan ini menegaskan, bahwa jabatan penatua itu bukanlah sama dengan jabatan Petrus (RASUL); sekalipun berbeda statusnya, namun secara fungsional Petrus dan para penatua itu adalah teman sekerja (CO-WORKER).  Baik Petrus maupun para penatua itu menjadi pemberita tentang Injil Kristus.

Ay. 2    :  Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.

2.a.  “Gembalakanlah kawanan domba Allah”. Kalimat ini mengulangi penugasan Petrus oleh Tuhan Yesus (Yoh. 21 : 16 -> “Kata Yesus kepadanya : Gembalakanlah domba-domba-Ku”). Kalimat itu diulangi Petrus, karena otoritas yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya : “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat. 16:19). Dalam hal ini kita melihat bagaimana Petrus mendelegasikan wewenang kepada para penatua untuk melaksanakan tugas pengggembalaan atas Jemaat-Jemaat. Saya cenderung menyebut tugas penggembalaan itu adalah TUGAS PENGAWASAN (SUPERVISI).

2.b.  “Jangan mau mencari keuntungan… Penulis menekankan dan mem-pertentang-kan kata KEUNTUNGAN. Keuntungan yang dimaksudkan bukan bersifat duniawi/ material, melainkan seharusnya dikaitkan dengan frasa SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH, dan yang dimaksudkan adalah keselamatan semua manusia di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

2.c.  “Pengabdian diri”. Pekerjaan pengawasan / penggembalaan yang dimaksudkan bersifat PENGABDIAN, bukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan pribadi.

2.d.  “Dengan sukarela”. Sifat yang, selayaknya, melekat pada kepribadian penatua.

Ay. 3    :  Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.

3.a.  “Seolah-olah mau memerintah”. Nasihat ini berlatar belakang pemahaman akan JABATAN PENATUA. Umumnya pemberian jabatan berhubungan erat dengan KUASA (OTORITAS) yang diterima seorang pejabat. Mengantisipasi sifat manusia yang mengelola KUASA (OTORITAS), maka penulis mengingatkan para penatua, agar mereka jangan menggunakannya untuk memerintah (mencari keuntungan) tetapi untuk melayani (menggembalakan) jemaat atau kawanan domba Allah.

3.b.  “Mereka yang dipercayakan kepadamu”. Jemaat atau kawanan domba Allah bukanlah milik para penatua. Jemaat juga tidak terbentuk karena hasil usaha para penatua. Jemaat itu dibangun dan dimiliki Allah (bd. I Pet.2:9); sedang para penatua DIPERCAYAKAN Allah sebagai wakilNya untuk melakukan penggembalaan.

3.c.  Kamu menjadi teladan. Para penatua meneladani para rasul yang mengikuti teladan Kristus.

Ay. 4-5 :  Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.

Ay. 6    :  Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”

                “Tangan Tuhan” (Mighty hand). Istilah ini tidak ditemukan pada tulisan-tulisan lain dalam Perjanjian Baru, tetapi terdapat dalam Perjanjian Lama (Kel. 3:19 -> Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat; Ul. 3:24 -> Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan kepada hamba-Mu ini kebesaran-Mu dan tangan-Mu yang kuat; Ayb. 30:21 -> Engkau menjadi kejam terhadap aku, Engkau memusuhi aku dengan kekuatan tangan-Mu). Penekanan makna menunjuk pada KEKUATAN KUASA ALLAH yang mampu melakukan segala sesuatu. Dengan demikian ayat 6 ini bermaksud menasihati warga dan pejabat dalam Jemaat Kristen-israeli yang sedang mengalami penganiayaan di wilayah PONTUS, GALATIA, KAPADOKIA, ASIA KECIL, dan BITINIA, agar mereka menyerahkan masalah yang sedang dihadapi, sehingga Allah sendirilah yang akan bekerja menurut kuasaNya untuk melepaskan mereka.

Ay. 7    :  Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Ia memelihara kamu -> Providensia Allah

Ay. 8    :  Sadarlah dan berjaga-jagalah ! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

8.a. Sadarlah dan berjaga-jagalah -> Sama seperti digunakan dalam Mrk. 13 : 35; I Tes. 5:6 -> Waspadalah ! atau Berhati-hatilah !
8.b.  Iblis = singa. Kata SINGA digunakan dalam Alkitab dengan beragam makna (Ayb. 4:10-11; 27:4; Hak. 14:5; Maz. 21:13). Akan tetapi dalam surat ini kita perlu mengkaitkannya dengan kondisi sosial yang sedang dihadapi warga jemaat, di mana mereka sedang mengalami sikap bermusuhan dari persengkongkolan antara penguasa Romawi dan Orang Israel penganut Yudaisme. Penuling ingin menjelaskan, bahwa kekuatan kuasa kegelapan (Iblis) dapat menunggangi orang-orang itu untuk menghancurkan persekutuan jemaat kristen. Karena itu, waspadalah !

Ay. 9    :  Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.

9.a. lawanlah dia dengan iman yang teguh. Penulis tidak bertujuan menyuruh warga jemaat memakai bentuk kekerasan untuk melawan kekerasan, melainkan menggunakan IMAN YANG TEGUH (Ing. STEADFAS -> bd. II Tim. 2:19; juga Kis. 3:7; 16:5; Kol. 2:5). Artinya, warga jemaat patut berpijak pada pemahaman dan pengakuan imannya kepada Allah yang telah bekerja di dalam karya Tuhan Yesus untuk membebaskan manusia dari kuasa kegelapan (Iblis). Pekerjaan Tuhan Yesus Kristus itu adalah batu karang yang kokoh tempat iman warga jemaat dikuatkan. Pekerjaan Tuhan Yesus Kristus itu adalah pokok penghiburan yang menguatkan warga jemaat dalam keadaan yang kurang menyenangkan.

9.b.  “…semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama“. Penulis mengingatkan warga jemaat kristen-israeli, bahwa mereka tidak mende-rita sendirian. Ada banyak pula orang kristen di berbagai tempat mengalami hal yang sama seperti yang sedang mereka jalani.

Ay.10-11 :  Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya ! Amin. 

10.a. Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus” (bd. I Pet. 2:9). Kata kata ganti orang III “kamu” dipakai dalam arti “kita”. Maksudnya, penulis ingin menegaskan, bahwa sama seperti para rasul, demikianlah orang-orang kristen-israeli telah dipanggil menjadi satu persekutuan dengan Allah oleh karya Tuhan Yesus Kristus. Dialah, Yesus Kristus, Allah yang Hidup, Pemimpin dan Dasar dari persekutuan orang percaya.Di dalam Dia saja Allah telah menyempurnakan rencana penyelamatan yang dianugerahkanNya kepada semua orang percaya.

10.b. Di dalam Dia Allah menguatkan, mengokohkan, menlengkapi dan meneguhkan siapapun yang percaya kepadaNya.

PERCIKAN PERMENUNGAN

Saudara-saudara yang dikasihi Allah !

Masihkah anda mengingat ucapan Tuhan Yesus, ketika Ia mengutus murid-muridNya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah ? Ia berkata : “Aku mengutus engkau seperti domba ke tengah-tengah serigala.” Kita akan merenungkan ucapan Yesus sehubungan dengan keadaan yang yang dialami oleh warga jemaat kristen-israeli pada Abad I ses. Masehi, juga warga Indonesia beragama Kristen saat ini.

Sejarah dunia mencatatn, bahwa kekristenan sering diperhadapkan pada masalah yang mengancam kehidupan pribadi maupun persekutuan jemaat. Apa yang dialami oleh Tuhan Yesus pada masa hidupnya masih akan terus berlangsung sampai kedatanganNya kembali. Banyak warga kristen di seluruh penjuru dunia -- di Asia dan Afrika -- mengalami keputusasaan dan ketakutan, karena penolakan yang berlatarbelakangkan sentimen keagamaan baik dari kelompok agama mayoritas maupun penguasa Negara yang diperngaruhi kelompok agama tersebut. Walaupun tidak tertulis, namun orang-orang Kristen diperlakukan secara tidak adil, mengalami tindakan diskriminatif dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hak-hak sebagai warga Negara maupun sebagai manusia merdeka dikebiri. Mereka kurang menikmati kebebasan beribadah dalam negara-negara merdeka. Meskipun perjuangan orang-orang kristen untuk memperoleh pengakuan dan perlakuan yang sama dalam sebuah Negara merdeka, namun pada akhirnya perjuangan ini kandas di tengah jalan, karena sentimen kelompok mayoritas.  Lantas bagaimanakah orang kristen bersikap membijaki keadaan seperti ini ?

Saudara – saudara sependeritaan karena iman kepada Tuhan Yesus !

Melalui tulisannya Rasul Petrus mengingatkan, menasihati dan memberikan penguatan kepada semua orang kristen, baik keturunan Yahudi maupun yang berasal dari bangsa-bangsa bukan Israel, agar mereka meneledani Tuhan Yesus. Katanya : “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, -- karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa --, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” (I Pet. 4:1-2). Rasul mengajak semua orang kristen di seluruh dunia, agar menghayati penderitaan Tuhan Yesus. Secara manusiawi (badani, jasmaniah) Tuhan Yesus telah menjadi contoh sempurna. Ia disiksa, difitnah, dicambuk malahan dipakukan di salib sampai mati. Dlam penderitaan itu Tuhan Yesus tidak memberontak. Ia tidak menghasut orang lain untuk membela diriNya. Tuhan Yesus diam tak berbicara. Walaupun, jika Dia mau agar para pengikutNya melakukan pemberontakan, maka hal itu pasti terjadi. Tetapi Tuhan Yesus memikul penderitaan itu dengan hati yang tulus, penuh sukarela dalam pengabdianNya kepada Allah, BapaNya dan demi keselamatan umat manusia.

Rasul menghimbau semua orang kristen-israeli pada masa hidupnya, agar mereka meneladani contoh yang telah diperlihatkan Tuhannya. Katanya : “Karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa” Apakah alasan Petrus ? Sebab ia tahu persis, bahwa tidak seorangpun yang rela diperlakukan secara tidak adil, tidak seorangpun akan berdiam diri jikalau menderita. Sebagai manusia merdeka, siapapun akan berusaha sekuat tenaga untuk membela diri serta balas menyerang orang yang membuatnya menderita sengsara. Menurut rasul, perbuatan demikian bukanlah cara hidup (etika) kristen. Sebaliknya, orang kristen selayaknya mencontohi sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi sengsara.

Saudara-saudara yang dikasihi Allah !

APAKAH TUJUAN ALLAH DALAM PENDERITAAN ORANG KRISTEN ? Sama seperti Allah menghendaki Tuhan Yesus menderita salib (“TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan.” – Yes. 53:10a), demikian pula diperbuatNya atas kehidupan setiap orang kristen, agar namaNya dimuliakan. Penderitaan Tuhan Yesus dan para pengikutNya dipakai Allah untuk tujuan penyelamatan uman manusia.

BAGAIMANAKAH CARA KRISTEN MENGHADAPI SENGSARA ? PERTAMA, Rasul Petrus menulis : “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, agar kamu ditinggikanNya pada waktunya” (ay.6). Siapapun orang kristen dan dalam status / jabatan apapun yang diduduki, selayaknya ia merendahkan hati (diri) di bawah tangan Tuhan yang kuat. Artinya, orang kristen patut mempercayakan persoalannya kepada Tuhan, sebab Dia akan bekerja membebaskan setiap orang percaya menurut kekuatan kuasaNya sesuai waktu yang ditentukanNya.

KEDUA, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (ay.7). Dikarenakan penderitaan itu dikehendaki Allah, maka sebaiknya orang percaya menyerahkan “kekuatiran” atas kehidupannya kepada Dia. Sama seperti yang dialami MUSA-HARUN, ketika menghadap Paraoh di Mesir. Allah mengeraskan hati Firaun (Kel. 7:3), akibatnya ia bersikeras mempertahankan dan membuat Israel menderita di Mesir. Tetapi Musa-Harun berdoa kepada TUHAN, Allah Israel, akhirnya Dia membebaskan umat dari cengkeraman raja Mesir. Demikian pula halnya dengan orang kristen ! Ia layak menyerahkan kekuatiran akan hidupnya di masa depan ke dalam tangan Tuhan yang kuat, supaya Allah memelihara dirinya.

KETIGA, “Sadarlah dan berjaga-jagalah ! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (ay. 8). Orang percaya / kristen, selayaknya, meningkatkan kewaspadaannya. Ia harus berhati-hati memperhatikan tanda-tanda zaman, agar ia tidak dikejutkan oleh perubahan yang tiba-tiba yang mengancam kehidupannya. Ia harus menyadari, bahwa sama seperti kekuatan kuasa kegelapan (iblis – setan) dapat memakai orang Yahudi untuk menyalibkan Tuhan Yesus, demikian pula iblis – setan menggunakan siapapun untuk membuat dirinya menderita.

KEEMPAT, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (ay. 9). Perlawanan itu dilakukan dalam keadaan berdiam diri sambil percaya akan kuasa Allah yang akan melakukan penyelamatan. Perlawanan itu bukan dilakukan dengan kekerasan, malainkan dengan “iman yang teguh”. Apakah yang dimaksudkan Petrus ? Petrus ingin menegaskan, bahwa iman dan pengharapan kristen bertumbuh pada karya Tuhan Yesus. Di sanalah tiap orang kristen memahami dan mengerti akan kedahsyatan kekuatan kuasa Allah. Dialah yang membangkitkan Tuhan Yesus dari kematian. Oleh karena itu, berpijak pada iman akan kekuatan kuasa Allah, maka orang kristen selayaknya percaya, bahwa Allah akan menyelamatkan dari penderitaan dan membuat siapapun yang percaya menjadi pemenang, sama seperti yang dilakukanNya atas Tuhan Yesus. Benarlah kata Paulus : “Jika kita mati kita mati untuk Tuhan, dan jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan. jadi baik kita mati maupun kita hidup, kita adalah milik Tuhan” (Rom. 14:8).

KELIMA, “Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” (ay. 10). Jika orang percaya/ kristen menghayati akan cara hidup yang telah dijelaskan di atas, maka ia juga percaya bahwa Allah yang memanggilnya di dalam iman kepada Tuhan Yesus akan memperlengkapi, akan meneguhkan, akan menghibur (menguatkan) serta mengokohkan dirinya, sehingga sedikitpun ia tidak akan takut memasuki dan menjalani penderitaan. Kuasa Allah akan memeliharanya selama-lamanya (Ay. 11).

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN FIRMAN

SALAM DAN DOA

DARI
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar