Rabu, 07 Maret 2012

Materi Persiapan Untuk PEMBERITAAN FIRMAN dalam Ibadah Keluarga - Hari Rabu, 14 Maret 2012



Dok-B/003/05-III-12/HOM./ARIE.-
PENGAJARAN – MINGGU, 11 MARET 2012

YESUS KRISTUS SELAKU IMAM BESAR

IBRANI X : 11 – 18

NATS PEMBIMBING

Sebab oleh satu korban saja Dia telah menyempurnakan
untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.

IBRANI X : 14

DITULISKAN DI
MEDAN – SUMATERA UTARA
HARI RABU, 07 MARET 2012

OLEH
PUTRA SANG FAJAR
ARIE A. R. IHALAUW
-----ooo00ooo-----

PENGANTAR

Kebiasaan memilah dan memisahkan perikop untuk tujuan berkhotbah itu wajar-wajar saja ! Akan tetapi sebagai seorang Pendeta, selaku teolog, sebaiknya tidak berpandangan demikian. Ia bisa terjatuh ke dalam penaksiran (eissegese) ketimbang pentafsiran (eksegese), karena tiap perikop mengandung beberapa gagasan, serta perikop-perikop di dalam sebuah pasal saling berkaitan gagasannya. Mengingat akan hal itu, saya merangkum perikop Rabu, 14 Maret 2012 : pagi -> Ibr. 10 : 11 – 14 dan sore -> Ibr. 10 : 15 - 18 ke dalam satu kesatuan, yang saya telaah menurut kedudukannya pada IBRANI X : 1 – 39. Tujuannya agar kita menemukan gagasan penulis dalam konsepnya tentang Yesus-Kristus sebagai IMAM BESAR AGUNG.

PERBEDAAN KONSEP TEOLOGI.

Jika menyimak tulisan-tulisan Perjanjian Baru, maka sekurang-kurangnya kita akan menemukan penjelasan tentang sistem keagamaan Israel dan penyelenggaraan kultus-ritual dalam Baith Allah pada surat-surat Rasul Paulus dan Surat Ibrani. Namun perlu berhati-hati, sebab meski keduanya kelihatan sama,  tetapi masing-masing surat (Surat-surat Paulus dan Surat Ibrani) memiliki pendekatan sendiri akan topik ini. Surat Ibrani menyoroti sistem penyelenggaraan ibadah dalam Baith Allah, sedangkan Surat-Surat Paulus tertuju pada fungsi dan peran Yesus Kristus.  Jika tidak jeli, maka kita mengalami kesulitan untuk membedakannya. Marilah kita memasuki uraian terhadap :

PERIKOP BACAAN
IBRANI X

11. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. 12. Tetapi Dia (YESUS, red), setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Dia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 13. dan sekarang Dia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. 14. Sebab oleh satu korban saja Dia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. 15. Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, 16. sebab setelah Dia berfirman : "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Dia berfirman pula : "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, 17. dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." 18. Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

PENJELASAN

Penjelasan – penjelasan terhadap ayat-ayat perikopal ini dilakukan untuk memudahkan kita menyusun pemberitaan / pengajaran kepada warga jemaat. So pasti, melalui sebuah upaya eksegetis atas naskah dan dibantu referensi tafsiran-tafsiran terpilih dari beberapa pakar Perjanjian Baru.

Ay. 11  :  Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa.

11.a.            TRADISI PERJANJIAN LAMA. Umumnya umat Israel mengetahui, bahwa fungsi peran IMAM sehari-hari di Baith Allah untuk MENJALANKAN PELAYANAN. Salah satu aktifitas pelayanan itu adalah MEMPRSEMBAHKAN KORBAN.

11.b. TRADISI JEMAAT DAN TEOLOGI SURAT IBRANI. Surat Ibrani berkomentar tentang PELAYANAN PERSEMBAHAN KORBAN yang dilakukan oleh para imam TIDAK DAPAT MENGHAPUSKAN DOSA. Mengapa penulis Ibrani berkomentar seperti itu ?

b.1.  Sebab imam adalah manusia biasa yang sama seperti umat lainnya. Mereka menduduki status dan menerima hak istimewa, karena Allah mengangkatnya untuk menjalankan tugas selaku MEDIATOR / PERANTARA.

b.2.  Sebagai manusia para imam juga adalah pendosa / tidak terlepas dari dosa dan kesalahan. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan pekerjaan ia wajib disucikan melalui ritual persembahan korban (Im. 9:7 -> “Kata Musa kepada Harun : "Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan adakanlah pendamaian bagi mereka, seperti yang diperintahkan TUHAN.”; bd. Kel. 29:19-21; Im. 8:14-17).

Ay. 12  :  “Tetapi Dia (YESUS, red), setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Dia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah,…”

               Ketika penulis Ibrani menuliskan “Tetapi Dia (YESUS, red), setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa,…” maka yang dimaksudkan ialah :

12.a. KRITIK TEKS. Istilah “tetapi” memiliki arti komparasi (perbandingan) penuh antara pelaksanaan misi Allah yang dikerjakan Yesus dibedakan dari apa yang dilakukan oleh para imam di Baith Allah.

12.b. TRADISI DAN TEOLOGI SURAT IBRANI. Pembedaan itu dihubungkan penulis dalam frasa “imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama,” sedangkan Yesus, selaku Imam Besar Agung, “mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa.” Melalui perbedaan itu penulis Ibrani ingin menegaskan, bahwa penyelenggaraan ritual persembahan korban yang dilaksanakan oleh para imam itu TIDAK SEMPURNA PENUH. Sementara yang dikerjakan Yesus Kristus TELAH SEMPURNA PENUH serta tidak ditambahkan lagi sesuatu yang baru dan yang berbeda, seakan-akan untuk menyempurnakan apa yang telah dikerjakan oleh Dia.

12.c. REINTERPRETASI PENULIS IBRANI DAN TEOLOGINYA. Korban persembahan yang dibawa oleh para imam itu bermacam ritual serta berjenis hewan sesuai aturan-turan dalam Kitab Musa (Im. 1 : 1 – 7 : 21), sedangkan Yesus Kristus “mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa”, dan korban itu adalah DiriNya sendiri.

Ay. 13  :  “… dan sekarang Dia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya.”

13.a. PANDANGAN ORANG KRISTEN UMUMNYA. Jika membaca ayat ini, so pasti, kita langsung menunjuk pada Setan / Iblis selaku musuh. Hal itu wajar-wajar saja.

13.b. KRITIK HISTORIKAL. Akan tetapi istilah “musuh-musuhNya” juga perlu dipahami menurut latarbelakang penulisan Surat Ibrani. Secara tersirat istilah “musuh-musuhNya” menunjuk pada “orang-orang yang menentang ajaran Yesus Kristus” (para antikristus) baik yang berasal dari orang-orang Israel maupun bangsa-bangsa.

13.c. KONTEKS JEMAAT YANG DITUJUI SURAT IBRANI. Istilah “musuh-musuhNya” juga perlu dikaitkan dengan “sejumlah orang yang tidak percaya  yang memusuhi persekutuan Jemaat Kristen Abad I. 

Ay. 14  :  Sebab oleh satu korban saja Dia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.”

14.a. “…Sebab oleh satu korban saja…” (Lih. komentar 12.c)

14.b. “…Dia telah menyempurnakan…” (Lih. komentar 12b)

14.c. “…untuk selama-lamanya…” Frasa ini menunjuk pada “waktu yang tidak terbatas” dari kekuatan kuasa yang terkandung dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

14.d. “…mereka yang Ia kuduskan…” menunjuk pada orang perorangan dan persekutuan Jemaat yang dikuduskan oleh iman kepada karya penyelamatan Allah yang telah dikerjakan Yesus Kristus. “MEREKA YANG IA KUDUSKAN” itu adalah milikNya sendiri. Mereka dibentuk dan dibangun di atas karyaNya (bd. Mat. 16:16)

Ay. 15  :  “Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita,…”

               Menunjuk pada pekerjaan fungsi dan peranan Roh Kudus dalam persekutuan Jemaat Kristus (bd. Yoh. 14 : 25 – 26 -> “Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”; 16 : 8 – 11 -> “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.”; 16 : 13 – 15  -> “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.”)

Ay. 16  :  “… sebab setelah Dia berfirman : "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Dia berfirman pula : "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka…,” (tradisi Kitab Yeremia 31:31-34; bd. tradisi Kitab Yeheskiel 36 : 25 – 27)

Penulis Ibrani menggunakan tradisi Kitab Nabi Yeremia tentang pemulihan dan pembaharuan perjanjian baru, setelah “sisa-sisa Israel” kembali dari pengasingan di Babilonia (Abad IV – III sb Masehi).

Ay. 17  :  dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka."

Kalimat “Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka” banyak kita temukan dalam berbagai tradisi kenabian tentang pengampunan dosa. Saya mengutip salah satunya dalam tradisi Kitab Nabi Yesaya : “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” (Yes. 65:17; bd. tradisi Kitab Mazmur 32 : 1 – 2 -> “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi ! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu !”). Menurut penulis Ibrani, pada saat Allah mengadakan perjanjian baru melalui dan di dalam pekerjaan Yesus Kristus, maka Dia “tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.” Sejak saat itu pula Allah MEMULIHKAN keadaan dan PEMBAHARUAN umatNya.  PEMBAHARUAN itu dimulai ketika Dia meletakan hukum dan firmanNya di “dalam hati dan pikiran” mereka (bd. tradisi kristen dalam surat-surat Paulus tentang PEMBAHARUAN -> Eps. 4 : 20b – 23 -> “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”).

Ay. 18  :  Jadi bila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.”

Kalimat ini merupakan kesimpulan dari gagasan-gagasan yang terkandung dalam IBRANI X : 11 – 18.

18.a. Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampuan…” Di dalamnya termaktub pemahaman iman,

1.   Bahwa PEKERJAAN YESUS KRISTUS telah menyempurnakan apa yang tidak sempurna dari penyelenggaraan ritual korban di dalam Perjanjian Lama.

2.   Inti berita (Yun. kerugma) perikop ini adalah PENGAMPUNAN – PEMULIHAN – PEMBAHARUAN SISTEM PELAYANAN yang bersumber pada kehendak Allah. Ia ingin menyelamatkan manusia dari dosa dan membebaskannya dari penderitaan. SISTEM PELAYANAN RITUAL KORBAN dalam Perjanjian Lama tidak sempurna penuh, karena diselenggarakan oleh imam-imam, yang juga adalah manusia berdosa. Mereka juga wajib menjalani ritual pembersihan sebelum mengerjakan pelayanannya. Mereka mempersembahkan korban; dan bukan dirinya sendiri. Berbeda dengan Yesus Kristus ! Dia sendiri adalah IMAM BESAR AGUNG yang bukan mempersembahkan hewan korban (anak domba yang tidak bercacat cela) penganghapusan dosa; akan tetapi Dia sendiri adalah KORBAN YANG DIKORBANKAN, ANAK DOMBA ALLAH yang tidak bercacat cela, demi pengampunan dosa, hanya sekali saja dan untuk selama-lamanya.

18.b. “… tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.

1.   Pengorbanan Yesus Kristus SUDAH SEMPURNA PENUH. Tidak perlu lagi orang mempersembahkan korban karena dosanya. Penulis Ibrani menegaskan, bahwa pelayanan ritual persembahan korban di dalam Bait Allah sudah selesai, tepat pada waktu Yesus Kristus mati di salib dan dibangkitkan Allah dari antara orang mati. Tidak ada lagi penyelenggaraan ritual persembahan korban yang dapat menandingi / menyaingi pekerjaanNya. Yesus Kristus berkata : SUDAH GENAP / TUNTAS PENUH / SELESAI; artinya, Dia telah menuntaskan seluruh rencana dari maksud Allah untuk menyelamatkan seluruh ciptaan, termasuk manusia berdosa.

2.   Jadi sistem dan fungsi pelayanan dalam Jemaat Kristus bukan bertujuan untuk MENYEMPURNAKAN PEKERJAAN KRISTUS, tetapi untuk MENGUCAPKAN SYUKUR dan MEMULIAKAN ALLAH yang di dalam Yesus Kristus telah bekerja demi keselamatan Jemaat.

BEBERAPA ISUE TEOLOGIS

1.   Qiblat / pusat pemberitaan adalah YESUS KRISTUS, IMAM BESAR AGUNG yang melaksanakan ritual persembahan korban, yakni : DiriNya sendiri, disebut Gereja, selaku ANAK DOMBA ALLAH YANG TIDAK BERCACAT CELA.

2.   Penyelenggaraan SISTEM DAN FUNGSI pelayanan dalam Baith Allah / Gereja adalah TIDAK SEMPURNA, sama seperti PELAKSANAnyapun TIDAK SEMPURNA, berdosa.

3.   Gereja sebagai pelaksana misi Kristus perlu bersikap waspada dan menyadari, bahwa SISTEM DAN FUNGSI PELAYANAN TIDAK BERSIFAT STATIS. Penyelenggaraan FUNGSI (organisasi) persekutuan – pelayanan – kesaksian SEGERA AKAN MATI, jika ia tidak MENYATAKAN KEMULIAAN ALLAH serta TIDAK BERFUNGSI UNTUK MENYELAMATKAN MANUSIA DARI DOSA DAN MEMBEBASKANNYA DARI KESENGSARAAN. Oleh karena itu, sistem dan fungsi (organisasi) pelayanan – kesaksian dari persekutuan Jemaat atau Jemaat-Jemaat (MISIO ECCLESIANUM) dapat direformasi (diformasikan kembali -> refitalisasi dan refungsionalisasi), asalkan tidak mengubah pemahaman dan pengakuai imannya terhadap Yesus Kristus.

RENUNGAN SINGKAT

Saudara – saudara yang dikasihi Kristus !

Akhir-akhir ini muncul masalah yang perlu dijawab segera : APAKAH PEKERJAAN PELAYANAN-KESAKSIAN GEREJA BERTUJUAN MENYEMPURNAKAN KARYA YESUS KRISTUS DI SALIB ? Maraknya perdebatan di sekitar isu ini, disebabkan dangkalnya pemahaman iman warga jemaat tentang kesaksian Alkitab. Hal itu terkait pula dengan sikap warga jemaat yang malas membaca Alkitab, sehingga selalu mengikuti kecenderungan-kecenderungan (trends) teologi yang kurang bermutu alkitabiah. Kesalahpahaman ini tampak jelas, karena kepuasan sesaat setelah mengikuti Ibadah Penyegaran Iman atau Kebangunan Rohani. Kepuasan itu hanya bersifat sementara saja. Bahkan dalam ibadah-ibadah yang meriah dan mewah, warga jemaat seakan dibawa ke dalam sebuah suasana asketis yang luar biasa, sehingga mereka melupakan keadaan nyata (real) yang sedang dan akan dialaminya.

Penyelenggaraan aktifitas pelayanan-kesaksian seperti itu, seakan-akan, menimbulkan kesan baru, bahwa Gereja/Gerakan Kekristenan sedang menjalankan misi UNTUK MENYEMPURNAKAN IBADAH YANG TELAH SEMPURNA DALAM PEKERJAAN YESUS KRISTUS. Padahal tradisi pemahaman iman Jemaat Abad I yang tertulis di dalam Alkitab menuliskan ucapan Yesus sendiri : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat. 5:17), dan lagi ketika Dia berseru di atas salib : SUDAH GENAP. Pernyataan Yesus Kristus tersebut hendak menegaskan kepada kita, orang kristen, bahwa SELURUH TUNTUTAN ALLAH DALAM IBADAH UMAT ISRAEL TELAH SELESAI DAN TELAH DISEMPURNAKAN PENUH oleh karyaNya. Jadi, bukan karena faktor managerial pelayanan-kesaksian maupun kemeriahan --- kemewahan ibadah umat --- menjadi kebanggaan, bahwa Gereja / Jemaat / Gerakan Kekristenan telah berhasil MEMBUAT PEKERJAAN YESUS MENJADI SEMPURNA, melainkan, sebaliknya, ibadah semacam itu merupakan UCAPAN SYUKUR yang bertujuan MEMULIAKAN NAMA ALLAH DI DALAM KARYA KRISTUS. Adalah dosa, jika kita berpandangan bahwa IBADAH GEREJA / JEMAAT / GERAKAN KEKRISTENAN bisa MENYEMPURNAKAN KARYA KRISTUS.

Saudara – saudara seiman,

CARA PANDANG. Melalui perikop bacaan Surat Ibrani 10 : 11 – 18 kita mesti mengubah CARA PANDANG terhadap SISTEM DAN FUNGSI PENYELENGGARAAN MISI GEREJA / KRISTEN yang menjalankan pekerjaan Kristsus Yesus. Menurut penulis Ibrani, standar ukuran yang benar terkait PENYELENGGARAAN IBADAH hanyalah yang dilakukan Yesus Kristus saja. Apa yang kita (Gereja dan Orang Kristen) lakukan sekarang ini, selayaknya, memantulkan pekerjaan Yesus Kristus. PELAKSANA atau PENYELENGGARAnya adalah manusia yang telah diampuni dosanya oleh Allah berdasarkan iman kepada Yesus Kristus. Akan tetapi bukan berarti, bahwa penyelenggaraannya telah sempurna; sebab semewah-mewah dan semeriah-meriah apapun, pelayanan kita tidak sempurna dan bisa juga berdosa. Semuanya sangat tergantung pada motivasi manusia pelaksana / penyelenggara. Hal itu tampak dalam penyelenggaraan ibadah yang dilakukan umat Israel di dalam Bait Allah.

Israel berpikir seakan-akan sistem dan fungsi penyelenggaraan ibadahnya berkenan kepada Allah. Padahal sesungguhnya Allah tidak berkenan atasnya. Memang benar, sistem dan fungsi Ibadah Israel mewah dan meriah. Korban persembahan dan nyanyiannya pun hura-hura. Tetapi Allah menolak semuanya (bd. Amos 5 : 21 – 27; Mikh. 6:8). Oleh karena sistem ibadah Israel tidak berfungsi menghadirkan kebaikan dan sukacita serta menegakkan kebenaran yang mengalirkan keadilanNya.

Saudara – saudara seiman,

Muncul pertanyaan yang menggelisahkan hati dan meresahkan akalbudi : Apakah pandangan dan sikap kita, JIKA KITA TAHU PERSIS, BAHWA SISTEM IBADAH GEREJA KURANG / TIDAK BERFUNGSI MENGHADIRKAN KEBAIKAN DAN SUKACITA, KEBENARAN DAN KEADILAN ALLAH ? Apakah kita tinggal diam dan membiarkan keadaan ini berlarut-larut ? Apakah kita tidak boleh melakukan reformasi terhadap SISTEM IBADAH GEREJA yang tidak berfungsi secara benar dan baik ? Apakah sikap dan tindakan reformasi di dalam Gereja / Jemaat adalah sebuah perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Allah ? SISTEM IBADAH dalam Gereja/Jemaat TIDAK SEMPURNA ! Sebab pelaksana dan penyelenggaranya juga adalah pendosa-pendosa ! Yang sempurna adalah KARYA KRISTUS YESUS, sebab oleh dan di dalam Dia, Allah berkenan menerima ibadah kita.

Lantas bagaimanakah sikap dan pandangan kita, jika ternyata SISTEM IBADAH Gereja / Jemaat kurang / tidak berfungsi baik dan benar ? Sama seperti Raja Yosia dalam Perjanjian Lama, juga para reformator Gereja, selayaknya kita bertobat dan kembali kepada Allah. Kita memberi diri untuk dipimpin oleh Rohkudus, agar Roh Allah itu membaharui akalbudi dan hati nurani, sehingga kita mampu merevitalisasikan dan merefungsionalisasikan (memberdayakan) SISTEM IBADAH (Organisasi : persekutuan – pelayanan – kesaksian). Namun perlu diperhatikan upaya reformasi itu harus bersumber dari MOTIVASI / KESADARAN IMAN AKAN KARYA KRISTUS, bahwa semuanya itu merupakan UCAPAN SYUKUR yang dikerjakan demi KEMULIAAN Allah serta menghadirkan damai dan sukacita, keadilan dan kebenaranNya di dalam dunia melalui pekerjaan Gereja / Jemaat – Jemaat.

SELAMAT MENYUSUN PEMBERITAAN

SALAM DAN DOA

PUTRA SANG FAJAR
PENDETA ARIE A. R. IHALAUW.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar